• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN BIDANG KEGIATAN PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN BIDANG KEGIATAN PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i LAPORAN

Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment

BIDANG KEGIATAN

PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Strata satu (S1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri

Oleh:

Nama : Syarif Syahril Hidayat NIM : 171730025

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Bina Darma Palembang

2020

(2)

ii HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

Judul PKM : Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment

Bidang PKM : PKM-M Pengabdian Kepada Masyarakat

Nama : Syarif Syahril Hidayat

NIM : 171730025

Program Studi/Fakultas

: Teknik Industri

No. Hp : 082281324119

E-mail : hidayatsyarif950@gmail.com

Palembang, 14 November 2020

Pembimbing Lapangan, Dosen Pembimbing,

(Badrul Jamali) (Septa Hardini, ST., MT)

Mengetahui, Ketua Program Studi

(Ch. Desi Kusmindari, S.T, M.T)

(3)

iii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 2

1.5 Luaran yang Diharapkan ... 2

1.6 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II Gambaran Umum Masyarakat Sasaran ... 3

2.1 Letak Geografis ... 3

2.2 Demografi ... 3

BAB III Metode Pelaksanan ... 5

3.1 Definisi Ergonomi ... 5

3.2 Prinsip-Prinsip Ergonomi ... 5

3.3 Faktor yang Mempengaruhi Ergonomi ... 7

3.4 Postur ... 9

3.5Metode REBA ( Rapid Entire Body Assessment ) ... 10

3.5.1 Penilaian Postur Tubuh REBA Grup A ... 12

3.5.1 Penilaian Postur Tubuh REBA Grup B ... 14

BAB IV Hasil yang Dicapai dan Potensi Keberlanjutan ... 19

4.1 Hasil yang Dicapai ... 19

4.2 Hasil Perhitungan REBA ... 21

4.3 Analisis Hasil ... 29

4.4 Potensi Keberlanjutan ... 32

BAB V Penutup ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 34

(4)

iv Daftar Pustaka ... 35 Lampiran ... 36

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu komoditas perkebunan yaitu karet tak dapat dipungkiri tak lepas menjadi sorotan karena tantangan pada harga karet yang menjadi dilema para pekebun karet. Mengatasi tantangan karet ini tentunya tidaklah mudah, namun Pemerintah khususnya dalam hal ini Kementerian Pertanian tetap terus berupaya mengatasi tantangan karet ini dengan harapan harga karet dapat semakin membaik kedepannya dan dapat mensejahterakan pekebun. Harga karet ditentukan oleh pasar dunia (pasar global) sehingga dapat sangat berfluktuatif, dengan pengalaman beberapa tahun belakang relatif cenderung menurun yang disebabkan beberapa tantangan, antara lain kelebihan suplai di pasar ekspor, mengingat terdapat sejumlah negara baru yang menjadi eksportir karet. Sebelumnya produksi karet alam dunia hanya berasal dari negara penghasil karet alam terbesar yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Kemudian, beberapa negara produsen baru muncul belakangan seperti Vietnam, India, Myanmar, Laos, dan Kamboja. Untuk penghasil karet yang ada di Indonesia sendiri provinsi Sumatera Selatan adalah penghasil karet terbesar yang ada di Indonesia mencapai 982 ribu ton atau sekitar 27% dari total produksi karet nasional.

Seperti yang diketahui Penggerak utama untuk pasar karet global adalah kawasan Asia-Pasifik di mana permintaan akan karet alam tumbuh dengan kuat, dipimpin oleh China, konsumen karet terkemuka di dunia dan yang diperkirakan akan konsumsi hampir 40 persen dari total konsumsi karet dunia. Sementara itu, pertumbuhan yang kuat dalam konsumsi karet juga diperkirakan terjadi di Indonesia, India, Vietnam, dan Thailand karena industri otomotif yang berkembang di negara-negara ini. Apabila permintan karet menurun dari konsumen karet tersebut, maka akan mengalami permasalahan ekonomi sehingga turut berdampak pada harga karet tersebut. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat terutama untuk pekebun karet yang ada di provinsi Sumatera Selatan khususnya masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Dengan menurunnya tingkat pendapatan masyarakat Desa Surabaya dan tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, Hal ini mengakibatkan petani karet kurang memperhatikan keselamatan dan risiko pada saat penyadapan batang karet dan timbul ketidaknyamanan pekerja pada saat penyadapan. Selain beban pekerjaan yang cukup besar, Pekebun karet juga sering mengalami sakit- sakit pada tubuh mereka terutama pada bagian pinggang, leher dan pergelangan tangan. Postur tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan ketidaknyamanan saat penyadapan. Analisis postur kerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) pada pekerja dalam proses penyadapan batang karet sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

(6)

2 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengurangi tingkat kelelahan dalam proses penyadapan batang karet ?

2. Bagaimana cara menganalisis adanya kesalahan postur kerja pada proses penyadapan batang karet oleh pekebun karet di Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa postur kerja pekerja pada proses penyadapan batang karet.

2. Pada penelitian ini dilaksanakan di bagian proses penyadapan batang karet oleh beberapa pekebun karet yang ada di Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap postur kerja yang ada pada proses penyadapan batang karet berdasarkan teori dan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

1.5 Luaran Yang Diharapkan

Kegiatan ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang proses penyadapan batang karet untuk peningkatan produktivitas getah karet dan membantu masyarakat dalam mengatasi ketidaknyamanan dan kelelahan berlebih dengan penerapan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment).

1.6 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa memperoleh gambaran nyata tentang penerapan / implementasi dari ilmu atau teori yang selama ini dipeoleh memalui bangku kuliah dan membandingkannya dengan kondisi nyata yang ada dilapangan.

2. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dan dapat dijadikan sebagai penmbah wawasan bagi pembaca.

