• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN SABAR DALAM KISAH NABI AYYUB (Kajian Tafsir Surat Shȃd Ayat 41-44)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDIDIKAN SABAR DALAM KISAH NABI AYYUB (Kajian Tafsir Surat Shȃd Ayat 41-44)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Mariani Eka Safitri NIM. 11150110000049

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan sabar dalam kisah Nabi Ayyub pada kajian tafsir surat Shȃd ayat 41-44, serta untuk mengetahui bagaimana implementasi kisah Nabi Ayyub yang terdapat dalam surat tersebut dalam pendidikan sabar.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang menggunakan teknik analisis kajian melalui studi kepustakaan (library research).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kisah Nabi Ayyub yang dijelaskan dalam surat Shȃd ayat 41-44 mengandung berbagai macam pendidikan sabar. Adapun pendidikan sabar yang tergambarkan dalam kisah tersebut ada 5 point, yaitu: (1) Sabar berkaitan dengan keimanan. (2) Sabar teridentik dengan ikhtiar. (3) Sabar akan menimbulkan kenyataan baik pada setiap keadaan yang telah Allah takdirkan. (4) Sabar akan menyeimbangkan tindakan rasional. Dan (5) Kisah sebagai metode pembelajaran yang mendidik.

Kata Kunci: Pendidikan Sabar, Nabi Ayyub, Surat Shȃd ayat 41-44

(7)

ii

State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.

The research of purposes is to knowing education about Sabr in the story of Prophet Ayyub on study interpretation of Surah Shȃd verses 41-44, in along for knowing how to implementationing the story of prophet Ayyub which are contained on that surah in education of sabr.

In this research, the use writers approach qualitative research was conducted by using the method descriptive analysis who used a technique of the analysis of the study through study literature available (library research)

The results of this study concluded that the story of Prophet Ayyub which is explained in surah Shȃd Verse 42-44 contained various kinds of education of sabr. As for education of sabr which is pictured in the story is 5 points, that is: (1) Sabr related to faith. (1) Sabr related to endeavor. (3) Sabr will make reality in every circumstance which Allah has destined. (4) Sabr will balance rational actions. And (5) The story as educational learning method.

Keywords: Education of Sabr, Prophet Ayyub, Surat Shȃd Verse 41-44

(8)
(9)
(10)
(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Pendidikan Sabar ... 12

1. Pengertian Pendidikan Sabar ... 12

2. Unsur-unsur Pendidikan Sabar ... 15

3. Unsur-unsur Sabar ... 21

B. Kisah Sebagai Metode Pembelajaran ... 25

1. Pengertian Kisah ... 25

2. Macam-Macam Kisah ... 26

3. Tujuan Kisah ... 28

4. Unsur-unsur dalam Kisah ... 30

5. Kisah Sebagai Metode Pembelajaran... 34

C. Hasil Penelitian Relevan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode Penelitian ... 40

1. Pendekatan Penelitian ... 40

2. Sumber Penelitian ... 41

vi

(12)

C. Fokus Penelitian ... 42

D. Prosedur Penelitian ... 42

1. Teknik Pengumpulan Data……….. ... 42

2. Teknik Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tafsir Surat Shȃd Ayat 41-44 ... 44

1. Teks Ayat dan Terjemah ... 44

2. Tafsir Mufradat ... 45

3. Tafsir Ayat ... 46

B. Pendidikan Sabar dalam Surat Shȃd Ayat 41-44 serta Implementasinya dalam Pendidikan ... 54

1. Sabar Berkaitan dengan Keimanan ... 55

2. Sabar Teridentik dengan Ikhtiar ... 58

3. Sabar Akan Menimbulkan Kenyataan Baik pada Setiap Keadaan yang Allah Takdirkan ... 61

4. Sabar Akan Menyeimbangkan Tindakan Rasional... 63

5. Kisah Sebagai Metode Pembelajaran yang Mendidik ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

BIODATA PENULIS ... 77 LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Sejak manusia baru di lahirkan ke dunia, maka saat itulah mereka memiliki hak untuk memperoleh pendidikan, yakni untuk dibimbing, ditolong, serta dibantu agar memiliki kepribadian yang baik dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memiliki peran yang penting bagi setiap orang untuk menjalani kehidupannya. Karena pendidikanlah yang akan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri manusia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Heri Jauhari Muchtar, “Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia agar dapat tumbuh dan berkembang serta mempunyai potensi sebagaimana mestinya”.1 Hal tersebut juga selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang tertulis dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwasanya pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh seseorang kepada seseorang untuk mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan individual dengan baik, sehingga mampu menghasilkan kepribadian yang positif, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki akhlak menjadi memiliki akhlak yang baik. Salah satu contoh akhlak yang baik adalah sabar.

1 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. III, h.

14.

2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3.

1

(14)

Menurut Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, “Hakikat sabar adalah sebuah akhlak mulia di antara akhlak-akhlak jiwa yang membentenginya dari melakukan apa yang tidak baik dan tidak patut”.3 Dari pernyataan tersebut artinya sabar merupakan kunci dari segala kehidupan di dunia ini. Sabar juga merupakan akhlak yang sangat sulit diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya tatkala kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. Sabar terdiri dari tiga unsur, yaitu unsur ketaatan, larangan, dan ujian. Ada sebagian manusia yang lebih mampu sabar dalam hal ketaatan dibandingkan sabar dalam menghadapi musibah. Ada pula yang lebih mampu sabar dalam larangan Allah dibandingkan menanggung beban berat ketaatan. Selain itu ada pula yang mampu sabar dalam hal ketaatan dan larangan, namun tidak sabar tatkala ujian datang. Dan pada tulisan ini, penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai sabar dalam ujian.

Dapat kita ketahui bahwasanya dalam menjalani kehidupan di dunia tidak selamanya lurus, pasti akan ada kerikil-kerikil yang datang menguji keimanan seseorang. Hidup ini terkadang seperti gelombang, turun-naik, suka-duka, lapang-sempit, sehat-sakit dan lain sebagainya. Manusia yang memiliki iman yang kuat tentunya akan menjalani kehidupan dengan rasa syukur dan sabar meskipun berbagai cobaan datang menghampirinya. Adapun bagi orang yang tidak beriman, tatkala ia diberikan nikmat yang banyak akan menjadikan dirinya sombong. Contoh, ketika manusia memiliki banyak harta ia lupa untuk bersedekah dan sibuk akan dunia, namun ketika ia sedang berada didalam kesulitan, ia merasa bahwa Allah tidak adil terhadap dirinya. Orang yang seperti ini kurang memahami makna dari kehidupan yang ideal. Kehidupan ideal yaitu menjadi faqir yang sabar atau kaya tetapi tetap sederhana. Dalam al-Qur’an

3 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Sabar dan Syukur, Intisari dari Mukhtashar Uddatush Shabirin wa Dzakhiratusy Syakirin oleh Ahmad bin Utsman al-Mazyad, (Jakarta: Darul Haq, 2018), cet. 2, h. 6.

