• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KASIH SAYANG DALAM NOVEL AYAH MENYAYANGI TANPA AKHIR KARYA KIRANA KEJORA - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KASIH SAYANG DALAM NOVEL AYAH MENYAYANGI TANPA AKHIR KARYA KIRANA KEJORA - Test Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KASIH SAYANG

DALAM NOVEL AYAH MENYAYANGI TANPA AKHIR

KARYA KIRANA KEJORA

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Siti Nur Jauharatul Uyuuni

NIM: 11114362

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KASIH SAYANG

DALAM NOVEL AYAH MENYAYANGI TANPA AKHIR

KARYA KIRANA KEJORA

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Siti Nur Jauharatul Uyuuni

NIM: 11114362

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

َراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدوُقَو ًاراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

اَهْيَلََ ُة

َنوُرَمْؤُي اَم َنوُلَعْفَيَو ْمُهَرَمَأ اَم َ َّاللَّ َنوُصْعَي َلَ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِئ َلََم

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ‘ala kulli hal, atas limpahan rahmat serta karuni-Nya yang

telah mengantarkan penulis pada kesempatan ini. Penulis mempersembahkan karya kecil ini sebagai kado bukti keseriusan kepada orang-orang terkasih yang Allah Swt titipkan untuk mendampingi sampai penghujung awal perjuangan.

1. Terimakasih kepada Ayahanda dan ibunda tercinta, H. Abdul Rozaq, S.Ag dan Hj. Rosyidah yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasehat, kasih sayang dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Kakakku Muhammad Khoirul Mujib, kakak Nur Aisah, kakak Ahamad Rofi’ul Faiz, kakak Ika Kholila Sari yang telah memberikan pelajaran berharga dalam hidupku.

3. Terimakasih kepada Bapak Dr. H. Mifthuddin, M.Ag, Ibu Hj. Zahrotul Muna dan Adik Sylvia Salwa Salsabila yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Nilai Kasih Sayang dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Pembimbing Akademik RR Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd. sebagai

Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd, yang telah mengarahkan dalam proses bimbingan skripsinya.

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Uyuuni, Siti Nur Jauharatul. Nilai-nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Karya Kirana Kejora. Salatiga tahun 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Kasih Sayang, novel Ayah Menyayangi

Tanpa Akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai kasih sayang dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora. (2) Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora. (3) Bagaimanakah relevansi nilai kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora dalam Pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakan (library research) sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi. analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... i

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... .... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Penegasan Istilah ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II BIOGRAFI PENULIS A. Biografi Kirana Kejora... ... 17

B. Karakter Novel Kirana Kejora ... 18

C. Karya-karya Kirana Kejora ... 18

D. Unsur instrinsik Novel ... 22

E. Sinopsis Ayah Menyayangi Tanpa Akhir ... 43

(13)

xiii

G. Kekurangan Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir ... 45

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Nilai Pendidikan Kasih Sayang ... 46 B. Karakter Tokoh Utama Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir ... 56

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kasih Sayang ... 59 B. Karakter Tokoh Utama Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir... ... 77 C. Relevansi kasih sayang dalam Pendidikan Agama Islam ... .. 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Konsultasi Skripsi

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini kondisi kebahagiaan dan ketentraman keluarga semakin terancam bahaya. Keadaan itu disebabkan kesalahan dalam mengartikan dan menerapkan rasa kasih sayang maupun bagaimana caranya memelihara cinta kasih dalam keluarga. Di samping itu bermacam kendala dan godaan semakin banyak ragam dan macamnya (Basri, 2004: 89).

Pendidikan adalah proses perkembangan, yakni perkembangan potensi yang dimiliki secara maksimal dan diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berguna untuk kehidupan manusia mendatang, mampu berdialog dengan dirinyya sendiri, dengan alam sekitar sebagai makrokosmos, dan sebagai ultimate goalnya mampu berdialog dengan realitas absolut, yaitu Tuhannya (Rosyadi, 2004: 137).

(16)

2

Jika orang tua gagal mengungkapkan kasih sayang pada anaknya, anakpun tidak akan mampu mencintai orang tua. dalam pergaulan mereka pun tak akan mampu mencintai atau menyayangi orang lain (Baswedan, 2015: 44).

Upaya menanamkan perilaku yang baik pada anak harus dimulai dari lingkungan dekatnya dulu, yaitu keluarga (Tjandra, 2012: 103). Keluarga merupakan pendidik anak yang pertama untuk menanamkan perilaku yang baik. Karena merupakan salah satu contoh kasih sayang terhadap anak.

Setiap anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, sebab kasih sayang adalah kebutuhan dasar anak. Banyak orang tua yang salah persepsi memaknai kasih sayang ini, sehingga anak dapat bertindak semaunya. Kasih sayang terhadap anak bukan berarti membiarkan anak bertindak semaunya (Ahmad, 2015: 144).

Cinta dan kasih sayang yang tulus dan agung adalah merupakan tali pengikat yang sangat kuat dalam mengakrabkan hubungan sesama anggota keluarga. Cinta dan kasih sayang yang tulus sebenarnya hanya ditunjukan dan diperuntukkan bagi seorang yang terpilih dan sangat menentramkan perasaan. Meskipun hanya melemparkan senyuman tanda simpati. Perasaan cinta dan kasih sayang yang sehat dan konsisten akan melahirkan kehidupan sakinah penuh ketenangan dan ketentraman (Basri, 2004: 90).

Kasih sayang juga disebut Cinta. Istilah cinta berasal dari bahasa Sansekerta, citta yang berarti ‘yang selalu dipikirkan, senag, dan kasih’.

Sementara, dalam Kamus Poerwadarminta disebutkan, “cinta adalah selalu

(17)

3

ingin bertemu, sangat suka, sangat sayang, sangat kasih dan sangat tertarik hati.” (Rachman, 2017 :106).

Mengekspresikan kasih sayang tentu tidak sama pada setiap anak. Jadi tergantung pada tipe tempramen yang dimiliki anak dan juga pada tahapan perkembangannya. Bagi beberapa anak, ada yang memerlukan intensitas kasih sayang lebih daripada yang lain, dan sebaliknya (Kusumah, 2014: 163)

Dari beberapa perasaan yang ada pada hati kedua orangtua adalah perasaan kasih sayang dan kelemahlembutan terhadap anak. Ternyata, yang diberikan Allah Swt itu merupakan fondasi pertama mendidik anak dan mempersiapkan agar menjadi anak yang saleh, kreatif, dan bermanfaat untuk masyarakat (Ulwan, 2009: 89).

Di antara perasaan-perasaan mulia yang diberikan Allah kepada hati orang tua ialah perasaan mengasihi, menyayangi, dan berbuat lembut kepada anak. Hal ini merupakan perasaan mulia orang tua dalam mendidik, menyiapkan, dan membentuk anak dengan hasil utama dan dengan pengaruh yang besar. Hati yang tidak memiliki kasih sayang membuat seseorang sewenang-wenang, kasar, hina, dan keras (Ulwan, 1996: 26).

Pendidikan kasih sayang merupakan cara mendidik untuk menanamkan perasaan yang tertanam sejak lahir, berupa rasa cinta dan kasih yang dapat mewujudkan keharmonisan dalam hubungan dengan siapapun. Kasih sayang juga menjadi titik awal menggapai kebahagiaan.

(18)

4

Suatu saat Juna jatuh cinta pada seorang gadis cantik yang berasal dari Jepang bernama Keisha Mizuki atau Keisha. Akan tetapi dari pihak keluarga Juna maupun Keisha tidak merestui cinta mereka, dengan berbagai cara Juna berjuang keras agar cintanya disetujui oleh pihak keluarga Keisha maupun Juna. Akhirnya tanpa restu kedua belah pihak itu berlangsung pernikahannya di sebuah masjid kecil di daerah Kuningan Karang Malang, dekat dengan kontrakan Juna.

Setelah enam bulan menikah, Keisha hamil. Mereka sama-sama menyambut kehamilan itu dengan rasa syukur. Ketika usia kehamilan keisha sembilan bulan, Keisha mengalami pendarahan hebat. Namun keputusan yang diambil operasi caesar tanpa bisa ditawar. Akan tetapi Juna harus merelakan Kepergian Keisha selamanya, karena meninggal saat melahirkan Rajendra Mada Prawira atau Mada. Juna harus menjadi orang tua tunggal untuk merawat Mada dengan penuh kasih sayang dengan ditemani Mbok Jum dan Pak Ri. Ujian pun datang kembali seiring berjalannya waktu. Anak semata wayangnya terkena penyakit kanker otak stadium akhir. Akhirnya Mada meninggal dunia di usia yang ke 17 tahun. Juna harus merelakan kepergian Mada selamanya.

