• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Penangkapan purse seine (pajeko) a. Kapal

Kapal yang dioperasikan di Kota Ternate untuk kegiatan penangkapan ikan menggunakan tipe dua buah kapal (two boat system) yaitu terdiri atas kapal utama (tipe lembut) yang berfungsi untuk melingkarkan pukat cincin pada saat operasi penangkapan berlangsung dan menarik purse line setelah pelingkaran pukat cincin selesai, dan kapal jhonson (slep) yang berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan untuk dibawa ke fishing base. Kedua kapal tersebut terbuat dari bahan kayu.

Gambar 1: Kapal Utama (tipe lembut)

Kapal utama (tipe lembut) di kota Ternate memiliki ukuran berkisar 13,21 – 17,63 GT dengan panjang (L) antara 12,80 – 13,90 m, lebar (B) 3,15 – 3,30 m dan dalam (D) 1,90 – 2 m, sedangkan untuk kapal jhonson (slep) (gambar 2) memiliki ukuran 5,82 – 7,40 GT dengan panjang antara 10 – 11,50 m, lebar 2,50 – 2,60 dan dalam 1,20 – 1,30 m. Spesifikasi kapal pukat cincin yang di operasikan di Kota Ternate dapat dilihat pada tabel 10.

Tenaga penggerak yang digunakan untuk kedua kapal adalah sama yaitu baik kapal utama maupun kapal jhonson menggunakan mesin tempel (outboard) masing-masing berjumlah dua buah dengan kekuatan 40 PK yang bermerk Yamaha (tabel 10). Tenaga penggerak pada kedua kapal menggunakan bahan bakar campuran yaitu minyak tanah, bensin dan oli.

Tabel 8 Spesifikasi kapal purse seine (pukat cincin) di Kota Ternate

Spesifikasi Kapal Utama (Tipe

Lembut) Kapal Jhonson (Tipe Slep)

Dimensi Utama

a. Panjang (L) 12,80 – 13,90 m 10 – 11,50 m

b. Lebar (B) 3,15 – 3,30 m 2,50 – 2,60

c. Dalam (D) 1,90 – 2 m 1,20 – 1,30 m

Tonage 13,21 – 17,63 GT 5,82 – 7,40 GT

Mesin Outboard (Yamaha enduro

40 PK)

Outboard (Yamaha Enduro 40 PK)

Sumber : Hasil wawancara dengan nelayan 2010

Kapal utama pukat cincin (purse seine) di Kota Ternate juga terdapat palkah. Kapasitas dari palkah tersebut dapat memuat hasil tangkapan sekitar 2 – 3 ton. Palkah ini hanya dipergunakan jika pada saat kegiatan penangkapan memperoleh hasil tangkapan yang banyak dan pada kapal jhonson tidak dapat lagi meletakkan hasil tangkapan, namun pada umumnya hasil tangkapan yang diperoleh akan diletakkan pada kapal jhonson. Kapasitas hasil tangkapan untuk kapal jhonson berkisar antara 4 – 6 ton.

Perawatan kapal pukat cincin (purse seine) biasanya dilakukan setiap bulan pada saat tidak melakukan kegiatan penangkapan, yaitu pada saat bulan purnama. Kapal pukat cincin (purse seine) dalam sebulan tidak melakukan kegiatan penangkapan selama 7 – 10 hari. Perawatan yang dilakukan meliputi pengecatan dan perbaikan-perbaikan jika kerusakan pada kapal.

30

b. Alat Tangkap

Pukat cincin (purse seine) di Kota Ternate yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan nama pajeko. Alat tangkap pukat cincin ini terdiri dari kantong (bunt), badan jaring, sayap, jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (floatline), tali ris bawah (leadline), pemberat (sinkers), pelampung (floats) dan cincin (purse rings).

Panjang pukat cincin berkisar antara 200 – 600 m dan lebar berkisar 40 – 60 m. Kantong sebagai tempat berkumpulnya ikan terbuat dari bahan PA 210/D12 dan PA 210/D9 dengan ukuran mesh size 0,75 inci1- 1 inci. Badan jaring terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan ukuran mesh size sebesar 1 inci. Bagian sayap yang berfungsi sebagai pagar pada waktu penangkapan gerombolan ikan dan mencegah ikan keluar dari bagian kantong, terbuat dari bahan PA 210/D6, PA 210/D9 dan PA 210/D12 dengan ukuran mesh size 1,25 inci.