(15)

sudah sangat jelas dikatakan bahwa Allah menyukai orang-orang yang sabar, yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 1534, yang berbunyi:

َ ِيِرابِ َّصلا ع م َّاللَّ َّنِإ ۚ ِة لََّصلا و ِيْبَّصلابِِر اوُني ِع تْسا اوُن مآ َِذَّلا ابِ هَُّ أ ابِ َ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Pada dasarnya dunia ini adalah tempat bagi manusia menjalani segala ujian dan cobaan. Adapun ujian yang dihadapi manusia berbeda-beda. Kebanyakan manusia berpandangan bahwa ujian hanya dalam hal kesulitan atau cobaan yang terasa berat dijalani saja. Padahal, makna ujian yang sebenarnya tidak sesempit itu, karena ujian juga bisa berwujud dalam hal kesenangan atau kenikmatan yang melenakan, seperti harta yang melimpah, kedudukan sosial yang tinggi, wajah yang cantik atau tampan, dan lain sebagainya. Maka di sinilah perlunya cerdas akhirat, bukan hanya cerdas dunia. Dan yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa semua ujian itu adalah pemberian dari Allah, baik ujian berupa kesulitan maupun kesenangan.

Sikap manusia dalam menghadapi ujian yang diterimanya itu pun beraneka ragam, ada yang menganggap ujian sebagai nikmat dari Allah, sehingga menjadikannya semakin takwa. Akan tetapi ada pula yang menganggap ujian itu adalah petaka, sehingga ia akan merasa tertekan dan frustasi sampai akhirnya berpikir pendek bahwa jika ia mati semua masalah akan selesai. Toshihiko Izutsu mengatakan dalam bukunya yang berjudul Etika Beragama dalam Qur’an bahwasanya sabar itu berarti memiliki ketabahan dan kekuatan jiwa dalam menghadapi kesengsaraan, penderitaan, dan kesulitan dalam kehidupan.5 Lagi pula di dalam al-Qur’an sudah sangat jelas dikatakan bahwa “Allah tidak akan

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 23.

5 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama dalam Qur’an, Terj. dari Ethico Religious Concepts in the Qur’an oleh Mansuruddin Djoely, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), cet. I, h. 158.

(16)

membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. al- Baqarah: 286)

Dunia ini merupakan ujian yang Allah berikan untuk melihat apakah kita mampu untuk lulus dalam menjalaninya atau sebaliknya. Dan dalam kenyataan yang kita temukan, masih banyak sekali peristiwa-peristiwa menyimpang terjadi di dalam kehidupan manusia. Dikutip dari jabar.tribunnews.com, pada tanggal 9 Juli 2019 ada sebuah kecelakaan yang dialami oleh seorang wanita yang tewas tertabrak kereta api. Kecelakaan ini terjadi di Blok Bedeng Bulak Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Saksi yang merupakan tetangga korban mengatakan bahwa korban mengalami depresi karena menderita penyakit jantung yang sudah lama tak kunjung sembuh. Saksi itu juga mengatakan bahwa korban sempat mencoba bunuh diri sebanyak tiga kali dengan meminum baygon di rumahnya, beruntung masih bisa dicegah oleh kerabat korban.6

Sakit merupakan salah satu ujian yang Allah berikan. Orang yang sabar akan menganggap bahwa sakit adalah nikmat yang Allah berikan sebagai pelebur dosa. Salah satu sosok manusia yang menjadi tauladan dalam mengamalkan nilai kesabaran belum lama ini yaitu alm. Ustad Arifin Ilham di masa hidupnya.

Dalam sebuah situs berita yaitu m.republika.co.id, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pernah menjenguk Ustad Arfin Ilham semasa hidup, di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo pada tanggal 9 Januari 2019. Beliau mengatakan bahwa Ustad Arifin Ilham memiliki kesabaran dan semangat dalam menjalani aktivitas dakwahnya meskipun ia sedang mengalami kanker getah bening. Sebab beliau mengatakan bahwa pada malam pergantian 2018 Ustad Arifin Ilham masih sempat untuk memimpin dzikir di Masjid At-Tin.7 Hal ini membuktikan bahwa penyakit yang sedang dideritanya bukanlah penghalang untuk tetap

6 Handika Rahman, Korban Tewas Tertabrak Kereta Api di Indramayu Ternyata Depresi Akibat

Miliki Penyakit Jantung,

(https://www.google.com/amp/s/jabar.tribunnews.com/amp.2019/07/09/korban-tewas-tertabrak-kereta- api-di-indramayu-ternyata-depresi-akibat-miliki-penyakit-jantung).

7 Republika, Menag: Ustaz Arifin Sabar dan Semangat Dakwah Meski Sakit, (https://m.republika.co.id/amp/pl2od3366: 9 Januari 2019).

(17)

berdakwah, ia juga menganggap penyakit itu sebagai nikmat yang Allah berikan agar semakin dekat kepada-Nya.

Selain itu, peristiwa-peristiwa menyimpang juga masih banyak terjadi di dalam ruang lingkup pendidikan. Dalam sebuah situs berita yaitu m.detik.com, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memaparkan bahwa angka kekerasan pada anak dari bulan Januari-April 2019 masih tinggi. Komisioner KPAI mengatakan bahwa pelanggaran hak anak dalam bidang pendidikan masih di dominasi oleh perundungan, yaitu berupa kekerasan fisik, psikis, dan juga kekerasan seksual.8

Di kutip dari m.kumparan.com, ada seorang guru yang menendang siswa kelas 7 karena datang terlambat. Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 20 Maret 2019 di SMP N 10 Yogyakarta. Motif terjadinya kasus ini dikarenakan pada saat guru menanyakan siswa tersebut kenapa datang terlambat, ia mengaku sedang pusing namun dibarengi dengan joget-joget yang terkesan mengejek. Di dalam catatan sekolah juga murid tersebut sering berbohong, merusak fasilitas sekolah, membuat gaduh di kelas, dan pernah tidak masuk sekolah selama beberapa hari.

