BAB IV KEGIATAN LEMBAGA FARMASI
4.7. Unit Produksi Lembaga Farmasi Angkatan Udara
barang yang mendekati ED. Laporan satu bulanan berisi : kode, nama, satuan,
jumlah (baik/rusak), tanggal kadaluarsa, sedangkan laporan triwulan berisi :
nomor, tujuan, harga (alkes/obat), jumlah, tanggal SPL, No.Reg., jumlah item,
jumlah berat, jumlah isi dan keterangan. Laporan ini juga berguna untuk
mengontrol jumlah barang dan keperluan atau alokasi setiap semester. Stok
opname dilakukan tiap akhir semester.
Perbekalan kesehatan yang diterima dari Diskesau atau Puskes Angkatan
Udara maupun hasil produksi Lafiau selanjutnya di simpan di gudang untuk di
alokasikan ke satker-satker AU seluruh Indonesia.
4.7 Unit Produksi Lembaga Farmasi Angkatan Udara
4.7.1 Tata Letak dan Klasifikasi Ruang Produksi
Gedung produksi Lafiau terdiri dari dua bagian, yaitu bagian produksi
obat beta laktam dan non beta laktam. Ruang-ruang produksi terpisah satu sama
lain sesuai dengan jenis produksi. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kontaminasi antara produk yang satu dengan produk yang lain. Ruangan
dirancang berurutan sesuai dengan urutan proses produksi. Denah ruang produksi
beta laktam dan non beta laktam dapat dilihat pada bagian lampiran.
Berdasarkan tingkat kebersihan ruangan, ruang produksi Lafiau dibagi
menjadi dua kelas, yaitu:
1) Black area (daerah hitam/kelas IV)
Daerah ini meliputi kamar ganti pakaian, toilet, kamar mandi, ruang
pengemasan, ruang pencetakan nomor batch, ruang mesin cuci botol, ruang
administrasi produksi, ruang istirahat, dan gudang produksi.
2) Grey area (daerah abu-abu/kelas III)
Daerah ini meliputi ruang pengolahan dan pengemasan obat non steril, ruang
timbang, pembuatan dan pencampuran sirup dan salep/krim, ruang
pencampuran, pembuatan granul, pencetakan tablet, pengisian kapsul, ruangin
process control, penyalutan, stripping, dan ruang penyimpanan obat setengah
jadi. Pakaian yang digunakan di daerah ini adalah pakaian khusus produksi
yang terbuat dari bahan dengan serat yang tidak mudah lepas dan dilengkapi
dengan sarung tangan, penutup kepala, serta penutup hidung dan mulut.
4.7.2 Produksi Obat
Produksi di Lafiau dilakukan berdasarkan adanya Surat Perintah
Produksi (SPP) yang dilakukan oleh Kadiskesau kepada Kalafiau kemudian
Kalafiau mengeluarkan SP3 kepada Kabagprod dan pelaksanaannya dilakukan
oleh Kaunit (Kepala Unit) berdasarkan Surat Perintah Kerja.
1. Sub Unit Produksi Tablet
Unit produksi tablet bertanggung jawab dalam memproduksi tablet dan kaplet
baik antibiotik maupun non antibiotik. Kegiatan produksi tablet yang
dilakukan dimulai dengan penimbangan bahan baku yang dinyatakan telah
memenuhi syarat oleh unit uji coba.
Bahan baku tersebut meliputi : bahan aktif, fase dalam dan fase luar,
selanjutnya dilakukan pencampuran bahan aktif dan fase dalam. Sebelum
digranulasi, diperiksa dulu oleh unit uji coba untuk mengetahui apakah
pencampuran sudah homogen. Granul yang diperoleh dari proses granulasi
basah dikeringkan, dilakukan pengujian kadar air oleh unit uji coba. Granul
yang lulus pemeriksaan dicampur dengan fase luar dan dicetak menjadi tablet
44
dan mengalami proses“coating” untuk tablet salut sebelum dikemas. Setelah
proses pencetakan, tablet diperiksa secara fisik (bentuk, bau, warna,
keseragaman bobot, ukuran, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, dan
disolusi) dan secara kimia.
Metode yang banyak dipakai untuk produksi tablet non beta laktam adalah
granulasi basah, selain itu metode cetak langsung juga dilakukan. Untuk
produksi tablet beta laktam, metode yang dipakai adalah granulasi kering dan
cetak langsung.
Jika tablet yang dicetak telah memenuhi persyaratan, maka produksi tablet
dapat terus berjalan dan jika tidak memenuhi persyaratan, maka produksi
dihentikan. Sisa sampel di simpan untuk sampel pertinggal. Hasil pengujian
selama proses dan akhir akan dibuat catatan pengujian kemudian dikirimkan
ke Kabagprod (Kepala Bagian Produksi).
Produk-produk yang diproduksi oleh unit produksi tablet Lafiau antara lain
tablet Ampisilin 500mg, Amokisilin 500mg, Antalgin 500mg, Antiflu, Asetilet
81mg, Aupirin 200mg, Baktrim AU, CTM, Deksametason 0,5mg,
Dekstometorphan HBr, Energic C, INH Plus 100mg, Lactas Calcicus 500mg,
Magtacida HCl 400mg, Paracetamol 500mg, Prednison, Vitamin B1, Vitamin
B6, Vitamin B12, Vitamin B kompleks, Vitamin C. Alur produksi tablet dapat
dilihat pada bagian lampiran.
2. Sub Unit Produksi Kapsul
Unit produksi kapsul bertanggungjawab dalam memproduksi kapsul, tablet
atau kaplet antibiotik dan non antibiotik serta sirup kering antibiotik. Kegiatan
produksi kapsul dimulai dengan penimbangan bahan baku, diayak dan
dicampurkan. Selanjutnya dilakukan pengisian kapsul lalu dikemas. Pada
setiap tahap mulai dari tahap pencampuran sampai tahap pengemasan
dilakukan pengemasan mutu oleh unit uji coba
Produk-produk kapsul yang diproduksi oleh unit produksi kapsul Lafiau
antara lain Afostan 250mg, Amoxicillin 250mg, Aurobion, Chloramphenicol
250mg, Tetrasiklin 250mg. Alur produksi kapsul dapat dilihat pada bagian
lampiran.
3. Sub Unit Produksi Khusus
Unit produksi khusus Lafiau memproduksi sediaan cair baik untuk pemakaian
dalam maupun pemakaian luar, sediaan semisolid (salep/krim), dan
pengolahan air demineralisata.
Proses produksi sirup
Produksi sirup dimulai dengan penimbangan bahan baku meliputi bahan
aktif, bahan pembantu dan bahan sirup simpleks. Bahan aktif dan bahan
pembantu dilarutkan, sementara sirup simpleks disaring, larutan bahan
aktif dan sirup simpleks dicampur, larutan hasil pencampuran diuji kadar,
viskositas, pH dan berat jenisnya oleh unit uji coba. Bila kadarnya tidak
sesuai maka dilakukan penambahan aktif atau dilakukan pengenceran. Jika
kadarnya sudah sesuai maka dilakukan penyaringan. Larutan jernih hasil
penyaringan diisi ke dalam botol yang sudah dicuci. Botol yang telah diisi
larutan disortir dan diberi etiket.
Proses produksi salep
Proses pembuatan salep dimulai dengan penimbangan bahan aktif, basis
salep dan bahan pembantu. Basis salep dan bahan pembantu dilebur dan
46
dicampur dengan bahan aktif, hasil pencampuran diuji kadar, homogenitas
dan konsistensi oleh unit uji coba. Setelah hasil pengujian dilakukan
pengisian dan penutupan tube, penyortiran dan pemberian etiket.
Proses produksi krim
Proses pembuatan krim dimulai dengan penimbangan bahan baku, basis
dilebur dan dicampur dengan bahan penolong sebelum membeku dan diuji
homogenitasnya selanjutnya basis dicampur dalam bahan aktif. Setelah itu
dilakukan pengujian kembali yang meliputi homogenitas, kadar dan
konsistensi. Setelah hasil pengujian memenuhi syarat maka dilakukan
penutupan tube dan pengemasan.
Proses pembuatan aqua demineralisata (aqua DM)
Lafiau mendapatkan air demineralisata dengan cara memproduksi dan
mengolahnya sendiri. Sumber air yang digunakan untuk membuat aqua
DM berasal dari sumur artesis. Dalam mencukupi kebutuhan aqua DM
untuk proses produksi dan pemeriksaan laboratorium maka dilakukan
proses pengolahan air. Air artesis disaring terlebih dahulu dan dialirkan ke
”Multi Sorb” yang merupakan penyaringan zat secara mekanik termasuk
dapat menyaring besi, kemudian air dialirkan ke penukar ion positif dan
penukar ion negatif. Setelah itu air dididihkan dan dapat digunakan untuk
proses produksi. Reaksi yang terjadi adalah resin, sebagi contoh Mg
2+sebagai kation dan SO
42-sebagai anion. Proses reaksinya adalah sebagai
berikut :
Kation Mg
2++ Resin Mg-Resin + 2H
+Anion SO
42-+ Resin Resin-SO
4+ 2OH
-Aqua DM berasal dari air bersih yang diproses lebih lanjut dengan
menggunakan resin penukar ion (ion menjadi lebih sedikit). Parameter
mutu air yang dapat diperiksa disini adalah kejarnihan, bau, rasa, warna,
pH serta kandungan ion. Air yang telah diolah harus jernih, tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berwarna serta pH sekitar 6-7. Air yang telah diolah
selanjutnya dididihkan jika langsung dipakai dalam proses produksi.
4.7.3 Produk Unit Produksi Khusus
Obat-obatan yang diproduksi oleh unit produksi khusus, adalah sebagai
berikut : Sirup DMP , Salep Terra-cord, Sirup
Difenhidramin-Exp, Salep Tetrasiklin, Sirup Prometazin, Krim prometazin, Tetes telinga
Klorampenikol, Sirup Deflugen, Larutan antiseptik Lafiodin dan Salep
Klorampenikol
Jenis produk yang diproduksi oleh unit produksi khusus Lafiau adalah :
a. Cairan : Deflugen, Diphenhidramin DMP, Diphenhidramin Exp,
Paracetamol, Prometazin, Hawk 2000 (minuman kesehatan), Lafiodin,
Rivanol (untuk pemakaian luar).
b. Salep/krim : Chloramphenicol, Prometazin, Terracort, Tetrasiklin dan
Chloramfecort.
c. Tetes telinga : Chloramphenicol tetes.
4.7.4 Unit PemeriksaanIn Process Control dan Pengujian Obat Jadi
Pemeriksaanin process control (IPC) dan pengujian obat jadi dilakukan
pada bentuk sediaan tablet, kapsul, sirup, dan salep.
48
a Sediaan Tablet
Pemeriksaan tablet pada saat IPC dilakukan terhadap granul meliputi
pemeriksaan kadar air dan zat aktifnya. Setelah proses pencetakan, tablet
diperiksa secara fisik (bentuk, bau, warna, keseragaman bobot, ukuran,
kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, disolusi) dan secara kimia (pemeriksaan
kadar zat berkhasiat secara kuantitatif).
b Sediaan Kapsul
Pemeriksaan pada saat IPC dilakukan setelah pencampuran bahan aktif dan
bahan tambahan meliputi pemeriksaan kadar zat aktifnya. Kapsul diperiksa
secara fisik (keseragaman bobot, waktu hancur, disolusi) dan secara kimia
(pemeriksaan kadar zat aktif secara kuantitatif).
Selama proses pengisian ke dalam kapsul, beberapa sampel diambil untuk
dilakukan pengujian keseragaman bobot setiap 15 menit sekali. Jika ada
penyimpangan selama pengisian kapsul, maka proses dihentikan dan
diperbaiki. Pengujian yang dilakukan terhadap obat jadi sama dengan
pengujian IPC pada pengisian kapsul.
c Sediaan Sirup
Pemeriksaan pada saat IPC dilakukan setelah pencampuran bahan aktif dan
bahan tambahan meliputi pemeriksaan secara fisik (warna, bau, rasa,
kejernihan, viskositas, stabilitas, pH) dan secara kimia (pemeriksaan kadar zat
aktif secara kuantitatif). Pengujian yang dilakukan terhadap obat jadi sama
dengan pengujian pada saat IPC.
Pemeriksaan pada saat IPC dilakukan setelah pencampuran bahan aktif dan
bahan tambahan meliputi pemeriksaan secara fisik (warna, bau, homogenitas)
dan secara kimia (pemeriksaan kadar zat aktif secara kuantitatif). Pada saat
pengisian salep, pemeriksaan dilakukan terhadap bobot rata-rata isi tube dan
kadarnya.
Pengujian yang dilakukan terhadap obat jadi sama dengan pengujian pada saat
IPC. Alur kerja bagian pengawasan mutu dan contoh catatan pengujian obat
dapat dilihat pada bagian lampiran.
4.7.5 Pengemasan
Proses pengemasan sediaan obat di Lafiau sebagai berikut:
i. Tablet, tablet salut, dan kapsul
Pengemasan dilakukan dengan cara stripping kemudian sejumlah tertentu
dimasukkan ke dalam dus disertai brosur dan dikemas dalam kotak karton.
Untuk tablet-tablet tertentu dikemas ke dalam kantong plastik kemudian
dimasukkan ke dalam botol plastik.
ii. Salep
Salep dikemas dalam tube kemudian tube yang telah diberi nomor batch
dimasukkan ke dalam kardus disertai brosur. Sejumlah kardus tertentu
dikemas dalam kotak karton.
iii. Sirup
Botol-botol sirup diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kardus. Untuk
semua jenis obat yang telah dikemas baik berupa tablet, kapsul, salep, dan
sirup dilakukan pemeriksaan secara manual terhadap kemasan obat untuk
50
4.7.6 Pengujian Sampel Pertinggal
Sampel pertinggal yang disimpan adalah obat jadi yang telah dikemas.
Sampel disimpan lengkap dengan etiket yang memuat nama sampel, nomorbatch,
tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa. Sampel disimpan selama lima tahun
dan jika ada keluhan dari konsumen, maka dilakukan pengujian terhadap sampel
tersebut. Setelah lima tahun, sampel pertinggal dapat dimusnahkan.
4.7.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu terhadap obat jadi, bahan baku, dan embalage di
Lafiau dilakukan dalam suatu laboratorium yang sama. Untuk menjamin kualitas
produk yang dihasilkan, maka dibutuhkan pengujian yang dilakukan mulai bahan
baku diterima sampai obat jadi yang siap untuk di distribusikan.
4.7.8 Sanitasi dan Higiene
Lafiau memiliki sarana pengolahan limbah, baik untuk limbah padat
berupa debu-debu yang tersebar di daerah produksi maupun limbah cair dari
pencucian peralatan.
a. Pengolahan Limbah Padat
Pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakandust collector untuk
debu-debu yang tersebar di ruang produksi yang ditempatkan di atas ruangan,
vacum cleaner untuk debu-debu yang berserakan pada peralatan dan lantai.
b. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair terdiri dari proses destruksi, penetralan, pengendapan,
dan aerasi di dalam beberapa kolam yang saling berhubungan satu sama lain
berdasarkan proses pengolahan.
1) Limbah dari produksi obat beta laktam dialirkan ke kolam pertama,
kemudian ditambahkan asam/basa kuat untuk memecah cincin beta
laktam. Dari kolam pertama dialirkan ke kolam kedua untuk diendapkan.
2) Cairan dari limbah kolam kedua dialirkan ke kolam ketiga. Limbah dari
produksi obat non beta laktam masuk ke kolam ketiga sehingga terjadi
pencampuran. Kemudian dilakukan penetralan (pH=7 namun jika terlalu
asam ditambahkan NaOH dan jika terlalu basa ditambahkan HCl) dan
pengenceran dengan penambahan air.
3) Limbah dari kolam ketiga dialirkan ke kolam keempat untuk proses
pengendapan kedua.
4) Cairan dari limbah kolam keempat dialirkan ke kolam kelima dimana
terjadi proses aerasi, yaitu penambahan oksigen yang bertujuan untuk
menurunkan biologycal oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen
demand (COD) dari limbah tersebut. Air kolam kemudian diuji di
laboratorium untuk penentuan nilai BOD, COD, dan kadar ion.
Persyaratan kualitas limbah yang diperbolehkan untuk di buang ke
lingkungan: COD <100 mg/l, BOD <75 mg/l, Suspended Solid <60 mg/l
5) Limbah dari kolam kelima dialirkan ke kolam keenam yang merupakan
kolam kontrol. Sebagai kontrol digunakan ikan sebagai bio indicator,
apabila air pada kolam memenuhi persyaratan, maka akan dialirkan ke
pembuangan umum. Denah bak pengolahan air limbah dapat dilihat pada
bagian lampiran.
Untuk pengolahan limbah laboratorium pada dasarnya sama dengan
pengolahan limbah produksi. Untuk limbah yang mengandung
52
mikroorganisme terlebih dahulu harus didestruksi dengan tujuan untuk
mematikan mikroorganisme tersebut. Penanganan limbah berada pada
wewenang dan tanggung jawab Kepala Unit Produksi Khusus.
Dalam dokumen
Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Angkatan Udara Drs. Roostyan Effendie, Apt. Bandung
(Halaman 51-61)