3. Dapat menjadi pertimbangan bagi pekebun karet untuk memperbaiki metode kerjanya.

(7)

3 BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN 2.1 Letak Geografis

Desa Surabaya terletak di pinggiran aliran sungai komering dangan luas wilayah 3.500 Ha dan jarak dengan pusat Kecamatan Madang Suku III ± 27 KM.

Beberapa aspek tinjauan meliputi : 1. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Surabaya adalah 3.500 Ha terdiri dari beberapa jenis tanah meliputi :

- Luas Pemukiman : 15 Ha

- Luas Perkebunan : 1.700 Ha

- Luas Pekarangan : 15 Ha

- Luas Sawah : 1.746 Ha

2. Batas Wilayah

Desa Surabaya membawahi 9 Dusun, 18 RT yang terbagi menjadi 4 bagian yaitu Surabaya Induk, Lirboyo, Ngapakan dan Tegal Rejo.

Adapun batas-batas wilayah Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Agung Jati - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kota Negara - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Nikan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukadamai Timur 3. Transportasi

Transportasi dari dan ke Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

2.2 Demografi

Pada tahun 2020, Jumlah penduduk di Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur adalah sebanyak ± 2502 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 1244 jiwa dan perempuan 1248 jiwa, Sedangkan jumlah rumah tangga adalah 693 dan jumlah kepala keluarga sebanyak 717 KK.

Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Menurut Dusun, Jumlah Rumah dan Jumlah KK Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

No. Dusun Jumlah Rumah

Jumlah KK

Jumlah Penduduk

1 Dusun I 80 82 283

2 Dusun II 88 89 255

3 Dusun III 104 105 335

4 Dusun IV 47 49 265

(8)

4 Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Menurut Dusun, Jumlah Rumah dan Jumlah KK Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Lanjutan)

5 Dusun V 72 74 270

6 Dusun VI 90 94 269

7 Dusun VII 64 67 287

8 Dusun

VIII 96 98 295

9 Dusun IX 52 59 243

Jumlah 693 717 2502

(9)

5 BAB III

METODE PELAKSANAAN 3.1 Definisi Ergonomi

Ergonomi merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Yunani. Ergonomi terdiri dari dua suku kata, yaitu: “ergon” yang berarti „kerja‟ dan “nomos” yang berarti „hukum atau aturan‟. Dari kedua suku kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bawa ergonomi adalah hukum atau aturan tentang kerja atau yang berhubungan dengan kerja. Secara singkat bisa disebut bahwa ergonomi adalah ilmu kerja.

Berikut beberapa definisi ergonomi menurut para ahli:

a. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan elemen – elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya. Ergonomi berhubungan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah ataupun di tempat rekreasi ( Irhash, 2010 )

b. Definisi ergonomi menurut Ginting Rosnani (2010) adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi – informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan juga bekerja pada suatu sistem yang baik yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan melalui pekerjaan yang efektif dan efisien.

Ergonomi berhubungan optimasi, kesehatan, efisiensi, kenyamanan dan keselamatan di tempat kerja, dirumah dan tempat rekreasi. Ergonomi juga bisa disebut Human Factors. Ergonomi juga dipakai oleh beberapa ahli di bidangnya semisal ahli arsitektur, ahli anatomi, perancangan produk, fisioterapi, fisika, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik industri.

Ergonomi juga berperan pada desain pekerjaan di suatu organisasi seperti penentuan jumlah jam istirahat, meningkatkan variasi kerja dan pemilihan jadwal pergantian waktu kerja. Ergonomi bisa juga berperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin begitu banyaknya pekerjaan yang berhubungan dengan komputer.

3.2 Prinsip – Prinsip Ergonomi

Dalam memahami prinsip – prinsip ergonomi semakin mempermudah adanya evaluasi setiap tugas dan pekerjaan walaupun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam

(10)

6 pekerjaan yang terus berubah.

Prinsip ergonomi adalah suatu pedoman yang dalam penerapannya ergonomi di tempat kerja. Berdasarkan pendapat Baiduri dalam sautu diklat kuliah ergonomi, sedikitnya terdapat 12 prinsip ergonomi antara lain:

1. Mengurangi beban berlebihan 2. Mencakup jarang ruang

3. Minimalisasi gerakan statis ( berulang )

4. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti 5. Bekerja dalam posisi atau postur normal

6. Menempatkan peralatan berada dalam jangkauan 7. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan 8. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman 9. Meminimalisasi titik beban

10. Melakukan gerakan, olahraga dan juga peregangan saat bekerja 11. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh

Selain itu secara umum prinsip – prinsip ergonomi terbagi atas 5 point diantaranya sebagai berikut:

1. Kegunaan (Utility) artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki manfaat kepada seseorang dalam mendukung aktivitas atau kebutuhan secara maksimal tanpa mengalami suatu kesulitan ataupun masalah dalam kegunaannya. Contohnya prinsip ergonomi ini yakni: kemeja diberi kancing untuk memudahkan mengenakan dan melepaskan.

2. Keamanan (Safety) artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki fungsi yang memiliki manfaat tanpa resiko yang membahayakan keselamatan ataupun yang ditimbulkan dapat merugikan bagi pemakainya. Contohnya,saku baju diberi tutup dan kancing agar benda tidak mudah jatuh.

3. Kenyamanan (Comfortability) artinya produk yang dihasilkan memiliki tujuan yang sesuai atau tidak mengganggu aktivitas dan upayakan mendukung aktivitas seseorang. Contohnya, kain yang dipilih dari serat lembut, sejuk dan menyerap keringat

4. Keluwasan (Flexibility) artinya dapat digunakan untuk kebutuhan dalam kondisi ataupun fungsi ganda. Contohnya, baju diberi saku agar dapat menyimpan benda – benda kecil

(11)

7 5. Kekuatan (Durability) artinya harus awet dan juga tahan lama dan

tidak mudah rusak jika digunakan. Contohnya, bahan baju terbuat dari kain yang awet dan dijahit kuat.

