• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 - Test Repository"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK AWAL BALIGH MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

DI DUSUN NOLOPRAYAN, DESA JATIREJO, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

OLEH:

INDAH PURNAMA SARI 111-14-279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK AWAL BALIGH MENJALANKAN IBADAH PUASA RAMADHAN

DI DUSUN NOLOPRAYAN, DESA JATIREJO, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

OLEH:

INDAH PURNAMA SARI 111-14-279

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan

atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada

hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan”(Q.S. Al-Baqarah: 183-184) (Qordhawi, 2006:

(8)

viii PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Ngatmin dan Ibu Painah). Terima kasih atas doa, nasihat, kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah serta pengorbanan tanpa pamrih yang selalu diberikan untukku.

2. Ketiga kakakku tersayang (Muh Adi Saputro, Nanik Sunarti, dan Rina Suryani) yang telah mendoakan ku serta memberikan motivasi kepadaku.

3. Keponakanku tersayang (Arga, Tacia, Malik, Abid, Inez dan Ziham) yang membuat cair suasana

4. Keluarga besarku (Busri dan Wiro Dinomo Timin) yang tiada henti selalu mendoakan ku 5. Bapak Imam Mas Arum M.Pd selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu kepadaku 7. Mas Eko Sulistyono yang selalu memberikan masukan, motivasi, serta segala sesuatu

yang menunjang dalam penyelesaian skripsi ini

(9)

ix

9. Adikku (Meli Asiyani Lestari dan Fitriyatus Syarifah) yang selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Semua teman seperjuanganku prodi PAI angkatan 2014 khususnya PAI G

11. Semua teman-teman PPL di SMK Negeri 1 Salatiga (Ida Rizki Afita, Ahmad Fuad, Nur Chalim, Asprillia Putri Pangesti, Novlita Zalikapuri, Muhammad Luthfi, dan Miftahul Wahab) dan semua teman-teman KKN di Dusun Blendung, Kecamatan Kemusu (Yunita, Riski Inayah, Tami, Uuk, Lena, Danang, Gilang, dan Adin) yang saya cintai.

12. Kepala Dusun Noloprayan yang telah mengizinkan saya untuk melakukan peneltian di Dusun Noloprayan

(10)

x

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحّرلا للها مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah puasa Ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018 dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait sehingga kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih setulusnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah mengarahkan, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Dra.Urifatun Anis, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing Akademik

(11)
(12)

xii ABSTRAK

Sari, Indah Purnama. 2018. Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan Di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

Kata kunci: peran orang tua, baligh, puasa ramadhan

Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah kondisi ibadah puasa ramadhan anak awal baligh, peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh serta faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana ibadah puasa ramadhan anak awal baligh di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018? (2) Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018? (3) Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (Field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Langkah analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Karakteristik informan yang diteliti adalah orang tua baik Bapak maupun Ibu yang berperan dalam mendidik anak untuk berpuasa ramadhan dan anak awal baligh. Usia putra putri berkisar antara 10 sampai 13 tahun, dan mereka tinggal di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang terdiri dari orang tua dan anak awal baligh dalam 4 keluarga.

(13)

xiii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

(14)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekata dan Jenis Penelitian ... 43

B. Kehadiran Peneliti ... 44

H. Tahap-Tahap Penelitian... 55

(15)

xv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Total RW 02 Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia

3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

4. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencahariaan 5. Tabel 4.5 Sarana Peribadatan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing 3. Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

4. Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian 5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

6. Lampiran 6 Laporan SKK

7. Lampiran 7 Buku Kegiatan Bulan Ramadhan 8. Lampiran 8 Pedoman Wawancara

9. Lampiran 9 Transkip Wawancara 10. Lampiran 10 Dokumentasi

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang memiliki peran sangat penting dalam

kehidupan umat manusia. Agama menjadi salah satu tolak ukur dalam upaya

mewujudkan kehidupan yang damai dan bermartabat yang dapat

dikembangkan melalui pendidikan agama. Salah satu ajaran agama yang

wajib dilaksanakan oleh setiap muslim adalah puasa pada bulan ramadhan.

Puasa atau shiyam adalah suatu ibadah kepada Allah SWT dengan syarat dan

rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari makan, minum dan

berhubungan seksual dan lain-lain perbuatan yang dapat merugikan atau

mengurangi makna atau nilai dari pada puasa, semenjak terbitnya fajar sampai

terbenamnya matahari (Drajat, 1983: 275). Puasa ramadhan adalah kewajiban

yang sakral dan ibadah islam yang bersifat syi`ar yang agung, juga salah satu

rukun islam praktis yang lima, yang menjadi piral agaima ini.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan

serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan

didasarkan pada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan

Hadits Nabi (Zuhairini, 2004: 177). Keberhasilan pendidikan tidak hanya

(18)

2

nilai-nilai keagamaan dalam jiwa serta mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Mengenai kewajiban dalam melaksanakan ibadah puasa ramadhan,

Allah Swt telah berfirman dalam (Q.S. Al-Baqarah: 183-184):



Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan

kebajikan” (Qordhawi, 2006: 30).

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa ibadah puasa wajib dilakukan oleh

setiap orang yang beriman. Tidak terkecuali bagi anak-anak awal baligh.

Anak awal baligh harus sudah diberikan didikan untuk menjalankan ibadah

puasa ramadhan. Salah satu hal yang penting dalam mendidik anak disiplin

(19)

3

yang didapatkan anak adalah pendidikan yang berasal dari keluarga. Menurut

Ali (1998: 87) Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul

tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami pada masa awal kehidupan

berada ditengah-tengah ayah dan ibunya.

Orang tua yang bisa lebih mengetahui kondisi anaknya sendiri tentang

kapan mereka betul-betul siap mulai berlatih puasa (Salwasalsabila, 2008:

109). Pada dasarnya hanya orang tua yang mampu mengetahui kondisi anak

kapan anak siap untuk diberikan pendidikan agama. Dan untuk memberikan

pendidikan agama tersebut harus dilakukan secara intensif agar mencapai

suatu hasil yang maksimal. Tidak mudah untuk mencapai tujuan tersebut,

tentulah harus dimulai dari titik yang paling awal, yakni memberikan

pemahaman-pemahaman mengenai pendidikan agama.

Seperti sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Bukhari

Muslim:

وناسجمي وأ ونارصني وأ ونادوهي هاوبأف ةرطفلا ىلع دلوي دولوم لك

Artinya: “Tiada manusia lahir (dilahirkan) kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia

Yahudi, atau Nasrani atau Majusi”. (Bahreisy, 1980: 68).