Namun orang tua korban tidak terima mendengar pengakuan sang anak yang mengaku ditendang oleh gurunya. Maka ia pun mendatangi guru tersebut, dan kemudian mengadu ke DPRD Kota Yogyakarta agar keluhannya dapat disampaikan ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.9

Kasus lain yang belum lama terjadi yaitu pada tanggal 11 Juli 2019.

Pimpinan pesantren dan seorang guru ngaji di kota Lhokseumawe, Aceh ditangkap polisi karena melakukan pencabulan terhadap 15 anak di pesantren tersebut. Kasus ini terungkap karena korban mengalami trauma akibat perlakuan

8 Lisye Sri Rahayu, KPAI: Angka Kekerasan pada Anak Januari-April 2019 Masih Tinggi, (https://m.detik.com/news/berita/d-4532984/kpai-angka-kekerasan-pada-anak-januari-april-2019- masih-tinggi: 02 Mei 2019).

9 Arfiansyah Panji Purnandaru, Telat Masuk Sekolah, Seorang Siswa SMP 10 Yogyakarta Ditendang Guru, (https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/@kumparannews/telat- masuk-sekolah-seorang-siswa-smp-10-yogyakarta-ditendang-guru-1553073074620894044, 20 Maret 2019).

(18)

kebiadaban tersebut. Dan dari hasil pemeriksaan ada sekitar 15 orang yang menjadi korban, sementara yang melapor secara resmi ke pihak polisi baru 5 orang. Dan saat ini polisi masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pelaku apakah masih ada korban lain atau tidak.10 Kasus ini membuktikan bahwasanya jabatan seorang pimpinan pesantren dan guru ngaji sekalipun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka juga tidak bisa sabar untuk menahan dirinya dengan baik, khususnya menahan hawa nafsunya.

Tidak jarang pula peristiwa-peristiwa sebaliknya terjadi perlakuan murid yang melenceng terhadap gurunya. Pada tanggal 2 Februari 2019 ada sebuah peristiwa yang menjadi viral di media sosial, yaitu seorang siswa merokok di dalam kelas dan menantang gurunya. Peristiwa ini terjadi di SMA PGRI Wringinanom, Kabupaten Gresik. Motif terjadinya tindakan tak bermoral ini adalah pelaku hendak bolos sekolah bersama teman-temannya, namun ketika mereka di warung sudah ketahuan oleh sang guru. Maka guru tersebut menyuruh mereka agar kembali ke sekolah dan memperingatkan jika tidak kembali ke sekolah maka ia akan memanggil orangtua mereka. Akibat emosi pelaku yang sulit terkendali lantaran misinya untuk membolos itu gagal, maka ia pun bertindak merokok di depan guru tersebut dan menantangnya untuk berkelahi, namun sang guru tak meladeninya dan tetap bersabar.11

Kemudian ada juga kasus kelakuan murid yang menjadi viral di sosial media terjadi pada tanggal 18 April 2019. Guru di SDN 1 Balongsari, Surabaya mendapatkan perlakuan yang kurang ajar dari muridnya, yaitu menendang tangan kepala sekolah sampai patah. Motif terjadinya perlakuan ini karena pada saat hari Kartini, anak-anak diwajibkan untuk memakai pakaian ala Kartini-Kartono tapi

10 Datuk Haris Maolana, Polisi: Korban Pencabulan Pimpinan Pesantren di Lhokseumawe Alami Trauma, (https//m.detik.com/news/berita/d-4620450/polisi-korban-pencabulan-pimpinan-pesantren-di- lhokseumawe-alami-trauma?_ga=2.135310769.1045336771.1562911059-988747030.1562911057, 11 Juli 2019)

.11 Hamzah Arfah, Begini Kronologi Siswa Merokok dan Tantang Gurunya di Kelas, (https://regional.kompas.com/read/2019/02/10/23060771/begini-kronologi-siswa-merokok-dan- tantang-gurunya-di-kelas).

(19)

siswa itu malah memakai pakaian lain, kemudian ditegur oleh sang guru. Dan guru tersebut ingin memanggil orang tua siswa itu untuk dilakukan pembinaan.

Namun, siswa itu tidak merasa takut akan tetapi malah melawan. Perlawanan ini karena ia tidak bersedia jika orang tuanya dipanggil ke sekolah, dan hingga pada akhirnya menurut pengakuan dari pedangang di sekolah anak itu menendang tangan kepala sekolahnya hingga patah.12

Dari peristiwa-peristiwa di atas dapat dikatakan bahwa faktor utama terjadinya peristiwa yang menyimpang tersebut diakibatkan oleh kurangnya kesabaran di dalam diri manusia itu sendiri, yang mana manusia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti hawa nafsu dan mengendalikan emosinya dengan baik. Orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya dengan baik, artinya akal yang ia miliki sedang tidak berfungsi dengan baik. Sabar memang tidak mudah, tapi bukan berarti semua manusia tidak bisa untuk bersabar dalam menjalani segala rintangan kehidupannya. Seperti halnya orang tua memiliki kewajiban untuk sabar dalam mendidik anaknya agar anak tersebut tumbuh dengan kepribadian yang berakhlak mulia. Karena kesabaran adalah point penting yang perlu dimiliki bagi setiap insan.

Di dalam al-Qur’an sudah ditegaskan bahwa semua orang akan mendapatkan ujian dari Allah. Allah berfirman:

َ ِيِرابَِّصلا ِيِ ش ر و ۗ ِتا ي مَّثلا و ِسُفْن ْلْا و ِلا وْم ْلْا ِم ٍصْق ن و ِعوُجْلا و ِف ْو خْلا ِم ٍءْي شِر ْمُكَّن وُلْب ن ل و

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al- Baqarah: 155)

Ayat tersebut menyatakan dengan jelas bahwasanya semua orang akan mendapatkan ujian, namun ujiannya tersebut bermacam-macam. Akan tetapi di

12 Syaiful Islam, Viral Siswa Tendang Kepala Sekolah, Begini Fakta Sebenarnya, (https://www.google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2019/04/25/519/2047882/viral-siswa-

tendang-kepala-sekolah-begini-fakta-sebenarnya).

(20)

akhir ayat Allah menegaskan bahwasanya bagi orang yang sabar maka ia akan mendapatkan berita gembira dari Allah.

