• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BIOGRAFI PENULIS

D. Unsur instrinsik Novel

Unsur intrinsik dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah sebagai berikut:

23 1. Tema

Tema utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah keluarga. Tetapi jika difokuskan memiliki tema perjuangan seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal (Single Parent) untuk anak laki-lakinya karena ibunya meninggal dunia ketika melahirkan anak laki-lakinya.

2. Penokohan

Berikut ini tokoh-tokoh utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora:

a. Arjuna Dewangga

Arjuna Dewangga merupakan tokoh utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, ia adalah seorang laki-laki jawa yang penuh kharisma, penuh cinta, dermawan, setia dan keras kepala.

Lelaki penuh kharisma itu mellajukan mobil varian jeep tercepat dan berteknologi maju. New Grand Cherokee, SRT8 berwarna merah (Kejora, 2015: 12).

Juna lelaki yang bersorot mata teduh itu juga membawa 300 kotak kue dan paket makanan dri sebuah produk ayam goreng dalam negeri. Selain itu, juga ada 5 keranjang besar buah-buahan, dan 20 dus minuman soft drink yang ia serahkan kepada Bu Nurja, pengasuh panti. Ia hanya minta semua makanan dibagi untuk anak-anak panti, tak lupa ia selipkan amplop putih berisi cek 50 juta rupiah (Kejora, 2015: 13).

Ibuku adalah seorang yang merawatku Menyayangiku

Mencintaiku Mengasihiku selalu

Ia selalu ada di sampingku setiap waktu Ibu, kaulah malaikatku

Terimakasih ibu

Selamat Hari Ibu...Ayah (Kejora, 2015:25)

“Kuputuskan, bahwa Keisha tak akan tergantikan!” (Kejora, 2015: 178)

24

Dean hanya menggelengkan kepala melihat kekakuan hati, keras kepala, idealis Juna dalam menyikapi hidup dan cinta (Kejora, 2015: 179).

Tanpa banyak bicara, Juna dan Mada segera naik mobil yang kacanya terbuka. Mereka tersenyum kepada Bu Wuri yang nampak berat akan kepergian mereka. Sementara Mbak Nunik membalas dengan senyum ramah, meskipun kesal dengan sikap

bos-nya yang berlebihan, over acting! (Kejora, 2015: 283)

Dari kutipan diatas membuktikan bahwa Juna merupaka seorang yang penuh kharisma, penuh cinta, ikhlas, dermawan, sabar, setia dan keras kepala.

b. Keisha Mizuki

Keisha Mizuki merupakan gadis Jepang yang tercatat sebagai mahasiswi di Royal Tropical Instite Tropen Museum, Amsterdam dan berhasil mengikuti program penelitian pertukaran mhasiswa di Yogyakarta. Ia adalah seorang gadis yangsantun, baik, pintar, lemah lembut, cantik dan sabar.

Ia tercatat sebagai mahasiswi di Royal Tropical Institute Tropen Museum, Amsterdam dan berhasil mengikuti program penelitian dan pertukaran mahasiswa, kerjasama dengan universitas besar di Yogyakarta, di Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (Kejora, 2015: 55).

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa Keisha tercatat sebagai mahasiswi yang pintar, dan berhasil mengikuti program penelitian dan pertukaran mahasiswa.

“Keisha. Cantik anaknya! Nggak rugi lah kamu pinjemin dia.” (Kejora, 2015: 57)

Juna membuka pintu dan kaget dengan hadirnya sosok cantik, berkulit kuning, bermata sipit, dan rambutnya dikuncir seperti ekor kuda.

Nyuwun sewu...maaf mengganggu.”

Senyum kecil itu begitu memikat, sejenak Juna terpikat. “Siapa ya?”

25 “OhKeisha..”

Juna masih kaget dan terpesona dengan pandangan pertamanya. Ia benar-benar tidak menyangka Rosa jujur. Karena biasanya Rosa agak sulit dipegang bicaranya. Namun malam itu benar-benar Juna berterima kasih pada Rosa yang mengiim bidadari elok di kamar kosnya.