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan

dan pengalaman yang dilaluinya terutama pada masa pertumbuhan yang

pertama (usia 0-12 tahun). Masa yang menentukan bagi pertumbuhan

(20)

4

sering mendapatkan didikan agama dan mempunyai pengalaman keagamaan,

maka setelah dewasa anak akan cenderung bersikap positif terhadap agama,

demikian sebaliknya anak yang tidak pernah mendapatkan didikan agama dan

tidak berpengalaman dalam keagamaan, maka setelah dewasa anak tersebut

akan cenderung bersikap negatif terhadap agamanya (Daradjat, 2005: 69).

Anak-anak biasanya sulit melakukan puasa ramadhan. Salah satu

faktor yang menghambat adalah faktor lingkungan baik itu lingkungan

masyarakat maupun lingkungan sekolah. Contoh faktor yang menghambat

anak dalam melaksanakan puasa yaitu pengaruh yang diberikan kepada anak

yang nakal dengan berbohong puasa ternyata tidak berpuasa. Apalagi anak

yang awal baligh sangat rentan dengan bujukan-bujukan dari

teman-temannya. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah dibutuhkan untuk

mendidik anak agar rajin berpuasa ramadhan.

Berbeda di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh,

Kabupaten Semarang Tahun 2018 di mana anak-anak usia awal baligh telah

rajin berpuasa ramadhan. Itu semua karena kesadaran dalam diri orang tua

untuk mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan.

Terlihat ketika bulan ramadhan telah tiba, anak awal baligh antusias untuk

menjalankan ibadah puasa ramadhan. Sehingga di sini peneliti ingin

mengetahui peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan

(21)

5

Berdasarkan latar belakang di atas yang berada di Dusun Noloprayan,

Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, maka peneliti ingin

mencari tahu peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan

ibadah puasa ramadhan dengan melakukan penelitian yang berjudul “Peran

Orang Tua dalam Mendidik Anak Awal Baligh Menjalankan Ibadah

Puasa Ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan

Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan di

atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana ibadah puasa ramadhan anak awal baligh di Dusun

Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

Tahun 2018?

2. Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh

menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo,

Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018?

3. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat orang tua dalam

mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun

Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

(22)

6

C. Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah puasa ramadhan anak awal baligh

di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten

Semarang Tahun 2018

2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh

menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo,

Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung dan menghambat

orang tua dalam mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa

ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh,

Kabupaten Semarang Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

jelas kepada semua pihak yang terkait baik kalangan akademis maupun

masyarakat.. Terdapat 2 manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi

sumbangan wacana keilmuwan dan menambah khasanah dalam

(23)

7

b. Menambah wawasan orang tua bahwa peran orang tua sangat penting

dalam mendidik anak untuk berpuasa.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk orang tua dalam

mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan. Dan

juga untuk menjadi referensi anak awal baligh dalam menjalankan

ibadah puasa ramadhan.

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan proses

mendidik anak untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan, khususnya

bagi orang tua

E. Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman terhadap pokok

masalah yang dimaksud maka sebelumnya penulis menguraikan tentang

batasan pengertian yang dimaksud dalam judul ini adalah:

1. Peran Orang Tua

Peran berarti pemain sandiwara (film). Peran juga bisa berarti watak

(peran yang utama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang sifatnya khas

dan istimewa). Kata peran mempunyai arti fungsi, kedudukan, bagian

kedudukan (Maulana, dkk, 2003:392). Peran yang dimaksud di sini yaitu

yang memegang pimpinan utama, yang mempunyai ciri-ciri individual

yang sifatnya penting dan utama. Dalam hal ini yang memegang peran

(24)

8

menanamkan keagamaan karena menjadi pondasi dalam sebuah keluarga

mendidik anaknya. Dalam hal ini mendidik anak awal baligh untuk

berpuasa.

2. Puasa ramadhan

Puasa menurut Islam berkaitan dengan tiga masalah pokok yang

sangat esensial bagi kehidupan manusia, yaitu menahan lapar dan haus,

menahan diri dari hubungan seksual, dan menahan diri dari penglihatan,

pendengaran, serta ucapan-ucapan yang tidak baik atau tidak wajar. Dari

pengertian di atas, kata “Shaum” diartikan menahan diri dari segala

sesuatu dan meninggalkan sesuatu, Ramadhan berasal dari akar kata

ramadha yang berarti membakar atau menghanguskan. Ada dua sebab

mengapa dinamakan bulan ramadhan (Said, 2009:11-13). Ibadah puasa

ramadhan adalah suatu ketundukan atau kepatuhan kepada Allah swt.

dengan menahan diri dari makan, minum, serta dari hal-hal yang

membatalkannya sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari

disertai dengan niat yang dilaksanakan pada bulan ramadhan.

3. Anak awal baligh

Anak baligh adalah anak usia 15 tahun atau secepat-cepatnya umur 12

tahun bagi laki-laki dan secepat-cepatnya umur 9 tahun bagi wanita

(Harjono, 1987:222). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

anak baligh adalah anak yang sudah bisa membedakan mana yang baik

(25)

9

dan sudah mimpi basah, sedangkan untuk perempuan berumur 9 tahun

dan sudah menstruasi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penulisan ini maka disusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan

yang menjadi landasan awal penelitian yaitu membahas tentang latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan

istilah, serta sistematika penulisan.

Bab II: Kajian Pustaka. Bab ini membahas tentang landasan teori dan

kajian terdahulu, yang meliputi peran orang tua dalam mendidik anak awal

baligh, puasa ramadhan, anak awal baligh, serta penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini.

Bab III: Metodologi Penelitian. Bab ini membahas tentang metode

penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,

lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,

pengecekan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian.

Bab IV: Paparan Data dan Analisis Data. Pada bab ini peneliti akan

menjelaskan tentang paparan data dan analisis data yang terkumpul dalam

klasifikasi data. Dalam paparan data membahas tentang gambaran tempat

meliputi: letak geografis, keadaan penduduk berupa jumlah penduduk

(26)

10

menurut pendidikan, jumlah penduduk menurut mata pencahariaan, sarana

peribadatan, dan temuan data berupa karakteristik keluarga di Dusun

Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Sedangkan dalam analisis data untuk menjawab rumusan masalah tentang

kondisi ibadah puasa ramadhan anak awal baligh, peran orang tua dalam

mendidik anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan serta faktor

yang mendukung dan faktor penghambat dalam mendidik anak awal baligh

dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan di Dusun Noloprayan, Desa

Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018.

Bab V: Penutup. Bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dan

saran-saran. Pada bagian akhir akan di paparkan mengeni daftar pustaka,

(27)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Peran Orang Tua

a. Pengertian peran orang tua

Soekanto mengemukakan beberapa pendapatnya sebagai

berikut:

1) Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti

ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang

membimbing seseorang dalam kehidupan.

2) Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3) Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

penting bagi struktur masyarakat (Soekanto, 1986: 12).