Pesan penulis disini adalah memperlakukan anak dengan lemah lembut, kasih sayang dan bijaksana, sesuai dalam Al-Bukhari:

ىراخبلا هاور . ِهِّلُكِرْمَلَْا ىِف َقْفِّرلا ُّبِحُي َ هاللَّ َّنِا

Artinya:“Sungguh Allah mencintai kelemahlembutan dalam segala urusan (Al-Bukhari).

(19)

anak-5

anaknya. Dengan kasih sayanglah akan tumbuh tunas-tunas harapan yang didambakan; sebagai mana bila kita merawat tanaman dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan tumbuh tanaman yang subur dan berbunga serta berbuah baik. (Muchtar, 2008: 96-97)

Kisah tersebut ceritanya menginspirasi serta mengharukan dan juga ada sedikit hal yang tidak patut dicontohkan. Novel ini menceritakan tentang Arjuna Dewangga yang mengalami kehilangan dua kali. Pertama, Kehilangan Keisha saat mengalami pendarahan hebat di usia kehamilan sembilan bulan dan akhirnya dean dan tim dokter kandungan memutuskan operasi caesar tanpa bisa ditawar. Namun, nyawa Keisha tetap tidak bisa tertolong. Kedua,

Kehilangan Mada saat hari ulang tahunnya yang ke 17, Mada menderita penyakit kanker otak stadium akhir. Sesuai pesan Kirana Kejora “ Pada

saatnya kita memang harus sendiri”. Dan yang tidak patut dicontohkan seperti

pernikahan tanpa restu orang tua, adegan merokok di depan anaknya akan memberikan efek untuk kesehatan dan sebagai contohyang tidak baik bagi anaknya.

Dengan melihat isi dari novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir yang penuh dengan makna kehidupan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN KASIH

SAYANG DALAM NOVEL AYAH MENYAYANGI TANPA AKHIR

KARYA KIRANA KEJORA sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan

(20)

6

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui jawabannya. Didalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya singkat, padat, jelas dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya (Maslikhah, 2017: 302).

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimanakah nila-inilai pendidikan kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora?

2. Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora?

3. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora dalam Pendidikan Agama Islam?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah (Maslikhah, 2017: 304).

(21)

7

1. Mengetahui bagaimanakah nilai-nilai pendidikan kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora.

2. Mengetahui karakter tokoh utama yang patut diteladani dam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora

3. Mengetahui bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan kasih sayang yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora dalam Pendidikan Agama Islam.

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini terdiri dari kegunaan teoretik dan kegunaan praktis, antara lain:

1. Kegunaan Teoretik

Secara teoretik peneliti diharapkan dapat memberikan wawasan untuk mengembangkan Nilai Kasih Sayang.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui buku karya sastra ada dua, antara lain:

(22)

8

b. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual, namun memperhatihan isi dan masukan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.

E.Kajian Pustaka

Dari pengamatan penulis, ada beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain :

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Rizki Septianingtyas, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga 2017, dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Kasih Sayang dalam Novel Jilbab In Love Karya Asma Nadia”.

(23)

9

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Siti Salmi, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh 2016, dengan judul “Nilai Edukasi Kasih Sayang dalam Kehidupan Rumah Tangga Rasulullah SAW”. penelitian

ini mengungkapkan Kasih sayang adalah suatu potensi perasaan yang sudah ada dari lahir namun butuh dtumbuh kembangkan lagi supaya anak dapat memiliki rasa pengasih dan penyayang yang kuat kepada lingkungan dan keluarganya. Sehingga dengan potensi rasa kasih sayang yang sudah ada sejak lahir kemudian dikembangkan dan dibimbing dengan baik akan menghasilkan anak yang berbudi pekerti baik juga.

Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Yanis Erlina, Ani Rakhmawati, dan Budhi Setiawan, Mahasiswa Universitas Negeri Solo, Solo 2016, dengan judul “Kajian Psikologi Sastra, Nilai Pendidikan, dan Relevansinya sebagai Materi Ajar Sastra di SMA pada Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora”, Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora merupakan sebuah novel yang mengangkat permasalahan keluarga. Mengenai perjuangan seorang ayah yang menjadi single parent dan single fighter. Ia mendidik dan membesarkan anak semata wayangnya seorang diri dan hanya dibantu oleh dua pembantunya.

(24)

10

kemesraan dan senang. Sedangkan Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora merupakan novel yang membahas tentang permasalahan keluarga.

F. Metode Penelitian

Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 1995: 24).

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2010: 24).

Metode penelitian merupakan pisau bedah untuk mengetahui permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Metode penelitian memuat tentang metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci (Maslikhah, 2017: 318).

1. Jenis Penelitian

(25)

11

referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan (Ruslan, 2010: 31). Penelitian kepustakaan sering juga disebur studi pustaka, Studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008: 3).

penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis dalam penelitian ini adalah novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

karya kirana kejora yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai kasih sayang dengan menguraikan dan menganalisis serta memberi pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2016: 100).

Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.

(26)

12 3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora yang diterbitkan oleh Zettu, Jakarta Timur, pada tahun 2015. b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian. peneliti mengambil dari kumpulan berbagai buku, artikel, jurnal, internet dan karya tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya kajian dan analisis.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman teks-teks yang dideskripsikan.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Langkah deskriptif, yaitu mengurai teks-teks dalam novel Ayah Menyayangi tanpa Akhir yang berhubungan dengan nilai kasih sayang. b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Ayah

Menyayangi tanpa Akhir yang berhubungan dengan nilai kasih sayang. c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dalam novel Ayah

(27)

13

G.Penegasan Istilah

1. Nilai

Nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan atau tujuan tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai kedalamnya, jadi, barang mengandung nilai, karena subyek yang tahu dan menghargai nilai itu. Karena itu, nilai adalah cita, idea, bukan fakta. sebab itulah, tidak ada ukuran-ukuran yang objektif tentang nilai dan karenanya ia tidak dapat dipastikan secara kaku (Rosyadi, 2004: 114).

Nilai-nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga dan yang dijadikan kriteria dalam menentukan benar tidaknya dan atau baik tidaknya

NILAI KASIH

SAYANG DALAM

NOVEL AYAH

MENYAYANGI

TANPA AKHIR

1. Kegiatan Penelitian

2.

Mengumpulkan Data

3. Sumber Data 5.

Kesimpulan

(28)

14

tingkah-laku manusia yang menjungjung nilai tersebut (Saifullah, 1982: 34).

2. Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai perbuatan atau cara mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 352)

Pendidikan adalah proses perkembangan, yakni perkembangan potensi yang dimiliki secara maksimal dan diwujudkan dalam bentuk konkret, dalam arti berkemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan berguna untuk kehidupan manusia mendatang, mampu berdialog dengan dirinyya sendiri, dengan alam sekitar sebagai makrokosmos, dan sebagai ultimate goalnya mampu berdialog dengan realitas absolut, yaitu Tuhannya (Rosyadi, 2004: 137).

3. Kasih Sayang

Kasih sayang adalah pijakan dasar kehidupan bermasyarakat. Kasih sayang adalah penuntut hidup dalam mewujudkan kebersamaan (Sumartono, 2004: X).

Kasih sayang merupakan kelembutan hati dan kepekaan perasaan sayang terhadap orang lain, merasa sependeritaan, mengasihi mereka, dan ikut serta menghapus air mata kesedihan kesedihan dan penderitaan mereka (Ulwan, 1996: 11).

4. Novel

(29)

15

representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut (Tarigan, 2004:167).

Novel merupakan sastra yang cukup tua di samping puisi dalam perjalanan sejarah kesustraan Indonesia kalau dibandingkan dengan bentuk-bentuk karya sastra lainnya seperti cerpen, esai dan kritik, dan drama (Purba, 2010: 65).

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Padi, 2013: 45).

H.Sistematika Penulisan

Bagian inti dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian.