3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Ergonomi

Menurut Mira (2009) dalam Wardaningsih (2010) ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Faktor manusia

Penataan dalam sistem kerja menuntut faktor manusia sebagai pelaku/pengguna menjadi titik sentralnya. Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human Centered Design (HCD) atau perancangan berpusat pada manusia. Perancangan dengan prinsip HCD, berdasarkan pada karakter – karakter manusai yang akan berinteraksi dengan produknya. Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomis.

Faktor pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu : faktor dari dalam diri (internal factors) seperti : umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dll dan faktor dari luar (external factor) yakni meliputi : penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial, dll.

2. Faktor Antropometri

Antropometri yaitu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya. Ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan posisi tenaga kerja, dengan demikian penerapan antropometri mutlak diperlukan guna menjamin adanya sistem kerja yang baik. Ukuran alat – alat kerja erat kaitannya dengan tubuh penggunanya. Jika alat – alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan pekerjaan dengan cara yang tidak alamiah.

3. Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP (Standard Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus

(12)

8 dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.

4. Faktor Manusia dan Mesin

Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai sarana kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi sangat erat sehingga merupakan satu kesatuan. Secara ergonomis, hubungan antara manusia dengan mesin haruslah merupakan suatu hubungan yang selaras, serasi dan sesuai.

5. Faktor Pengorganisasian Kerja

Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, waktu lembur dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja. Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat.

Jam kerja selama 8 (delapan) jam/hari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui. Apabila tidak dapat dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru atau perbanyakkan kerja shift.

6. Faktor Pengendalian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang manusiawi merupakan faktor pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja. Sedangkan lingkungan kerja yang buruk (melampaui nilai ambang batas yang telah ditetapkan), yang melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya, tidak hanya akan menurunkan produktivitas kerja tetapi juga akan menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman sehat dan selamat.

Terdapat berbagai faktor lingkunga kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan dan efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor fisik seperti : pengaruh kebisisngan , penerangan, iklim kerja, getaran. Faktor kimia seperti : pengaruh bahan kimia, gas, uap, debu.

Faktor fisiologis seperti : sikap dan cara kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur. Faktor psikologis seperti : suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan yang terakhir faktor biologis seperti infeksi karena bakteri, jamur, virus, cacing, dsb.

(13)

9 3.4 Postur

Postur adalah pergerakkan aktif dan merupakan hasil dari banyak pergerakkan tubuh yang sebagian besar memiliki karakter yang saling menguatkan (Bridger, 2003) dalam (Angkoso R, 2012). Pembagian postur kerja dalam ergonomi didasarkan atas posisi tubuh dan pergerakkan. Berdasarkan posisi tubuh, postur kerja dalam ergonomic terdiri dari :

1. Posisi Netral (Neutral Posture), yaitu postur dimana seluruh anggota tubuh berada pada posisi yang wajar dan kontraksi pada otot tidak berlebihan sehingga anggota tubuh, jaringan syaraf lunak dan tulang tidak mengalami pergeseran, pembebanan dan kontraksi yang berlebihan.

2. Postur Janggal (Awkward Posture) yaitu postur dimana posisi tubuh (lutut, sendi dan punggung) secara signifikan menyimpang dari posisi netral pada saat melakukan aktivitas yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh manusia dalam menghadapi beban dalam waktu yang lama. Selain itu, postur janggal membutuhkan energi yang lebih besar, oleh karena itu semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi janggal tersebut, sehingga dampak pada kerusakan otot rangka semakin besar (Bridger, 1995) dalam (Angkoso, 2012).

Memperbaiki postur kerja pegawai maupun penunjang seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1 Postur Tubuh Saat Duduk (Sumber : Ergo @ WSH)

Sedangkan untuk para penunjang di bagian pengangkatan beban (Arsip) adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Memastikan postur mengangkat yang tepat

Langkah 2 : Bergerak mendekati objek dan tekuk lutut untuk mengambil objek

Langkah 3 : Pegang objek dengan kuat dan dekatkan dengan tubuh Anda

(14)

10 Langkah 4 : Angkat objek dengan meluruskan kaki, menjaga punggung

tetap lurus

Langkah 5 : Memiliki firasat kuat pada objek sebelum pindah

Gambar 3.2 Postur Tubuh Saat

Mengangkat Beban (Sumber : Ergo @ WSH)

Hal – hal yang berkaitan dengan peningkatan risiko terhadap postur janggal antara lain :

1. Persendian yang bergerak melebihi posisi netral 2. Otot berkontraksi pada level tekanan tinggi 3. Banyaknya gerakkan postur tersebut

4. Lamanya waktu terhadap postur janggal (OHSCO, 2007) dalam (Angkoso R, 2012)

3.5 Metode REBA ( Rapid Entire Body Assessment )

REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah sebuah metode dalam bidang ergonomic yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment), tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang didalamnya termasuk faktor – faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan

“The Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang paling unggul.

Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangan untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja. Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang timbul atau kelelahan yang

(15)

11 berlebihan. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari pekerjaannya.

Dengan adanya resiko terjadinya cedera atau kelelahan akibat postur tubuh yang tidak netral menyebapkan penilaian postur menjadi hal penting untuk dilakukan. Maka dengan begitu metode REBA dipilih untuk menyelesaikan penelitian ini, karena REBA merupakan salah satu metode pengukuran ergonomis.

Langkah-langkah dalam menggunakan metode REBA ini dilakukan dengan cara penelitian langsung kelapangan untuk mengambil sampel berupa foto, kemudian menghitung tingkat kemiringan sudut pada masing – masing group postur kerja dan memberikan penilaian pada masing – masing group tersebut.

Pengembangan dari percobaan metode REBA adalah :

1. Untuk mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh yang pantas untuk risiko musculoskeletal pada berbagai macam tugas.