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama, utama

karena pengaruh mereka amat mendasar dalam perkembangan

kepribadian anaknya, pertama karena orang tua adalah orang

pertama dan paling banyak melakukan kontak dengan anaknya

(Tafsir, 1997: 135). Orang tua menjadi panutan dan contoh bagi

(28)

12

yang dikerjakan orang tua akan dicontoh oleh anak. Misalnya anak

laki-laki senang bermain menggunakan palu, anak perempuan

senang bermain boneka dan memasak. Contoh tersebut adalah

adanya kekaguman anak terhadap orang tuanya, karena itu

keteladanan sangat perlu seperti puasa ramadhan, shalat berjamah,

membaca basmallah ketika makan dan lain sebagainya, dari hal itu

anak-anak akan menirukan (Tafsir, 1996: 7).

Dari berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa peran adalah pemegang pimpinan utama melalui tingkah

laku yang berhubungan dengan norma-norma, peraturan-peraturan

dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan situasi dan kondisi

serta posisi seseorang dalam suatu tatanan kehidupan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini yang memegang

peran tersebut adalah orang tua. Mereka yang mendidik dan

mengarahkan anak awal baligh dalam menjalankan ibadah puasa

ramadhan.

b. Tanggung jawab orang tua

Orang tua bukan hanya menjadi bapak dan ibu bagi

anak-anaknya tetapi juga menjadi pendidik yang bertanggung jawab atas

(29)

13

“The family is reponsible for preparing the young child to live

in society for teaching the child the language, the attitudes and

some of the basic skills he or she will need” (Robert, 1998: 39).

“Keluarga bertanggung jawab untuk mempersiapkan anak kecil

untuk hidup di masyarakat untuk mengajari anak berbahasa,

bersikap dan beberapa kemampuan dasar yang laki-laki atau

perempuan butuhkan”.

Keluarga merupakan institusi yang pertama bagi anak dalam

mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Jadi keluarga

mempunyai peran dalam pembentukan akhlak anak, oleh karena

itu keluarga harus memberikan pendidikan atau mengajar anak

tentang akhlak mulia atau baik. Hal itu tercermin dari sikap dan

perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak.

Di samping itu, dalam melakukan pendidikan akhlak kepada

anaknya, orang tua hendaknya menggunakan metode pembiasaan.

Maksudnya anak dilatih untuk berakhlak yang baik dan bertingkah

laku yang sopan kepada orang tua. Jangan sampai kedua orang tua

menunjukkan kekerasaan yang terjadi antar keduanya di depan

ankanya, karena hal itu akan mengakibatkan anak meniru

kekerasan tersebut dan menganggap bahwa orang tuanya tidak

(30)

14

Tanggung jawab pendidikan islam yang dibebankan kepada

orang tua sekurang-kurangnya adalah:

1) Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang

paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan

merupakan dorongan alami untuk mempertahankan

kelangsungan hidup manusia.

2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun

rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari segi

penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai

dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.

3) Memberi pengajaran dala arti yang luas sehingga anak

memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan

kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat

dicapainya.

4) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai

dengan pandangan dan tujuan hidup muslim (Djamarah, 2004:

86).

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam

bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar bila dibutiri

maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah

bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang baik,

(31)

15

menanamkan rasa cinta sesama anak, memberi pendidikan akhlak,

menanamkan akidah dan tauhid, melatih anak mengerjakan shalat

dan puasa, berlaku adil, memperhatikan teman anak, menghormati

anak, memberi hiburan, mencegah perbuatan bebas, menjauhkan

anak dari hal-hal porno, menempatkan dalam lingkungan yang

baik, memperkenalkan kerabat kepada anak, mendidik bertetangga

dan bermasyarakat (Djamarah, 2004: 28). Sesuatu yang sudah

menjadi tanggung jawab orang tua sudah semestinya harus

dilaksanakan oleh kedua orang tua.

c. Tugas orang tua terhadap anak

Ayah dan ibu memiliki tugas dihadapan anaknya. Khususnya

ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak,

jasmani dan kejiwaannya pada masa kehamilan sampai masa anak

telah lahir ke dunia. Tugas orang tua terhadap anak tidak hanya

terbatas dalam memberi makan, minum, membelikan pakaian baru,

dan tempat berteduh yang nyaman. Beberapa hal tersebut bukan

berarti tidak perlu, sangat perlu. Namun ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam mendidik anak. Beberapa tugas orang tua

yang perlu diperhatikan adalah:

1) Menanamkan Pandangan Hidup Beragama

Tugas orang tua terhadap anak bisa dilakukan dengan

(32)

16

karena masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik

untuk mengenalkan dasar-dasar hidup beragama. Penanaman

hidup beragama ini bisa dilakukan dengan memberikan

contoh kepada anak dengan berpuasa, mengajak anak-anak

ikut serta pergi ke masjid bersama orang tua untuk

menjalankan ibadah, mendengarkan kultum, maupun ceramah

agama.

Bila semasa kecilnya anak tidak dikenalkan dengan

agama, tidak pernah pergi bersama orang tua ke masjid

mendengarkan ceramah maupun sholat berjamaah, maka

setelah dewasa mereka pun tidak ada perhatian terhadap hidup

beragama. Untuk itu, tugas orang tua dalam mendidik anak

sangat perlu diperhatikan di awal masa kanak-kanaknya.

2) Tanggung Jawab Keluarga terhadap Pendidikan Anak

Tugas orang tua yang tak kalah pentingnya adalah

memberikan pendidikan yang layak bagi anak. Hal ini tidak

terlepas dari semangat orang tua dalam mendidik anaknya,

beberapa semangat dasar orang tua terhadap pendidikan

anaknya, meliputi: Semangat diri sendiri untuk cinta dan

sayang pada anak. Cinta dan sayang ini akan menumbuhkan

sikap rela dan menerima tanggung jawab sebagai amanah

(33)

17

3) Membangun karakter pada anak

Tidak ada yang bisa kita lakukan dengan kecerdasan

kita kalau jiwa yang menjadi tempat berkembangnya amat

rapuh. Bukan cemerlangnya otak yang menjadikan

orang-orang besar memberi warna pada sejarah. Anak-anak yang

sangat berpengaruh pada teman-teman sepermainan yang

sebaya atau bahkan yang lebih tua usianya, kerap kali bukan

ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya, melainkan oleh

seberapa kuat karakter membentuk dirinya. Tak perduli

karakter itu baik atau buruk. Kalau karakternya yang

menonjol sangat baik, maka anak-anak disekelilingnya akan

cenderung terbawa. Yang semula buruk, akan berkurang

keburukannya dan berangsur-angsur menjadi baik. Sementara

yang telah baik, akan berjalan seiring dan berlomba unruk

semakin baik (Adhim, 2008: 270). Selain itu tugas orang tua

dalam mendidik anak masih banyak lagi dalam proses

pembentukan karakter, bagaimana anak belajar percaya diri,

menghargai orang lain, dan terlebih lagi orang tua dapat

memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, karena hal itu

akan berguna bagi masa depannya.