BAB II Biografi Novel, dalam bab ini akan diuraikan mengenai biografi Kirana Kejora, Karakter Novel Kirana Kejora, Karya-karya Kirana Kejora, Unsur-unsur Intrinsik Novel, Sinopsis Ayah Menyayangi Tanpa Akhir.

BAB III Deskripsi Pemikiran, dalam bab ini akan diuraikan pemikiran mengenai: Tentang Nilai Kasih Sayang dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir dan karakter dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir.

(30)

16

Akhir dan karakter tokoh utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

dalam praktik Pendidikan Agama Islam.

(31)

17

BAB II

BIOGRAFI PENULIS

A.Biografi Kirana Kejora

Lahir di Ngawi 2 Februari 1972 adalah penulis Indonesia yang terpilih

sebagai salah satu Tokoh Inspiratif Sidoardjo 2013, Peneliti Sosial Ekonomi

Fakultas Kelautan Perikanan Universitas Brawijaya (1991-1993), pengajar

SMK Perikanan Dipasena Citra Darmaja Lampung (1996-2000), Tenaga Ahli

Sosial Ekonomi Perikanan PT. Pilar Artha Nugraha (2007-sekarang), Penulis

(2004-sekarang).

Menulis Novel Kepak Elang Merangkai Edelweis (2006), Selingkuh

(2007), Perempuan dan Daun (2007), Elang (2009), Querido (2011), Bintang

Anak TUHAN (2011), Novel Air Mata Terakhir Bunda (2012) best seller, telah

diangkat ke layar lebar & Best Feature Movie di Balinale International Film

Festival 2013, serta Nominasi 3 kategori FFI 2013, juga terpilih sebagai Film

Inspiratif Kemendikbud 2017. Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir (2013)

best seller dan diangkat ke layar lebar, Pencarian Cinta Terakhir (2013),

Kenang Langit (2014), Kidung Cinta Sejati (2014), Surga Kecil di Atas Awan

(2015), Rindu Terpisah di Raja Ampat (2015), Senja di Langit Ceko (2016),

Surat Kecil dari Surga (2017), Arjuna Dewangga (2018), Yorick (2018).

Menulis naskah 40-an FTV, naskah film layar lebar Munajat Cinta Sang

Gibran (2009), Hasduk Berpola (2013) terpilih sebagai Film Inspiratif

Kemendikbud 2013 & Film Favorit Apresiasi Film Indonesia 2013, serta

(32)

18

Langit (2014) film drama dokumenter Kementerian Daerah

Tertinggal, Sepasang Mata Ibu (2016), Gigih (2017) film drama dokumenter

Balitbang BRSEKP Kementerian Kelautan dan Perikanan, Yorick (2018)

B.Karakter Novel Kirana Kejora

Ciri khas penulis yang bernama Kirana Kejora adalah selalu mengangkat hal-hal yang menggungah hati pembacanya. Beradaptasi dari kisah nyata.

C.Karya-karya Kirana Kejora

Sebagian karya-karya kirana kejora yang berhasih dibukukan, sebagai berikut:

1. Kepak Elang Merangkai Edelweis (2006)

Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup Kirana Kejora.

Dalam novel ini terdapat 2 karya, yaitu cerita dan puisi. Tokoh Elang

menceritakan sebagai seseorang yang begitu mencintai &bersahabat dengan

alam. dan kisah cintanya selalu berakhir dengan kematian. Namun masih

memilki kekuatan hati untuk tetap melangkah menjadi yang terbaik bagi

seorang anak lelaki kecil yang bernama Ara.

2. Perempuan dan Daun (2007)

Novel ini menceritakan sebuah antologi cerpen dan puisi dengan

(33)

19

iris, pembuat dosa tragis, pelaku bodoh yang terkikis meski meski banyak

yang memujanya.

3. Elang (2009)

Novel Elang merupakan novel roman roman humanis yang

menjelaskan tentang kehidupan seorang perempuan yang menaruh hati

dengan kedua lali-laki yang bernama Elang Timur dan Elang Laut. Selain

menjelaskan cinta, novel tersebut juga menceitakan tentang pentingnya

seorang ayah bagi kehidupan anak kecil.

4. Bintang Anak TUHAN (2011)

Novel ini menceritakan Bintang yang kangen dengan nenek Lestari,

ibu dari mendiang ayahnya, juga harus menanggung sendiri kangennya pada

sang nenek karena ternyata semua kado dan surat yang ia terima bukan

berasal dari neneknya. Ibunya terpaksa berpura-pura dan berbohong demi

menyenangkan hati Bintang. Kebohongan yang diikuti dengan

kebohongan-kebohongan yang lain. Bahkan Hanum harus berpura-pura

sehat demi melihat putrinya tidak merasa khawatir dengan kondisi fisik

ibunya yang juga mulai lemah.

Catatan-catatan yang Bintang tulis di buku barbie miliknya adalah

saksi kesepian, pemberontakan, dan kegalauan hatinya. Walau di tengah

semua kejadian yang ia alami, Bintang memilih untuk menjalaninya dengan

ikhlas dengan bersyukur atas semua yang ia miliki, ibu yang sangat sayang

(34)

20 5. Air mata terakhir Bunda (2012)

Menceritakan perjuangan dan perbanan seorang ibu yangberperan

sebagai orang tua tunggal bagi kedua anak laki-lakinya. sang ibu bernama

Sriyani. Sriyani mewujudkan mimpinya unutk menghantar putranya

menjadi manusia yang menghargai ilmu, pekerja keras dan jujur. Sang putra

yang bernama Delta tumbuh menjadi laki-laki yang memiliki cita-cita,

memenuhi mimpi ibunya dan membalas kasih sayang orang-orang

terdekatnya mengayomi tanpa pamrih.

Novel ini telah diangkat ke layar lebar & Best Feature Movie di

Balinale International Film Festival 2013, serta Nominasi 3 kategori FFI

2013, juga terpilih sebagai Film Inspiratif Kemendikbud 2017.

6. Pencarian Cinta Terakhir (2013)

Novel pencarian cinta terakhir meceritakan pertemanan tanpa

memandang atau mendengar, namun dengan merasa. Seperti penulis

katakan aku tahu benar. kau tak akan pernah biarkan cintamu berhenti

berlayar hingga menepi di dermaga yang setiaku jaga.

7. Kenang Langit (2014)

Novel ini menceritakan tentang persahabatan empat anak Anyer.

Kenang yang memiliki keterbatasan menderita retardasi memiliki tiga

orang sahabat yang selalu menjaga dan menjadikan sebagai penyemangat.

Langit dengan karakter temperamental suka membentak Kenang karena

penakut. Sebenarnya Langit hanya ingin supaya Kenang lebih tegas

(35)

21

kasar, namun demikian itu tidak membuat Kenang memusuhi Langit.

Karena Kenang orang sabar dan bukan orang yang pendendam.

8. Kidung Cinta Sejati (2014)

Novel ini menjelaskan tentang kisah perjuangan seorang dokteruntuk

menyembuhkan penyakit jiwa yang diderita para pasiennya. Sang dokter

bernama Almira, ia rela memutuskan hubungannya dengan Erlangga, karena

Almira tahu bahwa kehidupan dan keselamatan pasien merupakan tanggung

jawabnya sebagai dokter jiwa.

9. Surga Kecil di Atas Awan (2015)

Novel ini mengandaikan buah manggis, “Meski kulitnya hitan, tapi

isinya putih. Jumlah isinya sama dengan jumlah cupat dikulitnya. Lima

cupat-nya isi manggisnya juga lima. Luar dalam sama. Begitupun jadi

manusia, siapapun dia, menjadi apapun kelak, dia harus jujur menjalani

kehidupan. Apa yang dia bicarakan adalah sama dengan suara hatinya,

sebab kebohongan merupakan sebuah siksaan”.

10. Rindu Terpisah di Raja Ampat (2015)

Novel ini terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis (Kirana

Kejora) yang menjadi mahasiswi Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya

Malang saat melaksanakan orientasi pengenalan kampus dengan menjelajahi

(36)

22 11. Senja di Langit Ceko (2016)

Penulis mengatakan jika kamu merasa menjadi langit, aku hanya

ingin menjadi laut, karena andai kelak kamu membumi, aku tetap menyertai

sebab...akulah sebab di bumi PRAHA.