2. Untuk membagi tubuh kedalam bagian – bagian untuk pemberian kode individual, menerangkan rencana perpindahan.

3. Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis (kelompok bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi berulang, contohnya pengulangan yang unggul pada veces/minute, kecuali berjalan kaki), tidak cocok dengan perubahan posisi yang cepat.

4. Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan beban adalah penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak selalu bisa dilakukan dengan tangan.Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk manipulasi beban manual.

5. Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir dengan indikasi dalam keadaan terpaksa.

Metode REBA juga dilengkapi dengan faktor coupling, beban eksternal aktivitas kerja. Dalam metode ini, segmen – segmen tubuh dibagi menjadi dua group, yaitu group A dan group B. Group A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sedangkan group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Penilaian postur kerja pada masing – masing group tersebut didasarkan pada postur – postur dibawah ini:

(16)

12 3.5.1 Penilaian Postur Tubuh REBA Grup A

Postur tubuh grup A terdiri atas batang tubuh (trunk), leher (neck) dan kaki (legs).

1. Batang Tubuh (Trunk)

Gambar 3.3 Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk) dapat dilihat pada Tabel 3.2 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk).

Tabel 3.2 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey) 2. Leher (Neck)

Gambar 3.4 Postur Tubuh Bagian Leher (Neck) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

(17)

13 Skor penilaian untuk leher (neck) dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Skor Bagian Leher (Neck)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey) 3. Kaki (Legs)

Gambar 3.5 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk kaki (legs) dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Skor Bagian Kaki (Legs)

.

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Nilai dari skor postur tubuh leher, batang tubuh dan kaki dimasukkan ke Tabel 3.5 untuk mengetahui skornya.

(18)

14 Tabel 3.5 Skor Grup A REBA dan Beban

Table A

Neck

1 2 3

Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Trunk Posture

Score

1 1 2 3 4 1 2 3 5 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Tabel A merupakan penggabungan nilai dari group A untuk skor postur tubuh, leher dan kaki. Sehingga didapatkan skor tabel A.

Kemudian skor tabel A dilakukan penjumlahan terhadap besarnya beban atau gaya yang dilakukan operator dalam melaksanakan aktivitas.

Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan skor beban atau besarnya gaya. Skor tabel A ditambah 0 (nol) apabila berat beban atau besarnya gaya dinilai <5 Kg, ditambah 1 (satu) bila berat beban atau besarnya gaya antara kisaran 5-10 Kg, ditambah 2 (dua) bila berat beban atau besarnya gaya dinilai > 10 Kg. Pertimbangan mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerja, bila terdapat gerakan perputaran (twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu).

3.5.2 Penilaian Postur Tubuh REBA Grup B

Postur tubuh grup B terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm) dan pergelangan tangan (wrist).

a. Lengan Atas (Upper Arm)

Gambar 3.6 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas (upper arm) dapat dilihat pada Tabel 3.6.

(19)

15 Tabel 3.6 Skor Bagian Lengan Atas (Upper Arm)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey) b. Lengan Bawah (Lower Arm)

Gambar 3.7 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

c. Pergelangan Tangan (Wrist)

Gambar 3.8 Postur Tubuh Bagian Pergelangan Tangan (Wrist) (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor penilaian untuk ostur tubuh pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada Tabel 3.7

Tabel 3.7 Skor Bagian Pergelangan Tangan (Wrist)

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

(20)

16 Tabel 3.8 Skor Grup B REBA dan Coupling

Table B

Lower Arm

1 2

Wrist 1 2 3 1 2 3

Upper Arm Score

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.

Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Sehingga didapatkan skor tabel B. Kemudian skor tabel B dilakukan penjumlahan terhadap perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan.

Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan. Skor tabel B ditambah 0 (nol) yang berarti good atau terdapat pegangan pada beban dan operator mengangkat beban hanya dengan mengunakan separuh tenaga, ditambah 1 (satu) yang berarti fair atau terdapat pegangan pada beban walaupun bukan merupakan tangkai pegangan dan operator mengangkat beban dengan dibantu mengunakan tubuh lain, ditambah 2 (dua) yang berarti poor atau tidak terdapat pegangan pada beban, dan ditambah 3 (tiga) yang berarti unacceptable tidak terdapat pegangan yang aman pada beban dan operator mengangkat beban tidak dapat dibantu oleh angota tubuh lain.

Untuk memperoleh skor akhir (grand score), skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke Tabel C. Kemudian skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktivitas.

(21)

17 Berikut ini adalah tabel skor C dan skor aktivitas.Tabel 3.9

Tabel 3.9 Penilaian Skor Tabel C dan Skor Aktivitas Score A

(score form table A + load/force

score)

Table C

Score, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Skor C ditambah 1 (satu) dengan skor aktifitas apabila satu atau beberapa bagian tubuh bergerak secara statis untuk waktu yang lebih dari satu menit, terdapat beberapa pengulangan pergerakan 4 (empat) kali dalam satu menit (belum termasuk berjalan), dan pergerakan atau perubahan postur lebih cepat dengan dasar yang tidak stabil. Tahap terakhir dari REBA menilai action level dari hasil final skor REBA.

Berikut ini adalah tabel Action Level dari metode REBA.

Tabel 3.10 Level Akhir dari Skor REBA

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

(22)

18 +1 : 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari satu menit

+2 : Penggulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4 kali permenit (tidak termasuk berjalan)

+3 : Gerakan menyebabkan perubahan atas pergersersan postur yang cepat dari posisi awal

Tabel 3.11 Activity Score

Sumber: Hignett, 2000

(23)

19 BAB IV

HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KEBERLANJUTAN 4.1 Hasil yang Dicapai

Pengambilan data yang dilakukan dalam PKM-M ini adalah pada pemeriksaan dari 10 titik sampling yang ada pada Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Cara pengambilan sample yang dilakukan pada kerja praktek ini adalah pengambilan acak.