Untuk itu, dalam menjalankan tugas orang tua dalam

(34)

18

anaknya dalam menanamkan pandangan hidup beragama,

bagaimana bertanggung jawab terhadap tugasnya serta

bagaimana tugas orang tua membangun karakter pada anak.

d. Cara orang tua dalam mendidik anak

Untuk menanamkan perilaku beribadah, setiap orang tua harus

memiliki strategi dalam mendidik anak. Strategi tersebut dapat

dilakukan dengan beberapa bentuk metode, sebagai berikut:

1) Menanamkan akidah dalam islam

Akidah islamiyah memiliki enam komponen pokok

keimanan, yaitu beriman kepada Allah SWT, para malaikat,

kitab-kitab, para rasul, hari akhir, serta qadha‟ dan qadar yang

baik maupun yang buruk. Komponen-komponen ini memiliki

keunikan tersendiri, oleh karena itu sebagian orang tua

merasakan kesulitan untuk menjelaskannya kepada anak kecil

yang kemampuan berikirnya masih sangat sederhana dan

terbatas untuk mengenali hal-hal yang abstrak (Al „Adawy,

2007: 112).

2) Memberikan keteladanan

Jika kita perhatikan, para rasul dan nabi selalu

memberikan perhatian yang besar terhadap keselamatan akidah

(35)

19

Artinya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu

kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub.

(Ibrahim berkata): „Hai anak-anakku!

Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali

dalam memeluk agama Islam‟. (Ahmad, 2015:

112)

Demikian juga luqman mempunyai perhatian yang

besar terhadap putranya, sebagaimana tergambar dalam

wasiatnya yang disebutkan oleh Allah Swt dalam firmanNya

QS. Luqman: 13 sebagai berikut:

ْشُت َلَّ َّيَُُث بَي ُُّظ ِؼَي ََُْٕٔ ُِِّْث ِلَّ ٌُبًَْقُن َلبَق ْذِإَٔ

ٌَِّإ َّللَّبِث ْكِر

ٌىي ِظَػ ٌىْهُظَن َك ْرِّشنا

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada

anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Ahmad, 2015: 116)

3) Pemberian hadiah pada anak

Pemberian hadiah memiliki pengaruh yang baik bagi

setiap jiwa manusia oada umumnya. Namun pengaruh terbesar

(36)

20

pemberian hadiah dengan menjadikannya sebagai salah satu

bentuk cara untuk menumbuhkan sikap kecintaan yang tulus di

antara manusia.

4) Berbicara dengan anak sesuai kemampuan akalnya

Seorang anak, sebagaimana makhluk hidup yang lain,

mempunyai batas-batas yang tidak dapat dilanggar. Para orang

tua harus mengetahui tingkat kemampuan akal anak, sehingga

memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan memecahkan

berbagai masalah yang berkenaan dengan anak.

5) Menasihati seperlunya

Terlalu banyak menasihati sering kali membuat anak

jenuh dan bosan. Namun, sedikit menasihati _oku memberikan

keleluasaan anak dalam bertindak yang kurang baik. Karena

itu, sebagai pendidik, orang tua atau guru sebaiknya bersikap

tengah-tengah dalam memberikan nasihat. Akan lebih baik jika

pendidik memberikan keteladanan (uswatun hasanah)

ketimbang nasihat-nasihat berupa omongan secara berlebihan.

Keteladanan akan lebih efektif dampaknya karena dapat

disaksikan langsung oleh anak (Mustaqim, 2005: 38-44).

6) Bertutur kata dengan lemah lembut

Sesungguhnya tutur kata yang lembut merupakan salah

(37)

21

yang halus maka, anak akan mampu untuk menerima segala

nasihat yang orang tua berikan. Sebaliknya, apabila orang tua

menggunakan ucapan yang kasar, maka anak tidak akan

mampu menangkap apa yang diucapkan orang tua. Biasanya

apabila orang tua bertutur kasar ketika hendak menasihati, anak

justru tidak memiliki rasa takut kepada orang tua bahkan

membangkakngnya.

7) Melatih anak dengan pengalaman-pengalaman praktis

Sesungguhnya memberikan pengalaman-pengalaman

praktis berarti memberi masukan wawasan dan ilmu

pengetahuan. Ketika anak mulai tumbuh dan memfungsikan

kedua tangannya untuk melakukan banyak hal, ketika itu pula

akalnya mulai berbuka dan bekerja.

8) Menjadikan anak sebagai teman

Menjadikan anak sebagai teman adalah hal yang sangat

penting dalam pembentukan jiwa seorang anak. Karena dua

orang teman dapat dengan mudah mengambil pelajaran antara

yang satu dengan yang lainnya (Hafizh, 1997: 197).

e. Ciri-ciri orang tua yang baik

Proses pendidikan anak paling tidak melibatkan tiga faktor:

anak sebagai peserta didik, orang tua/guru sebagai pendidik, dan

(38)

22

berkait dan menunjang keberhasilan pendidikan anak. Namun,

disadari atau tidak, tampaknya pendidik merupakan faktor utama

yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,

menjadi pendidik yang baik merupakan syarat utama yang akan

membantu dalam melaksanakan tugas pendidikan dengna baik.

Berikut ini beberapa sifat yang semestinya dimiliki oleh setiap

pendidik, yakni:

1) Sabar

Kesabaran merupakan sifat utama yang harus dimiliki

oleh pendidik. Kesabaran dapat melahirkan sikap dewasa

pendidik dalam menangani permasalahan anak didiknya.

Melalui kesabaran, pendidik akan memahami keinginan anak

didiknya, dan anak didik juga akan mengerti apa yang

diharapkan pendidiknya. Cara efektif melatih kesabaran

adalah menahan diri dari cepat emosi ketika melihat hal-hal

yang tidak menyenangkan. Seorang pendidik harus bertanya

terlebih dahulu mengapa anak berbuat tindakan yang

menjengkelkan. Karena itu, ia dituntut untuk memahami

permasalahannya dahulu dan tidak terpancing emosi.

(39)

23

Seorang pendidik harus lebih mengedepankan sikap lemah

lembut daripada sikap keras atau kasar. Dengan kelembutan,

anak akan merasa disayang dan terketuk hatinya.

3) Penyayang

Sikap penuyayang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Ia

akan menumbuhkan ikatan emosional yang kuat antara

pendidik dan peserta didik. Dengan ikatan ini, pendidik dan

peserta didik dapat bekerja sama dengan baik dalam

merealisasikan tujuan pendidikan.

4) Luwes dalam bertindak

Seorang pendidik sepatutnya bersikap luwes setiap kali

menghadapi anak didiknya. Sikap luwes (fleksibel) sangat

membantu proses penanganan setiap masalah anak didik.