Manusia yang berhasil dalam menjalani kehidupan di dunia salah satunya adalah manusia yang sabar. Namun sering kita temukan bahwa banyak yang mengatakan sabar itu ada batasnya. Padahal, kata-kata tersebut tidaklah benar, sabar itu tidak ada batasnya, selagi manusia itu mampu untuk mengendalikan dirinya.

Agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran-ajaran yang sempurna yang dapat menuntun manusia untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Al- Qur’an dan hadits merupakan sumber hukum Islam yang menjadi sebuah pedoman dan petunjuk bagi manusia agar ia dapat menjalankan kehidupan di dunia tidak menyimpang dari tatanan Syari’ah. Setiap permasalahan sekecil apapun akan selalu ada di dalam al-Qur’an, seperti hal nya sabar. Menurut Subandi, dalam jurnalnya beliau mengatakan bahwa terdapat 46 ayat yang memuat kata sabar dan 19 ayat untuk kata kesabaran.13 Beberapa ayat al-Qur’an yang membahas tentang kesabaran di antaranya yaitu QS. Muhammad: 31, QS.

al-Furqan: 44, QS. al-Sajdah: 13, QS. al-Baqarah: 153, QS. ar-Ra’d: 22, QS. Ali Imran: 200, QS. al-Nahl: 126, dan masih banyak lagi.

Al-Qur’an mengandung banyak pelajaran, di antaranya tentang ibadah, aqidah, hukum, kisah, petunjuk, serta janji dan ancaman. Salah satu aspek yang memberikan banyak pelajaran yaitu mengenai kisah-kisah umat terdahulu yang sangat berguna bagi pembinaan rohani manusia. Seperti kisah para nabi, peristiwa-peristiwa masa lalu, dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan, salah satu metode yang membuat KBM kondusif adalah menggunakan metode kisah atau cerita. Sebagai sebuah metode pendidikan, bercerita adalah metode yang memiliki daya tarik siswa, khususnya untuk anak-anak. Dengan menggunakan metode kisah, anak akan merasa bahwa ia sedang diajak ke dalam kejadian nyata

13 Subandi, “Sabar: Sebuah Konsep Psikologi”, Jurnal Psikologi, Vol. 38, No. 2. 2011, h. 218.

(21)

melalui imajinasinya. Selain itu, metode ini juga memudahkan guru untuk memberikan nasehat kepada anak dari kisah yang sedang diceritakan tersebut.

Adapun kenyataan yang kita ketahui sekarang ini, nampaknya masih banyak orang yang kurang memahami makna yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri. Selain itu, ketertarikan anak dalam membaca, mendengarkan, serta memahami kisah-kisah di dalam al-Qur’an sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan ketidaktahuannya anak-anak akan kisah yang terkandung dalam al-Qur’an, misalnya kisah Nabi Ibrahim, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus, dan lain sebagainya. Sebab yang kita ketahui bahwa anak bangsa saat ini lebih sibuk dengan gadgetnya masing-masing dibanding untuk membaca buku.

Menurut Misri A Muchsin, “Al-Qur’an yang merupakan sumber informasi, pedoman hidup dan sumber tata nilai bagi umat Islam. Sekitar dua pertiga dari nilai keseluruhan ayat al-Qur’an yang terdiri atas 6660 ayat lebih itu, memiliki nilai-nilai atau norma sejarah”.14 Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kisah-kisah di dalam al-Qur’an itu menjadi perhatian yang besar untuk kehidupan di dunia ini, khususnya dalam pembentukan kerohanian manusia. Dan keterlibatan seorang guru ataupun keluarga memiliki kewajiban untuk terus mengkaji al-Qur’an agar ia dapat mendidik anak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, khususnya kisah dalam al-Qur’an. Kisah-kisah di dalam al-Qur’an disusun dengan kata-kata yang mengandung arti sangat dalam dan sempurna serta memiliki banyak hikmah yang dapat diambil pelajarannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, maka penulis akan mengkaji surat Shȃd ayat 41-44. Pertimbangan penulis mengkaji surat Shȃd ayat 41-44 yaitu dalam surat tersebut menjelaskan tentang kesabaran Nabi Ayyub dalam menjalankan berbagai macam cobaan yang Allah berikan kepadanya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji surat tersebut dan mengangkat judul

14 Misri A. Muchsin, Filsafat Sejarah dalam Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Press, 2002), h. 23.

(22)

“Pendidikan Sabar dalam Kisah Nabi Ayyub (Kajian Tafsir Surat Shȃd Ayat 41-44).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kebanyakan dari kita sulit untuk mengendalikan emosi dengan baik.

2. Komunikasi yang kurang baik antara pendidik dan peserta didik.

3. Masih banyak guru yang belum mampu menjadi panutan di sekolah dalam berakhlak dan bertingkah laku.

4. Minat membaca maupun mendengarkan kisah-kisah di dalam al-Qur’an yang semakin berkurang.

5. Kurangnya pemahaman mengenai pendidika sabar dalam kisah Nabi Ayyub yang terkandung dalam surat Shȃd Ayat 41-44.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat perlu adanya pembatasan masalah. Maka, penulis memfokuskan pada masalah “Pendidikan Sabar dalam Kisah Nabi Ayyub yang terkandung dalam al-Qur’an Surat Shȃd ayat 41-44 dan implementasinya dalam pendidikan”.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pendidikan sabar dalam kisah Nabi Ayyub yang terkandung dalam al-Qur’an surat Shȃd ayat 41-44 dan implementasinya dalam pendidikan?”

(23)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pendidikan sabar dalam kisah Nabi Ayyub yang terkandung dalam al-Qur’an surat Shȃd ayat 41-44 dan implementasinya dalam pendidikan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai makna sabar menurut al-Qur’an ataupun dalam ilmu pendidikan Islam lainnya.

b. Memberikan wawasan tentang implementasi antara kisah Nabi Ayyub yang terdapat dalam surat Shȃd ayat 41-44 dengan pendidikan sabar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dalam mempelajari dan mengkaji segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan sabar dan memperkuat keimanan penulis, serta bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pertimbangan dan rujukan untuk mengetahui pendidikan sabar dalam perspektif al- Qur’an serta diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam pendidikan Islam.

c. Bagi pendidik dan orang tua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk menerapkan pendidikan sabar kepada anak-anaknya dan menjadi pedoman agar dapat menjalani segala macam ujian dengan sabar sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ayyub.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Sabar

1. Pengertian Pendidikan Sabar

Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang perlu dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai makhluk hidup memiliki hak asasi untuk mendapatkan pendidikan terbaik, sebab tanpa adanya pendidikan, maka hidup pun tidak akan terarah.