12. Surat Kecil dari Surga (2017)

Novel ini menjelaskan Keikhlasan seorang gadis yang melawan

penyakit yang mematikan, yaitu HIV/AIDS yang terkena dari ayahnya dan

ibunya. Gadis tersebut tidak mengetahuinya karena setiap bertanya kepada

ibunya selalu dijawab batuk.

Novel ini telah dibaca oleh 11 Negara, yaitu: Singapore, Thailand,

Jepang, Yaman, Amerika Serikat, Kanada, Australia,Inggris dan Belanda.

13. Arjuna Dewangga (2018)

Arjuna dewangga merupakan prekuel novel Ayah Menyayangi

Tanpa Akhir. Novel ini menceritakan ketika Juna masih muda sebelum

ditakdirkan menjadi Single parent untuk Rajendra Mada Prawira yaitu buah

cintanya Dengan di gadis Jepang Keisha Mizuki.

14. Yorick (2018)

Novel ini menceritakan petarung yang menjdikan lawan sebagai

sebagai sahabat.

D.Unsur Instrinsik Novel

(37)

23 1. Tema

Tema utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah keluarga. Tetapi jika difokuskan memiliki tema perjuangan seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal (Single Parent) untuk anak laki-lakinya karena ibunya meninggal dunia ketika melahirkan anak laki-lakinya.

2. Penokohan

Berikut ini tokoh-tokoh utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora:

a. Arjuna Dewangga

Arjuna Dewangga merupakan tokoh utama dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, ia adalah seorang laki-laki jawa yang penuh kharisma, penuh cinta, dermawan, setia dan keras kepala.

Lelaki penuh kharisma itu mellajukan mobil varian jeep tercepat dan berteknologi maju. New Grand Cherokee, SRT8 berwarna merah (Kejora, 2015: 12).

Juna lelaki yang bersorot mata teduh itu juga membawa 300 kotak kue dan paket makanan dri sebuah produk ayam goreng dalam negeri. Selain itu, juga ada 5 keranjang besar buah-buahan, dan 20 dus minuman soft drink yang ia serahkan kepada Bu Nurja, pengasuh panti. Ia hanya minta semua makanan dibagi untuk anak-anak panti, tak lupa ia selipkan amplop putih berisi cek 50 juta rupiah (Kejora, 2015: 13).

Ibuku adalah seorang yang merawatku Menyayangiku

Mencintaiku Mengasihiku selalu

Ia selalu ada di sampingku setiap waktu Ibu, kaulah malaikatku

Terimakasih ibu

Selamat Hari Ibu...Ayah (Kejora, 2015:25)

(38)

24

Dean hanya menggelengkan kepala melihat kekakuan hati, keras kepala, idealis Juna dalam menyikapi hidup dan cinta (Kejora, 2015: 179).

Tanpa banyak bicara, Juna dan Mada segera naik mobil yang kacanya terbuka. Mereka tersenyum kepada Bu Wuri yang nampak berat akan kepergian mereka. Sementara Mbak Nunik membalas dengan senyum ramah, meskipun kesal dengan sikap

bos-nya yang berlebihan, over acting! (Kejora, 2015: 283)

Dari kutipan diatas membuktikan bahwa Juna merupaka seorang yang penuh kharisma, penuh cinta, ikhlas, dermawan, sabar, setia dan keras kepala.

b. Keisha Mizuki

Keisha Mizuki merupakan gadis Jepang yang tercatat sebagai mahasiswi di Royal Tropical Instite Tropen Museum, Amsterdam dan berhasil mengikuti program penelitian pertukaran mhasiswa di Yogyakarta. Ia adalah seorang gadis yangsantun, baik, pintar, lemah lembut, cantik dan sabar.

Ia tercatat sebagai mahasiswi di Royal Tropical Institute Tropen Museum, Amsterdam dan berhasil mengikuti program penelitian dan pertukaran mahasiswa, kerjasama dengan universitas besar di Yogyakarta, di Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (Kejora, 2015: 55).

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa Keisha tercatat sebagai mahasiswi yang pintar, dan berhasil mengikuti program penelitian dan pertukaran mahasiswa.

“Keisha. Cantik anaknya! Nggak rugi lah kamu pinjemin dia.” (Kejora, 2015: 57)

Juna membuka pintu dan kaget dengan hadirnya sosok cantik, berkulit kuning, bermata sipit, dan rambutnya dikuncir seperti ekor kuda.

Nyuwun sewu...maaf mengganggu.”

Senyum kecil itu begitu memikat, sejenak Juna terpikat. “Siapa ya?”

(39)

25 “OhKeisha..”

Juna masih kaget dan terpesona dengan pandangan pertamanya. Ia benar-benar tidak menyangka Rosa jujur. Karena biasanya Rosa agak sulit dipegang bicaranya. Namun malam itu benar-benar Juna berterima kasih pada Rosa yang mengiim bidadari elok di kamar kosnya.

“Hmm...”

“Oh ya jadi pinjam pinjam buku?” “Menawi pareng...kalau boleh.”

Juna kagum dengan kesantunan Keisha berbahasa Jawa halus. Dia jadi malu karena sering lupa dengan bahasa ibunya itu.

Oh pareng-pareng. Monggo...” (Kejora, 2015: 59-60) “Keisha, nama yang indah, artinya seorang gadis berkelas, pintar dan cerdas, suka belajar, mencintai alam dan terorganisir.”

“Terus!”

“Ia juga type gadis menyenangkan. memiliki senyum indah, kulitnya halus dan cerah.” (Kejora, 2015: 61)

Dari kutipan diatas dibuktikan dengan bahasa yang digunakan Keisha yaitu bahasa Jawa Krama yang lembut dan sopan.

c. Rajendra Mada Prawira

Rajendra Mada Prawira adalah sosok anak yang baik, pintar dan mandiri.

“Dean! Aku ayahnya, aku lebih tahu bagaimana Mada. Sejak kecil ia sudah terbiasa hidup mandiri. Mbok Jum, Pak Ri, sudah cukup banyak membantuku membesarkan, menguatkannya.” (Kejora, 2015: 174)

“Liburmu sampai kapan?”

“Seminggu. Rapor Mada bagus, Ranking 1 lagi.Kali ini Mada minta hadiah.”

“Hadiah apa?”

“Nyekar ibu dan jalan ke Solo saja yah.”

Juna merenung, selamaini Mada tidak pernah minta hadiah untuk segala prestasinya. Hal itu membuatnya memutuskan, memenuhi permintaan Mada yang sepertinya begitu rindu dengan ibunya meski hanya sebatas bisa menyentuh batu pusaranya saja. Selama ini mereka nyekar hanya setahun sekali, itupun saat menjelang puasa, dan mereka selali pulang pergi untuk acara itu (Kejora, 2015: 230).

(40)

26

Tolonglah teman-teman Mada yang mempunyaisakit seperti Mada...bantu mereka sembuh...

Mada yakin ayah biisa dan sanggup ada untuk mereka yang membutuhkan...

Bukankah dulu ayah penah bilang bahwa kita harus ada untuk mereka yang membutuhkan uluran tangan kita?

Kali ini Mada memohon, bantu mereka untuk sehat kembali...

Salam Mada untuk mereka Katakan... mereka bisa sembuh!

Juga salam Mada untuk anak-anak panti asuhan, dimanapun berada...

Katakan...Mereka bisa jadi anak yang berguna (Kejora, 2015: 360)

“Mada anak yang berpikiran cemerlang, hatinya cerdas, jiwanya luas! Berbagi untuk sesama.” (Kejora, 2015: 361)

Dari kutipan diatas, menggambarkan bahwa sikap Mada Baik, pintar dan mandiri. Mada ingin berbagi kepada sesama penderita kanker dengan cara meminta ayahnya untuk mendidikan yayasan dan berbagi pada penderita kanker.

d. Dean

Dean adalah sahabat Juna sejak kuliah setia kawan, suka membantu dan sabar.

Dean tidak bosan-bosannya terus meyakinkan Juna agar tegar menghadapi semua ketidaksempurnaan keluarga barunya. Dan Juna akhirnya mulai sadar peran dan tanggung jawab sebagaiayah, bukan lagi sebagai suami.

Sahabat ada ketika kita terluka, ia senantiasa hadir saat kita berduka. Ia adalah pasangan mata kita, senantiasa ikut berkedip, memejam, bahkan meneteskan air mata sama-samadengan kita. Juna mulai merasa sangat bersyukur memiliki keluarga besar di kampus yang telah membesarkan cinta dan cita-citanya bersama Keisha (Kejora, 2015: 101).