Orang yang bersikap luwes biasanya cepat menyesuaikan diri

dan cenderung mencari cara efektif intuk menyelesaikan

setiap persoalannya. Dengan demikian, jika gagal menerapkan

sebuah metode, dia akan beralih menerapkan metode lain

yang lebih sesuai. Cara pandang orang yang luwes adalah

tidak memaksakan suatu metode dan berusaha memilih

(40)

24

5) Mengendalikan emosi

Suka marah-marah termasuk sifat yang kurang baik dalam

proses pendidikan anak. Pemarah biasanya cenderung

bersikap kasar dan merendhkan orang lain. Jika hal ini terjadi

pada pendidik, anak didik akan bersifat minder dan menjauhi

pendidinya.

6) Bersikap moderat

Sikap berlebihan atau ekstrem merupakan sikap tercela

dalam urusan apa pun. Karena itu, Nabi Saw lebih menyukai

sikap moderat ketimbang sikap ekstrem dalam beragama.

Tentunya, hal ini patut diterapkan dalam pendidikan anak.

Sebagai seorang pendidik atau dalam hal ini orang tua,

dituntut memiliki karakter yang sangat baik demi menunjang

suatu pendidikan agama anak. Orang tua dengan segala

bentuk karakternya harus memberikan energi positif kepada

anak agar mereka mampu menumbuhkan pribadi dengan latar

belakang keagamaan. Dengan karakter sedemikian rupa orang

tua dapat dengan mudah menyampaikan apa yang menjadi

tujuan utama dari pendidikan keagamaan. Dalam hal ini orang

tua mendidik anak untuk menjalankan ibadah puasa ramadhan

(Hafizh, 1997: 67-74). Untuk menjadi seorang pendidik, baik

(41)

25

aspek yang telah disebutkan. Sehingga akan menjadi seorang

pendidik yang mampu memberikan arahan kepada anak.

2. Anak Awal Baligh

a. Pengertian anak awal baligh

Baligh merupakan masa di mana anak telah sampai

pada dewasa. Pada usia ini anak telah mengalami

kesadaran penuh akan dirinya, sehingga anak diberi

tanggung jawab (taklif) (Mujib, 2006: 403). Pada fase ini

disebut sebagai fase yang mana individu mampu

bertindak menjalankan hukum baik yang berkaitan

dengan perintah maupun larangan (Mujib, 2006: 142).

Masa baligh berlangsung dari saat individu menjadi

matang secara seksual sampai usia delapan belas tahun,

usia kematangan awal masa remaja berlangsung sampai

tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja berlangsung

sampai usia kematangan yang resmi (Hartati, 2004: 41).

Kondisi aqil menjadi salah satu syarat wajib bagi

seseorang untuk menerima suatu beban agama, sementara

kondisi gila (junun) menjadi penghalang bagi penerimaan

kewajiban agama (Mujib, 2006: 403-405).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak awal baligh

(42)

26

mimpi basah, jika belum mimpi basah maka usia

balighnya adalah 15 tahun. Sedangkan bagi perempuan

adalah minimal usia 9 tahun dan telah menstruasi.

b. Tanda-tanda anak awal baligh

Anak awal baligh dapat diketahui dengan beberapa

tanda, yaitu:

1) Sempurnanya umur lima belas tahun berlaku bagi anak

laki-laki dan perempuan dengan menggunakan

perhitungan kalender hijriah atau qamariyah. Dan

umur 9 tahun bagi anak perempuan.

Selain dalam faktor usia, ada beberapa

perubahan ketika anak laki-laki telah mencapai 9

tahun/baligh. Adapun perubahan yang terjadi,

diantaranya:

a) Testis (buah pelir) membesar

b) Terjadi perubahan suara pada anak

c) Perubahan tinggi badan mencapai tingkat

maksimum setiap tahunnya

d) Tumbuh bulu ketiak

e) Tumbuh bulu didada (Sarlito, 1991: 50)

(43)

27

2) Keluarnya sperma (ihtilaam) setelah usia sembilan

tahun secara pasti menurut kalender hijriyah meskipun

tidak benar-benar mengeluarkan sperma, seperti

me€rasa akan keluar sperma, kemudian ia tahan

sehingga tidak jadi keluar. Keluarnya sperma ini

menjadi tanda baligh baik bagi seorang anak laki-laki

maupun perempuan, baik keluar pada waktu tidur

ataupun terjaga, keluar dengan cara bersetubuh (jima‟)

atau lainnya, melalui jalannya yang biasa ataupun

jalan lainnya karena tersumbatnya jalan yang biasa.

3) Adapun haid atau menstruasi menjadi tanda baligh

hanya bagi seorang perempuan, tidak bagi seorang

laki-laki. Ini terjadi bila umur anak perempuan

tersebut telah mencapai usia sembilan tahun secara

perkiraan, bukan secara pasti, dimana kekurangan

umur sembilan tahunnya kurang dari enam belas hari

menurut kalender hijriyah. Bila ada seorang anak yang

hamil pada usia tersebut, maka tanda balighnya bukan

dari kehamilannya tetapi dari keluarnya sperma

sebelum hamil. (Rasyid, 1976: 65-66). Anak dapat

dikatakan baligh apabila sudah melewati tanda

(44)

28

Perubahan-perubahan fisik pada anak

perempuan, diantaranya:

a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan) menjadi

tinggi

b) Pertumbuhan payudara

c) Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap

dikemaluan

d) Tumbuh bulu-bulu ketiak (Sarlito, 1991: 51)

Pertumbuhan fisik merupakan gejala primer

dalam pertumbuhan remaja. Perubahan tersebut dapat

berupa perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi

tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama

(primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder).

3. Puasa Ramadhan

a. Pengertian puasa ramadhan

Puasa berasal dari “shama-yashuumu-shauman wa shiyamaan

(Yunus, 1989:224). Menurut arti bahasa, Ash-shiam (puasa) artinya

al-imsak yang berarti menahan, maksudnya menahan diri dari

melakukan sesuatu.

Pengertian tersebut terdapat dalam firman Allah Swt Q.S.

(45)

29

Artinya: “Makan minumlah nhingga terang bagimu benang putih

dari benang hitam, yaitu fajar….” (Ash Shiddieqy, 1983:

58).

Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan puasa

adalah “menahan diri dari yang membatalkan puasa seperti makan,

minum, bersenggama, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari,

dengan niat karena Allah Swt yang disertai syarat-syarat” (Ash

Shiddieqy, 1983: 61).