Tabel hasil perhitungan sudut para penyadap karet dapat dilihat pada Tabel 4.12 dibawah ini.

Tabel 4.12 Tabel Hasil REBA Group A dan B

No. Nama Foto Grup A Grup B

Trunk Neck Legs Upper Lower Wrist

1 Abu Naim

24°

>20°

+ miring

Tersebar

merata 28° 121.5°

> 15°

+ berputar

2 Kurnio

24.4°

+ miring

> 20°

+ miring

Kaki Tidak seimbang

dan lutut bertekuk diantara 30° - 60°

50.9° 121.9°

> 15°

+ berputar

3 Desmi

60.5°

+ miring

18.9°

+ miring

Berdiri dan tersebar

tidak merata

60.5° 96°

> 15°

+ berputar

4 Budiono

0° 19.2° Tersebar

merata 17.1° 96.7°

> 15°

+ berputar

(Sumber : Pengukuran Sudut pada Aplikasi Image Meter)

(24)

20 Tabel 4.12 Tabel Hasil REBA Group A dan B (Lanjutan)

5 Sulaiman

31.3°

+ miring

18.8°

+ miring

Tersebar Tidak merata

65° 119.2°

> 15°

+ berputar

6 Resmala

39°

+ miring

14.2° Tersebar

merata 82° 81°

> 15°

+ berputar

7 Samsiah

85.5°

> 20°

+ miring

Tersebar tidak merata

82.7° 121.6°

> 15°

+ berputar

8 Subli

15.5°

+ extension

dan miring

> 20°

extension + miring

Tersebar merata

70°

+ bahu ditinggikan

91°

> 15°

+ berputar

9 Hery

63.2° >20° Tersebar

merata 81° 85.5°

> 15°

+ berputar

10 lina

84.4°

> 20°

+ miring

Tersebar tidak merata

84.6° 67.1°

> 15°

+ berputar

(Sumber : Pengukuran Sudut pada Aplikasi Image Meter)

(25)

21 4.2 Hasil Perhitungan REBA

Dari pengukuran sudut yang terdapat dalam Tabel 4.12,maka dapat dihitung dalam pengolahan data dan perhitungan postur tubuh yang tercantum pada Tabel yang berada di bawah.

Perhitungan postur tubuh ini berdasarkan perhitungan postur tubuh pada penilaian postur tubuh Grup A dan Tabel Grup B untuk REBA.

Tabel 4.13 Cara Perhitungan REBA

No. Nama Foto Grup A Grup B

Trunk Neck Legs Upper Lower Wrist

1 Abu Naim

24°

>20°

+ miring

Tersebar tidak merata

28° 121.5°

> 15°

+ berputar

(Sumber : Pengukuran Sudut pada Aplikasi Image Meter) Berdasarkan perhitungan sudut diatas, dapat dilihat bahwa Abu mendapat nilai 3 untuk batang tubuhnya karena membentuk sudut 24° (20° - 60°)

Table 4.14 Skor Bagian Batang Tubuh

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Mendapat nilai 3 untuk leher karena membentuk sudut >20°

yaitu 35° dan leher miring ke samping.

(26)

22 Tabel 4.15 Skor Bagian Leher

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Mendapat nilai 2 karena posisi kaki adalah tidak tertopang rata / duduk.

Tabel 4.16 Skor Bagian Kaki

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Maka dari itu, hasil dari grup A yang didapat oleh Abu adalah 6

Tabel 4.17 Skor Grup A REBA

Table A Neck

1 2 3

Legs

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Trunk Posture Score

1 1 2 3 4 1 2 3 5 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9 (Sumber : Perhitungan REBA)

Dan untuk nilai pada Grup B, Abu mendapat nilai 2 untuk upper arm karena membentuk sudut 28°

(27)

23 Tabel 4.18 Skor Bagian Lengan Atas

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Mendapat nilai 2 untuk lower arm karena membentuk sudut 121.5°

Gambar 4.9 Skor Bagian Lengan Bawah (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

Dan mendapat nilai 2 + 1 untuk pergelangan tangan karena melebihi sudut 15° dari titik tumpu dan berputar.

Tabel 4.19 Skor Bagian Pergelangan Tangan

(Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)

(28)

24 Maka dari itu, pada grup B Abu mendapat nilai 4 dapat dilihat

di tabel dibawah ini

Tabel 4.20 Skor Grup B REBA

Table B Lower Arm

1 2

Wrist 1 2 3 1 2 3

Upper Arm

1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9 (Sumber : Perhitungan REBA)

Tabel 4.21 Tabel perhitungan REBA

No. Nama Foto Grup A

Hasil Grup B

Hasil Trunk Neck Legs Upper Lower Wrist

1 Abu Naim

3 2+1 2 6 2 2 2+1 4

2 Kurnio

3+1 2+1 2+1 8 3 2 2+1 5

3 Desmi

4+1 1+1 1 6 3 1 2+1 5

(29)

25 Tabel 4.21 Tabel perhitungan REBA ( Lanjutan )

4 Budiono

1 1 1 1 1 1 2+1 2

5 Sulaiman

3+1 1+1 2 6 3 2 2+1 5

6 Resmala

3+1 1 1 3 3 1 2+1 5

7 Samsiah 4 2+1 2 7 3 2 2+1 5

8 Subli 2+1 2+1 1 5 3+1 1 2+1 5

(Sumber : Pengukuran Sudut pada Aplikasi Image Meter)

(30)

26 Tabel 4.21 Tabel perhitungan REBA ( Lanjutan )

9 Hery 4 2 1 5 3 1 2+1 5

10 Lina 4 2+1 2 7 3 1 2+1 5

(Sumber : Pengukuran Sudut pada Aplikasi Image Meter)

Hasil dari perhitungan REBA diatas, didapatnya nilai skor Grup C yang dapat menentukan resiko - resiko yang diterima oleh pekerja penyadap karet terdapat pada Tabel 4.21. Grand Score C ini dapat dilihat pada Tabel 4.22

