• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN

DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

SITI HANIAH

NIM 111 11 117

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:administrasi@iainsalatiga.ac.id

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Siti Haniah

Nim : 111 11 117

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

(4)

iv SKRIPSI

NILAI-NILAI KEDISIPLINAN

DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG

DISUSUN OLEH SITI HANIAH NIM: 111-11-117

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memebuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Ghufron, M.Ag 

Sekertaris Penguji : Hj. Maslikhah, S.Ag.,M.Si 

Penguji I : Drs. Mubasirun, M.Ag 

Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M.Pd. 

Salatiga, 29 September 2015 Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M.Pd.

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Siti Haniah

NIM : 111 11 117

Jurusan : Tarbiyah

Progam studi : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Agustus 2015 Yang menyatakan

(6)

vi

MOTTO

“Kedisiplinan itu tak semata diterapkan pada hal-hal besar, tapi juga dalam hal-hal kecil… ” (Anak Sejuta Bintang, 2012: 309).

“Tetapkan tujuanmu berdasarkan bintang di langit, bukan pada kerlap-kerlip lampu

kapal yang datang dan pergi” (Aburizal Bakrie mengutip Bradley, pidato

penghargaan Achmad Bakrie 2011).

“… Belum lagi guru-gurumu di sekolah yang menjadi bintang penerangmu sehari-hari. Mereka bintang yang menemani kamu menemukan sesuatu, dari yang semula

tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan. Semua telah Kau tetapkan hidupku dalam tangan-Mu dalam takdir-Mu rencana indah yang telah Kau siapkan bagi masa depanku yang penuh harapan. Harapan kesuksesan terpangku di pundak sebagai janji kepada mereka…

1. Orang Tuaku yaitu Bapak (Muhammad Munir) dan Ibu (Fatonah), yang sejak ananda dilahirkan tak henti-hentinya memberikan yang terbaik kepada ananda walau dalam keadaan apapun, Ananda rasa, bagaimanapun caranya, ananda tidak mampu membalas semua kebaikan yang telah Bapak dan Ibu berikan. Senyuman Bapak dan Ibu selalu menjadi motivasi terkuat ananda berjuang di sini. Besar harapan ananda untuk dapat menjadi anak yang menjadi sebab keselamatan dan kebaikan Bapak dan Ibu di dunia dan akhirat. Ananda bersyukur mempunyai orang tua seperti Bapak dan Ibu.

2.

Adikku (Nur Azizah) yang sangat kusayangi. Terima kasih telah menjadi

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-nilai

Kedisiplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang” dapat terselesaikan.

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Siti Rukhayati, M.Ag. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) 3. Maslikhah, S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.

5. Mujib Sahli, S.Ag., M.SI yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis.

(9)

ix

7. Guru-guru ku dari RA sampai perguruan tinggi yang turut memberikan motivasi serta ilmu kepada penulis, sehingga penulis bisa mendapatkan sedikit pengetahuan.

8. Sahabat-sahabatku (Fitri Ikhmah, Nur Hidayah, Irwina Saftri, Siti Fatimah, Diyah Idhawati, Nur Jannah, Al Millatul Mizza), yang selalu memberikan do‟a dan semangat kepadaku.

9. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI C dan D angkatan tahun 2011, kelompok KKL, kelompok PPL, kelompok KKN, dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Almamaterku tercintaInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Salatiga, 8 September 2015 Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Haniah. Siti. 2015. Nilai-nilai Kedisiplinan dalam novel Anak Sejuta Bintang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata kunci: Nilai-nilai Kedisiplinan, Novel Anak Sejuta Bintang.

Fakta di masyarakat tampaknya belum menunjukkan kalau disiplin sebagai budaya. Budaya yang justru berkembang adalah budaya melanggar aturan. Masih banyak disekolah-sekolah bahwa peserta didik yang tidak disiplin. Novel Anak Sejuta Bintang ini merupakan salah satu cara penyampaian penanamam nilai-nilai kedisiplinan sejak dini kepada anak-anak. Kedisiplinan itulah kiranya yang dapat menerangkan resep keberhasilan dari Aburizal Bakrie. Banyak kiranya manusia di dunia yang memiliki talenta, kompetensi, namun tidak memiliki disiplin. Disiplin menjadi distingsi yang menjadi penerang antara keberhasilan dan kegagalan. Maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:(1) Bagaimana nilai-nilai kedisiplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang?(2) Bagaimana nilai-nilai kedisiplinan menurut para tokoh?(3) Bagaimana nilai-nilai kedisiplinan dalam belajar?(4) Bagaimana implikasi nilai-nilai kedisiplinan terhadap proses belajar.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan(library research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif analisismengenai (bibliographis), dengan menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu novelAnak Sejuta Bintang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini yang realitasnya tentang nilai-nilai kedisiplinan. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis) atau analisis dokumen, dan dari analisis tersebut ditarik kesimpulan.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTARLAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Metode Penelitian ... 11

(12)

xii

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN TEORI A. Novel ... 19

1. Pengertian Novel ... 19

2. Novel sebagai Karya Ilmiah ... 21

3. Jenis-jenis Novel ... 25

4. Unsur-unsur Novel ... 29

a. Unsur Intrinsik ... 30

b. Unsur Entrinsik ... 31

5. Tujuan Novel ... 43

6. Peran novel dalam membangun karakter ... 45

B. Nilai-nilai Kedisiplinan ... 46

1. Nilai ... 46

a. Pengertian Nilai ... 46

b. Macam-macam Nilai ... 48

2. Kedisiplinan ... 50

a. Pengertian Kedisiplinan ... 50

b. Macam-macam Kedisiplinan ... 53

c. Tujuan Kedisiplinan ... 55

d. Fungsi Kedisiplinan ... 56

e. Unsur-unsur Pembentuk Kedisiplinan ... 58

(13)

xiii BAB III BIOGRAFI

A. Biografi Pengarang... 61

1. Riwayat Hidup Pengarang ... 61

2.Aktifitas Pengarang ... 61

3. Hasil Karya Pengarang ... 63

B. Biografi Novel ... 73

1. Unsur Intrinsik Novel Anak Sejuta Bintang ... 73

a. Tema ... 73

b. Penokohan ... 73

c. Alur ... 76

d. Sudut Pandang ... 78

e. Latar atau Setting ... 78

f. Amanat ... 79

2. Keunggulan Novel Anak Sejuta Bintang ... 80

C. Nilai-nilai Kedisiplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang . 81 BAB IV ANALISIS DATA A. Nilai-nilai Kedisplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang.... 85