Ada beberapa alasan di mana bulan itu disebut sebagai bulan

ramadhan, yakni:

1) Karena pada bulan itulah saatnya umat Islam membakar jiwanya

melalui amal ibadah dan rangkaian tausiah serta mauizahah

hasanah. Dengan demikian terbangun kembali semangat dan

gairah untuk menjalankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya,

membelanya dari serangan musuh-musuh, dan ikut serta dalam

mendakwahkannya atau berpartisipasi aktif dalam berbagai

kegiatan dakwah. Semuanya demi satu tujuan li I‟laa‟I

(46)

30

demi terwujudnya izzul islaam wal muslimin (kemuliaan Islam

dan umatnya).

2) Pada bulan itu pula kesempatan besar terbuka bagi setiap muslim

untuk menghanguskan segala dosa yang telah dikerjakan selama

ini. Dosa-dosa kepada Allah dihanguskan dengan memperbanyak

istighfar, memohon ampun kepada Allah Swt dan bertobat

kepada-Nya dengan menyesali dosa-dosa serta bertekat untuk

tidak mengulanginya.

Apabila sebelum ramadhan masih belum beres puasanya,

setelah ramadhan tidak bolong-bolong lagi. Bila sebelum

ramadhan terbiasa dengan pergaulan bebas dengan yang bukan

muhrim, setelah ramadhan mulai mengurangi hal tersebut,

bahkan menghentikannya sama sekali. Bila sebelum ramadhan

dalam berpakaian masih suka membuka sebagian aurat

khususnya bagi wanita muslimah, usai ramadhan mulai

mengenakan busana muslimah dengan sebaik-baiknya. Bila hal

ini terjadi pada diri seorang muslim, dapat dikatakan dirinya

telah lulus dari madrasah ramadhan dengan menghanguskan

dosa-dosanya kepada Allah Swt melalui keinsafan dan tobatnya.

Adapun dosa-dosa kepada sesama manusia, juga

dihanguskan di bulan ramadhan ini dengan saling memaafkan,

(47)

31

tidak ada lagi perasaan benci, dengki dendam, dan iri kepada

saudaranya (Said, 2009: 10-12).

Jadi puasa ramadhan merupakan bulan bagi umat muslim

menahan diri dari makan, minum dan segala sesuatu yang

membatlakan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya

matahari di mana pada saat itu segala dosa yang diperbuat

manusia akan dibakar dan dihanguskan melalui segala bentuk

amal ibadah. Tidak hanya itu, di bulan yang penuh suci itu

manusia diberikan kesempatan yang amat besar untuk

memperbaiki jiwanya supaya meninggalkan sesuatu yang buruk

dan bertobat memohon ampun kepada Allah Swt.

b. Dalil diwajibkan puasa ramadhan

Wajibnya puasa di bulan ini telah dikukuhkan dalam Al-Qur'an

(48)

32

sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu

jika kamu mengetahui” (Al Ahmadi, Abdul Aziz mabruk

dkk 2017:243).

Berdasarkan oleh apa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin

Umar, dia berkata, Rasulullah Saw, bersabda:

َيُُِث :َلبَق َىَّهَصَٔ ِّْيَهَػ اللَّ ٗهَص اللَّ َلُٕصَر ٌَْأ بًََُُْٓػ ُاللَّ َيِضَر َرًَُػ ٍِْثا ٍَِػ

tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu mengadakan perjalanan

ke sana” (Nawawi, 2010: 313).

.

Dan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Thalhah bin

Ubaidullah:

ِإ َءبَج بَّيِثاَرْػَا ٌََّأ

اَذبَي ْيَِْرِجْخَأ :ِاللَّ لُْٕصَربَي :َلبَقَف ِسْأَّرناَرِءبَث ِاللَّ ِلُْٕصَر َٗن

َلبَق ؟ُُِرْيَغ َّيَهَػ :َلبَق ٌَبَضَيَرَرَْٓش :ِاللَّ ُلُْٕصَر َلبَق ؟ٍوبَيِص ٍِْي َّيَهَػ ُاللَّ َضَرَف

.بًئْيَش َعََّٕطَت ٌَْأ َّلَِّإ ,َلَّ

Artinya:”Bahwa seorang laki-laki Badui dalam keadaan rambut

(49)

33

„Wahai Rasulullah beritahukanlah kepadaku apa yang Allah wajibkan atasku terkait dengan puasa?‟ Beliau

menjawab, „Bulan Ramadhan‟. Dia bertanya, „Apakah ada

kewajiban yang lain?‟ Beliau menjawab, „Tidak, kecuali

engkau mau menambah puasa (sunnah) secara sukarela”.

(Nawawi, 2010: 314)

c. Syarat sah puasa

Menurut Ash Shiddieqy secara garis besar terdapat empat syarat

yang harus dipenuhi untuk menjadikan sahnya puasa ramadhan,

yaitu:

1) Islam

Apabila seorang kafir, baik asli atau kafir murtad berniat

puasa, tidaklah sah puasanya. Apabila seorang muslim yang

sedang berpuasa menjadi murtad karena mencela agama Islam,

atau mengingkari suatu hukum Islam yang di ijma‟ kan

(disepakati) oleh umat atau dia mengerjakan sesuatu yang

merupakan penghinaan bagi al-Qur‟an atau memaki seorang

Nabi, niscaya keluarlah ia dari Islam dan batallah puasanya.

Karena puasa adalah ibadah islamiyah, maka tidak sah dilakukan

oleh orang yang bukan Islam

2) Suci dari haid, nifas dan wiladah

Wanita yang sedang haid, nifas dan sedang bersalin

(wiladah), ketika sedang berpuasa, maka batallah puasanya

(50)

34

Baik anak yang lahir tersebut itu sempurna, ataupun hanya

segumpal darah atau daging.

3) Tamyiz

Tamyiz adalah orang yang dapat membedakan antara yang

baik dan yang tidak baik. Orang gila apabila beniat puasa,

tidaklah sah puasanya, karena puasa adalah suatu ibadah. Orang

gila dipandang tidak mampu untuk untuk beribadah. Apabila

seseorang yang sedang puasa, kemudian menjadi gila di

tengah-tengah hari, walaupun sebentar, maka batallah puasanya. Orang

yang pingsan dan mabuk, batal puasanya jika pingsan atau

mabuk tersebut sepanjang hari. Jika pingsan atau mabuk itu tidak

sepanjang hari, maka dipandang sah puasnya. Dimaksudkan

dengan tamyiz di sisni, ialah tamyiz dalam pandangan hukum.

Karenanya sah puasa orang tidur sepanjang hari lantaran

mumayyiz, ia sadar kalau ia bangun.

