• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS BINA DARMA

37 LEMBAR BIMBINGAN KP/PKL/KKP/KKN

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BINA DARMA

Nama Mahasiswa/i : Syarif Syahril Hidayat

NIM : 171730025

Judul : Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment

No. Tanggal Materi Bimbingan Catatan

Tanda Tangan bab IV, format gambar dan tabel

Perbaikan pada sub bab III metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan tabel pada pada laporan dan

pada sub bab potensi keberlanjutan dan pada

39 ARTIKEL PKM-M

Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet

Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment

Syarif Syahril Hidayat

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Darma

Jalan Trans Batumarta 9, RT 5/ RW 3, Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan

Email : hidayatsyarif950@gmail.com Abstrak

Seperti yang diketahui bahwa negara Cina sebagai negara importir karet terbesar saat ini sedang mengalami permasalahan ekonomi sehingga turut berdampak pada harga karet tersebut. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat terutama untuk pekebun karet yang ada di provinsi Sumatera Selatan khususnya masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang mayoritas masyarakatnya adalah pekebun karet dan luas perkebunannya mencapai 1.700 Ha. Dengan menurunnya tingkat pendapatan masyarakat Desa Surabaya dan tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, Hal ini mengakibatkan petani karet kurang memperhatikan keselamatan dan risiko pada saat penyadapan batang karet dan timbul ketidaknyamanan pekerja pada saat penyadapan. Maka perlu melakukan analisis terhadap postur kerja yang ada pada proses penyadapan batang karet, dalam penelitian ini menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) karena salah satu metode pengukuran yang ergonomis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pekerja penyadap karet umumnya memiliki tingkat level resiko yang tinggi, nilai yang tertinggi yaitu 10, akan tetapi ada 1 pekerja yang memiliki level resiko yang rendah dengan nilai 1.

Kata kunci : karet, postur, ergonomis, risiko, reba 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu komoditas perkebunan yaitu karet tak dapat dipungkiri tak lepas menjadi sorotan karena tantangan pada harga karet yang menjadi dilema para pekebun karet. Mengatasi tantangan karet ini tentunya tidaklah mudah, namun Pemerintah khususnya dalam hal ini Kementerian Pertanian tetap terus berupaya mengatasi tantangan karet ini dengan harapan harga karet dapat semakin membaik kedepannya dan dapat mensejahterakan pekebun. Harga karet ditentukan oleh pasar dunia (pasar global) sehingga dapat sangat berfluktuatif, dengan pengalaman beberapa tahun belakang relatif cenderung menurun yang disebabkan beberapa tantangan, antara lain kelebihan suplai di pasar ekspor, mengingat terdapat sejumlah negara baru yang menjadi eksportir karet. Sebelumnya produksi karet alam dunia hanya berasal dari negara penghasil karet alam terbesar yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Kemudian, beberapa negara produsen baru muncul belakangan seperti Vietnam, India, Myanmar, Laos, dan Kamboja. Untuk penghasil karet yang ada di Indonesia sendiri provinsi Sumatera Selatan adalah penghasil karet terbesar yang ada di Indonesia mencapai 982 ribu ton atau sekitar 27%

dari total produksi karet nasional.

Seperti yang diketahui bahwa negara Cina sebagai negara importir karet terbesar saat ini sedang mengalami permasalahan ekonomi sehingga turut berdampak pada harga karet tersebut.

Ditambah dengan adanya pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan negara di dunia awal tahun ini yang mengakibatkan adanya kebijakan dari masing-masing negara untuk membatasi penyebarannya, salah satunya pembatasan ekspor – impor. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat terutama untuk pekebun karet yang ada di provinsi Sumatera Selatan khususnya masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Dengan menurunnya tingkat pendapatan masyarakat Desa Surabaya dan tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, Hal ini mengakibatkan petani karet kurang memperhatikan

40 keselamatan dan risiko pada saat penyadapan batang karet dan timbul ketidaknyamanan pekerja pada saat penyadapan. Selain beban pekerjaan yang cukup besar, Postur tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan ketidaknyamanan saat penyadapan. Analisis postur kerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) pada pekerja dalam proses penyadapan batang karet sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengurangi tingkat kelelahan dalam proses penyadapan batang karet ? 2. Bagaimana cara menganalisis adanya kesalahan postur kerja pada proses penyadapan

batang karet oleh pekebun karet di Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ?