B. Nilai-nilai Kedisiplinan menurut Para Tokoh ... 89

C. Nilai-nilai Kedisiplinan dalam Belajar ... 90

(14)

xiv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 101 B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA

(15)
(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan rendahnya kedisiplinan diri. Pemicu utamanya diduga, adalah situasi dan kondisi keluarga yang negatif (Shochib, 1998). Saat ini, banyak orang tua yang berasumsi bahwa ketika mendengar kata “disiplin” yang

tergambar dalam pikirannya adalah “keras, hukuman, dan penuh paksaan”.

Padahal tidak demikian, mengajarkan kedisiplinan tidak identik dengan kekerasan. Dunia militer, menegakkan disiplin acap kali sering berkonotasi dengan pengertian-pengertian tersebut. Namun, dalam dunia mendidik anak, kedisiplinan justru diterapkan dengan cara fleksibel dan bermakna (Rahman, 2014: 62).

(17)

2

Aburizal Bakrie yang berbasiskan dari keluarga entrepreneur, merupakan sosok yang telah terlatih disiplin sejak kecil. Aburizal Bakrie membagi ilmu tentang disiplinnya, Aburizal berpendapat bahwa:

“Satu hal dari kecil, saya dididik menjadi seorang yang disiplin khususnya disiplin pada waktu, jadi dari kecil saya itu selalu diatur per setengah jam, satu hari dibagi menjadi setengah jam-setengah jam, setiap setengah jam saya selalu beraktifitas, itu saya lakukan dari SD, SMP, SMA, kemudian mahasiswa sampai sekarang juga begitu.”

Kedisiplinan itulah kiranya yang dapat menerangkan resep keberhasilan dari Pria kelahiran Jakarta, 15 November 1946 ini. Banyak kiranya manusia di dunia yang memiliki talenta, kompetensi, namun tidak memiliki disiplin. Disiplin menjadi distingsi yang menjadi penerang antara keberhasilan dan kegagalan. Bahkan menurut sebuah buku manajemen, diperlukan 10.000 jam latihan secara intens untuk menjadi seorang yang ahli. Hal tersebut tentu saja berkorelasi dengan disiplin. Aburizal terbukti keberhasilannya dalam mengelola perusahaan dari berbagai varian produk, kiprah di kementerian, dalam berkeluarga, ataupun memimpin nakhoda Partai Golkar menuju pencapaiannya menjadi Suara Golkar, Suara Rakyat. Seperti dalam percakapan ketika Ical bersama ayahnya tentang kedisiplinan berikut ini:

“Papa bisa membagi waktu dengan baik, nilai Papa selalu bagus. Akhirnya, Atuk terus mengizinkan Papa untuk terus berjualan.” “Caranya

bagaimana?”“Jualannya?”. “Bukan, bagi waktu, Pa…” “Harus disiplin.

Semua ada jadwalnya. Waktu belajar, waktu cari gambir, waktu jualan kue,

waktu main…”(Basral, 2012: 147).

(18)

3

kodrati dalam meletakkan dasar-dasar dan fondasinya kepada anak- anak. Upaya orang tua atau pendidik akan tercapai jika anak telah mampu mengontrol perilakunya sendiri dengan acuan dari nilai-nilai moral yang terinternalisasi (Shochib, 1998).

Disiplin identik dengan konsistensi dalam melakukan sesuatu. Disiplin merupakan simbol dari stamina yang powerful, kerja keras yang tidak mengenal malas, orang yang selalu berfikir pencapaian target secara perfect, dan tidak ada dalam pikirannya kecuali hasil terbaik dari pekerjaan yang dilakukannya (Asmani, 2009: 88). Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib, norma-norma yang berlaku dalam pendidikan disekolah. Membangun kesadaran hidup disiplin patut digalakkan semua pihak. Orang tua sebagai figur utama untuk memberikan contoh sikap disiplin oleh anak-anaknya. Guru sebagai figur teladan murid harus memberikan contoh yang baik dalam pergerakan disiplin ini.

Ajaran Islam mengajarkan kepada umat islam untuk menerapkan disiplin dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam ibadah, belajar dan kegiatan lainnya sebagaimana dalam melaksanakan fardhu 'ain di dalam Islam yang berupa sholat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain semua itu sungguh merupakan suatu latihan atau yang sangat berarti untuk disiplin diri sendiri( self discipline). Perintah untuk disiplin secara implisit tertulis didalam firman Allah

(19)

4

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring, kemudian apabila kamu terasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagimana biasa) sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman." (Q.S.An-Nisa: 103).

Sayyidina Ali selalu memposisikan kedisiplinan diatas segalanya. Kedisiplinan adalah gerbang menuju sebuah kesuksesan. Sayyidina Ali selalu menerapkan kedisiplinan kepada anaknya. Beliau selalu mengajarkan anak-anaknya untuk shalat tepat waktu (Rahman, 2014: 61). Dradjat (1995: 47), bahwa shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi. Shalat fardlu lima waktu dalam waktu-waktu tertentu dapat membentuk disiplin yang kuat pada seseorang. Ketaatan melaksanakan pada waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk selalu teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang ditentukan.

(20)

5

Djamarah ( 2002: 10), menyatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Bahwa dalam belajar tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. Banyak orang yang belajar dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, dan kurang bersemangat, tidak tahu bagaimana berkonsentrasi dalam belajar, mengabaikan masalah pengaturan waktu dalam belajar. Istirahat yang kurang cukup, dan kurang tidur .

Belajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan (Djamarah, 2002: 13). Bahwa dengan jalan berdisiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seseorang mungkin mempunyai cara belajar yang baik. Disiplin akan menciptakan kemauan untuk bekerja secara teratur (Liang, 1977: 51).

(21)

6

Tetapi mengusahakan agar kecakapan itu benar-benar dimiliki dan harus digunakan sehari-hari dalam usaha belajarnya, hingga menjadi kebiasaan yang melekat pada dirinya. Kalau cara belajar yang baik telah menjadi kebiasaan. Maka tidak ada lagi resep-resep yang harus selalu diperhatikan sewaktu belajar. Demikian pula unsur keteraturan dan disiplin tidak akan terasa lagi sebagai beban yang berat (Liang, 1977: 51).

Kedisiplinan di sekolah merupakan salah satu aspek yang harus ada, karena, kedisiplinan merupakan suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan yang ada di sekolah. Adanya kedisiplinan akan memotivasi para siswanya untuk bersaing dengan cerdas dalam meraih prestasi. Dengan demikian, kedisiplinan di sekolah perlu diterapkan terutama pada pelaksanaan proses belajar mengajar, karena disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Karya sastra yang ada di Indonesia salah satunya adalah novel. Novel merupakan karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya. Nurgiantoro (2012), bahwa karya fiksi menceritakan kehidupan manusia dalam interaksi dengan lingkungan sesama, diri sendiri, dan interaksi pengarang dengan Tuhan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab, sekaligus cerita yang memberikan hiburan pada pembaca.

(22)

7

merupakan pemahaman terhadap nasehat dan peraturan, larangan dan anjuran, kebenaran yang harus ditiru, jenis-jenis kejahatan yang harus ditolak, dan sebagainya (Ratna, 2005: 447).

Relevansi karya sastra novel terhadap nilai-nilai kedisiplinan akan diperoleh manfaat berbagai pesan yang terkandung di dalamnya. Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib, norma-norma yang berlaku dalam pendidikan disekolah. Membangun kesadaran hidup disiplin patut digalakkan semua pihak. Orang tua sebagai figur di dalam rumah serta guru sebagai figur teladan murid harus memberikan contoh yang baik dalam pergerakan disiplin.

Persentase di kalangan masyarakat yang kebanyakan membeli novel adalah kalangan pelajar terutama pelajar remaja. Salah satu alasannya, cerita yang dilampirkan oleh pengarang hampir sama dengan kejadian yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebanyakan bercerita tentang cinta. Seharusnya anak membaca novel tidak hanya sekedar “menina bobokan”. Akan tetapi, bermanfaat serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti nilai-nilai kedisiplinan yang ada dalam novel.

(23)

8

“Anak Sejuta Bintang adalah novel biografis yang sangat berguna, baik dibaca untuk dijadikan dasar cara pendidikan terhadap anak. Lebih-lebih

dimasa tumbuh kembang anak tersebut.”( Basral, 2012).

Penerbit Mizan sebuah media online mengungkapkan bahwa novel ini telah masuk kategori best seller yang terbit pada Januari 2012. Hal ini terbukti dengan larisnya novel tersebut di pasaran dengan angka penjualan hampir 10 ribu eksemplar bulan pertama.

Ical (sapaan kecil Aburizal Bakrie) adalah tokoh utama dan pertama dalam novel tersebut. Ical merupakan anak sulung dari Ahmad Bakrie dan Roosniah. Ical juga seorang yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya. Ical dan keluarganya tinggal di Emma Laan, Jakarta Timur. Ical memiliki tiga adik kandung yakni Odi, Nirwan, dan Indra. Ical juga tinggal bersama kerabatnya Hajja Rafiah dan Tati. Sejak kecil, Ical tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan. Namun, hal itu tidak membuatnya menjadi anak yang manja. Justru ia sering mengalami kekalahan dan pernah pula mengalami penolakan. Kehadiran keluarganya yang selalu mendengarkan cerita dan keluhannya serta memberi semangat menghadapi hidup ini membuatnya menjadi pribadi yang kuat, disiplin dan pantang menyerah. Ical mulai digelari “Anak Sejuta Bintang” karena selalu menjadi juara kelas.

(24)

9

dengan disiplin diri akan membuat hidup menjadi bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang. Novel Anak Sejuta Bintang sebagai kilas balik keberhasilan seorang tokoh pengusaha serta politikus. Realitas itu tidak dapat disangkal.

Oleh karena itu, penelitian novel Anak Sejuta Bintang menjadi sangat menarik untuk diteliti. Maka peneliti tertarik membahas mengenai nilai-nilai kedisiplinan yang terdapat dalam novel Anak Sejuta Bintang dalam sebuah skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL ANAK SEJUTA BINTANG , Sebagai inspirasi untuk membangkitkan motivasi kedisiplinan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai kedisiplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang? 2. Bagaimana nilai-nilai kedisiplinan menurut para tokoh?

3. Bagaimana nilai-nilai kedisiplinan dalam belajar?

4. Bagaimana implikasi nilai-nilai kedisiplinan terhadap proses belajar? C. Tujuan Penelitian

(25)

10

Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai kedisiplinan dalam novel Anak Sejuta Bintang. 2. Untuk mengetahui nilai-nilai kedisiplinan menurut para tokoh.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai kedisiplinan dalam belajar.

4. Untuk mengetahui implikasi nilai-nilai kedisiplinan terhadap proses belajar. D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter khususnya pada kedisiplinan belajar melalui pemanfaatan karya sastra. Serta untuk menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra (novel) yang memuat tentang kedisiplinan. 2. Manfaat Praktis

Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 3 yaitu sebagai berikut:

(26)

11

b. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.

c. Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah, 2000: 19). Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan tahap-tahapan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

(27)

12

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Deskripsi analisis ini mengenai bibliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005: 29).

Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

Penulis juga menggunakan pendekatan sastra dalam mengkaji subyek penelitian yaitu pendekatan pragmatis. Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsai-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya, sehingga membertikan manfaat terhadap pembaca (Ratna, 2007: 71- 72). Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra (novel) yang dapat diperoleh pembaca.

2. Metode Pengumpulan Data

(28)

13

surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).

Metode dokumentasi ini, data mengenai penelitian diperoleh dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur, baik artikel, jurnal, majalah, maupun buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini yang realitasnya tentang nilai-nilai kedisiplinan.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu sumber data primer dan sekunder, sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu novel Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery Basral yang diterbitkan oleh Expose pada tahun 2012.

b. Sumber Data Sekunder

(29)

14 4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan. Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007: 48). Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksaanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan.

Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49). Penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel Anak Sejuta Bintang yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan. Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam pengolahan data adalah:

a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Anak Sejuta Bintang yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan.

(30)

15

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Anak Sejuta Bintang yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan.

d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari Novel Anak Sejuta Bintang yang mengandung nilai-nilai kedisiplinan. F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

1. Nilai

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminto, 1982: 667). Manusia menganggap sesuatu bernilai karena ia merasa memerlukannya atau menghargainya. Melalui akal dan budinya manusia menilai dunia dan alam sekiranya untuk memperoleh kepuasan diri baik dalam arti memperoleh apa yang diperlukannya, apa yang menguntungkannya, atau apa yang menimbulkan kepuasan batinnya.

(31)

16

Berbagai pengertian serta pemikiran tentang nilai diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sifat-sifat atau hal- hal yang melekat pada sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk berguna bagi kehidupan manusia. 2. Kedisiplinan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), mendefinisikan bahwa disiplin adalah a) Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya), b) Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib c) Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu. Kedisiplinan, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan dan peraturan (Zuchdi, 2013: 27). Arikunto (1993: 114), mengatakan disiplin merupakan suatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan oleh orang-orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikapdan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

Nilai-nilai kedisiplinan pada penelitian ini adalah proses mengubah perilaku kebiasaan individu anak menjadi tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang berguna bagi kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.

(32)

17

Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya. Burhan (1988: 3). Mendefinisikan novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan, media penyampaian isi berupa bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya melalui penjelasan atau komentar, dialog maupun monolog, dan melalui perbuatan atau action (Aminuddin, 1991:66).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

Bagian Inti atau Isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

(33)

18 BAB II: KAJIAN TEORI

Bab ini akan diuraikan mengenai: Definisi Novel, Novel sebagai sebuah Karya Ilmiah, Jenis-jenis Novel, Unsur-unsur Novel, Tujuan Novel, Definisi Nilai, Macam-macam Nilai, Definisi Kedisiplinan, Macam-macam Kedisiplinan, Tujuan Kedisiplinan, Fungsi Kedisiplinan, Unsur-unsur Pembentuk Kedisiplinan.

BAB III: BIOGRAFI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Pengarang, Riwayat Hidup Pengarang, Aktivitas Pengarang, Hasil Karya Pengarang, Biografi Novel, Nilai-nilai Kedisiplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang

BAB IV: ANALISIS DATA

Bab ini akan disajikan pembahasan mengenai: Nilai-nilai kedisiplinan dalam Novel Anak Sejuta Bintang, Nilai-nilai kedisiplinan menurut para tokoh. Nilai-nilai kedisiplinan dalam belajar, Implikasi nilai-nilai kedisiplinan dalam novel Anak Sejuta Bintang.

BAB V: PENUTUP

(34)

19 BAB II KAJIAN TEORI

A. Novel

1. Pengertian Novel

Sebutan novel (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Italia, novella yang

berarti „sebuah kisah atau sepotong berita‟ (Haryanta, 2012: 20). Abrams

dalam Nurgiyantoro, novella diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa (Jathee, 2013: 121). Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Berikut ini adalah definisi novel menurut beberapa para ahli:

a. Nurgiyantoro

(35)

20 b. Jassin

Novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain (Nurgiyantoro, 2012: 15- 16).

c. Furqonul Aziez

Novel merupakan sebuah genre sastra yang memiliki bentuk utama prosa, dengan panjang yang kurang lebih bisa mengisi satu atau dua volume kecil, yang menggambarkan kehidupan nyata dalam suatu plot yang cukup kompleks.

d. Badudu dan Zain

Novel merupakan karangan dalam bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka-duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya (Aziez , 2010: 2-7).

e. Batos

(36)

21

Berdasarkan beberapa pengertian tentang novel di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan suatu karangan prosa yang didalamnya berisi rangkaian cerita yang mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik.

2. Novel sebagai sebuah Karya Ilmiah

Dalman (2012: 5), mendefinisikan bahwa karya ilmiah merupakan laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang tela dilakukan oleh seseorang atau sebuat tim dengan memenuji kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati, suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Tujuannya untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Triningsih (2008: 2), mengatakan bahwa karya ilmiah merupakan karangan yang menyajikan karya tulis yang menyajikan hasil pikiran, pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode tertentu secara sistematis.

(37)

22

tulis ilmiah, ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dipertanggungjawabkan secara empiris dan obkektif (Dalman , 2012: 7).

Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah berupa gagasan-gagasan ilmiah, baik berupa hasil kajian ilmiah maupun hasil-hasil penelitian yang disajikan dalam karya tulis ilmiah. Gagasan-gagasan itu merupakan gambaran perkembangan ilmu pemgetahuan yang terekam dalam tulisan ilmiah. Pada umumnya perkembangan ilmu pengetahuan itu disajikan dalam bentuk karya tulis ilmiah (Kusmana, 2010: 4).

Karya ilmiah mengunakan bahasa resmi aka bahasa dalam penulisan karya ilmiah haruslah mengikuti kaidah bahasa baku. Tidak dianjurkan bergaya metafora, hiperbol, ilusi, ironi, dan sebagainya, tetapi hendaknya bahasa yang sederhana dan lugas (Agam, 2009: 10). Menulis karya ilmiah isinya harus mengandung kajian pengetahuan ilmiah dengan menggunakan metode berfikir keilmuan dan membentuk tulisan keilmuan pula seperti logis dan empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan objektif (Dalman, 2012: 9).

(38)

23

penulisan karya tulis ilmiah. Fakta umum yang dimaksudkan adalah fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah (Kusmana, 2010: 3). Karya tulis ilmiah adalah yang sedikitnya memenuhi tiga syarat, yakni:

a) Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah,

b) Langkah pengerjaannya dijiwai serta menggunakan metode (berpikir) ilmiah, dan

c) Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai sosok tulisan keilmuan (Dalman, 2012: 10).

Aminuddin (1991: 66), mendefinisikan karya fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Karya fiksi merupakan suatu karya yang menyaran kepada cerita yang bersifat rekaan, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata sehingga tidak perlu dicari kebenarannya, akan tetapi unsur penciptaannya merupakan pandangan si penulis dari kehidupan nyata disekitar lingkungan si penulis. Karya fiksi menceritakan kehidupan manusia dalam interaksi dengan lingkungan sesama, diri sendiri, dan interaksi pengarang dengan Tuhan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab, sekaligus cerita yang memberikan hiburan pada pembaca.

(39)

24

tulis yang dapat dipercaya dan dapat dibuktikan kebenarannya sedangkan novel merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Finoza dalam Dalman (2012: 6) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya atas tiga jenis, yaitu karangan ilmiah, karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan karangan nonilmiah, sebagai berikut:

a) Karangan ilmiah

Brotowidjoyo dalam Arifin (2000: 1), mengemukakan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain: makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi (Dalman, 2012: 6).

b) Karangan semi ilmiah atau ilmiah populer

Merupakan suatu karya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang populer sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan menarik untuk dibaca (Dalman, 2012:125). Yang tergolong karangan semi ilmiah, antara lain: artikel, editorial, opini, feuture, reportase (Dalman, 2012: 6). c) Karangan nonilmiah

(40)

25

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen. Pada umumnya setiap novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak (Haryanta, 2012: 181).

Novel sering dianggap bersinonim dengan fiksi (Jathee, 2013: 121). Novel termasuk karya non ilmiah bukan ilmiah karena novel tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Tetapi, novel dapat dikaji secara ilmiah apabila dalam novel tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan yang diteliti dengan menggunakan kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Nurgiyantoro dalam Jathee (2013: 121), Novel dapat mengemukakan sesuatu yang lebih bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

3. Jenis-jenis Novel

Terdapat beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2012: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular, sebagai berikut:

a. Novel Populer

(41)

26

dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Sastra populer menyajikan kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.

Nurgiyantoro (2012: 18), juga menjelaskan bahwa novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepet ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanyasekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Di sisi lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita (Stanton dalam Nurgiyantoro 2005: 18-19).

b. Novel Serius

(42)

27

mungkin, hal itu yang disebut makna sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.

Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2012:18). Kecenderungan yang muncul pada novel serius memicu sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius menurun. Justru novel ini mampu bertahan dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William Shakespeare atau karya Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini masih dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman (Nurgiyantoro, 2012: 21).

(43)

28

Lukas dan Faruk (1994:18-19), menjelaskan bahwa novel terdiri dari tiga jenis, yaitu novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan, sebagai berikut:

a. Novel idealisme abstrak

Novel yang menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia, novel itu masih memperlihatkan suatu idealisme. Akan tetapi karena persepsi tokoh itu tentang dunia bersifat subjektif, didasarkan pada kesadaran yang sempit, idealismenya menjadi abstrak.

b. Novel romantisme keputusan

Novel menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas. Kesadaran lebih luas dari pada dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia. Itulah sebabnya sang hero cenderung fasif dan cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata-mata.

c. Novel pendidikan

Novel yang berada di antara kedua jenis tersebut. Novel ini, sang hero di satu pihak mempunyai interioritas, tetapi di lain pihak juga ingin bersatu dengan dunia, karena ada interaksi antara dirinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan. Oleh karena mempunyai interioritas, ia menyadari sebab kegagalan itu (Faruk, 1994).

(44)

29 4. Unsur-unsur Novel

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur (yang secara langsung) turut serta membangun cerita, kepaduan antara berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud (Haryanta, 2012: 280). Nurgiyantoro (2012: 23), mendefinisikan unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendirimu novel terdiri dari peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, alur, latar, sudut pandang penceritaan, atau gaya bahasa dan lain-lain (Haryanta, 2012: 280).

1) Tema

Istilah tema menurut Scharbach berasal dari bahasa Latin yang

berarti “tempat meletakkan suatu perangkat”, karena tema adalah ide

yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya (Aminuddin, 1991: 91). Aziez (2010: 75), mengemukakan bahwa tema merupakan gagasan utama yang dikembangkan dalam plot.

(45)

30

dapat diikuti untuk menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel yaitu sebagai berikut:

a) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol.

b) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifaat bertentangan dengan tiap detil cerita.

c) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan.

d) Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita.

Tema disini biasanya adalah dasar atau inti dari sebuah cerita. Biasanya, tema ini masih dikelompokkan lagi menjadi lima bagian yaitu tema ketuhanan, tema sosial, tema organik, tema jasmaniyah, dan tema egoik, sebagai berikut:

a) Tema ketuhanan, biasanya berkaitan dengan sisi religi atau tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan Tuhan.

(46)

31

c) Tema organik berhubungan dengan moral atau kondisi psikis seseorang, seperti hubungan pria dan wanita, persahabatan, dan masih banyak lagi.

d) Tema jasmaniah, cenderung berkaitan dengan sisi jasmani seseorang.

e) Tema egoik, menyangkut reaksi-reaksi seseorang dalam menyikapi atau menentang pengaruh sosial (Nugroho, 2014:193-194).

Tema membantu untuk menghubungkan antara setting plot yang satu dengan yang lainnya, sehingga dihasilkan setting cerita yang menghubungkan kisah awal dan akhir cerita (Setiati, 2008: 89). Nurgiyantoro dalam Jathee (2013: 121), Segi tema, novel dapat menawarkan lebih dari satu tema. Tokoh-tokoh dalam novel biasanya juga ditampilkan secara lebih lengkap, misal berhubungan dengan ciri-ciri fisik, keadaan sosial, tingkah laku, sifat, dan kebiasaan.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang tema di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita dalam karya fiksi yang diciptakannya. 2) Penokohan (perwatakan)

(47)

32

penokohan (Aminuddin, 1991: 79). Nugroho ( 2014: 195), mengemukakan Penokohan adalah penggambaran watak (karakter) dari setiap tokoh yang dihadirkan dalam sebuah karangan fiksi. Menurut Wiyanto (2012: 216), Tokoh cerita satu dan yang lainnya tentu tidak sama. Sebab, masing-masing tokoh itu mempunyai watak. Pemberian watak pada tokoh itu dinamakan perwatakan.

Para tokoh dalam sebuah novel yang baik itu yang menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, konsisten, menyakinkan, kompleks, dan realistis (Aziez, 2010: 61). Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Penokohan ini bisa di bagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

a) Berdasarkan pembagian karakter yang memiliki peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita terbagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan, sebagai berikut:

(1) Tokoh utama adalah seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita

(2) Tokoh tambahan adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena munculnya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama (Aminuddin, 1991: 79-80).

(48)

33

(1) Tokoh protagonis, tokoh yang menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca.

(2) Tokoh antagonis, tokoh yang memiliki watak tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pembaca

(3) Tokoh Netral, tokoh yang bereksistensi demi cerita itu sendiri (Haryanta, 2012: 274-275).

(4) Tokoh skeptic, tokoh dengan karakter memusuhi tokoh-tokoh dengan karakter baik.

(5) Tokoh sidekick, tokoh yang dimunculkan sebagai penyeimbang munculnya tokoh skeptic.

(6) Tokoh contagonist, tokoh pendukung dengan karakter yang bersebrangan dengan tokoh protagonis.

(7) Tokoh guardian, tokoh ini berperan sebagai pelindung pemeran utama.

(8) Tokoh reason, tokoh dengan karakter tenang dan selalu berpikiran logis.

(49)

34

c) Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh si tokoh, penokohan bisa dikategorikan menjadi dua bagian yaitu: tokoh sederhana dan tokoh bulat, sebagai berikut:

(1) Single Character (Tokoh sederhana), yaitu tokoh yang

sederhana dan hanya memiliki satu karakter saja.

(2) Multiple Character (Tokoh bulat), yaitu tokoh yang memiliki karakter lebih dari satu. Sebagai contoh adalah tokoh Robinhood, dimana memiliki kepribadian ganda sebagai seorang dermawan dan juga pencuri.

d) Berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh, penokohan dibagi menjadi dua macam yaitu: tokoh dinamis dan tokoh statis, sebagai berikut:

(1) Tokoh dinamis, yaitu tokoh yang mengalami perkembangan dalam hal kepribadiannya.

(2) Tokoh statis, yaitu tokoh yang mempunyai kepribadian tetap, tidak berkembang dari awal hingga akhir cerita (Nugroho. 2014: 197).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang penokohan di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah menggambarkan karakter dari setiap tokoh yang dihadirkan dalam sebuah karangan fiksi.

(50)

35

Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab akibat (Haryanta, 2012: 12). Wiyanto (2012: 14), mengemukakan alur adalah rangkaian peristiwa yang sambung-menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Aziez (2010: 68) mendefinisikan alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi. Istilah alur sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 1991: 83).

Sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Rangkaian peristiwa itulah yang membentuk plot atau alur cerita (Wiyanto, 2012: 214). Pada dasarnya, jalinan peristiwa tersebut terdiri dari atas tiga hal yaitu: (a). perkenalan (introducing), (b). ermasalahan (konflik), dan (c). penyelesaian konflik (ending) (Nugroho, 2014: 194).

(51)

36

atau penyelesaian yang membahagiakan, yang dibedakan dengan catastrophe, yakni penyelesaian yangg menyedihkan; dan solution,

yakni penyelesaian yang masih bersifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilahkan menyelesaikan lewat daya imajinasinya (Aminuddin, 1991: 83-84). Sedangkan untuk pemisahannya, terbagi menjadi tiga, yaitu: alur maju, alur mundur, dan alur campuran, sebagai berikut:

a) Alur maju yaitu apabila peristiwa-peristiwa dalam cerita berurutan, baik berurutan waktu maupun berurutan kejadiannya. b) Alur mundur yaitu apabila peristiwa terakhir didahulukan

kemudian bergerak ke peristiwa-peristiwa sebelumnya.

c) Alur campuran yaitu apabila susunan peristiwanya ada yang maju dan ada yang mundur (Wiyanto, 2012: 215-216).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang alur di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang berurutan dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat.

4) Sudut pandang (Titik Pandang)

(52)

37

berpendapat bahwa sudut pandang (point of view) dalam karya fiksi mempersoalkan: siapa yang menceritakan, atau: dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Boleh dibilang, sudut pandang merupakan sarana cerita yang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Tanggapan pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun dipengaruhi sudut pandang. Wiyanto (2012: 217), mendefinisikan sudut pandang adalah posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannya. Terdapat beberapa macam sudut pandang, yaitu sebagai berikut:

a) Sudut pandang orang pertama

(1) Sudut pandang orang pertama sentral

Tokoh sentralnya adalah pengarang yang secara langsung terlibat di dalam cerita. Kata ganti yang digunakannya adalah kata ganti orang pertama (saya, aku, kita).

(2) Sudut pandang orang pertama sebagi pembantu

Sudut pandang ini menampilkan “aku” hanya sebagai pembantu yang mengantarkan tokoh yang menjadi tumpuan cerita (Wiyanto, 2012: 217-218).

b) Sudut pandang orang kedua

(53)

38

sekaligus pembaca. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti

orang kedua “kamu, kau, anda atau dikau.” (Sambu, 2013: 78)

c) Sudut pandang orang ketiga

(1) Sudut pandang orang ketiga serba tahu

Pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya. Kata ganti yang digunakannya adalah kata ganti orang ketiga (dia, mereka, atau menyebutkan nama pelaku).

(2) Sudut pandang orang ketiga terbatas

Pengarang sebagai pengamat yang terbatas hak ceritanya. Ia hanya menceritakan apa yang dialami oleh tokoh yang menjadi tumpuan cerita. (Wiyanto, 2012: 217).

d) Sudut pandang campuran

Penulis menempatkan dirinya bergantian dari satu tokoh ke tokoh lainnya dengan sudut pandang yang berbeda-beda. “aku”,

“kamu”, “kami”, “mereka”, dan atau “dia” (Sambu, 2013: 83).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang sudut pandang di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah menjelaskan apa saja yang dilakukan, dirasakan, dan dipikirkan karakter utama sekaligus pembaca. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti.

(54)

39

Peristiwa-peristiwa yang yang dialami tokoh-tokoh cerita terjadi di tempat tertentu, waktu tertentu, dan dalam suasana tertentu terjadinya peristiwa dalam cerita (Wiyanto, 2012: 216). Latar merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan situasi sosial terjadinya peristiwa dalam cerita. Nurgiyantoro (2012: 227), berpendapat bahwa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Berpijak pada pendapat tersebut, penganalisisan latar dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga unsur yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Latar atau setting adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Haryanta, 2012: 150). Latar atau setting berkaitan dengan elemen-elemen yang memberikan kesan abstrak tentang lingkungan, baik tempat maupun waktu, di mana para tokoh menjalankan perannya. Latar ini biasanya diwujudkan dengan menciptakan kondisi-kondisi yang melengkapi cerita. Baik dalam dimensi waktu maupun tempatnya, suatu latar bisa diciptakan dari tempat dan waktu imajiner ataupun faktual (Aziez, 2010: 74).

(55)

40

berfungsi sebagai latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis tetapi juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya (Aminuddin, 1991: 67). Latar atau setting mencakup tiga hal, yaitu a) Setting tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi, b) Setting waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi, dan c) Setting susana adalah terjadi dalam suasana apa?

Suasana ada dua macam yaitu: suasana batin dan suasana lahir. Suasana batin yaitu perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang dialami oleh para pelaku. Sedangkan yang termasuk suasana lahir ialah sepi (tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara dan gerak) (Wiyanto, 2012: 216-217). Nurgiayantoro dalam Jathee (2014: 121-122), keadaan latar dapat dilukiskan secara lebih rinci sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret, dan pasti.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah peristiwa yang dialami para tokoh yang berkaitan tentang waktu, tempat, situasi sosial yang menciptakan kondisi-kondisi untuk melengkapi cerita.

(56)

41

Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandung arti leksikal “alat untuk menulis”, dalam karya sastra istilah gaya mengandung pengertian Cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 1991: 72). Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Gaya bahasa dapat menimbulkan perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca (Wiyanto, 2012: 218).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang gaya bahasa di atas yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.

7) Amanat

(57)

42

unsur pendidikan, terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur pendidikannya setelah membaca seluruhnya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang amanat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah usur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Haryanta, 2012: 280). Wiyanto, 2012:213), mendefinisikan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berada di luar prosa yang ikut mempengaruhi keberadaan prosa. Unsur itu meliputi faktor sosial, ekonomi, politik, budaya, agama, latarbelakang kehidupan pengarang, dan tata nilai yang dianut masyarakat prosa itu ditulis

(58)

43

sesuatu yang penting (Nurgiyantoro, 2012: 24). Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi politik, dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra, dan itu merupakan unsur ekstrinsik pula (Nurgiyantoro, 2012: 24).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang unsur ekstrinsik di atas dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah usur-unsur yang berada di luar karya sastra, namun secara tidak langsung mempengaruhi prosa.

5. Tujuan Novel

a. Menghibur. Bagi mereka yang menikmati novel, akan merasa terhibur atas sajian keindahan yang ada tersebut. Novel dapat dijadikan sebagai media informasi, edukasi, dakwah, dan sebagainya, namun semua itu harus disajikan dengan cara yang menghibur (Sambu, 2013: 9)

b. Menyebarkan pengetahuan. Adanya novel, maka pemikiran yang dimiliki oleh orang lain bisa diketahui masyarakat. Sehingga masyarakat yang membaca novel bisa mendapatkan pengetahuan baru yang bermanfaat. c. Peningkatan Konsentrasi. Membaca karya novel berbeda dengan membaca

(59)

44

d. Meningkatkan memori otak. Ketika membaca karya novel, maka didalamnya terdapat berbagai macam karakter, perwatakan, latar belakang, ambisi, nuansa dan sejarah sehingga akan menemukan jalan ceritanya. Otak ini akan selalu mengingat disetiap sudut cerita, perwatakan tokoh, sungguh luar biasa otak kita yang bisa mengingat apa yang kita baca dengan memori jangka pendeknya, serta dapat menstabilkan suasana hati. e. Meningkatkan kreativitas. Membaca lebih banyak karya novel

mengakibatkan dapat membuka diri kita terhadap informasi-informasi yang baru serta lengkap, pembaca akan memperoleh ide-ide yang cemerlang yang lebih kreatif. Karena bagi pembaca karya novel, seuasi membaca novel biasanya (bagi yang berminat dan ingin menyusun novel) maka sedikit akan meniru atau mengubah cerita-cerita di dalam novel yang dia baca dan pada akhirnya akan menciptakan karya novel yang baru oleh si pembaca.

f. Memberikan pengalaman emosional yang kuat kepada pembaca. Teknik menulis fiksi dengan baik, sekaligus bisa menyuguhkan pengalaman emosional yang kuat pada pembaca penting bagi seorang penulis novel. (Sambu, 2013: 12).

(60)

45

h. Merubah perwatakan si pembaca. Isi dari karya novel tersebut menceritakan kehidupan para tokoh-tokoh dengan sikap, sifat serta karakter yang dibuat berbeda oleh penulisnya, ada yang antagonis atau protagonist, indikasinya adalah bahwa sebuah novel bisa merubah dan memindahkan perwatakan kita yang antagonis ke protagonist atau sebaliknya. Apabila karya novel menyuguhkan cerita yang bagus maka si pembaca akan merasakan apa yang dialami oleh seorang tokoh dalam cerita tersebut secara biologis.

6. Peran novel dalam membangun karakter

Menurut Haryadi Sastra dapat dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek isi, jelas bahwa karya sastra sebagai karya imajinatif tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif direspon oleh pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang akan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.

(61)

46

Pembelajaran sastra diarahkan pada tumbuhnya sikap apresiatif terhadap karya sastra, yaitu sikap menghargai karya sastra. Dalam pembelajaran sastra ditanamkan tentang pengetahuan karya sastra (kognitif), ditumbuhkan kecintaan terhadap karya sastra (afektif) , dan dilatih keterampilan menghasilkan karya sastra (psikomotor). Kegiatan apresiatif sastra dilakukan melalui kegiatan 1) reseptif seperti membaca dan mendengarkan karya sastra, menonton pementasan karya sastra, 2) produktif, seperti mengarang, bercerita, dan mementaskan karya sastra, 3) dokumentatif, misalnya mengumpulkan puisi, cerpen, membuat kliping tentang infomasi kegiatan sastra.

Pada kegiatan apresiasi sastra pikiran, perasaan, dan kemampuan motorik dilatih dan dikembangkan. Melalui kegiatan semacam itu pikiran menjadi kritis, perasaan menjadi peka dan halus, memampuan motorik terlatih. Semua itu merupakan modal dasar yang sangat berarti dalam pengembangan pendidikan karakter (Haryadi, 1994).

B. Nilai-nilai Kedisiplinan 1. Nilai

a. Pengertian Nilai

(62)

47

(Poerwadarminto, 1999: 667). Thoha (1996: 61) mengartikan nilai sebagai berikut:

“Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia idea, nilai bukan benda

konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki.”

Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tidak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia yang kompleks sehingga sulit ditentukan batasannya. Maksudnya kualitas yang membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin, 1993:109-110).

(63)

48

Berbagai pengertian serta pemikiran tentang nilai diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk berguna bagi kehidupan manusia. b. Macam-macam Nilai

Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yang menyebabkan terhadap bermacam-macam nilai, antara lain:

1) Dilihat dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham Maslaw dapat dikelompokkan menjadi: Nilai biologis, nilai cinta kasih, dan nilai harga diri. Kelima nilai tersebut berkembang sesuai dengan tuntunan kebutuhan.

2) Dilihat dari kemampuan jiwa manusia untuk menangkap dan mengembangkan nilai dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

(a) Nilai yang statik, seperti kognisi, emosi, dan psikomotor

(b) Nilai yang bersifat dinamis, seperti motivasi berprestasi, motivasi berkuasa (Thoha, 1996: 63).

Adapun macam-macam nilai menurut Spranger antara lain sebagai berikut:

(64)

49

(2) Nilai agama ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran agama.

(3) Nilai ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya itu. Nilai ekonomi ini dikontraskan dengan nilai seni. (4) Nilai Seni merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang

mendasar perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan material.

(5) Nilai Solidaritas ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik itu berupa keberuntungan maupun ketidakberuntungan. Nilai solidaritas ini dikontraskan dengan nilai kuasa.

(6) Nilai Kuasa adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.

(65)

50

dan nilai agama. Nilai yang dominan pada masyarakat modern ialah nilai keilmuan, nilai kuasa dan nilai ekonomi. Sebagai konsekuensi dari proses pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus, yang memungkinkan terjadinya pergeseran nilai-nilai tersebut. Pergeseran nilai keilmuan dan nilai ekonomi akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya jika menggunakan model dinamik-interaktif. Ini merupakan konsekuensi dari kebijakan pembangunan yang memberikan prioritas ada pembangunan ekonomi dan ditunjang oleh cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi (Ali, 2010).

2. Kedisiplinan

a. Pengertian Kedisiplinan

Istilah disiplin berasal dari bahasa inggris “discipline” yang mengandung beberapa arti. Diantaranya ialah pengendalian diri, membentuk karakter yang bermoral, memperbaiki dengan sanksi, serta kumpulan beberapa tata tertib untuk mengatur tingkah laku (Rahman, 2013: 64). Kedisiplinan berasal dari kata disiplin berawalan ke- dan berakhiran –an, yang berarti “tata tertib ketaatan kepada peraturan”;

“latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya

selalu mentaati tata tertib”; kontrol terhadap kelakuan, baik oleh

Referensi

Dokumen terkait

terdiri dari 3 indikator dan 4 soal, serta pedoman wawancara. Angket multiple intelligences telah dibagikan kepada siswa kelas VIII H yang berjumlah 32 siswa dan diisi

mempengaruhi konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan dengan4. memahami perilaku konsumen, sehingga pada

sebagai ikon Bali United Cartoon, konsep kartunal terlihat pada ilustrasi Celuluk yang dibuat dengan bentuk jenaka dan sedarhana, atau bisa dikatakan ilustrasi Celuluk

Hal inilah yang melatar belakangi konsep judul dan konsep acara sakukurata ini, yaitu memberikan informasi kepada penonton bahwa dalam menikmati wisata alam dan

Apabila nilai t-hitung  t- table, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan. tingkat

Aplikasi Pengolahan data program dan kegiatan belanja langsung pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Selatan merupakan aplikasi pengolahan

kata asing yang belum dikenal memang akan membangkitkan rasa ingin tahu, namun itu akan menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata hendaknya juga disesuaikan dengan pokok

Sementara variabel lama usaha dan jam kerja tidak berpengaruh terhadap pedapatan pedagang monza di Pasar Simalingkar, artinya semakin lama usaha seorang dalam