4) Berpuasa pada waktunya

Puasa harus dilakukan pada waktu yang tepat. Karena puasa

tidak akan sah jika dikerjakan pada waktu-waktu yang tidak

dibenarkan berpuasa, seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan

hari-hari Tasyrik. Syarat-syarat tersebut berlaku pula untuk

(51)

35

sunnah, seperti puasa Arafah, Asyura dan lain-lain Ash

(Shiddieqy, 2015: 69).

d. Syarat wajib puasa

Puasa ramadhan wajib atas siapa yang memenuhi syarat-syarat

berikut:

1) Islam

Puasa tidak wajib dan tidak sah dilakukan oleh orang kafir,

karena puasa adalah ibadah, dan ibadah itu tidak sah dilakukan

oleh orang kafir, lalu bila orang kafir itu masuk Islam, maka dia

tidak wajib mengqadha‟ puasa yang dilewatkannya selama

kekafirannya (Ash-Syaikh, dkk 2017: 245).

2) Baligh

Baligh adalah anak laki-laki yang minimal berumur 12 tahun

dan sudah mimpi basah dan 9 tahun untuk perempuan yang

sudah menstruasi. Puasa tidak wajib atas anak kecil, orang gila,

orang pingsan, dan orang mabuk, karena mereka tidak dikenai

(52)

36 3) Berakal

Orang yang akalnya (ingatannya) hilang tidak dikenai

kewajiban berpuasa. Dengan demikian, puasa yang dilakukan

orang gila, orang pingsan, dan orang mabuk tidak sah. Sebab,

mereka tidak berkemungkinan untuk melakukan niat

(Al-Zuhayly, 1996: 163).

Puasa tidak wajib atas musafir, berdasarkan firman Allah

Swt, dalam Q.S. Al-Baqarah: 185:

(53)

37

baginya berpuasa), sebanyak hari yang

ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah

menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu

mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang

diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

(Ash-Syaikh, 2017: 245).

6) Suci dari haid dan nifas

Wanita haid dan nifas tidak wajib berpuasa, bahkan haram

berpuasa atas keduanya (Ash-Syaikh, 2017: 245-246).

e. Rukun dan Sunah puasa

Rukun puasa adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh

orang yang sedang menunaikan ibadah puasa. Apabila rukun tersebut

tidak ditunaikan maka puasanya tidak sah (Faiq. 2010: 5). Diantara

rukun-rukun dan sunah puasa adalah sebagai berikut:

1) Rukun puasa

a) Niat, niat adalah hal yang terpenting dalam ibadah. Baik

buruk suatu ibadah, tergantung pada niat.

b) Menahan diri dari yang membatalkan puasa sejak terbit fajar

(54)

38

2) Sunah puasa

a) Makan sahur

b) Mensegerakan berbuka puasa

c) Tidak batal puasa seseorang makan/minum dikarenakan lupa

d) Menjaga lisan, pandangan dan hati dari perbuatan maksiat, supaya amalan puasanya mendapat pahala (Syahputra, 2002:

29).

f. Hikmah puasa ramadhan

Sebenarnya hikmah puasa telah diterangkan Allah dalam

al-Qur,an yaitu untuk menjadi tangga taqwa, menjadi tangga yang

menyampaikan kita kepada derjat Muttaqin.

Allah menjelaskan hal tersebut, karena para penyembah patung

berpuasa untuk menghilangkan kemarahan tuhannya. Apabila mereka

mengerjakan suatu pekerjaan yang salah, mereka mohon keridhaan

tuhannya untuk memberikan pertolongan. Mereka berpendapat

bahwa jalan mencari keridhaan tuhan ialah dengan mengazabkan diri

dengan menghilangkan kenikmatan duniawi. Kepercayaan yang

seperti ini tersebar di kalangan Ahli Kitab.

Adapun hikmah puasa dalam Islam adalah untuk menyiapkan kita

memeperoleh derja taqwa, bukan untuk suatu kepentingan Tuhan.

(55)

39

berkesimpulan bahwa hikmah Allah mewajibkan puasa atas kita

adalah:

1) Untuk menanamkan rasa kasih saying dan ramah kepada fakir

miskin, anak yatim, dan orang yang melarat hidupnya.

2) Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita

mengetahui bahwa puasa adalah suatu amalan Allah yang berat

dan sukar. Maka apabila kita dapat memelihara amanah Allah

dengan sempurna, maka kita terdidik untuk memelihara segala

amanah yang dipertaruhkan kepada kita.

3) Untuk menyuburkan dalam jiwa kita, kekuatan untuk menderita

apabila kita terpaksa menderita dan untuk menguatkan iradah,

atau kehendak kita dan unttuk meneguhkan „azimah atau

keinginan dan kemauan (ash-Shiddieqy, 2015: 39-40).

g. Hal-hal yang membatalkan puasa

Dalam berpuasa ada syarat dan rukun yang harus dipenuhi.

Jika syarat dan rukun tersebut tidak terpenuhi maka puasanya

menjadi sia-sia (batal). Di antara hal-hal yang membatalkan puasa

adalah sebagai berikut:

1) Berniat berbuka puasa

2) Makan/minum dengan sengaja

3) Memasukkan ke dalam perut lewat kerongkongan, makanan

(56)

40

4) Muntah dengan sengaja

5) Melihat bulan (bulan syawal)

6) Kedatangan haid

7) Mengeluarkan mani dengan sengaja (onani)

8) Bersetubuh diwaktu fajar, karena menyangka belum fajar

(Ash-Shiddieqy 1986: 92)

Berpuasa juga memiliki beberapa hal yang dapat membatalkan

puasa. Di atas sudah disebutkan beberapa hal yang membatalkan

puasa, agar puasa seseorang sah (tidak batal) hendaknya

meninggalkan segala bentuk hal yang membatalkan puasa.

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi mengenai skripsi terdahulu yang relevan dengan

skripsi yang penulis selesaikan. Kajian pustaka di sini berkaitan dengan peran

orang tua dalam mendidik anak berpuasa. Adapun kajian pustaka tersebut

sebagai berikut:

1. Skripsi Novia Yusmaniar (106011000037) Prodi Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011 tentang Upaya Orang Tua

dalam Membimbing Anak Melaksanakan Ibadah Di RW 08 Desa

Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang Bogor. Dengan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh para orang

(57)

41

melaksanakan ibadah, mengingatkan anak agar beribadah, memberikan

kesadaran kepada anak tentang pentingnya beribadah, membatasi dan

mengawasi penggunaan media elektronik dan memasukkan anak ke TPA.

Adapun upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya bersikap dan

bertutur kata dengan baik yaitu mengingatkan anak jika berbicara tidak

baik, menyuruh anak bersalaman, cium tangan dengan yang lebih tua,

serta mengawasi penggunaan media elektronik.

2. Skripsi Imam Mutakhim (10470014) Jurusan Kependidikan Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014. Tentang Peran Guru PAI dalam

Pembinaan Peserta Didik Baligh Kelas V dan VI Di SD Muhammadiyah

Pakel Program Plus Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peran guru PAI sebagai perekayasa pembelajaran dan konselor, bentuk

pembinaan peserta didik baligh melalui pembelajaran dan konseling,

metode pembinaan dalam pembelajaran menggunakan metode langsung

dan bersifat kelompok sedangkan pembinaan dalam bentuk konseling

menggunakan metode langsung dan bersifat individual. Sehingga

penelitian ini mendukung teori yang sudah ada, yakni teorinya E.