“Hmm...”

“Oh ya jadi pinjam pinjam buku?” “Menawi pareng...kalau boleh.”

Juna kagum dengan kesantunan Keisha berbahasa Jawa halus. Dia jadi malu karena sering lupa dengan bahasa ibunya itu.

Oh pareng-pareng. Monggo...” (Kejora, 2015: 59-60) “Keisha, nama yang indah, artinya seorang gadis berkelas, pintar dan cerdas, suka belajar, mencintai alam dan terorganisir.”

“Terus!”

“Ia juga type gadis menyenangkan. memiliki senyum indah, kulitnya halus dan cerah.” (Kejora, 2015: 61)

Dari kutipan diatas dibuktikan dengan bahasa yang digunakan Keisha yaitu bahasa Jawa Krama yang lembut dan sopan.

c. Rajendra Mada Prawira

Rajendra Mada Prawira adalah sosok anak yang baik, pintar dan mandiri.

“Dean! Aku ayahnya, aku lebih tahu bagaimana Mada. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri. Mbok Jum, Pak Ri, sudah cukup banyak membantuku membesarkan, menguatkannya.” (Kejora, 2015: 174)

“Liburmu sampai kapan?”

“Seminggu. Rapor Mada bagus, Ranking 1 lagi.Kali ini Mada minta hadiah.”

“Hadiah apa?”

“Nyekar ibu dan jalan ke Solo saja yah.”

Juna merenung, selamaini Mada tidak pernah minta hadiah untuk segala prestasinya. Hal itu membuatnya memutuskan, memenuhi permintaan Mada yang sepertinya begitu rindu dengan ibunya meski hanya sebatas bisa menyentuh batu pusaranya saja. Selama ini mereka nyekar hanya setahun sekali, itupun saat menjelang puasa, dan mereka selali pulang pergi untuk acara itu (Kejora, 2015: 230).

“Mada diam seribu bahasa, wajahnya pucat, namun menyiratkan senyum,...” (Kejora, 2015: 357)

26

Tolonglah teman-teman Mada yang mempunyaisakit seperti Mada...bantu mereka sembuh...

Mada yakin ayah biisa dan sanggup ada untuk mereka yang membutuhkan...

Bukankah dulu ayah penah bilang bahwa kita harus ada untuk mereka yang membutuhkan uluran tangan kita?

Kali ini Mada memohon, bantu mereka untuk sehat kembali...

Salam Mada untuk mereka Katakan... mereka bisa sembuh!

Juga salam Mada untuk anak-anak panti asuhan, dimanapun berada...

Katakan...Mereka bisa jadi anak yang berguna (Kejora, 2015: 360)

“Mada anak yang berpikiran cemerlang, hatinya cerdas, jiwanya luas! Berbagi untuk sesama.” (Kejora, 2015: 361)

Dari kutipan diatas, menggambarkan bahwa sikap Mada Baik, pintar dan mandiri. Mada ingin berbagi kepada sesama penderita kanker dengan cara meminta ayahnya untuk mendidikan yayasan dan berbagi pada penderita kanker.

d. Dean

Dean adalah sahabat Juna sejak kuliah setia kawan, suka membantu dan sabar.

Dean tidak bosan-bosannya terus meyakinkan Juna agar tegar menghadapi semua ketidaksempurnaan keluarga barunya. Dan Juna akhirnya mulai sadar peran dan tanggung jawab sebagaiayah, bukan lagi sebagai suami.

Sahabat ada ketika kita terluka, ia senantiasa hadir saat kita berduka. Ia adalah pasangan mata kita, senantiasa ikut berkedip, memejam, bahkan meneteskan air mata sama- samadengan kita. Juna mulai merasa sangat bersyukur memiliki keluarga besar di kampus yang telah membesarkan cinta dan cita- citanya bersama Keisha (Kejora, 2015: 101).

“Tidak! Kamusukses menjadi sahabat, kakak, ayah dan ibu baginya. Amanah Mada adalah kesuksesanmu membentukdia menjadi manusia berguna!”