Jaring pada pinggir badan jaring (selvedge) terbuat dari bahan PVA 380/D15 dengan ukuran mata jaring (mesh size) 1 inci yang terdiri dari 3 mata untuk arah kebawah. Tali ris atas (floatline) terbuat dari bahan PVA dengan panjang 410 m, dan diameter tali sebesar 14 mm, sedangkan tali ris bawah (leadline) terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali sebesar 14 mm yang memiliki panjang 470 m.

Jumlah pemberat dalam satu unit alat pikat cincin terdiri dari 2200 buah, dengan berat 100 gram/buah. Pemberat pada pukat cincin memiliki panjang 2,9 cm dengan diameter tengah 2,8 cm yang terbuat dari bahan timah hitam. Jarak antar pemberat berkisar 10 – 15 cm. Tali pemberat pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan diameter tali 12 mm. Jumlah pelampung dalam satu unit pikat cincin terdiri dari 1100 buah, dengan jarak antar pelampung sekitar 15 – 20 cm. Pelampung pukat cincin berbentuk elips dengan panjang 12,7 cm dan diameter tengah 9,5 cm yang terbuat dari bahan sintetis rubber.

Jumlah cincin dalam satu unit rata-rata terdiri dari 50 buah. Cincin digunakan oleh nelayan pajeko di Ternate memiliki diameter luar 10 cm dan diameter dalam 6,6 cm. Cincin yang digunakan terbuat dari bahan kuningan dengan jarak antar cincin berkisar 5 – 110 m. Purse line pada pukat cincin terbuat dari bahan PVA dengan

diameter tali 20 mm yang memiliki panjang 700 m. Desain jaring pukat cincin ( purse seine) dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3: Desain jaring pada purse seine di Kota Ternate Keterangan:

1. Tali selembar 6. Pemberat 11. Tali ris bawah

2. Pelampung 7. Selvedge 12. Kantong

3. Tali kolor 8. Float line 13. Sayap

4. Tali ring 9. Singker line 14. Panjang jaring 5. Ring 10. Tali ris atas 15. Tinggi jaring

c. Nelayan

Nelayan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam usaha penangkapan di Kota Ternate, terutama dalam mengelola faktor-faktor yang terdapat dalam unit penangkapan sehubungan dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang ada. Kapal pajeko dioperasikan oleh nelayan berkisar antara 19 – 22 orang. Sebagian besar nelayan yang mengoperasikan pajeko merupakan penduduk asli daerah setempat. Sebagai nelayan merupakan mata pencaharian utama, sedangkan jika kapal tidak melakukan kegiatan penangkapan yaitu terutama pada musim kurang ikan nelayan bekerja sampingan sebagai petani dan memancing.

Pembagian tugas nelayan pajeko adalah sebagai berikut:

1. Juragan laut (1 orang) : Bertugas sebagai penanggung jawab dalam mengoperasikan kapal utama (lambut) untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan

32

2. Juru Tawur (2 orang) : Bertugas melempar pukat cincin pada saat proses setting dilakukan

3. Juru Mesin ( 2 orang) : Bertugas dalam masalah mesin baik untuk mesin pada kapal utama maupun kapal jhonson

4. Juru Pantau (1 orang) : Bertugas mendeteksi gerombolan ikan

5. Juru Pelampung (2 orang) : Bertugas mengatur dan merapikan pelampung sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan

6. Juru Pemberat (2 orang) : Bertugas mengatur dan merapikan pemberat sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penangkapan ikan

7. Nelayan Biasa : Bertugas menarik, merapikan dan memperbaiki pukat cincin jika ada kerusakan

8. Juru mesin kapal jhonson/slep (1 orang) : bertugas menyiapkan kapalnya untuk tempat penampungan ikan hasil tangkapan

9. Juru hasil tangkapan (2 orang) : Bertugas mengambil hasil tangkapan untuk ditempatkan pada kapal jhonson, dua orang tersebut berada di kapal Jhonson bersama Juru Mesin.

Pembagian tugas tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam satu unit pajeko. Tugas nelayan yang satu dapat dikerjakan juga oleh nelayan yang lain. Seperti pada saat penarikan pajeko, juru pelampung juru pemberat dan juru pantau juga melakukan tugas ini.

Nelayan pajeko di Kota Ternate terbagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik rata-rata berpendidikan terakhir SMP dan SMA, sedangkan nelayan buruh berpendidikan terakhir dari tingkat SD sampai SMA. Nelayan pemilik umumnya hanya memiliki masing-masing satu unit alat tangkap.