Menurut Muhibbin Syah, istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, kemudian kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.1 Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2

Menurut Heri Jauhari Muchtar, “Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia agar dapat tumbuh dan berkembang serta mempunyai potensi sebagaimana mestinya”.3 Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.4

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. 19, h. 10.

2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Ed. 3, Cet. II, h. 783.

3 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. III, h.

14.

4 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I.

12

(25)

Adapun istilah pendidikan dalam konteks Islam mengacu pada term tarbiyah (transformasi kebudayaan, nilai-nilai, ilmu pengetahuan, sebagai aktualisasi peserta didik), ta’lim (proses pengajaran berbasis pengetahuan), dan ta’dib (pengajaran tentang akhlak, norma, adab, tata krama). Menurut Novan Ardy Wiyani, pendidikan dalam Islam dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara bertahap untuk mengembangkan, menjaga, dan memelihara potensi anak didik menuju insan kamil yang sempurna jasmani, intelektual, emosional, spiritual, dan sosialnya sesuai dengan ajaran Islam.5

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat penulis pahami bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh seseorang melalui pengalaman-pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal maupun informal yang berlangsung seumur hidup dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki bagi setiap individu.

Adapun pengertian sabar secara bahasa berasal dari bahasa Arab,

– ربص اربص – ربصي

yang berarti bersabar, tabah hati, berani.6 Menurut Ridjaluddin, kata sabar merupakan kata umum yang memiliki arti sesuai dengan konteksnya.

Ketika seseorang mampu bertahan dalam musibah, maka ia disebut sabar, lawannya al-Juzu’ (gelisah), namun, ketika sabar dalam perjuangan disebut syaja’ah (berani), lawannya al-Jubn (takut), menahan sesuatu yang mengkhawatirkan disebut rahb al-Sadr (lapang dada), lawannya al-Dajir (emosi), sabar menahan bicara disebut kitman (diam/tertutup), lawannya al- Mazil (terbuka).7

Sabar menurut syari’at adalah menahan diri dari hal-hal yang Allah haramkan dan kemudian menguatkannya dengan melaksanakan kewajiban-

5 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung:

Alfabeta, 2013), Cet. 1, h. 121.

6 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah /Penafsir al-Qur’an, 1972), h. 211.

7 Ridjaluddin, Sabar dalam Pandangan Imam al-Ghazali, (Jakarta: Lembaga Kajian Islam Nugraha Ciputat, 2009), h. 3-4.

(26)

kewajibannya.8 Ridjaluddin mengatakan bahwa kesabaran merupakan aspek keyakinan yang khas yang diperlihatkan seseorang tatkala ia berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan.9 Pernyataan tersebut juga senada dengan perkataan Subandi yang menyatakan dalam jurnalnya bahwa sabar artinya menahan diri dari sifat yang keras, tahan menderita, merasakan kepahitan hidup tanpa berkeluh kesah.10

Para tokoh sufi juga menjelaskan sabar dengan berbagai pengertian. Di antaranya menurut Imam Dzu al-Nun, sabar yaitu menghindarkan diri dari pertentangan, tenang sewaktu ditimpa musibah, dan menampakkan diri kaya sewaktu mengalami kefakiran. Menurut Imam Sahl al-Tustari, sabar yaitu menunggu datangnya pertolongan Allah. Menurut Imam al-Junaidi, sabar yaitu ketabahan hati seorang mukmin sebab Allah SWT. sehingga berlalu masa-masa yang tidak disukai. Kemudian menurut Imam al-Makky, sabar yaitu mengendalikan kebutuhan hawa nafsu dan memaksanya mujahadah agar mencapai keridhaan Tuhan. Sedangkan menurut Imam al-Ghazali sabar adalah mengendalikan diri untuk tidak melakukan tindakan tercela dan diluar norma- norma agama dalam segala kondisi hidup yang dihadapi.11

Jika diperhatikan dengan saksama, tampak bahwa seluruh definisi sabar yang telah dipaparkan di atas tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi. Sehingga dapat dipahami bahwa sabar adalah saat dimana seseorang dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan mengikuti suara hati nurani, bukan mengikuti hawa nafsu dan emosi, senantiasa berhusnudzon kepada Allah, dan mensyukuri atas apa yang Allah berikan dengan tidak mengeluh, tidak gelisah, tidak susah, serta berlaku tenang ketika Allah

8 Abdul Azim bin Badawi al-Khalafi, 40 Karakteristik yang Dicintai Allah, Terj. dari Ahbabullah oleh Endang Saifu Aziz dan Taufiq Nuryana, (Jakarta: Darul Haq, 2017), Cet. 7, h. 77.

9 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama Dalam Qur’an, Terj. dari Ethico Religious Concepts in the Qur’an oleh Mansuruddin Djoely, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), Cet. I, h. 162.

10 Subandi, “Sabar: Sebuah Kosep Psikologi”, Jurnal Psikologi, Vol. 38, No. 2, 2011.

11 Ridjaluddin, op.cit, h. 64-65.

(27)

memberikan ujian kepadanya. Seperti perkataan Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Ridjaluddin bahwa sabar adalah keteguhan motivasi religius dalam melawan motivasi hawa nafsu.12

Jadi, dari berbagai uraian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan sabar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang agar ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan suatu hal yang bertentangan dengan syari’at sehingga dapat mencapai tujuan hidup manusia yaitu untuk mangabdi kepada Allah SWT.

2. Unsur-unsur Pendidikan Sabar a. Guru

Guru merupakan sebutan yang sangat familiar, memiliki makna yang merujuk kepada sebuah profesi yang dimiliki seseorang mengenai terjadinya proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan, baik lembaga formal maupun informal. Dalam literatur Islam, penyebutan guru antara lain sering dinyatakan dengan kata ustȃdz, mu’allim, murabbi, mursyid, mudarris, mu’addib, muzakki, dan tȃli, yang disesuaikan berdasarkan esensi dan tugasnya.13

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar.14 Sedangkan menurut Ali Mudlofir dalam bukunya yang berjudul Pendidik Profesional menjelaskan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.15

12 Ibid, h. 66.

13 Rahendra Maya, “Karakter (Adab) Guru dan Murid Perspektif Ibn Jama’ah al-Syafi’i”, Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 06 No. 12, Juli 2017, h. 28.