No. Nama Foto Grup A

Hasil Grup B

Hasil Trunk Neck Legs Upper Lower Wrist

1 Abu

Naim 3 3 2 6 2 2 3 4

(Sumber : Pengukuran Sudut pada Aplikasi Image Meter)

(31)

27 Pada postur kerja Abu, mendapat skor 6 untuk grup A dan

skor 4 untuk Grup B. Maka untuk melihat skor pada grup C bisa melihat di tabel dibawah ini :

Tabel 4.22 Grand Score Grup A dan B

Score A (score

form table A + load/force

score)

Table C

Score, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

(Sumber : Perhitungan REBA) Tabel 4.23 Hasil resiko REBA

No. Nama

Score Action Level

A B C Level Aksi

Score REBA

Level

Risiko Aksi

1 Abu

Naim

6 4 7 2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

2 Kurnio 8 5 10 3 8-10 Tinggi

Kondisi bahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

3 Desmi 6 5 8 3 8-10 Tinggi

Kondisi bahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

( Sumber : Pengelolaan Activity Score)

(32)

28 Tabel 4.23 Hasil resiko REBA (Lanjutan)

4 Budiono 1 2 1 0 0-1 Sangat

Rendah

Risiko masih dapat diterima dan tidak perlu diubah

5 Sulaiman 6 5 8 3 8-10 Tinggi

Kondisi bahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

6 Resmala 3 5 4 2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

7 Samsiah 7 5 9 3 8-10 Tinggi

Kondisi bahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

8 Subli 5 5 6 2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

9 Hery 5 5 6 2 4-7 Sedang Butuh pemeriksaan dan perubahan

10 Lina 7 5 9 3 8-10 Tinggi

Kondisi bahaya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan perubahan dengan segera

( Sumber : Pengelolaan Activity Score)

Ketidaksesuaian postur kerja yang dialami oleh para penyadap karet, disebabkan oleh beberapa faktor,Antara lain :

1) Manusia

Pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitive work) merupakan karakter pekerjaan dan penyakit kerja akan menjadi fokus dan bahasan yang penting

2) Material

a) Posisi alat - alat kerja dalam stasiun kerja

b) Pada ketinggian alat sadap dan posisi tempat penyadapan pada pekerja sudah nyaman untuk digunakan pada saat bekerja, namun masih terdapat posisi ketinggian tempat sadapan masih terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga membuat penyadapan batang karet tidak nyaman.

(33)

29 4.3 Analisis Hasil

Berdasarkan perhitungan REBA dapat diketahui bahwa :

1) Resiko tertinggi diterima oleh Kurnio saat melakukan penyadapan sehingga membutuhkan pemeriksaan dan perubahan dengan segera.

2) Resiko terendah diterima oleh Budiono sehingga tidak memerlukan perubahan.

Berikut adalah perubahan risiko yang diterima para penyadap karet yang berada di Desa Surabaya Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet

No. Nama Foto Masalah Perubahan

1 Abu Naim

1. Sudut bahu tidak benar

2. Sudut leher terlalu condong ke bawah

1. Sesuaikan ketinggian posisi tempat

penyadapan agar sudut bahu tidak terlalu rendah 2. Menjaga leher agar

tetap tegak tapi tidak tegang

2 Kurnio

1. Kepala miring terlalu berlebihan

2. Tidak ada tumpuan untuk kaki / lutut

1. Menjaga leher agar tetap tegak tapi tidak tegang

2. Bergerak mendekati objek dan tekuk lutut untuk melakukan penyadapan

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

(34)

30 Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet (Lanjutan)

3 Desmi

1. Badan terlalu bungkuk sehingga akan

menyebabkan nyeri pada pinggang 2. Posisi kaki tidak

sejajar

Saat penyadapan usahakan tetap meluruskan kaki, menjaga punggung tetap lurus

4 Budiono Kepala miring ke

samping

Menjaga leher agar tetap tegak tapi tidak tegang

5 Sulaiman

1. Kepala miring terlalu berlebihan

2. Badan terlalu bungkuk sehingga akan menyebabkan nyeri pada pinggang 3. Posisi kaki tidak

sejajar

1. Menjaga leher agar tetap tegak tapi tidak tegang

2. Bergerak mendekati objek dan luruskan kaki untuk melakukan penyadapan

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

(35)

31 Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet (Lanjutan)

6 Resmala

1. Kepala miring terlalu berlebihan

2. Badan terlalu bungkuk sehingga akan menyebabkan nyeri pada pinggang

1. Menjaga leher agar tetap tegak tapi tidak tegang

2. Bergerak mendekati objek pinggang tidak terlalu bungkuk untuk melakukan

penyadapan

7 Samsiah

1. Badan terlalu

bungkuk sehingga akan menyebabkan nyeri pada pinggang 2. Posisi kaki tidak

sejajar

3. Tempat penyadapan terlalu rendah

1. Bergerak mendekati objek dan tekuk lutut untuk melakukan penyadapan agar pinggang tidak terlalu bungkuk 2. Sesuaikan

ketinggian tempat penyadapan

8 Subli

1. Sudut leher terlalu condong ke belakang 2. Sudut pinggang

terlalu condong ke belakang

3. Tangan kanan menjadi tumpuan pada saat penyadapan

1. Menjaga leher agar tetap tegak tapi tidak tegang

2. Sesuaikan ketinggian tempat penyadapan

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

(36)

32 Tabel 4.24 Perubahan pada Resiko yang Diterima Para Penyadap Karet (Lanjutan)

9 Hery

1. Badan terlalu bungkuk sehingga akan menyebabkan nyeri pada pinggang 2. Posisi kaki tidak

sejajar

1. Bergerak mendekati objek dan tekuk lutut untuk melakukan penyadapan agar pinggang tidak terlalu bungkuk 2. Sesuaikan ketinggian

tempat penyadapan

10 Lina

1. Badan terlalu bungkuk sehingga akan menyebabkan nyeri pada pinggang 2. Posisi kaki tidak

sejajar

1. Bergerak mendekati objek dan tekuk lutut untuk melakukan penyadapan agar pinggang tidak terlalu bungkuk

2. Sesuaikan ketinggian tempat penyadapan

( Sumber : Analisis Perhitungan REBA)

4.4 Potensi Keberlanjutan

Aspek terpenting dalam program pengabdian masyarakat adalah pada potensi keberlanjutan. Keberlanjutan program Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment ini dapat didukung dengan terbentuknya komunitas para penyadap karet yang diberi nama (Beku Aman, Karet Aman dan Sehat) BAKAS. Komunitas ini memiliki tugas sebagai penyebar informasi kepada penduduk sekitar mengenai pentingnya memperhatikan postur tubuh saat menyadap karet agar tidak terjadi kesalahan, cidera dan kelelahan yang berlebihan pada para penyadap karet. Karena antusiasme dari mitra yaitu Kelompok Tani Seroja untuk mendukung program ini, dibentuklah sebuah divisi baru dalam Kelompok Tani Seroja yang khusus mengurusi dibidang perkebunan Karet. Ketua divisi ini terdiri dari satu ketua divisi dan lima anggota divisi lainnya. Ketua dan anggota divisi ini dipilih langsung oleh ketua Kelompok Tani Seroja berdasarkan kefahaman mengenai program Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment. Devisi ini memiliki tugas sebagai pengelola karet dalam hal proses penyadapan karet agar tidak terjadi kelelahan yang berlebihan.

(37)

33 Diharapkan dengan terbentuknya devisi ini dapat menarik perhatian seluruh warga kampung untuk ikut serta dalam memperhatikan postur tubuh saat berkerja terutaman untuk para penyadap karet.

Keberlanjutan program Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment juga mampu mendukung beberapa aspek kehidupan, seperti :

1. Aspek Ekonomi

Ketika program Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment ini berhasil pekerja dapat beraktifitas dengan baik, aman dan kelelahan yang berlebihan. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan atau mengurangi pengeluaran para penyadap karet tersebut.

2. Aspek Sosial

Dengan berhasilnya Desa Surabaya dalam program (Beku Aman, Karet Aman dan Sehat) BAKAS ini diharapkan dapat menginspirasi desa atau dusun lain atau sebagai desa perintis dalam upaya untuk memperhatikan cara menyadap karet yang baik dengan menerapkan program ini.

(38)

34 BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan yaitu menurut perhitungan REBA didapatkan bahwa pekerja penyadap karet umumnya memiliki tingkat level resiko yang tinggi, nilai yang tertinggi yaitu 10, akan tetapi ada 1 pekerja yang memiliki level resiko yang rendah dengan nilai 1.

5.2 Saran

Saran yang penulis dapat diberikan untuk pekerja penyadapkaret adalah memperbaiki postur tubuh dengan cara mengurangi sudut di bagian Trunk , Neck dan Legs saat penyadapan karet.

(39)

35 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel. 2020. Dampak covid 19 penurunan ekspor karet sumsel berlanjut. https://sumatra.bisnis.com. Basis Diakses pada tanggal 4 Juli 2020.

Departemen Pertanian. 2020. Kementan tanggap dampak akibat penyebaran covid 19 bagi ekspor komoditas perkebunan.

http://ditjenbun.pertanian.go.id. [4 Juli 2020].

Ginting, R. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu

Husein T, dkk. 2009. Perancangan Sistem Kerja Ergonomis Untuk Mengurangi Tingkat Kelelahan. Universitas Mercu Buana. Jakarta. Fakultas Teknik.

Iridiastadi H, Yassierli. 2016. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kantor Kepala Desa (2020), Profil Desa Surabaya.: Kecamatan Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Lamalouk, Engelberth Ivangelist. Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode RULA Pada Karyawan PT. KANISIUS. Proposal Kerja Praktek.

Yogyakarta, 2017.

Sari, Degi D. 2018. Analisa Postur Kerja dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) pada Perkantoran SKK MIGAS Fakultas Teknik.

Universitas Mercu Buana. Jakarta.

Setiawan, P. 2016. Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Macanan Jaya Cemerlang Klaten-Jawa Tengah- Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta.

Susanti, L., Yuliandra, B., Zadry, H. 2015. Pengantar Teknik Industri diakses padahttps://www.researchgate.net/publication/313531615_Pengantar_Er gon omi_Inodustri.

Tarwaka, 2014. Ergonomi Industri; Dasar - dasar Pengetahuan Ergonomi dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press

Winsih, Ade Irma, Irwan Eka S, Mudrik. Teknik Pengolahan Lahan Kering Untuk Peningkatan Produktivitas Padi di Desa Sungai Baung Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara. Proposal Program Kreativitas Mahasiswa.

Indralaya, 2015.

(40)

36

LAMPIRAN

(41)

37 LEMBAR BIMBINGAN KP/PKL/KKP/KKN

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BINA DARMA

Nama Mahasiswa/i : Syarif Syahril Hidayat

NIM : 171730025

Judul : Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment

No. Tanggal Materi Bimbingan Catatan

Tanda Tangan Dosen Pembimbing

1

2

3

4 November 2020

8 November 2020

10 November 2020

Perbaikan laporan PKM- M pada potensi

keberlanjutan

Perbaikan pada analisis bab IV, format gambar dan tabel

Perbaikan pada sub bab III metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Memperbaiki dan menambahkan penjelasan- penjelasan pada potensi

keberlanjutan.

Memperbaiki analisis pada bab IV, format gambar dan tabel pada pada laporan dan

menambahkan sumber pada setiap gambar dan tabel.

Melakukan penambahan kalimat yang menjelaskan bahwa metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) akan digunakan untuk penelitian ini

(42)

38 4

5

6

12 November 2020

13 November 2020

15 November 2020

Perbaikan format penulisan laporan PKM pada sub bab potensi keberlanjutan dan pada bab V penutup

Melengkapi lampiran pada laporan dan perbaikan format penulisan

Memperbaiki format penulisan laporan sesuai dengan buku pedoman penulisan laporan PKM Melakukan penambahan pada lapiran dan memperbaiki format penulisan sesuai dengan buku pedoman penulisan laporan PKM Acc ujian

Palembang, 15 November 2020 Mengetahui Dosen Pembimbing

Septa Hardini,ST.,MT

(43)

39 ARTIKEL PKM-M

Analisis Postur Tubuh Kerja dalam Proses Penyadapan Batang Karet

Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assessment

Syarif Syahril Hidayat

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Darma

Jalan Trans Batumarta 9, RT 5/ RW 3, Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan

Email : hidayatsyarif950@gmail.com Abstrak

Seperti yang diketahui bahwa negara Cina sebagai negara importir karet terbesar saat ini sedang mengalami permasalahan ekonomi sehingga turut berdampak pada harga karet tersebut. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat terutama untuk pekebun karet yang ada di provinsi Sumatera Selatan khususnya masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang mayoritas masyarakatnya adalah pekebun karet dan luas perkebunannya mencapai 1.700 Ha. Dengan menurunnya tingkat pendapatan masyarakat Desa Surabaya dan tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, Hal ini mengakibatkan petani karet kurang memperhatikan keselamatan dan risiko pada saat penyadapan batang karet dan timbul ketidaknyamanan pekerja pada saat penyadapan. Maka perlu melakukan analisis terhadap postur kerja yang ada pada proses penyadapan batang karet, dalam penelitian ini menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) karena salah satu metode pengukuran yang ergonomis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pekerja penyadap karet umumnya memiliki tingkat level resiko yang tinggi, nilai yang tertinggi yaitu 10, akan tetapi ada 1 pekerja yang memiliki level resiko yang rendah dengan nilai 1.

Kata kunci : karet, postur, ergonomis, risiko, reba 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu komoditas perkebunan yaitu karet tak dapat dipungkiri tak lepas menjadi sorotan karena tantangan pada harga karet yang menjadi dilema para pekebun karet. Mengatasi tantangan karet ini tentunya tidaklah mudah, namun Pemerintah khususnya dalam hal ini Kementerian Pertanian tetap terus berupaya mengatasi tantangan karet ini dengan harapan harga karet dapat semakin membaik kedepannya dan dapat mensejahterakan pekebun. Harga karet ditentukan oleh pasar dunia (pasar global) sehingga dapat sangat berfluktuatif, dengan pengalaman beberapa tahun belakang relatif cenderung menurun yang disebabkan beberapa tantangan, antara lain kelebihan suplai di pasar ekspor, mengingat terdapat sejumlah negara baru yang menjadi eksportir karet. Sebelumnya produksi karet alam dunia hanya berasal dari negara penghasil karet alam terbesar yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Kemudian, beberapa negara produsen baru muncul belakangan seperti Vietnam, India, Myanmar, Laos, dan Kamboja. Untuk penghasil karet yang ada di Indonesia sendiri provinsi Sumatera Selatan adalah penghasil karet terbesar yang ada di Indonesia mencapai 982 ribu ton atau sekitar 27%

dari total produksi karet nasional.

Seperti yang diketahui bahwa negara Cina sebagai negara importir karet terbesar saat ini sedang mengalami permasalahan ekonomi sehingga turut berdampak pada harga karet tersebut.

Ditambah dengan adanya pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan negara di dunia awal tahun ini yang mengakibatkan adanya kebijakan dari masing-masing negara untuk membatasi penyebarannya, salah satunya pembatasan ekspor – impor. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat terutama untuk pekebun karet yang ada di provinsi Sumatera Selatan khususnya masyarakat Desa Surabaya, Kecamatan Madang Suku III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

Dengan menurunnya tingkat pendapatan masyarakat Desa Surabaya dan tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, Hal ini mengakibatkan petani karet kurang memperhatikan

Gambar

Gambar 3.1 Postur Tubuh Saat Duduk  (Sumber : Ergo @ WSH)
Gambar  3.2  Postur  Tubuh  Saat
Gambar 3.3 Postur Tubuh Bagian Batang Tubuh (Trunk)  (Sumber : S. Hignett, L. McAtammey)
Tabel 3.3 Skor Bagian Leher (Neck)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 1 Peta Lokasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kembu 10 Gambar 2 Dokumentasi Penanaman Buah Merah di Distrik Kembu 11 Gambar 3 Peta Lokasi Penanaman Buah Merah di

Dari babak penyisihan ini akan diambil 10 tim dengan skor tertinggi untuk mengikuti babak Final yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 November 2016.. Babak Final

Aktivitas selulase filtrat biakan kedua jenis fungi pada media dengan potongan batang semai umur 8 minggu lebih tinggi dibanding aktivitas selulase filtrat biakan

Belakangan ini banyak siswa SD, SLTP, maupun SLTA terlibat dalam berbagai kasus. Tidak mengikuti pelajaran pada saat jam sekolah merupakan sikap indisipliner menjadi hal

Menyadari tentang keberadab manusia seutuhnya dan ketergantungan terhadap lingkungan, maka sewajarnya apabila Pendidikan Jasmani dianggap sebagai pendidikan melalui jasmani

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF DAN MATHEMATICAL HABITS OF MIND SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen pada Kelas VIII Salah

Merupakan formulir yang digunakan setiap bagian/unit kerja di rumah sakit Panti Nugroho untuk melakukan pemesanan permintaan kebutuhan logistik non medis kepada

Lebih lanjut jenis-jenis belajar yang menyangkut masalah belajar (Djamarah, 2011) sebagai berikut adalah: 1) Belajar Arti Kata-Kata, artinya adalah siswa mulai