Sistem pembagian hasil yang berlaku dalam pola perikanan pajeko di Kota Ternate, dimana setelah diperoleh hasil penjualan (laba kotor) dan setelah dikurangi dengan biaya operasional (pendapatan bersih) kemudian 50% hasil penjualan (laba bersih) menjadi hak pemilik kapal (pemilik usaha), sedangkan 50% sisanya dibagi untuk nelayan, bagian untuk juragan laut (fishing master) 2 bagian dan sering mendapat bonus

dari pemilik. Bagian untuk juru mesin 1,5 bagian dan untuk nelayan ABK lainnya memperoleh 1 bagian untuk masing-masing.

Gambar 4: Diagram Alir Sistem bagi hasil usaha perikanan purse seine di Kota Ternate d. Kegiatan operasi Penangkapan Purse Seine

Berdasarkan pengamatan langsung dalam 2 kali trip operasi penangkapan dan wawancara dengan nelayan pajeko (purse seine), umumnya nelayan berangkat pada pagi hari (sekitar pukul 03.00 WIT) hingga menjelang siang yaitu sekitar jam 07.00 WIT dan selesai atau kembali ke pantai sekitar jam 09.00 WIT. Informasi mengenai metode operasi penangkapan pajeko dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu meliputi tahap persiapan, penurunan jaring dan penarikan jaring.

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap yang harus dilakukan setiap sebelum penangkapan ikan. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan pemeriksaan mesin baik mesin utama maupun mesin jhonson, pemeriksaan alat tangkap, persiapan bahan bakar (minyak tanah, bensin, oli) es, serta konsumsi. Hal ini dilakukan untuk memperlancar kegiatan penangkapan ikan

2). Kapal pajeko berangkat menuju rumpon yang merupakan daerah penangkapan ikan (fishing ground). Pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam untuk menuju daerah penangkapan. Penentuan daerah penangkapan berdasarkan

34

hasil pemantauan oleh nelayan pemantau yang telah dilakukan pada malam harinya sebelum kapal pajeko berangkat, dan jika kegiatan penangkapan sebelumnya mendapatkan hasil tangkapan yang banyak, maka kegiatan penangkapan berikutnya tidak akan jauh dari daerah penangkapan (rumpon) 3) Setting

Setelah tiba didaerah penangkapan ikan (rumpon), kemudian dilakukan proses setting yang diawali dengan penurunan pukat cincin pada bagian kantong dari kapal utama yang berada dibagian buritan sebelah kiri. Tali selambar pada bagian pajeko dilemparkan pada kapal jhonson untuk dilakukan proses setting. Kapal jhonson menunggu proses setting hingga selesai untuk melakukan proses selanjutnya yaitu penarikan purse line. Proses pelingkaran gerombolan ikan oleh kapal utama (ketinting) harus dilakukan dengan kekuatan penuh. Hal ini dilakukan agar gerombolan ikan yang menjadi target tidak lolos baik dari arah horisontal maupun vertikal. Proses pelingkaran gerombolan ikan membutuhkan waktu ± 5 menit. Dalam satu trip nelayan pukat cincin melakukan setting atau tawur rata-rata sebanyak 1-2 kali. Hal ini sangat ditentukan oleh jumlah hasil tangkapan yang diperoleh.

4) Hauling

Setelah proses pelingkaran gerombolan ikan selesai oleh kapal utama (lambut), salah satu nelayan yang berada pada kapal utama melempar purse line pada kapal jhonson untuk dilakukan penarikan purse line dengan kekuatan penuh yang arahnya menjauhi kapal utama. Pada saat dilakukan penarikan purse line oleh kapal jhonson, proses penarikan kapal pukat cincin juga dilakukan oleh nelayan pada kapal utama. Setelah proses penarikan purse line selesai, kapal jhonson kembali dan mendekati pukat cincin yang sudah membentuk sebuah mangkuk, kemudian dilakukan pengangkatan pelampung yang berada dikantong. Penarikan pukat cincin selesai hingga tersisa bagian kantong. Maka dilakukan pengangkatan hasil tangkapan oleh nelayan yang berada pada kapal jhonson untuk diletakkan pada kapal jhonson. Proses penarikan (setting) pukat cincin hingga selesai membutuhkan waktu 45 – 90 menit

5) penanganan hasil tangkapan

Penarikan pajeko (purse seine) hingga bagian kantong, ikan hasil tangkapan diambil oleh nelayan yang berada pada kapal jhonson dengan menggunakan serok untuk ditempatkan pada kapal jhonson. Pukat cincin yang selesai digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan, disusun dan dirapikan kembali sebagai persiapan untuk kembali kepantai.