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 497.

15 Muhammad Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 119-120.

(28)

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak menyebut kata guru dengan kata pendidik, yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan16

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa guru adalah sebuah profesi yang dimiliki seseorang yang mana tugasnya bukan hanya mengajar semata, melainkan bertanggung jawab untuk membimbing, mendidik, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik untuk mencapai tujuan dari Pendidikan Nasional.

Seseorang yang berprofesi menjadi guru berkewajiban memiliki 4 kompetensi dasar, diantaranya yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dalam kompetensi kepribadian hendaknya guru dapat menampilkan diri sebgaai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan menjadi tauladan bagi peserta didik.

Salah satu akhlak yang sangat diperlukan oleh seorang guru adalah sabar.

Guru yang sabar adalah guru yang mampu mengatasi segala macam karakter anak dengan baik, mengajarkan pengetahuan dengan sabar sampai anak benar-benar paham, serta tidak menegur dengan bentakan atau kekerasan apabila peserta didik bercanda dan sulit diatur, karena hal itu justru akan membuat siswa semakin membangkang dan tidak menghargai guru. Dengan kesabarannya tersebut, maka guru akan menjadi sosok tauladan bagi peserta didik, dihormati serta dihargai.

b. Murid

16 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I.

(29)

Dalam literatur Islam, siswa disebut juga dengan istilah murid, tilmidz, tȃlib, dan muta’allim.17 Adapun dalam literatur pendidikan umum di Indonesia istilah yang digunakan untuk murid yaitu siswa, murid, pelajar, mahasiswa, santri, anak didik dan peserta didik.18

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, murid adalah anak atau orang yang sedang belajar atau bersekolah.19 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang yang menjalankan kegiatan pendidikan.20 Kemudian menurut Eka Prihatin dalam bukunya yang berjudul Manajemen Peserta Didik mengatakan bahwa murid adalah orang yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya.21

Selanjutnya UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.22

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa murid adalah orang yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dari seorang pendidik, baik dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal. Adapun murid yang sabar adalah murid yang tidak pernah putus asa dalam belajar, tidak pernah berhenti untuk meraih mimpi meski kegagalan selalu datang, dan mampu untuk menahan diri dalam menghadapi teman

17 Rahendra Maya, op.cit, h. 29.

18 Ibid, h. 30.

19 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit, h. 986.

20 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 40.

21 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 4.

22 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Pasal I.

(30)

yang usil, menjengkelkan, ataupun merendahkan dirinya. Selain itu, murid yang sabar juga adalah murid yang mampu menghormati gurunya. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim dijelaskan bahwa yang termasuk arti menghormati guru yaitu tidak berjalan di depannya, duduk ditempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam, dan menanyakan hal-hal yang membosankan. Mampu melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama.23

c. Tujuan

Menurut Tim Pengembang MKDP dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, tujuan merupakan faktor yang paling pokok, karena faktor yang ada di dalam situasi pembelajaran, termasuk strategi pembelajaran semata-mata diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan.24

Tujuan pendidikan sabar untuk aspek pengetahuan yaitu murid dapat menjelaskan konsep sabar. Tujuan untuk aspek keterampilan yaitu murid tidak pernah berhenti belajar meski ia kesulitan dalam memahami materi dalam suatu pelajaran. Dan tujuan untuk aspek sikap yaitu murid dapat menahan emosinya dengan baik.

Selain itu, tujuan dari pendidikan sabar adalah agar manusia memiliki kepribadian yang berakhlak mulia, baik untuk peserta didik maupun untuk pendidik itu sendiri. Bagi peserta didik, pendidikan sabar ini bertujuan untuk menjadikan dirinya tumbuh menjadi anak yang beradab, memiliki adab yang baik terhadap guru, orang tua, maupun teman-temannya. Tidak merasa putus asa jika impiannya belum tercapai, mau mencoba terus menerus meski

23 Al-Imam Burhan al-Islam al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim, (Semarang: Maktabah al-

‘Alawiyyah),, h. 16-17.

24 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 3, Cet. 4, h. 153.

(31)

kegagalan selalu datang. Adapun bagi pendidik, pendidikan sabar ini bertujuan agar mereka senantiasa bersabar dalam mengajar, mendidik, membimbing, serta menuntun peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Selain itu, bertujuan juga agar para pendidik dapat menahan dirinya untuk tidak melakukan tindakan kekerasan jika murid yang mereka hadapi nakal, sulit diatur, atau lemah dalam belajar. Karena sesungguhnya setiap karakter dan kemampuan anak itu berbeda-beda.

d. Materi

Menurut M. Arifin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, materi dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.25 Pengertian tersebut senada dengan pendapat Tim Pengembang MKDP yang mengatakan bahwa bahan atau materi pembelajaran pada dasanya adalah “isi” dari kurikulum, yaitu berupa mata pelajaran dengan topik/sub topik dan rinciannya. Bila dirinci, materi pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai, serta keterampilan.26

Adapun materi tentang pendidikan sabar yaitu diawali dengan mempelajari pengertian konsep sabar, dalil yang berkenaan dengan sabar, macam-macam sabar dan contohnya, tingkatan sabar, unsur-unsur sabar, hikmah dari sabar, dan lain-lain.

e. Metode

Untuk mencapai tujuan dari pendidikan sabar itu sendiri, maka harus menggunakan metode yang tepat. Jika penggunaan metode itu tidak tepat, maka tidak mungkin tujuan yang telah disusun sebagus dan seideal apapun itu dapat tercapai. Menurut Tim Pengembang MKDP dalam bukunya yang

25 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h.135.

26 Tim Pengembang MKDP, op.cit, h. 152.

(32)

berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal.27 Maka, metode memiliki peran sangat penting dalam proses pembelajaran, sebab berhubungan dengan implementasi mengenai bagaimana cara yang digunakan oleh seorang pendidik untuk menyampaikan materi agar mudah dipahami peserta didik.

Saat ini sudah banyak metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga pembelajaran pun berjalan dengan efektif. Jika materi yang dibahas mengenai pendidikan sabar, maka salah satu metode yang cocok digunakan oleh guru yaitu menggunakan metode cerita, seperti dari kisah-kisah Nabi yang senantiasa tetap sabar meski diberikan cobaan yang amat berat, kemudian guru juga bisa mengaitkan kisah tersebut dengan kenyatan yang ada di lingkungan sekitar.

f. Evaluasi

Menurut Gronlund yang dikutip oleh Tim MKDP mengatakan, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.28

Dalam hal evaluasi ini guru bisa melakukannya dalam dua aspek penting, yaitu evaluasi terhadap penguasaan materi peserta didik tentang sabar dan evaluasi terhadap keberhasilan peserta didik dalam mengimplementasikan sabar di dalam kehidupannya sehari-hari.

27 Ibid, h. 54.

28 Ibid, h. 165.

(33)

3. Unsur-unsur Sabar

Sabar memiliki peran yang sangat penting dalam setiap kehidupan manusia. Sabar bukanlah hal yang mudah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika manusia mampu untuk bersabar, maka artinya ia mampu menahan untuk melakukan suatu hal yang buruk, karena sabar memiliki pengaruh untuk menghasilkan sifat-sifat yang baik.

Imam Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Mukasyafah al-Qulȗb, mengklasifikasikan sabar menjadi tiga bagian, yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan sabar terhadap musibah.29

a. Sabar dalam Ketaatan kepada Allah

Sabar dalam ketaatan kepada Allah maksudnya menjalankan segala perintah-Nya dengan ikhlas, tidak mengeluh dan senantiasa bersyukur. Allah berfirman:

َكْيَلَع اَنْل َّزَن ُنْحَن اَّنِإ ( لاي ِزْنَت َنآ ْرُقْلا

ْمُهْنِم ْعِطُت لا َو َكِِّب َر ِمْكُحِل ْرِبْصاَف ) ٣٢

( ا ًروُفَك ْوَأ اًمِثآ ٣٢

)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yangberdosa da orang yang kafir di antara mereka.” (Al-Insȃn: 23-24) b. Sabar dalam Menjauhi Larangan Allah

Sabar dalam menjauhi larangan Allah maksudnya meninggalkan segala perbuatan yang melanggar norma-norma agama, seperti berjudi, berzina, berdusta, dan lain-lain.

29 Imam al-Ghazali, Mukasyafah al-Qulȗb, tt, h.10.

(34)

c. Sabar Menahan Ujian atau Sabar Terhadap Musibah

Sabar menahan ujian atau sabar terhadap musibah maksudnya senantiasa menerima dengan ikhlas dan tabah ketika musibah datang serta tidak menyalahi ketentuan Allah. karena sesungguhnya setiap mausia akan diberikan cobaan oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman:

ِسُفْنَلأا َو ِلا َوْمَلأا َنِم ٍصْقَن َو ِعوُجْلا َو ِف ْوَخْلا َنِم ٍءْيَشِب ْمُكَّن َوُلْبَنَل َو َني ِرِباَّصلا ِرِِّشَب َو ِتا َرَمَّثلا َو

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al- Baqarah:155)

Pengamalan sabar tidak semudah ketika mempelajari teorinya. Sabar memiliki perjuangan dan keyakinan yang sangat besar, yaitu berjuang untuk melawan hawa nafsu dan meyakini akan besarnya pahala yang telah Allah siapkan bagi orang-orang yang sabar. Dalam sebuah hadits hasan shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, ujarnya:

بعصم نع ةلدهب نب مصاع نع ديز نب دامح انثدح : لاق ةبيتق انثدح :لاق ؟ءلاب دشأ سانلا يأ الله لوسراي :تلق :لاق هيبأ نع دعس نب

"

لثملأاف لثملأا مث ءايبنلأا ف

هنيد بسح ىلع لجرلا ىلتبي

نإف هنيد يف ناك

لص دتشا اب هئلاب

حربي امف هنيد بسح ىلع يلتبا تقر هنيد يف ناك نإو

30

"ةئيطخ هيلع ام ضرلأا ىلع يشمي هكرتي ىتحدبعلاب ءلابلا

Dari hadits di atas dapat kita pahami dengan sangat jelas bahwa Nabi adalah orang yang mendapatkan cobaan paling tinggi, lalu orang yang semisal dan seterusnya. Dan setiap orang diuji oleh Allah sesuai dengan tingkat keteguhannya pada agamanya.

30 At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, jilid 1, no. 2398, (Ar-Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif linaitsir wa At-Tauzi’, 2008), h. 540.

(35)

Ahmad Muhammad Al-Hufy menjelaskan dalam bukunya Akhlak Nabi Muhammad saw; Keluhuran dan Kemuliaannya, bahwa para Rasul selalu bersikap sabar atas semua hal yang tidak mereka disukai, seperti Nabi Nuh dipukul oleh kaumnya hingga pingsan, Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api, Nabi Ya’kub kehilangan puteranya dan kehilangan penglihatannya, dan Nabi Ayyub yang sangat sabar menderita penyakit.31

Selain itu, sabarnya al-Khalil Nabi Ibrahim as, Nabi Musa al-Kalim as, Nabi Nuh as, al-Masih as, dan sabarnya Nabi dan Rasul, sayyid anak cucu Adam as, adalah sabar di atas dakwah kepada Allah dan berjihad melawan musuh-musuh-Nya. Allah menamakan mereka dengan sebutan Ulul Azmi dan memerintahkan Rasulullah SAW. agar bersabar sebagaimana sabarnya mereka.32

Dari uraian di atas, tampak jelas betapa tingginya tingkat kesabaran yang dimiliki oleh para Nabi terhadap siksa yang dilancarkan kepada kaum mereka, betapa besar kesabaran mereka terhadap kaumnya, dan betapa besar kesabaran mereka tatkala ujian datang menimpanya.

Selanjutnya, menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh Ridjaluddin dalam bukunya yang berjudul Sabar dalam Pandangan Imam al-Ghazali, beliau menyebutkan ada dua unsur kesabaran yang harus ditempuh oleh seseorang agar ia mampu mengendalikan diri atau mengendalikan hawa nafsunya, yaitu ilmu pengetahuan dan amal.

a. Ilmu Pengetahuan

Kesempurnaan suatu ibadah ditopang oleh pengetahuan pokok yang bersifat teoritis dan praktis. Pengetahuan teoritis untuk membentuk sifat sabar adalah pengetahuan terhadap berbagai ayat dan hadits Rasulullah

31 Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad saw; Keluhuran dan Kemuliaannya, (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 212.