“Tidak! Kamusukses menjadi sahabat, kakak, ayah dan ibu baginya. Amanah Mada adalah kesuksesanmu membentukdia menjadi manusia berguna!”

(41)

27

“Juna menatap Dean, sahabat yang setia memberinya semangat.” (Kejora, 2015: 361)

Sahabat adalah harta berharga selain keluarga. Dean memeluk Juna yang terus mencoba menahan air matanya keluar dengan menengadahkan wajahnya ke langit-langit kamar Mada. Lalu Dean segera keluar dari ruangan, tak kuat melihat wajah Juna yang pasti sayu dengan sekian duka.

Dean tak pernah sekalipun menyalahkan keputusan Juna dengan kado mahalnya. Karena ia tak ingin Juna terus merasa bersalah. Juna harus mengikhlaskan kepergian Mada demi ketenangan jalan anak tercintanya (Kejora, 2015: 362-363). Dari kutipan diatas dijelaskan bahwa Dean merupakan sahabat Juna yang selalu ada disetiap waktu, ia sosok yang setia kawan, suka membantu dan sabar.

e. Rosa

Rosa adalah sahabat Juna. Dia sangat dekat dengan Juna. Rosa tidak pernah meninggalkan Juna disaat Juna terpuruk, tetapi Rosa selalu mensupport agar Juna kuat menghadapi cobaan hidup. Ketika Juna mendirikan yayasan, Rosa juga menjadi salah satu pengurusnya.

Juna menutup buku harian Mada, dan segera merancang sekian rencana indah untuk melaksanakan amanah Mada, menyelamatkan sekian anak yang bisa jadi harapan negeri. Kepergian Mada meninggalkan sebuah warisan emas “Yayasan Elang Rajendra” Pengelolaannya diserahkan pada Rosa yang muncul tiba-tiba setelah sekian tahun sulit dihubungi (Kejora,2015: 364).

Kutipan diatas menjelaskan bahwa Rosa adalah sahabat yang dipercaya sebagai pengurus yayasan milik Juna.

f. Ibu Juna

(42)

28

dengan Keisha. Ia sebagai wanita penuntut, ambisius,dan tidak mau kalah.

“Semua telah jadi keputusan! Romo sakit! Dan ibu yang memutuskan. Ini demi trah keluarga yang harus terus jalan, turun temurun deng baik. Lurus. Bibit bebet bobot! Wis jelas Ratri anak siapa dan apa yang akan kalian dapatkan kelak dari pernikahan ini!” (Kejora, 2015: 65)

“Juna semakin berontak dengan penekanan, pemaksaan ibunya. Ia menatap sang ibu memohon.

“Saya sudah ada bu.” “Apa maksudmu?”

Sampun wonten calon...

Sapa?

“Keisha...”

Juna menundukkan kepalanya, karena pastiwajah ayu ibunya akan berubah mengerikan.

Anake sapa?

“Orang Jepang...” “Apa? Ora! Ora bisa!

“Saya mencintainya!”

Juna memberanikan diri menatap ibunya yang wajahnya memerah, marah.

“Ibu tidak akan merestui! Kalau kamu nekad dengan perempuan Jepang! Keturunan penjajah itu! Artinya kamu menghianati bangsa sendiri! Kakek ibu meninggal karena Nippon! Darahmu darah keraton! Kamu harus ingat Juna! Jangan durhaka!” (Kejora, 2015: 66-67)

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa ibu Juna tidak menyukai Keisha karena keturunan Jepang. Ibu Juna merasa bahwa Jepang adalah penjajah Indonesia.

Ayah Juna meninggal tepat setahun setelah Keisha meninggal. Ibu Juna menganggap Juna penyebab kesehatan ayahnya terus memburuk. Padahal sebelum Juna menikahi Keisha, ayahnya sudah menderita jantung selama 10 tahun. Sang ibu memang type wanita penuntut, ambisius, dan tidak mau kalah. Usaha batik dan penginapan mereka di Solo maju pesat karena tangan dingin sang ibu tanpa memperhatikan kesehatan ayahJuna yang menurun drastis (Kejora, 2015: 134).

(43)

29 g. Ratri

Ratri merupakan perempuan pilihan ibu Juna, ia adalah sosok perempuan yang cantik, Luwes, Santun, pribadinya baik.

“kenapa kamu ragu? Ratri cantik, luwes, santun, pribadinya baik. berpendidikan tinggi juga. Sepulang kuliahnya dari Aussie, kalian harus bertunangan” (Kejora, 2015: 66)

Dari kutipan diatas menurut ibu Juna Ratri adalah perempuan yang cantik, Luwes, Santun, pribadinya baik.

h. Bu Indah

Guru Sekolah Dasar Sekar Nusa yang baik dan perhatian dengan Mada.

“Ya sudah. Ibu tunggu kamu sampai Mbok Jum datang ya.”

Mada menatap lekat guru muda yang selama ini begitu baik dan perhatian padanya.

“Bu guru punya anak?”

“Ya kalian semua, murid-murid ibu kan anak-anak ibujuga sayang.”

“Bu guru sayang Mada?”

Bu Indah merangkul Mada, membelai rambut hitam dan lebat salah satu murid kesayangan itu.

“Iya dong! Eh, itu Mbok Jum sudah datang.”

“Maaf bu, tadi macet di jalan.”

“Ya mbok, nggak papa. Mada pulang dulu ya sayang.” (Kejora, 2015: 111)

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa Bu Indah adalah sosok yang baik dan perhatian dengan Mada di sekolahnya.

i. Yuki

Yuki merupakan kakak Keisha Mizuki, Ia memiliki sifat yang tegas tanpa banyak bicara.

Lampu kuning penolakan nampak dari Jawaban email

(44)

30

kakak sulung Keisha, seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Tokyo, yang berkata dengan tegas kepada Keisha tanpa melihat Juna saat ereka menemuinya di kampus.

“Jangan teruskan penelitianmu. Pulang ke Jepang, tinggalkan semua yang berbau Indonesia!”

Ringkas, jelas, padat, dan sangat pedas. Yuki berkata lugas dan tegas dalam waktu singkat, di ruang kerjanya sambil membuka pintu, mempersilakan Juna keluar. Keisha langsung menarik Juna keluar dari ruangan sebelum tangan Yuki menariknya masuk kembali.

Juna mengulurkan waktu sedikit di Tokyo untuk mencari cara yang bijak. Namun bertemu dengan kedua orang tua Keisha sangatlah sulit karena ancaman Yuki.

“Awas jangan ganggu orang tua! Selesaikan studidan kembali ke Jepang sendiri atau tidak sama sekali!” (Kejora, 2015: 77-78)

Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa Yuki merupakan sosok orang yang tegas tanpa banyak bicara untuk tidak merestui hubungan Keisha dengan Juna.

j. Mbah Ngatinah

Mbah Ngatinah merupakan tentangga Juna dan Keisha ketika mengontrak. Mbah Ngatinah sangat perhatian dan menyayangi Keisha.

Juna spontan mencium tangan kanan Mbah Ngatinah yang begitu gembira dengan kehadiran orang yang selama ini dicarinya. Mbah Ngatinah selama ini turut mendiakan Keisha. Ia dulu tetangga saat Juna dan Keisha jadi pengantin baru.

Mbah Ngatinah termasuk orang yang paling kehilangan Keisha, karena dulu Keisha sering mengirim masakannya meski sedikit ke rumah Mbah Ngatinah, mengingat wanita tua itu hidup sebatang kara (Kejora, 2015: 242).

Dari kutipan diatan dijelaskan bahwa Mbah Ngatinah sangat perhatian dan menyayangi Keisha.

k. Mbok Jum

(45)

31

Besok Mas Mada ulang tahun. Jadi dirayakan mas?” Juna terhenyak dengan kalimat tanya Mbok Jum. Ia bingung.

Oh,ulang tahun?”

Mbok Jum kesal. Juna mulai jauh dari Mada karena sekian banyak kesibukannya.

Inggih, cukup anak-anak tetangga. Mungkin 20-an anak cukup mas.”

“Ya wis mbok. Atur wae.”

“Tumpengan nasi kuning mas. Ndak usah tiup lilin.”