Mulyasa bahwa guru memiliki peran sebagai perekayasa pembelajaran

dan teorinya Cece Wijaya bahwa guru merupakan konselor bagi peserta

(58)

42

3. Skripsi Aria Fadli Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tentang upaya orang tua dalam melatih anak

berpuasa ramadhan di Desa Nanga Serawai Kecamatan Serawai

Kabupaten Sintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya orang tua

dalam melatih anaknya untuk berpuasa di desa Nanga Serawai dengan

mengajarkannya tata cara berpuasa dan pada saat itu pula anak sudah

dilatih untuk berpuasa semampunya dulu, dan apabila ia mampu

melakukan puasa full 1 hari untuk tahun berikutnya maka anak tersebut

akan diberi hadiah oleh orang tuanya, program orang tua dalam

mengajarkan anak tentang hal-hal yang berkaitan dengan puasa ramadhan

di Desa Nanga Serawai dengan mengajarkannya tata cara berpuasa dan

pada saat itu pula anak sudah dilatih untuk berpuasa semampunya dulu

dan apabila ia mampu melakukan puasa full 1 hari untuk tahun berikutnya

maka anak tersebut akan diberi hadiah oleh orang tuanya, kendala dan

penunjang orang tua dalam melatih anak berpuasa ramadhan di desa

Nanga Serawai kendala baginya dalam melatih anak berpuasa ramadhan

pertama susah dibangunkan sahur kedua selalu meminta berbuka kalau

sudah siang sedang penunjangnya berpuasa adalah diberikan hadiah,

apabila puasa penuh satu bulan maka diberi hadiah, karena orang tua

(59)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penyusunan karya ilmiah (skripsi) tidak lepas dari penggunaan metode

penelitian sebagai pedoman agar kegiatan penelitian dapat terlaksanan dengan baik dan

lancar. Sebuah penelitian dapat mencapai hasil yang maksimal, jika seorang peneliti

paham dan mengerti betul metode apa yang digunakan dalam penelitian tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dari penelitian ini bersifat kualitatif. Bagdan dan Taylor yang

dikutip dibukunya Moleong mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, sehingga penelitian ini diarahkan

pada latar dari individu tersebut secara holistic (utuh) (Moleong, 2008: 75).

Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam tentang peran orang tua dalam

mendidik anak awak baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan,

Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Pada pelaksanaanya

dilakukan pencarian gambaran dan deskripsi di Dusun Noloprayan yang dijadikan

sebagai objek penelitian.

Jenis penelitian yang peneliti ambil, dilihat dari tempatnya merupakan penelitian

lapangan (field research) (Nasehudin dan Gozali, 2012: 55-57). Dalam hal ini peneliti

terjun langsung ke lapangan penelitian yaitu Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo,

(60)

44

dengan orang tua, anak awal baligh, dan kegiatan dalam menjalankan ibadah puasa

ramadhan.

B. Kehadiran Peneliti

Instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti yang terlibat dekat dengan

orang-orang yang diteliti (Daymond, 2008: 7). Sebagai pengamat, peneliti berperan serta

dalam kehidupan sehari-hari subjeknya pada setiap situasi yang diinginkannya untuk

dapat dipahaminya (Moleong, 2008: 164).

Jadi kunci dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, karena untuk

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya peneliti terjun langsung ke lapangan dan

membaur dalam komunitas subjek penelitian. Peranan peneliti sebagai instrumen utama

dalam proses pengumpulan data, peneliti realisasikan dengan mengamati dan berdialog

secara langsung dengan beberapa pihak dan elemen yang terkait.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Noloprayan, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh,

Kabupaten Semarang. Peneliti melakukan penelitian di dusun tersebut karena anak-anak

usia awal baligh telah rajin menjalankan ibadah puasa ramadhan, sehingga peneliti ingin

mengetahui sejauh mana peran orang tua dalam mendidik anak awal baligh untuk

menjalankan ibadah puasa ramadhan di dusun Noloprayan.

D. Sumber Data

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan

sumber data yang utama. Sumber data yang utama dicatat melalui catatan tertulis atau

(61)

45

data yang utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil

usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya (Moleong, 2010: 157).

Data tersebut adalah data yang ada kaitannya dengan peran orang tua mendidik

anak awal baligh menjalankan ibadah puasa ramadhan di Dusun Noloprayan, Desa

Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2018. Data merupakan hal yang

penting untuk menguatkan suatu permasalahan dan juga diperlukan untuk menjawab

masalah penelitian. Hal yang dilakukan untuk mengetahui informasi tersebut adalah

sumber-sumber yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan.

Menurut Bungin (2012: 202) berpendapat bahwa data yang direkrut dalam

penelitian kualitatif bersumber pada data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber utama, baik dari individu

maupun kelompok seperti hasil wawancara.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua. Data sekunder

merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

pengumpul maupun pihak lain, atau data pendukung yang diperlukan dalam

penelitian, diperoleh dengan cara melakukan pencatatan terhadap

dokumen-dokumen.

Dalam penelitian ini data primer yang digunakan yaitu hasil wawancara kepada

orang tua dan anak awal baligh serta hasil pengamatan. Sedangkan data sekunder

yang digunakan adalah dokumen dari pihak Balai Desa Jatirejo, buku kegiatan

ramadhan, dan dokumentasi.

(62)

46

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

yang ditetapkan (Sugiyono, 2007: 308).

Dalam wawancara harus ada pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi

petunjuk secara terperinci tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar

pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviwee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186). Esterberg dalam bukunya Sugiyono membagi

beberapa macam wawancara, yaitu:

a. Wawancara terstruktur (Structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,

bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan

wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya telah disapkan.

Melalui wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang

sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini,

Gambar

Tabel 4. 1
Tabel 4. 3
Tabel 4. 4
Tabel 4. 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Kegiatan fisik Program P2KP atau PNPM Mandiri Perkotaan untuk perbaikan jalan mampu menyerap swadaya masyarakat sebesar 20,60% dari total dana kegiatan, untuk

Indikator dalam penelitian ini merupakan replikasi dari kuesioner penelitin Siti (2013), yaitu dapat membayar dan melaporkan pajak dengan tertib, terhindar dari pengenaan

Semakin tinggi konsentrasi air kelapa yang diberikan semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang terdapat didalamnya, selain itu air kelapa juga baik digunakan pada media

Berbeda dengan pendapat di atas yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, Donovan dan Gibson (2000)

Dalam pemasaran hasil tangkapan ikan nelayan di Pelabuhan Perikan Samudera Belawan (PPSB), peneliti menemukan ada beberapa lembaga yang terlibat pada proses

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina