• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

B. Biografi Novel

1. Unsur Intrinsik Novel Anak Sejuta Bintang

Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Anak Sejuta Bintang antara lain sebagai berikut:

a. Tema

Tema yang diambil dalam novel Anak Sejuta Bintang yaitu peran serta orang tua dalam tumbuh kembang anak. Kemudian juga kasih sayang orang tua yang mengiringi perkembangan kehidupan seorang anak dalam membentuk karakter kepribadian yang baik, agar mempunyai kehidupan yang lebih baik. Di mana kedisiplinan yang diterapkan oleh keluarga tersebut.

74

Tokoh dalam novel Anak Sejuta Bintang yang menonjol antara lain: Ical, Bakrie Roosniah, dianalisis dalam penelitian ini adalah Ical. Berikut tokoh-tokoh utama dalam novel Anak Sejuta Bintang yaitu:

1) Ical (Aburizal Bakrie)

Tokoh Ical dalam novel Anak Sejuta Bintang digambarkan sebagai anak yang ceria, dermawan suka menolong, pintar, baik, penurut, berani, punya inisiatif, disiplin, berbakti kepada kedua orang tuanya. Selama di SD, hampir selalu jadi juara kelas, tapi ketika di kelas 6 Ical dikelas mendapat juara 2.

“HARI PERTAMA masuk sekolah. Ical bangun lebih cepat dari biasanya. “(Basral, 2012: 95).

“Sewaktu Mama ke kamar mengambil uang receh, Ical malah

mengambil buah apel dan anggur di lemari es dan membagikan buah-buahan mahal itu kepada anak-anak yang kampung.”ujar Roosinah (Basral, 2012: 272).

“…Ical kembali menjsdi juara kelas. Setelah tiga tahun berturut-

turut menjadi yang terbaik di kelas, Ical mulai digelari “Anak Sejuta Bintang”…(Basral, 2012: 310).

“Lima tahun kejayaan sebagai juara pertama….” “dan di tempa kedua…” Ibu Ari

“Aburizal Bakrie” (Basral, 2012: 387).

“Bintang yang paling terang dalam kehidupan Ical adalah papa dan

mama. Karena cahaya cinta papa dan mama sehingga Ical bisa menemukan cahaya bintang-bintang lainnya” (Basral, 2012: 399). 2) Bakrie (Ayah Ical)

Tokoh Bakrie dalam novel Anak Sejuta Bintang adalah sosok ayah yang demokratis, bijak, yang selalu memberikan keteladanan dengan

75

mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak-anaknya tentang kedisiplinan, kerja keras, kejujuran, saling tolong-menolong, saling memberi.

“Segala yang datang dari Allah, tutur Bakrie lagi,”niscaya kembali

ke dalam dekapan cinta-Nya.” (Basral, 2012: 60).

“Bakrie sangat menjunjung tinggi bentuk keluarga besar, sama

sekali tidak keberatan ketika beberapa kerabatnya menunjukkan

isyarat butuh tumpangan hidup di Jakarta.” ” (Basral, 2012:62).

“Memberi sesuatu yang kita senangi kepada orang lain itu selalu membuat hati kita bahagia. Rezeki kita pasti akan bertambah jika kita bisa lebih ikhlas” (Basral, 2012: 132).

“Anak laki2 itu harus sering diajak ngobrol supaya terbiasa

mengemukakan pendapat ... Kalau tidak, mereka akan terbiasa menggunakan tangan untuk menyampaikan keinginan.” (Basral, 2012: 149).

“Belum lagi guru-gurumu di sekolah yang menjadi bintang penerangmu sehari-hari. Mereka bintang yang menemani kamu menemukan sesuatu, dari yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti”

“ jangan lupakan guru mengajimu, Ustazah Rohmie…” (Basral,

2012: 396). 3) Roosinah

Tokoh Roosinah dalam novel Anak Sejuta Bintang adalah sosok ibu teladan yang selalu memberikan kedamaian dengan berbagai bentuk kepada keluarga kecilnya. Sosok yang sangat hangat, disiplin, tegas, serta penyayang.

“Ya Allah, gumam Roosinah bersimbah air mata. Seluruh persendiannya lemas dan ngilu…

76

“Niatmu baik, mau melindungi adik. Tapi lain kali hati-hati… (Baral, 2012: 88).

“Selisih nilaimu dan Ingga tipis sekali, Cal, hanya beda satu angka,”

ujar Roosinah bermaksud menunjukkan bahwa ia dengan ketatnya persaingan itu.

…“Betul, Cal,” imbuh Roosinah. “Mama tidak kecewa.” (Basral,

2012: 388-389).

“…Karena pasti hal itu akan membuat Mama bahagia, Bhwa seluruh disiplin dan ketegasan yang Mama ajarkan selama ini sudah

mulai menunjukkan hasil” (Basral, 2012: 399). 4) Cik Nani (Ibu Guru di SD)

Tokoh Cik Nani dalam novel Anak Sejuta Bintang adalah sosok guru yang mengajar di sekolah, Cik Nani memiliki karakter pendidik yang sesuai dengan UU Sisdiknas Tahun 2013 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 sebagai seorang pendidik yang dianggap mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional diantaranya yaitu: memiliki kompetensi pedagogik (menguasai kelas, kreatif dan

inovatif), kompetensi profesional (berwawasan luas), kompetensi kepribadian (penuh kasih sayang, bijaksana dan adil), kompetensi sosial (peduli dan responsive), mendidik murid-muridnya dengan tegas, kedisiplinan, menanamkan kejujuran.

“Hari ini, guru mereka sangat tegas, disiplin, dan tidak main-main. Setiap kesalahan akan mendapatkan hukuman (Basral, 2012:169).

“Ada yang berani kedepan?”...

“Sebelum pulang. Cik Nanik akan meminta kalian melihat baik- baik dua buah foto itu (Basral, 2012, 173).

77

Terdapat juga dalam novel tersebut merupakan tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh sederhana, dan tokoh statis.

c. Alur

Alur yang digunakan dalam novel Anak Sejuta Bintang adalah alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus (Haryanta, 2012: 13). Artinya cerita yang disajikan di dalam novel tersebut disusun secara runtut dari tahap awal hingga tahap akhir atau berdasarkan urutan peristiwa.

Pada tahun 1950, Ical di usianya sekitar tiga tahun lebih mempunyai seorang adik lagi selain Odi. Disaat yang bersamaan juga, Bakrie dan Roosniah merencanakan untuk membeli vila di Cipanas. Musibah menimpa keluarga tersebut. Kebahagiaan yang sedang dialami oleh keluarga Bakrie tidak berujung lama. Anak ketiga mereka yang diberi nama August Alamsjah meninggal setelah beberapa saat lahir.

Pada awal November 1951. Roosniah kembali melahirkan seorang anak yang diberi nama Nirwan Dermawan Bakrie. Di tahun yang sama Ical memasuki Taman Kanak-Kanak Perwari. Pada tahun 1952, Ical masuk Sekolah Rakyat Perwari. Semasa sekolah di SR Perwari banyak kenangan yang memberikan pelajararan bagi Ical. Ketika ia belajar bermain bola kasti, Ical juga bermain sepak bola melawan anak-anak Gang Ampiun dengan skor telak 1-7, Ical juga belajar Judo sesuai dengan

78

saran ayahnya, agar nantinya Ical mampu menyelamatkan dirinya jika mendapat perlakuan tidak baik dari preman yang mulai banyak bermunculan di Jakarta.

Pada 17 Agustus 1956 Ical dan kawan-kawan menjadi tim aubade pada upacara kemerdekaan. Mereka akan menyanyikan lagu-lagu perjuangan di hadapan Presiden Soekarno. Sepulang dari upacara tersebut, Ical ingin memiliki seragam layaknya Presiden Soekarno. Dan diam-diam merencanakan upacara di ciparay dekat vila keluarganya. Ical bekerja sama dengan sopir ayahnya dan penjaga vilanya. Mereka mengumpulkan anak-anak yang ada di Ciparay untuk mengikuti upacara tersebut. Upacara tersebut berlangsung dengan hikmat, disaksikan oleh masyarakat sekitar, serta Bakrie dan Roosniah yang secara diam-diam menyaksikan upacara tersebut.

Mulai dari kelas satu hingga kelas lima Ical selalu mendapat peringkat pertama. Namun di perjuangan akhirnya Ical tidak mampu mempertahankan peringkatnya, ia menduduki peringkat kedua setelah sahabatnya Ingga, mengambil posisinya menjadi lulusan terbaik. Ical sangat sedih mengetahui hal itu.

d. Sudut Pandang

Novel Anak Sejuta Bintang menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal. Penulis menempatkan dirinya sebagai narator yang berada

79

di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita. Pada sudut pandang ini, narator menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut namanya.

“Ical yang mendapat kabar akan diajak ayahnya menonton Cap Lak Meh, langsung gelisah seharian karena terlalu gembira. Tiap sebentar

ia melihat kepintu, bertanya,” Papa kok belum pulang, Ma?”

(Basral, 2012: 35). e. Latar atau Setting

Latar tempat pada novel Anak Sejuta Bintang Berpijak pada pendapat Nurgiyantoro (2007:227), penganalisisan latar dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga unsur yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat dalam novel Anak Sejuta Bintang sebagian besar berada di Jakarta dan Cipanas.

“Setiba di Jakarta, selama tiga hari pertama, kondisi tubuh Ical dan

Odi tak menunjukkan adanya penurunan stamina. Memasuki malam keempat, keduanya batuk-batuk lagi, meski tidak sekeras dan sesering sebelumnya. Selain itu, pada malam keempat, Odi sempat sekali menunjukkan sesak napas. Malam kelima sesak napas Odi hilang. Kali ini, justru Ical yang napas. Roosinah memutuskan memanggil Dokter Ghulam lagi untuk melakukan pemeriksaan. Tak ada saran agar menjalani rawat inap di rumah sakit. Selain lebih

sering lagi menghirup udara segar pengunungan.”

“Sejak itu, hampir setiap pekan Bakrie memboyong keluarganya bermalam di Cipanas.”(Basral, 2012: 90-91).

“Cahaya Matahari pagi mulai memeluik Cipanas…” kampung

Ciparay di belakang vila belum terlihat dengan jelas (Basral, 2012: 84).

Latar waktu dalam novel Anak Sejuta Bintang kurang lebih terjadi selama delapan tahun, karena penceritaan waktu dalam nonel ini paling

80

dominan adalah latar tahun. Latar waktu tersebut dimulai sekitar tahun 1950-an sampai tahun 1958.

“Kapan mulai sekolah, Ma?” tanya Ical sambil mencoba sebuah sepatu kulit yang menarik perhatiannya.“Nanti, sesudah tahun baru.” “Tahun barunya kapan?” “1952.”(Basral, 2012: 95).

Latar sosial dalam novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery Basral mempunyai latar sosial gabungan dari dua kebudayaan yaitu Batak dan Lampung. Hal ini dikarenakan, Ahmad Bakrie ayah Ical berdarah Lampung, sedangkan Roosniah ibu Ical berdarah Batak, yang lahir di Pangkalan Berandan, Sumatra Utara. Walaupun berbeda daerah, akan tetapi keluarga Bakrie sama-sama berdarah Sumatra.

“Wah, akhirnya ada juga teman dari Batak,” ujar Roosinah…(Basral,

2012: 121). f. Amanat

Amanat dalam novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery Basral adalah bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan status. Namun, pola pikir yang benar dan tepat. Kedisiplinan, kerja keras, ketekunan dan ketelitian serta keuletan hidup. Berbakti kepada orang tua serta persahabatan.

Dokumen terkait