“Ya wis.”(Kejora, 2015: 103)

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa Mbok Jum sosok yang penyayang, sampai ingat ulang tahunnya Mada.

l. Pak Ri

Pak Ri merupakan pembantu Juna yang sangat setia. Juna mengajaknya ketika pindah ke Jakarta.

1) Alur

Panti Asuhan Timur Kejora, merupakan tempat terakhir Mada berbagi. Tahun ini, adalah tahun pertama, Juna merayakan ulang tahun Mada dengan anak-anak panti, tanpa kehadiran putra semata wayangnya yang sangat dicintai sungguh dan penuh itu (Kejora, 2015: 12).

b) Orientasi

(46)

32

Sejak pertemuan malam itu, Juna sering menitip salam kepada Rosa untuk Keisha. Dan tanpa duga, Keisha menyambut balik salam Juna (Kejora, 2015: 61).

“Aku lelaki! Tentu aku akan pegang teguh janji melaksanai cintaku ke Keisha! Segera!”

“Amiiiiiiin!”

Matur nuwuuuuuun!”

Bukan hanya dengan Dean, Juna berdebat tentang kekuatan cintanya. Kepada siapapun ia tak sungkan akankaakan cintanya tulus dan murni apa adanya buat Keisha. Banyak teman perempuan, pemuja rahasia yang patah hati dan jadi membencinya setelah seluruh kampus tahu hubungan Juna dengan Keisha sangatlah serius.

Tepat sembilan bulan perkenalan mereka, menjelang hari ulang tahun Keisha ke 19, Juna mengatakan cintanya.

Cinta ada karena kebiasaan bertemu, begitu ejek Keisha saat Juna berkata... (Kejora, 2015: 64)

c) Komplikasi

Hubungan Juna dengan Keisha tidak direstui serta Juna tidak mengakui sakit kanker yang diderita Mada.

“Ibu tidak akan merestui! Kalau kamu nekad dengan perempuan Jepang! Keturunan penjajah itu! Artinya kamu mengkhianati bangsa sendiri! Kakek ibu meninggal karena Nippon! Darahmu darah keraton! Kamu harus ingat Juna! Jangan duhaka!” (Kejora, 2015: 67)

“Sampai kapanpun ibu tidak akan merestui! Kalau kamu tetap memilihnya! Silakan pergi dari rumah ini! Ibu rela! kehilangan satu anak, masih ada tiga anak yang manut dan tahu tata krama leluhur!” (Kejora, 2015: 67)

“Keluarga besar Keisha baik dari pihak ibu maupun ayahnya banyak yang berdomisili di daerah ini. Mereka masih berdarah ningrat, sebagian masih berpikir konvensional, sebagian lagi moderat.” (Kejora, 2015: 75)

Lampu kuning penolakan nampak dari Jawaban email

kakak sulungnya. Mereka masih ragu untuk menghadapi keluarga besar Keisha. Sebagai langkah awal, mereka menemui Yuki, kakak sulung Keisha, seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Tokyo, yang berkata dengan tegas kepada Keisha tanpa melihat Juna saat ereka menemuinya di kampus (Kejora, 2015: 77).

(47)

33 d) Resolusi

Mada meninggal dunia diatas podium tempat selebrasi champagne.

Sirkuit Rorotan Kirana Legacy, tempat terakhir mereka menjalani kebersamaan. Mada kembali ke Sang Pemilik sesungguhnya. Ia ikhlas menerima takdirNya, luas melapangkan jalan menujuNya, tanpa batas menyatakan cintaNya, tak berharap balas akan keputusanNya (Kejora, 2015: 357).

e) Koda

Juna menjadi relawan MER-C untuk menbantu anak-anak yang membutuhkan.

Juna termasuk salah satu anggota laskar kemanusiaan, Organisasi MER-C (Medical Emergency Rescue-Committee) yang kini membangun sebuah rumah sakit Indonesia di Gaza Utara, Palestina. Rumah sakit yang terletak di Bait Lahiya, 2.5 km dari perbatasan dengan Israel itu dibangun dari sumbangan murni rakyat Indonesia (Kejora, 2015: 368).

2) Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya kirana kejora adalah Orang ketiga (serba tahu). Penulis mengetahui tentang tokoh, peristiwa, ddan tidakan yang ada dalam novel. Hal ini terlihat dari cara pengarang yang menyebutkan tokoh utama dengan namanya.

3) Gaya Bahasa

Ciri khas pengarang Kirana Kejora merupakan adaptasi dari kisah nyata berlatar belakang tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal di Jawa mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan. Pengarang lebih sering memakai bahasa jawa dan perumpamaannya.

4) Latar atau Setting

(48)

34 1) Panti Asuhan

Panti Asuhan Timur Kejora, merupakan tempat terakhir Mada berbagi. Tahun ini, adalah tahun pertama, Juna merayakan ulang tahun Mada dengan anak-anak panti, tanpa kehadiran putra semta wayangnya yang sangat dicintai secara sungguh dan penuh itu (Kejora, 2015: 12).

Sebuah panti asuhan yang nampak asri dengan banyaknya tanaman bunga mawar dan anggrek di dalam pot maupun pohon-pohon akasia yang tumbuh lebat di sepanjang jalan masuknya (Kejora, 2015: 12).

2) Jalan Dr. Sahardjo menuju Dr. Soepomo

Di sepanjang jalan Dr. Sahardjo menuju Dr. Soepomo, ia berusaha menghibue hati dengan mengingat beberapa kenangan indah bersama Mada kecil (Kejora, 2015: 17). 3) Rumah Juna

Langkah tegap pengemudi mobil yang baru saja turun, menginjak bebatun jalan setapak di taman depan rumah yang dihiasi beberapa bonsai mahal (Kejora, 2015: 27).

4) Kamar

Juna keluar dari kamar dengan tergesa-gesa, sambil memakai dasi, bertanya pada Mbok Jum yang sedang merapikan tas Madake atas meja belajar majikan kecilnya itu (Kejora, 2015: 22).

Juna lngsung masuk ke sebuah kamar yang berada di bawah tangga(Kejora, 2015: 29).

5) Ruang kerja

Juna masih sibuk dengan hitungan sekian angka dan rumus-rumus kimia di ruang kerjanya (Kejora, 2015: 43). 6) Sekolah Mada

Mada berdiri, Menarik lengan kiri juna.

“Ayo ke sekolah! Ayah... juga ibu Mada kan?” (Kejora, 2015: 24-25).

7) Universitas di Yogyakarta

(49)

35 8) Kos Juna

Juna mempersilahkan Keisha masuk ke dalam kamarnya yang lumayan luas. Meski ibunya sebenarnya ingin membelikan rumah di Yogya, namun Juna memilih kos dekan kampus (Kejora, 2015: 60). asmara menyusuri Yasukuni-dori di Kanda-Jimbocho. Juna merasa masuk ke masa silam Tokyo (Kejora, 2015: 73).

11) Rumah kontrakan Juna

Pernikahan tanpa restu keluarga dua belah pihak itu berlangsung di sebuah mesjid kecil di daerah Kuningan Karang Malang, dekat dengan rumah kontrakan Juna (Kejora, 2015: 87).

12) Stasiun Tugu samping Malioboro

Dengan semangat 45 calon ayah muda itu makin mempercepat laju vespanya, hingga ia sampai distasiun Tugu. Bersyukur masih ada penjual gudeg lesehan stasiun samping Malioboro itu (Kejora, 2015: 94).

13) Rumah Sakit

Begitu pintu kamar operasi terbuka, dokter Fanan nampak menatap semua mata yang bertanya dan berharap menunggu jawaban baiknya (Kejora, 2015: 98).

14) Cibubur Plaza

“Kita ke Cibubur Plaza ya. Ada lomba Tamiyadi sana.” (Kejora, 2015: 137)

15) Curug tujuh

Pagi itu mereka berangkat ke hutan wisata air terjun, Curug Cilembur yang juga dikenal dengan nama Curug Tujuh, sebuah wisata air terjun dikawasan puncak (Kejora, 2015: 146).

(50)

36

sejuknya air Curug Tujuh yang membuat tubuh anak itu separuh terendam air (Kejora, 2015: 149).

16) Restoran

Juna begitu tampan memakai dinner coat, tuxedo biru tua dengan kemeja putih. Ia turun dari sebuah taxi mewah dengan santai menuju restoran romantis, bagian dari sebuah

homestay (Kejora, 2015: 181).

