• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

3. Unsur-unsur Sabar

Sabar memiliki peran yang sangat penting dalam setiap kehidupan manusia. Sabar bukanlah hal yang mudah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika manusia mampu untuk bersabar, maka artinya ia mampu menahan untuk melakukan suatu hal yang buruk, karena sabar memiliki pengaruh untuk menghasilkan sifat-sifat yang baik.

Imam Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Mukasyafah al-Qulȗb, mengklasifikasikan sabar menjadi tiga bagian, yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan sabar terhadap musibah.29

a. Sabar dalam Ketaatan kepada Allah

Sabar dalam ketaatan kepada Allah maksudnya menjalankan segala perintah-Nya dengan ikhlas, tidak mengeluh dan senantiasa bersyukur. Allah berfirman:

َكْيَلَع اَنْل َّزَن ُنْحَن اَّنِإ ( لاي ِزْنَت َنآ ْرُقْلا

ْمُهْنِم ْعِطُت لا َو َكِِّب َر ِمْكُحِل ْرِبْصاَف ) ٣٢

( ا ًروُفَك ْوَأ اًمِثآ ٣٢

)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yangberdosa da orang yang kafir di antara mereka.” (Al-Insȃn: 23-24) b. Sabar dalam Menjauhi Larangan Allah

Sabar dalam menjauhi larangan Allah maksudnya meninggalkan segala perbuatan yang melanggar norma-norma agama, seperti berjudi, berzina, berdusta, dan lain-lain.

29 Imam al-Ghazali, Mukasyafah al-Qulȗb, tt, h.10.

c. Sabar Menahan Ujian atau Sabar Terhadap Musibah

Sabar menahan ujian atau sabar terhadap musibah maksudnya senantiasa menerima dengan ikhlas dan tabah ketika musibah datang serta tidak menyalahi ketentuan Allah. karena sesungguhnya setiap mausia akan diberikan cobaan oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman:

ِسُفْنَلأا َو ِلا َوْمَلأا َنِم ٍصْقَن َو ِعوُجْلا َو ِف ْوَخْلا َنِم ٍءْيَشِب ْمُكَّن َوُلْبَنَل َو َني ِرِباَّصلا ِرِِّشَب َو ِتا َرَمَّثلا َو

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)

Pengamalan sabar tidak semudah ketika mempelajari teorinya. Sabar memiliki perjuangan dan keyakinan yang sangat besar, yaitu berjuang untuk melawan hawa nafsu dan meyakini akan besarnya pahala yang telah Allah siapkan bagi orang-orang yang sabar. Dalam sebuah hadits hasan shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, ujarnya:

بعصم نع ةلدهب نب مصاع نع ديز نب دامح انثدح : لاق ةبيتق انثدح

Dari hadits di atas dapat kita pahami dengan sangat jelas bahwa Nabi adalah orang yang mendapatkan cobaan paling tinggi, lalu orang yang semisal dan seterusnya. Dan setiap orang diuji oleh Allah sesuai dengan tingkat keteguhannya pada agamanya.

30 At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, jilid 1, no. 2398, (Ar-Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif linaitsir wa At-Tauzi’, 2008), h. 540.

Ahmad Muhammad Al-Hufy menjelaskan dalam bukunya Akhlak Nabi Muhammad saw; Keluhuran dan Kemuliaannya, bahwa para Rasul selalu bersikap sabar atas semua hal yang tidak mereka disukai, seperti Nabi Nuh dipukul oleh kaumnya hingga pingsan, Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api, Nabi Ya’kub kehilangan puteranya dan kehilangan penglihatannya, dan Nabi Ayyub yang sangat sabar menderita penyakit.31

Selain itu, sabarnya al-Khalil Nabi Ibrahim as, Nabi Musa al-Kalim as, Nabi Nuh as, al-Masih as, dan sabarnya Nabi dan Rasul, sayyid anak cucu Adam as, adalah sabar di atas dakwah kepada Allah dan berjihad melawan musuh-musuh-Nya. Allah menamakan mereka dengan sebutan Ulul Azmi dan memerintahkan Rasulullah SAW. agar bersabar sebagaimana sabarnya mereka.32

Dari uraian di atas, tampak jelas betapa tingginya tingkat kesabaran yang dimiliki oleh para Nabi terhadap siksa yang dilancarkan kepada kaum mereka, betapa besar kesabaran mereka terhadap kaumnya, dan betapa besar kesabaran mereka tatkala ujian datang menimpanya.

Selanjutnya, menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Ridjaluddin dalam bukunya yang berjudul Sabar dalam Pandangan Imam al-Ghazali, beliau menyebutkan ada dua unsur kesabaran yang harus ditempuh oleh seseorang agar ia mampu mengendalikan diri atau mengendalikan hawa nafsunya, yaitu ilmu pengetahuan dan amal.

a. Ilmu Pengetahuan

Kesempurnaan suatu ibadah ditopang oleh pengetahuan pokok yang bersifat teoritis dan praktis. Pengetahuan teoritis untuk membentuk sifat sabar adalah pengetahuan terhadap berbagai ayat dan hadits Rasulullah

31 Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad saw; Keluhuran dan Kemuliaannya, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 212.

32 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Sabar dan Syukur, Intisari dari Mukhtashar Uddatush Shabirin wa Dzakhiratusy Syakirin oleh Ahmad bin Utsman al-Mazyad, (Jakarta: Darul Haq, 2018), h. 19.

SAW. yang membicarakan sabar dari berbagai aspek. Misalnya dalam ayat dan hadits yang mengandung perintah, keutamaan, larangan bersikap tidak sabar, dan sebagainya. Adapun untuk pengetahuan praktis adalah pengetahuan yang berhubungan tentang bagaimana cara mengimplementasikannya. Misalnya berwudhu merupakan cara untuk menahan nafsu emosi, puasa untuk menahan nafsu seksual, dan sebagainya.33

b. Amal

Amal dalam unsur sabar ini adalah tentang bagaimana seseorang bertingkah laku. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan secara teoritis dan praktis, khususnya kesabaran, maka dituntut untuk mengamalkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan tidak akan bermanfaat jika tidak diiringi dengan perbuatan.

Dari kedua unsur di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu dan amal adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Imam Ghazali mensyaratkan adanya pengamalan dari ilmu pengetahuan, sehingga menurutnya ilmu tanpa amal akan sia-sia dan amal tanpa ilmu akan menyebabkan seseorang berjalan tanpa pedoman.34

Dalam sebuah situs internet dikatakan bahwa sabar tidak akan lurus kecuali dengan tiga syarat, yaitu lillah, billah, dan fillah.35 Sabar lillah maksudnya adalah sabar dengan landasan keikhlasan (melakukan suatu perbuatan semata-mata karena Allah), bukan karena riya’ (melakukan perbuatan baik untuk pamer) atau ingin menonjolkan diri bahwa ia adalah orang yang kuat. Sabar billah maksudnya adalah senantiasa bersandar dan memohon kepada Allah. Sebagaimana telah dinyatakan dalam potongan ayat dalam surat An-Nahl ayat 127 yang artinya:

33 Ridjaluddin, op.cit, h. 137.

34 Ibid, h. 133.

35 Yayasan Pangeran Diponegoro, Belajar untuk Sabar, (www.al-mubarok.com: 13 September 2017).

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah”. Adapun sabar fillah maksudnya adalah senantiasa berada di atas garis ajaran dan syari’at Allah, bukan di atas bid’ah atau hawa nafsu yang menyesatkan.

B. Kisah Sebagai Metode Pembelajaran

Dokumen terkait