“Kepergiannya terlalu cepat. Sangat kilat!” “Kepergiannya berguna bagi sesama.”

27

“Juna menatap Dean, sahabat yang setia memberinya semangat.” (Kejora, 2015: 361)

Sahabat adalah harta berharga selain keluarga. Dean memeluk Juna yang terus mencoba menahan air matanya keluar dengan menengadahkan wajahnya ke langit-langit kamar Mada. Lalu Dean segera keluar dari ruangan, tak kuat melihat wajah Juna yang pasti sayu dengan sekian duka.

Dean tak pernah sekalipun menyalahkan keputusan Juna dengan kado mahalnya. Karena ia tak ingin Juna terus merasa bersalah. Juna harus mengikhlaskan kepergian Mada demi ketenangan jalan anak tercintanya (Kejora, 2015: 362-363). Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa Dean merupakan sahabat Juna yang selalu ada disetiap waktu, ia sosok yang setia kawan, suka membantu dan sabar.

e. Rosa

Rosa adalah sahabat Juna. Dia sangat dekat dengan Juna. Rosa tidak pernah meninggalkan Juna disaat Juna terpuruk, tetapi Rosa selalu mensupport agar Juna kuat menghadapi cobaan hidup. Ketika Juna mendirikan yayasan, Rosa juga menjadi salah satu pengurusnya.

Juna menutup buku harian Mada, dan segera merancang sekian rencana indah untuk melaksanakan amanah Mada, menyelamatkan sekian anak yang bisa jadi harapan negeri. Kepergian Mada meninggalkan sebuah warisan emas “Yayasan Elang Rajendra” Pengelolaannya diserahkan pada Rosa yang muncul tiba-tiba setelah sekian tahun sulit dihubungi (Kejora,2015: 364).

Kutipan diatas menjelaskan bahwa Rosa adalah sahabat yang dipercaya sebagai pengurus yayasan milik Juna.

f. Ibu Juna

Ibu Juna merupakan seorang ibu yang memiliki pendirian kuat. Bahkan ketika Juna akan menikah dengan Keisha dianggap sebagai latar belakang penjajah. sehingga ibu Juna tidak merestui hubungannya

28

dengan Keisha. Ia sebagai wanita penuntut, ambisius,dan tidak mau kalah.

“Semua telah jadi keputusan! Romo sakit! Dan ibu yang memutuskan. Ini demi trah keluarga yang harus terus jalan, turun temurun deng baik. Lurus. Bibit bebet bobot! Wis jelas Ratri anak siapa dan apa yang akan kalian dapatkan kelak dari pernikahan ini!” (Kejora, 2015: 65)

“Juna semakin berontak dengan penekanan, pemaksaan ibunya. Ia menatap sang ibu memohon.

“Saya sudah ada bu.” “Apa maksudmu?”

Sampun wonten calon...

Sapa?

“Keisha...”

Juna menundukkan kepalanya, karena pastiwajah ayu ibunya akan berubah mengerikan.

Anake sapa?

“Orang Jepang...” “Apa? Ora! Ora bisa!

“Saya mencintainya!”

Juna memberanikan diri menatap ibunya yang wajahnya memerah, marah.

“Ibu tidak akan merestui! Kalau kamu nekad dengan perempuan Jepang! Keturunan penjajah itu! Artinya kamu menghianati bangsa sendiri! Kakek ibu meninggal karena Nippon! Darahmu darah keraton! Kamu harus ingat Juna! Jangan durhaka!” (Kejora, 2015: 66-67)

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa ibu Juna tidak menyukai Keisha karena keturunan Jepang. Ibu Juna merasa bahwa Jepang adalah penjajah Indonesia.

Ayah Juna meninggal tepat setahun setelah Keisha meninggal. Ibu Juna menganggap Juna penyebab kesehatan ayahnya terus memburuk. Padahal sebelum Juna menikahi Keisha, ayahnya sudah menderita jantung selama 10 tahun. Sang ibu memang type wanita penuntut, ambisius, dan tidak mau kalah. Usaha batik dan penginapan mereka di Solo maju pesat karena tangan dingin sang ibu tanpa memperhatikan kesehatan ayahJuna yang menurun drastis (Kejora, 2015: 134).

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa ibu Juna merupakan sosok ibu yang penuntut, ambisius, dan tidak mau kalah.

29 g. Ratri

Ratri merupakan perempuan pilihan ibu Juna, ia adalah sosok perempuan yang cantik, Luwes, Santun, pribadinya baik.

“kenapa kamu ragu? Ratri cantik, luwes, santun, pribadinya baik. berpendidikan tinggi juga. Sepulang kuliahnya dari Aussie, kalian harus bertunangan” (Kejora, 2015: 66)

Dari kutipan diatas menurut ibu Juna Ratri adalah perempuan yang cantik, Luwes, Santun, pribadinya baik.

h. Bu Indah

Guru Sekolah Dasar Sekar Nusa yang baik dan perhatian dengan Mada.

“Ya sudah. Ibu tunggu kamu sampai Mbok Jum datang ya.”

Mada menatap lekat guru muda yang selama ini begitu baik dan perhatian padanya.

“Bu guru punya anak?”

“Ya kalian semua, murid-murid ibu kan anak-anak ibujuga sayang.”

“Bu guru sayang Mada?”

Bu Indah merangkul Mada, membelai rambut hitam dan lebat salah satu murid kesayangan itu.

“Iya dong! Eh, itu Mbok Jum sudah datang.”

“Maaf bu, tadi macet di jalan.”

“Ya mbok, nggak papa. Mada pulang dulu ya sayang.” (Kejora, 2015: 111)

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa Bu Indah adalah sosok yang baik dan perhatian dengan Mada di sekolahnya.

i. Yuki

Yuki merupakan kakak Keisha Mizuki, Ia memiliki sifat yang tegas tanpa banyak bicara.

Lampu kuning penolakan nampak dari Jawaban email

kakak sulungnya. Mereka masih ragu untuk menghadapi keluarga besar Keisha. Sebagai langkah awal, mereka menemui Yuki,

30

kakak sulung Keisha, seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Tokyo, yang berkata dengan tegas kepada Keisha tanpa melihat Juna saat ereka menemuinya di kampus.

“Jangan teruskan penelitianmu. Pulang ke Jepang, tinggalkan semua yang berbau Indonesia!”

Ringkas, jelas, padat, dan sangat pedas. Yuki berkata lugas dan tegas dalam waktu singkat, di ruang kerjanya sambil membuka pintu, mempersilakan Juna keluar. Keisha langsung menarik Juna keluar dari ruangan sebelum tangan Yuki menariknya masuk kembali.

Juna mengulurkan waktu sedikit di Tokyo untuk mencari cara yang bijak. Namun bertemu dengan kedua orang tua Keisha sangatlah sulit karena ancaman Yuki.

“Awas jangan ganggu orang tua! Selesaikan studidan kembali ke Jepang sendiri atau tidak sama sekali!” (Kejora, 2015: 77-78)

Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa Yuki merupakan sosok orang yang tegas tanpa banyak bicara untuk tidak merestui hubungan Keisha dengan Juna.

j. Mbah Ngatinah

Mbah Ngatinah merupakan tentangga Juna dan Keisha ketika mengontrak. Mbah Ngatinah sangat perhatian dan menyayangi Keisha.

Juna spontan mencium tangan kanan Mbah Ngatinah yang begitu gembira dengan kehadiran orang yang selama ini dicarinya. Mbah Ngatinah selama ini turut mendiakan Keisha. Ia dulu tetangga saat Juna dan Keisha jadi pengantin baru.

Mbah Ngatinah termasuk orang yang paling kehilangan Keisha, karena dulu Keisha sering mengirim masakannya meski sedikit ke rumah Mbah Ngatinah, mengingat wanita tua itu hidup sebatang kara (Kejora, 2015: 242).

Dari kutipan diatan dijelaskan bahwa Mbah Ngatinah sangat perhatian dan menyayangi Keisha.

k. Mbok Jum

Mbok Jum adalah pembantu setia yang menyayang dan merawat Mada sejak kecil dengan penuh kasih sayang.

31

Besok Mas Mada ulang tahun. Jadi dirayakan mas?” Juna terhenyak dengan kalimat tanya Mbok Jum. Ia bingung.

Oh,ulang tahun?”

Mbok Jum kesal. Juna mulai jauh dari Mada karena sekian banyak kesibukannya.

Inggih, cukup anak-anak tetangga. Mungkin 20-an anak cukup mas.”

“Ya wis mbok. Atur wae.”

“Tumpengan nasi kuning mas. Ndak usah tiup lilin.”

“Ya wis.”(Kejora, 2015: 103)

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa Mbok Jum sosok yang penyayang, sampai ingat ulang tahunnya Mada.

l. Pak Ri

Pak Ri merupakan pembantu Juna yang sangat setia. Juna mengajaknya ketika pindah ke Jakarta.

1) Alur

Alur cerita dalam novel ini adalah alur campuran yaitu menyajikan cerita.

a) Abstraksi

Juna merayakan ulang tahun Mada di panti asuhan tanpa kehadiran Mada.

Panti Asuhan Timur Kejora, merupakan tempat terakhir Mada berbagi. Tahun ini, adalah tahun pertama, Juna merayakan ulang tahun Mada dengan anak-anak panti, tanpa kehadiran putra semata wayangnya yang sangat dicintai sungguh dan penuh itu (Kejora, 2015: 12).

b) Orientasi

Juna berkenalan dengan Keisha Dan jatuh hati pada Keisha karena kebiasaannya bertemu.

32

Sejak pertemuan malam itu, Juna sering menitip salam kepada Rosa untuk Keisha. Dan tanpa duga, Keisha menyambut balik salam Juna (Kejora, 2015: 61).

“Aku lelaki! Tentu aku akan pegang teguh janji melaksanai cintaku ke Keisha! Segera!”

“Amiiiiiiin!”

Matur nuwuuuuuun!”

Bukan hanya dengan Dean, Juna berdebat tentang kekuatan cintanya. Kepada siapapun ia tak sungkan akankaakan cintanya tulus dan murni apa adanya buat Keisha. Banyak teman perempuan, pemuja rahasia yang patah hati dan jadi membencinya setelah seluruh kampus tahu hubungan Juna dengan Keisha sangatlah serius.

Tepat sembilan bulan perkenalan mereka, menjelang hari ulang tahun Keisha ke 19, Juna mengatakan cintanya.

Cinta ada karena kebiasaan bertemu, begitu ejek Keisha saat Juna berkata... (Kejora, 2015: 64)

c) Komplikasi

Hubungan Juna dengan Keisha tidak direstui serta Juna tidak mengakui sakit kanker yang diderita Mada.

“Ibu tidak akan merestui! Kalau kamu nekad dengan perempuan Jepang! Keturunan penjajah itu! Artinya kamu mengkhianati bangsa sendiri! Kakek ibu meninggal karena Nippon! Darahmu darah keraton! Kamu harus ingat Juna! Jangan duhaka!” (Kejora, 2015: 67)

“Sampai kapanpun ibu tidak akan merestui! Kalau kamu tetap memilihnya! Silakan pergi dari rumah ini! Ibu rela! kehilangan satu anak, masih ada tiga anak yang manut dan tahu tata krama leluhur!” (Kejora, 2015: 67)

“Keluarga besar Keisha baik dari pihak ibu maupun ayahnya banyak yang berdomisili di daerah ini. Mereka masih berdarah ningrat, sebagian masih berpikir konvensional, sebagian lagi moderat.” (Kejora, 2015: 75)

Lampu kuning penolakan nampak dari Jawaban email

kakak sulungnya. Mereka masih ragu untuk menghadapi keluarga besar Keisha. Sebagai langkah awal, mereka menemui Yuki, kakak sulung Keisha, seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Tokyo, yang berkata dengan tegas kepada Keisha tanpa melihat Juna saat ereka menemuinya di kampus (Kejora, 2015: 77).

“Mada tidak sakit! Selama ini ia baik-baik saja. Kalaupun saat itu hidungnya mengeluarkan darah berlebihan, itu karena ia capek main bola basket setelah kami pergi dari liburan! Titik! For other reason!” (Kejora, 2015: 336)

33 d) Resolusi

Mada meninggal dunia diatas podium tempat selebrasi champagne.

Sirkuit Rorotan Kirana Legacy, tempat terakhir mereka menjalani kebersamaan. Mada kembali ke Sang Pemilik sesungguhnya. Ia ikhlas menerima takdirNya, luas melapangkan jalan menujuNya, tanpa batas menyatakan cintaNya, tak berharap balas akan keputusanNya (Kejora, 2015: 357).

e) Koda

Juna menjadi relawan MER-C untuk menbantu anak-anak yang membutuhkan.

Juna termasuk salah satu anggota laskar kemanusiaan, Organisasi MER-C (Medical Emergency Rescue-Committee) yang kini membangun sebuah rumah sakit Indonesia di Gaza Utara, Palestina. Rumah sakit yang terletak di Bait Lahiya, 2.5 km dari perbatasan dengan Israel itu dibangun dari sumbangan murni rakyat Indonesia (Kejora, 2015: 368).

2) Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya kirana kejora adalah Orang ketiga (serba tahu). Penulis mengetahui tentang tokoh, peristiwa, ddan tidakan yang ada dalam novel. Hal ini terlihat dari cara pengarang yang menyebutkan tokoh utama dengan namanya.

3) Gaya Bahasa

Ciri khas pengarang Kirana Kejora merupakan adaptasi dari kisah nyata berlatar belakang tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal di Jawa mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan. Pengarang lebih sering memakai bahasa jawa dan perumpamaannya.

4) Latar atau Setting

34 1) Panti Asuhan

Panti Asuhan Timur Kejora, merupakan tempat terakhir Mada berbagi. Tahun ini, adalah tahun pertama, Juna merayakan ulang tahun Mada dengan anak-anak panti, tanpa kehadiran putra semta wayangnya yang sangat dicintai secara sungguh dan penuh itu (Kejora, 2015: 12).

Sebuah panti asuhan yang nampak asri dengan banyaknya tanaman bunga mawar dan anggrek di dalam pot maupun pohon-pohon akasia yang tumbuh lebat di sepanjang jalan masuknya (Kejora, 2015: 12).

2) Jalan Dr. Sahardjo menuju Dr. Soepomo

Di sepanjang jalan Dr. Sahardjo menuju Dr. Soepomo, ia berusaha menghibue hati dengan mengingat beberapa kenangan indah bersama Mada kecil (Kejora, 2015: 17). 3) Rumah Juna

Langkah tegap pengemudi mobil yang baru saja turun, menginjak bebatun jalan setapak di taman depan rumah yang dihiasi beberapa bonsai mahal (Kejora, 2015: 27).

4) Kamar

Juna keluar dari kamar dengan tergesa-gesa, sambil memakai dasi, bertanya pada Mbok Jum yang sedang merapikan tas Madake atas meja belajar majikan kecilnya itu (Kejora, 2015: 22).

Juna lngsung masuk ke sebuah kamar yang berada di bawah tangga(Kejora, 2015: 29).

5) Ruang kerja

Juna masih sibuk dengan hitungan sekian angka dan rumus-rumus kimia di ruang kerjanya (Kejora, 2015: 43). 6) Sekolah Mada

Mada berdiri, Menarik lengan kiri juna.

“Ayo ke sekolah! Ayah... juga ibu Mada kan?” (Kejora, 2015: 24-25).

7) Universitas di Yogyakarta

Ia tercatat sebagai mahasiswi di Royal Tropical Institute Tropen Museum, Amsterdam dan berhasih mengikuti program penelitian dan pertukaran mahasiswa, kerjasama dengan universitas besar di Yogyakarta, di Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (Kejora, 2015: 55).

35 8) Kos Juna

Juna mempersilahkan Keisha masuk ke dalam kamarnya yang lumayan luas. Meski ibunya sebenarnya ingin membelikan rumah di Yogya, namun Juna memilih kos dekan kampus (Kejora, 2015: 60).

9) Kamar kos Juna

Namun malam itu benar-benar Juna berterima kasih pada Rosa yang mengirim bidadari elok di kamar kosnya (Kejora, 2015: 60).

10) Kanda-Jimbocho Tokyo Jepang

Di musim semi itu, dua insan yang sedang dimabuk asmara menyusuri Yasukuni-dori di Kanda-Jimbocho. Juna merasa masuk ke masa silam Tokyo (Kejora, 2015: 73).

11) Rumah kontrakan Juna

Pernikahan tanpa restu keluarga dua belah pihak itu berlangsung di sebuah mesjid kecil di daerah Kuningan Karang Malang, dekat dengan rumah kontrakan Juna (Kejora, 2015: 87).

12) Stasiun Tugu samping Malioboro

Dengan semangat 45 calon ayah muda itu makin mempercepat laju vespanya, hingga ia sampai distasiun Tugu. Bersyukur masih ada penjual gudeg lesehan stasiun samping Malioboro itu (Kejora, 2015: 94).

13) Rumah Sakit

Begitu pintu kamar operasi terbuka, dokter Fanan nampak menatap semua mata yang bertanya dan berharap menunggu jawaban baiknya (Kejora, 2015: 98).

14) Cibubur Plaza

“Kita ke Cibubur Plaza ya. Ada lomba Tamiyadi sana.” (Kejora, 2015: 137)

15) Curug tujuh

Pagi itu mereka berangkat ke hutan wisata air terjun, Curug Cilembur yang juga dikenal dengan nama Curug Tujuh, sebuah wisata air terjun dikawasan puncak (Kejora, 2015: 146).

Mereka tersenyum senang, berenang, dan saling bercanda. Lalu Juna naik dan duduk di atas batu sambil merokok, menatap Mada yang sedang asyik menikmati

36

sejuknya air Curug Tujuh yang membuat tubuh anak itu separuh terendam air (Kejora, 2015: 149).

16) Restoran

Juna begitu tampan memakai dinner coat, tuxedo biru tua dengan kemeja putih. Ia turun dari sebuah taxi mewah dengan santai menuju restoran romantis, bagian dari sebuah

homestay (Kejora, 2015: 181).

Restoran mewah itu telah diborong semua tempatnya malam itu oleh Juna demi acara makan malam istimewanya (Kejora, 2015: 183).

17) Kantor Polisi

Dalam hitungan menit, Juna telah sampai di kantor polisi, tempat Mada ditahan karena menabrak seorang penjual ketoprak yang sedang menyeberang di depan Pasar Munjul Cibubur (Kejora, 2015: 190).

18) Pasar Munjul Cibubur

Dalam hitungan menit, Juna telah sampai di kantor polisi, tempat Mada ditahan karena menabrak seorang penjual ketoprak yang sedang menyeberang di depan Pasar Munjul Cibubur (Kejora, 2015: 190).

19) Kawasan Sirkuit Sentul

Sampai di kawasan Sirkuit Sentul, Juna menghentikan motornya (Kejora, 2015: 191).

20) Depan Sun Cafe

Kemudian ia memarkirkan motornya di depan Sun Cafe. Mada segera turun menunggu komando sang ayah (Kejora, 2015: 191)

21) Malioboro

“OK! Kamu siap-siap sana. Ayah juga! Nggak usah bawa baju banyak. Ntar kita beli saja di Malioboro atau Pasar Klewer.” (Kejora, 2015: 232)

“Kita makan siaang di Malioboro sambil jalan-jalan!”

Dokumen terkait