Restoran mewah itu telah diborong semua tempatnya malam itu oleh Juna demi acara makan malam istimewanya (Kejora, 2015: 183).

17) Kantor Polisi

Dalam hitungan menit, Juna telah sampai di kantor polisi, tempat Mada ditahan karena menabrak seorang penjual ketoprak yang sedang menyeberang di depan Pasar Munjul Cibubur (Kejora, 2015: 190).

18) Pasar Munjul Cibubur

Dalam hitungan menit, Juna telah sampai di kantor polisi, tempat Mada ditahan karena menabrak seorang penjual ketoprak yang sedang menyeberang di depan Pasar Munjul Cibubur (Kejora, 2015: 190).

19) Kawasan Sirkuit Sentul

Sampai di kawasan Sirkuit Sentul, Juna menghentikan motornya (Kejora, 2015: 191). bawa baju banyak. Ntar kita beli saja di Malioboro atau Pasar Klewer.” (Kejora, 2015: 232)

“Kita makan siaang di Malioboro sambil jalan-jalan!” (Kejora, 2015: 253).

Juna pelan melajukan mobil, agar Mada bisa menikmati dengan keindahan kota gudeg ituhingga tak terasa mereka telah sampai di Malioboro (Kejora, 2015: 253).

(51)

37 22) Bukit Bintang

Sore itu Mada dengan langkah gontai, wajah malas, mata masih berat terbuka lebar, terpaksa mengikuti langkah Juna menuju bukit sambil menenteng kameranya (Kejora, 2015: 266).

Mada kembali menikmati Bukit Bintang yang semakin eksotis dimalam hari (Kejora, 2015: 268).

23) Museum Sonobudoyo

“Kita mampir ke Museum Sonobudoyo sebentar.” (Kejora, 2015: 269)

24) Angkringan

“OK! Malam ini kita makan di angkringan Lik Man!” (Kejora, 2015: 270)

Mada sedikit heran dengan lokasi angkringan yang baru kali itu dilihatnya (Kejora, 2015: 273).

25) Candi Prambanan

Mada menunjuksebuah bangunan candiyang eksotis dengan cahaya lampu warna warninya (Kejora, 2015:286).

Setelah menempuh jarak sekitar 15 menit, mobil dengan kecepatan 257km/jam itu sampai di daerah Prambanan. Juna menepikan mobilnya, tepat di depan pintu gerbang Candi Prambanan (Kejora, 2015: 287).

Ia mengambil gambar sang penari dengan latar belakang Candi Prambanan yang bermandikan cahaya pada dominasi gelapnya (Kejora, 2015: 293).

26) Kampung Batik Kauman

Malam itu mereka menginap di sebuah homestay di daerah Kampung Batik Kauman (Kejora, 2015: 297).

27) Keraton

Mada nampak memotret dari jauh Keraton Solo (Kejora,2015: 301).

Sejenak mereka sama-sama diam, menatap keindahan keraton yang banyak menyimpan sekian filosofi penting (Kejora, 2015: 305).

28) Candi Cetho

(52)

38

Setelah beberapa kali bidikan, mereka duduk di tepi candi, melihat ke bawah, jalan-jalan yang telah terlewati, dan jauh melempar pandang ke depan, ke atas dengan sekian cerca pikir (Kejora, 2015: 315).

29) Villa

Kita menginap di villa baru. Disana banyak pelajaran yang akan kamu dapat! (Kejora, 2015: 153).

Villa baru Juna yang diberi nama Elang Matahari itu berbatasan langsung dengan hutan pinus di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). (Kejora, 2015: 163)

Di teras depan Villa Elang Matahari milik Juna di kawasan Puncak Pass mereka menikmati kopi berdua. (Kejora, 2015: 335)

Juna melempar cangkir besi yang dipegangnya jauh ke lembah di bawah villa. (Kejora, 2015: 336)

30) Sirkuit Rorotan Kirana Legacy

Kirana Legacy dad....” (Kejora, 2015: 352)

Sirkuit Rorotan Kirana Legacy, tempat terakhir mereka menjalani kebersamaan. Mada kembali ke sang pemilik sesungguhnya. Ia ikhlas menerima takdirNya, luas melapangkan jalan menujuNya, tanpa batas menyatakan cintaNya, tak berharap balas akan keputusanNya (Kejora, 2015: 357).

b) Latar atau setting suasana: 1) Bahagia

“Mada memeluk Keisha, lalu menatapnya dengan lembut, hatinya begitu bahagia melihat ibu dari calon anaknya nampak semakin cantik setelah hamil.” (Kejora, 2015: 92)

Juna mengarahkan HP ke wajah mereka yang bersentuhan. Ia lalu membuka tutup botol champagne. Merayakan kemenangan pagi itu. Dengan tersenyum lepas, Mada merangkul erat ayahnya (Kejora, 2015: 355).

2) Sedih

Dokter Fanan menatap Dean, lalu merangkul Juna. Sebuah isyarat agar Dean mengikuti langkahnya mengajak Juna masuk ruangan sebelah kanan kamar operasi.

Tak berapa lama tangis Juna meledak. “Tidak! Keishaaa! Keiiiiii! Jangan pergiiii!”

(53)

39

mereka, ikut larut dan sudah bisa mencerna apa yang terjadi. Diruangan putih itu Juna terus menangisi kepergian Keisha yang sebelumnya hanya beberapa detik bisa menatap bayinya. Perlahan matanya menutup dengan senyum mengembang, dan terlihat tenang. Juna teus memeluk Keisha erat hingga ia tak sadarkan mengurus administrasi penginapan di meja resepsionis. Mada yang duduk di lobby, menggelengkan kepala melihat wuri yang berdiri sangat dekat di samping kiri ayahnya (Kejora, 2015: 279). 3) Senang

Mada senang dengan hasil bidikannya, meski masih mendapat kritik dari Juna, Namun sudah cukup bagus untuk fotografer seusianya (Kejora, 2015: 267).

“Mada puas dengan ratusan gambar-gambar yang ia bidik dengan hati. Juna puas dengan kenangan bersama Keisha yang terus berlanjut dengan sang buah hati!”

Heh! Kembali terkenang di Prambanan.”

“Mada menggelengkan kepala, melirik ayahnya yang berguaman sendiri sambil tersenyum bahagia, penuh kemenangan! Bisa membawa anaknya napak tilas perjalanan cintanya dengan mantan pacar, Keisha yang sepertinya sangat sulit tergantikan!” (Kejora, 2015: 295-296)

4) Menegangkan

Mada nampak menikmati percakapan siang itu. Namun wajahnya nampakpucat dan kelelahan, lalu mengajaknya kembali ke homestay, Mada menolaknya.

“Yah...”

Juna cemas, takut Mada berubah pikiran dan nekad mencari rumah eyangnya. Meski hanya berbekal nama saja, tentuakan mudah menemukannya, mengingt ayah Juna yang dulu termasuk salah satu pemangku jabatan di lingkungan keraton (Kejora, 2015: 307).

(54)

40 5) Hening

Sejenak suasana hening. Hujan mulai turun rintik-rintik, membuat Juna terpaksa meninggalkan taman sebuah panti asuhan di bilangan Tebet Barat itu dengan segera (Kejora, 2015: 11).

Suasana hening, dan mulai kaku. Mada mengotak atik camera digitalnya. Juna meliriknya, dan timbul satu ide untuk memperpanjang waktu mereka di Yogya (Kejora, 2015: 265). 6) Gembira

Juna gembira sekali melihat Mada sudah mau minum susu di gelas (Kejora, 2015: 19).

7) Rasa bersalah

Juna menatap dengan sedih, merasa sangat bersalah, karena lembur semalam suntuk, hingga bangun kesiangan, dan tidak sempat memandikan Mada seperti biasanya (Kejora, 2015: 22).

8) Terharu

Semua yang hadir terharu. Mereka bertepuk tangan memberi apresiasi bagus, karena Mada satu-satunya murid yang berpuisi tanpa membawa teks (Kejora, 2015: 26).

Juna menatap haru meluhat mada sedang tiduran menghadap ke dinding, dan Mbok Jum sibuk merayunya. Lalu ia meminta Mbok Jum keluar dari kamar (Kejora, 2015: 51).