1.3 BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa postur kerja pekerja pada proses penyadapan batang karet.

2. Pada penelitian ini dilaksanakan di bagian proses penyadapan batang karet oleh beberapa pekebun karet yang ada di Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap postur kerja yang ada pada proses penyadapan batang karet berdasarkan teori dan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

1.5 LUARAN YANG DIHARAPKAN

Kegiatan ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang proses penyadapan batang karet untuk peningkatan produktivitas getah karet dan membantu masyarakat dalam mengatasi ketidaknyamanan dan kelelahan berlebih dengan penerapan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa memperoleh gambaran nyata tentang penerapan / implementasi dari ilmu atau teori yang selama ini dipeoleh memalui bangku kuliah dan membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada dilapangan.

2. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dan dapat dijadikan sebagai penmbah wawasan bagi pembaca.

3. Dapat menjadi pertimbangan bagi pekebun karet untuk memperbaiki metode kerjanya.

2. METODE

2.1 REBA ( Rapid Entire Body Assessment )

REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomic yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Dengan adanya resiko terjadinya cedera atau kelelahan akibat postur tubuh yang tidak netral menyebapkan penilaian postur menjadi hal penting untuk dilakukan. Maka dengan begitu metode REBA dipilih untuk menyelesaikan penelitian ini, karena REBA merupakan salah satu metode pengukuran ergonomis.

Langkah-langkah dalam menggunakan metode REBA ini dilakukan dengan cara penelitian langsung kelapangan untuk mengambil sampel berupa foto, kemudian menghitung tingkat kemiringan sudut pada masing – masing group postur kerja dan memberikan penilaian pada masing – masing group tersebut.

Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen – segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Penilaian postur kerja pada masing – masing group tersebut didasarkan pada postur – postur dibawah ini:

41 2.2 Penilaian Postur Tubuh REBA Grup A

Postur tubuh grup A terdiri atas batang tubuh (trunk), leher (neck) dan kaki (legs).

4. Batang Tubuh (Trunk)

Gambar 3.3 Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk) dapat dilihat pada Tabel 3.2 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk).

Tabel 3.2 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

5. Leher (Neck)

Gambar 3.4 Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 3.3

42 Tabel 3.3 Skor Bagian Leher (Neck)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey) 6. Kaki (Legs)

Gambar 3.5 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Skor Bagian Kaki (Legs)

.

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh dan kaki dimasukkan ke Tabel 3.5 untuk mengetahui skornya.

43 Tabel 3.5 Skor Grup A REBA dan Beban

Table A

Neck

1 2 3

Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Trunk Posture

Score

1 1 2 3 4 1 2 3 5 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Tabel A merupakan penggabungan nilai dari group A untuk skor postur tubuh, leher dan kaki. Sehingga didapatkan skor tabel A. Kemudian skor tabel A dilakukan penjumlahan terhadap besarnya beban atau gaya yang dilakukan operator dalam melaksanakan aktivitas.

Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan skor beban atau besarnya gaya.

Skor tabel A ditambah 0 (nol) apabila berat beban atau besarnya gaya dinilai <5 Kg, ditambah 1 (satu) bila berat beban atau besarnya gaya antara kisaran 5-10 Kg, ditambah 2 (dua) bila berat beban atau besarnya gaya dinilai > 10 Kg. Pertimbangan mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerja, bila terdapat gerakan perputaran (twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu).

2.3 Penilaian Postur Tubuh REBA Grup B

Postur tubuh grup B terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm) dan pergelangan tangan (wrist).

d. Lengan Atas (Upper Arm)

Gambar 3.6 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) dapat dilihat pada Tabel 3.6.

44 Tabel 3.6 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

e. Lengan Bawah (Lower Arm)

Gambar 3.7 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

f. Pergelangan Tangan (Wrist)

Gambar 3.8 Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk ostur tubuh pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 Skor Bagian Pergelangan Tangan (Wrist)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

45 Tabel 3.8 Skor Grup B REBA dan Coupling

Table B

Lower Arm

1 2

Wrist 1 2 3 1 2 3

Upper Arm Score

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Sehingga didapatkan skor tabel B. Kemudian skor tabel B dilakukan penjumlahan terhadap perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan.

Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan. Skor tabel B ditambah 0 (nol) yang berarti good atau terdapat pegangan pada beban dan operator mengangkat beban hanya dengan mengunakan separuh tenaga, ditambah 1 (satu) yang berarti fair atau terdapat pegangan pada beban walaupun bukan merupakan tangkai pegangan dan operator mengangkat beban dengan dibantu mengunakan tubuh lain, ditambah 2 (dua) yang berarti poor atau tidak terdapat pegangan pada beban, dan ditambah 3 (tiga) yang berarti unacceptable tidak terdapat pegangan yang aman pada beban dan operator mengangkat beban tidak dapat dibantu oleh angota tubuh lain.

Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel C. Kemudian skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktivitas.

46 +1 : 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari satu menit

+2 : Penggulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4 kali permenit (tidak termasuk berjalan)

+3 : Gerakan menyebabkan perubahan atas pergersersan postur yang cepat dari posisi awal Berikut ini adalah tabel skor C dan skor aktivitas.Tabel 3.9

Tabel 3.9 Penilaian Skor Tabel C dan Skor Aktivitas Score A

Score, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor C ditambah 1 (satu) dengan skor aktifitas apabila satu atau beberapa bagian tubuh bergerak secara statis untuk waktu yang lebih dari satu menit, terdapat beberapa pengulangan pergerakan 4 (empat) kali dalam satu menit (belum termasuk berjalan), dan pergerakan atau perubahan postur lebih cepat dengan dasar yang tidak stabil. Tahap terakhir dari REBA menilai action level dari hasil final skor REBA.

Berikut ini adalah tabel Action Level dari metode REBA.

Tabel 3.10 Level Akhir dari Skor REBA

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Tabel 3.11 Activity Score

Sumber: Hignett, 2000

47 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan perhitungan REBA dapat diketahui bahwa :

1) Resiko tertinggi diterima oleh Kurnio saat melakukan penyadapan sehingga membutuhkan pemeriksaan dan perubahan dengan segera.

2) Resiko terendah diterima oleh Budiono sehingga tidak memerlukan perubahan.

Berikut adalah perubahan risiko yang diterima para penyadap karet yang berada di Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet

No. Nama Foto Masalah Perubahan

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

48 Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet (Lanjutan)

3 Desmi tetap tegak tapi tidak tegang

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

49 Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet (Lanjutan)

6 Resmala

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

50 Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet (Lanjutan)

9 Hery ( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu menurut perhitungan REBA didapatkan bahwa pekerja penyadap karet umumnya memiliki tingkat level resiko yang tinggi, nilai yang tertinggi yaitu 10, akan tetapi ada 1 pekerja yang memiliki level resiko yang rendah dengan nilai 1.

Saran yang penulis dapat diberikan untuk pekerja penyadapkaret adalah memperbaiki postur tubuh dengan cara mengurangi sudut di bagian Trunk , Neck dan Legs saat penyadapan karet.

51 DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel. 2020. Dampak covid 19 penurunan ekspor karet sumsel berlanjut. https://sumatra.bisnis.com. Basis Diakses pada tanggal 4 Juli 2020.

[2] Departemen Pertanian. 2020. Kementan tanggap dampak akibat penyebaran covid 19 bagi ekspor komoditas perkebunan. http://ditjenbun.pertanian.go.id. [4 Juli 2020].

[3] Ginting, R. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu

[4] Husein T, dkk. 2009. Perancangan Sistem Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat Kelelahan. Universitas Mercu Buana. Jakarta. Fakultas Teknik.

[5] Iridiastadi H, Yassierli. 2016. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

[6] Kantor Kepala Desa (2020), Profil Desa Surabaya.: Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

[7] Lamalouk, Engelberth Ivangelist. Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode RULA Pada Karyawan PT. KANISIUS. Proposal Kerja Praktek. Yogyakarta, 2017.

[8] Sari, Degi D. 2018. Analisa Postur Kerja dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) pada Perkantoran SKK MIGAS Fakultas Teknik. Universitas Mercu Buana. Jakarta.

[9] Setiawan, P. 2016. Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT.

Macanan Jaya Cemerlang Klaten-Jawa Tengah- Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta.

[10] Susanti, L., Yuliandra, B., Zadry, H. 2015. Pengantar Teknik Industri diakses padahttps://www.researchgate.net/publication/313531615_Pengantar_Ergon omi_Inodustri.

[11] Tarwaka, 2014. Ergonomi Industri; Dasar - dasar Pengetahuan Ergonomi dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press

[12] Winsih, Ade Irma, Irwan Eka S, Mudrik. Teknik Pengolahan Lahan Kering Untuk Peningkatan Produktivitas Padi di Desa Sungai Baung Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara. Proposal Program Kreativitas Mahasiswa. Indralaya, 2015.

52 POSTER PKM-M

53 Salah Satu Lahan Perkebunan Karet Desa Surabaya

54 Komunitas BAKAS (Beku Aman, Karet Aman dan Sehat)

Proses Pengambilan Beku Karet

55 Proses Penyadapan Batang Karet menggunakan Tangga oleh Bapak Subli

56 Penyusunan Beku Karet ke dalam Bak

57 Masyarakat menjual hasil sadapan batang karet

Dokumen terkait