Pak Jiman menatap mereka dengan haru. Ia sangat mengagumi ketegaran Juna. Ketabahannya merawat cinta sejati dan buah hati (Kejora, 2015: 252).

Juna merangkul Mada sambil berjalan menuju mobilnya setelah mereka cuci tangan dan kaki di gerbang makam, dan memberi uang kebersihan kepada Pak Jiman yang menatap mereka dengan haru (Kejora, 2015: 253).

9) Kesal

Juna lalu pergi begitu saja, Mbok Jum semakin kesal bukan karena lupa tidak memberinya uang untuk ulang tahun Mada, namu sikap Juna yang cuek dan adem ayem dengan ulng tahun Mada yang membuatnya marah (Kejora, 2015: 103-104). 10) Bingung

(55)

41 11) Lengang

Suasana di rumah kayu itu begitu lengang. Dean sengaja mengajak Juna bicara empat matademi Mada setelah Juna mulai menyadari kekuatannya menerima kenyataan justru akan memperparah sakit anaknya (Kejora, 2015: 335).

12) Cemas

Juna cemas, takut mada berubah pikiran dan nekad mencari tahu rumah eyangnya (Kejora, 2015: 307).

13) Panik

Terdengar sebuah gekas pecah. Tak berapa lama pintu terbuka. Juna shock melihat Mada terkulai lemas di balik pintu dengan hidung mengucurkan darah segar. Sebagian dadanya basah oleh darah (Kejora, 2015: 326).

Juna sangat panik, menepuk-nepuk kedua pipi Mada. Spontan berhamburan tim sirkuit yang berada didekat mereka, menghampiri podium. Juna merasakan suasana yang begitu gelap dengan riuh rendah suara yang tak jelas, dan tanah yang dipijakinya terasa terguncang hebat(Kejora, 2015: 356).

c) Latar atau setting waktu: 1) Pagi hari

Pagi itu Juna terbangun karena ada sebuah tangan mungil menyentuh hidungnya. Matanya begitu berat terbuka. Ia masih enggan bangun. Namun tiba-tibadadanya terasa hangat, ada air yang membasahinya. Ia menyentuh dadanya dan baru sadar ada sosok bayi mungil terkurap diatas dadanya. Lalu samar-samar dilihatnya, sosok mungil itu mengangkat kepala dan tersenyum kecil padanya (Kejora, 2015: 106).

Pagi itu mereka berangkat ke hutan wisata air terjun, Curug Cilember yang juga dikenal dengan nama Curug Tujuh, sebuah wisata air terjun di kawasan puncak. Di kawasan ini terdapat tujuh air terjun dengan karakteristik berbeda-beda (Kejora, 2015: 146).

Pagi itu Juna mengajak Mada sarapan nasi liwet dan mencicipi serabi solo. Mada nampak dengan suka cita menikmati sarapan hari pertama dikota sang ayah.

“Pagi ini langsung ke keraton?” (Kejora, 2015: 298)

(56)

42

cinderamata yang berada di seberang Kerajinan Gamelan “Balai Agung” (Kejora, 2015: 299)

Pagi itu mereka sama-sama tidak masuk kerja. Di depan teras Villa Elang Matahari milik Juna di kawasan Puncak Pass merekan minum kopi berdua (Kejora, 2015: 335).

Pagi berpenghuni rasa sukayang tiba-tiba tergilas lautan rasa senyap, duka san lenyap. Langit cerah pagi itu membahanakan jerit luka Juna yang terus menyebut nama Tuha dan Mada (Kejora, 2015: 357).

2) Malam hari

Malam itu, sepulang dari kantor, wajah letihnya terasa segar kembali saat ia akan mengganti celana Mada (Kejora, 2015: 17).

Malam penuh kebodohan, Juna baru sadar persediaan obat-obatan di rumah sudah menipis, dan penurun panas untuk Mada pun habis. Dungunya si ayah yang apoteker ini! Runtunya dalam hati (Kejora, 2015: 18).

“Yaha. Mendadak begini?

“Jam 7 malam ini kami ambil. Aku sekrang ada kuliah tambahan.”

“Tambahan apa ngulang?Hahaha....”

“Sssst! Sudah pokoknya kamu tunggu jam 7 malam ini!” (Kejora, 2015: 58)

Malam syahdu, membuat Juna merasa rindu. Jarum jam tangannya sudah mulai menuju ke angka sepuluh (Kejora, 2015: 197).

Malam itu Juna mati kata, tidak tega melihat keseriusan Mada dengan terus membaca literatur,emncari referensi tentang Keraton Surakarta. Apalagi setelah matanya melihat tangan kanan Mada juga memegang buku bersampul klasik, berwarna coklat putih, dengan gambar sosok Raja Pakubuwono X (Kejora, 2015: 229).

Mada merangkul Juna, ia senang sekali dengan kebijakan ayahnya malam itu, meski mengandung syarat, doanya terkabul,

nyekar ibunya sembari menghirup udara Solo sudah puas rasanya (Kejora, 2015: 232).

“Sabar. Kita tunggu malam di sini.” (Kejora, 2015: 267) “OK! Malam ini kita makan di angkringan Lik Man!” (Kejora, 2015: 270)

3) Tengah malam

(57)

43 4) Sore hari.

Minum teh sore hari di rumah teh yang nyaman dan asri, menjadi salah satu kebiasaan Juna dan Mada sebagaisarana rekreasi sederhana. Komunikasi yang mahalharganya, mengingat kesibukan Juna sebagai seorang apoteker yang memiliki beberapa apotek dan perusahaan farmasi, sangat sedikit waktunya terluang untuk Mada (Kejora, 2015: 37).

“Semangat Mada! Ayo!”

Juna terus menyemangati Mada, mereka menikmati hujan di sore itu dengan kehangatan.” (Kejora, 2015: 37)

Mada menyambut tangan kiri ayahnya yang berada tepat di depan wajahnya. Sore yang menyenangkan, membahagiakan dua lelaki bertangan kidal yang hubungannya sudah seperti kakak beradik itu (Kejora, 2015: 226).

Sore itu Mada dengan langkah gontai, wajah malas, mata masih berat sterbuka lebar, terpaksa mengikuti langkah Juna berjalan menuju bukit sambil menenteng camera-nya (Kejora, 2015: 266).

Sore yang cerah dengan eksotis pemandangan gunung-gunung yang indah, akhirnya membuat Mada luluh. Ia pun sigap membidik lensa camera, dengan arahan dari Juna yang lebih jago memotret (Kejora, 2015: 266).

1. Amanat

Sangat menginspirasi kehidupannya, kesabaran dan juga ikhlas menerima kenyataan. Banyak wanita yang tertarik Juna karena tampan dan mapan. Tetapi yang lebih mengharukan, Juna lebih memilih single parent

bagi Mada, karena benar-benar setia denga Keisha. Juna juga bangkit dan tidak terlarut dalam kesedihan, Juna harus melanjutkan hidup, dan melakukan hal-hal yang positif.

E.Sinopsis Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

(58)

44

(59)

45

F. Kelebihan Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

Novel ini memiliki kelebihan yaitu ceritanya sangat menarik dan juga menginspirasi serta mengharukan. Sesuai dengan pesan Kirana Kejora “Pada

saatnya kita memang harus sendiri”, novel ini menceritakan tentang Arjuna

Dewangga (Juna) yang mengalami kehilangan dua kali. Yang membuat akhirnya benar-benar merasakan sendiri.

G.Kekurangan Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah bagaimana siswa-siswi SMA mampu mengamati moral baik yang dimunculkan melalui aspek moral dalam novel

Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat tiga hasil penelitian, yakni (1) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya

Puji syukur hanya pantas penulis panjatkan atas segala nikmat Allah swt yang tanpa jenuh selalu menucurahkan kasih sayang dan nikmat-Nya ke setiap langkah penulis

Nilai-nilai tersebut secara keseluruhan mampu memberikan pembelajaran terhadap pembaca dalam berperilaku dan beretika sesuai dengan tuntutan; (4) Analisis menunjukkan

rasa, yang ditangkap dari gejala kejiwaan para tokoh dalam karya sastra tersebut.. Karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seorang

Kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat individu yang membedakan dia dengan. orang lain, semacam tanda tangan atau sidik jari psikologik, bagaimana individu

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin , penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah- Nya sehingga penulis

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan, serta hidayah dan kesabaran, sehingga penulis dapat