32 Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Sabar dan Syukur, Intisari dari Mukhtashar Uddatush Shabirin wa Dzakhiratusy Syakirin oleh Ahmad bin Utsman al-Mazyad, (Jakarta: Darul Haq, 2018), h. 19.

(36)

SAW. yang membicarakan sabar dari berbagai aspek. Misalnya dalam ayat dan hadits yang mengandung perintah, keutamaan, larangan bersikap tidak sabar, dan sebagainya. Adapun untuk pengetahuan praktis adalah pengetahuan yang berhubungan tentang bagaimana cara mengimplementasikannya. Misalnya berwudhu merupakan cara untuk menahan nafsu emosi, puasa untuk menahan nafsu seksual, dan sebagainya.33

b. Amal

Amal dalam unsur sabar ini adalah tentang bagaimana seseorang bertingkah laku. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan secara teoritis dan praktis, khususnya kesabaran, maka dituntut untuk mengamalkan pengetahuan tersebut. Pengetahuan tidak akan bermanfaat jika tidak diiringi dengan perbuatan.

Dari kedua unsur di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu dan amal adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Imam Ghazali mensyaratkan adanya pengamalan dari ilmu pengetahuan, sehingga menurutnya ilmu tanpa amal akan sia-sia dan amal tanpa ilmu akan menyebabkan seseorang berjalan tanpa pedoman.34

Dalam sebuah situs internet dikatakan bahwa sabar tidak akan lurus kecuali dengan tiga syarat, yaitu lillah, billah, dan fillah.35 Sabar lillah maksudnya adalah sabar dengan landasan keikhlasan (melakukan suatu perbuatan semata-mata karena Allah), bukan karena riya’ (melakukan perbuatan baik untuk pamer) atau ingin menonjolkan diri bahwa ia adalah orang yang kuat. Sabar billah maksudnya adalah senantiasa bersandar dan memohon kepada Allah. Sebagaimana telah dinyatakan dalam potongan ayat dalam surat An-Nahl ayat 127 yang artinya:

33 Ridjaluddin, op.cit, h. 137.

34 Ibid, h. 133.

35 Yayasan Pangeran Diponegoro, Belajar untuk Sabar, (www.al-mubarok.com: 13 September 2017).

(37)

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah”. Adapun sabar fillah maksudnya adalah senantiasa berada di atas garis ajaran dan syari’at Allah, bukan di atas bid’ah atau hawa nafsu yang menyesatkan.

B. Kisah Sebagai Metode Pembelajaran 1. Pengertian Kisah (Qashash)

Dalam al-Qur’an kisah disebut dengan qashash. Menurut bahasa, kata Qashash jamak dari Qishah, artinya urusan, berita, khabar, dan keadaan.36 Al- Qur’an menyebutkan kata qasash dalam beberapa pengertian, yaitu mengikuti jejak (QS. Al-Kahfi: 64), berita yang berurutan (QS. Ali Imran: 62), dan kisah- kisah (QS. Yusuf: 111).

Sedangkan menurut istilah, menurut Teungku Muhammad Hasbi ash- Shiddieqy, Qasash al-Qur’an adalah khabar-khabar Al-Qur’an mengenai keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa- peristiwa yang telah terjadi.37

Manna Khalil al-Qattan menjelaskan dalam bukunya bahwa al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa, keadaan negeri, dan peninggalan setiap umat. Semua itu diceritakan di dalam al-Qur’an dengan cara yang menarik dan mempesona.38

Al-Qur’an merupakan kitab yang sangat kuat akan kebenaran di dalamnya.

Maka tidaklah mungkin kisah-kisah di dalam al-Qur’an adalah kisah yang memiliki kebathilan (kesalahan) atau memiliki keraguan di dalamnya. Kisah- kisah dalam al-Qur’an merupakan kisah yang benar-benar terjadi pada masa

36 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 179

37 Ibid.

38 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Terj. dari Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an oleh Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2007), Cet. 10, h. 436.

(38)

lalu, karena apa yang terjadi pada masa lalu merupakan kehendak Allah SWT.

Dia yang menceritakan dan Dia pula yang menyaksikannya.

Abdul Djalal menjelaskan dalam bukunya Ulumul Qur’an bahwa bagi orang-orang kafir, cerita dalam Al-Qur’an itu menjadi bahan fitnahan dan tertawaan, sedangkan bagi orang mukmin justru akan menambah keimanan.39 Allah berfirman:

او ُرَفَك َنيِذَّلِل ًةَنْتِف َّلاِإ ْمُهَتَّدِع اَنْلَعَج اَم َو ًةَكِئ َلاَم َّلاِإ ِراَّنلا َباَحْصَأ اَنْلَعَج اَم َو اًناَميِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا َداَد ْزَي َو َباَتِكْلا اوُتوُأ َنيِذَّلا َنِقْيَتْسَيِل

“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” (Al- Mudatsir: 31)

Dari pengertian yang telah di kemukakan di atas, dapat dipahami bahwa kisah adalah kejadian yang telah terjadi di masa lalu, yang dapat dijadikan pelajaran dan sekaligus sebagai petunjuk bagi orang yang beriman dan bertaqwa untuk memperkokoh keimanannya dan dapat membimbing mereka ke jalan yang baik dengan diiringi ridho Allah.

2. Macam-macam Kisah

Macam-macam kisah di antaranya adalah dongeng, cerita pendek dan novel. Berikut penjelasannya:

a. Dongeng

Menurut Kamus Besar Indonesia, dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh.40 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya menjelaskan bahwa dongeng

39 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), Cet. 2, h. 294-295.

40 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit, h. 363.

(39)

merupakan dunia khayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun.41

b. Novel

Menurut Kamus Besar Indonesia, novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.42 Menurut Burhan Nurgiyantoro, dari segi panjang cerita novel jauh lebih panjang dari cerpen. Sehingga novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks.43 c. Cerpen

Cerpen adalah cerita pendek yang ukuran panjang pendeknya itu tidak ada aturannya, tidak ada kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli.

Menurut Edgar Allan, yang dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam.44

Adapun kisah-kisah di dalam al-Qur’an terbagi menjadi beberapa macam, di antaranya:

a. Dari Segi Waktu

Ditinjau dari segi waktu, terbagi menjadi tiga macam:

1) Kisah-kisah hal ghaib yang terjadi pada masa lalu, seperi kisah Nabi Nuh, Nabi Musa, dan kisah Maryam (QS. Ali Imran: 44, QS. Hud: 49)

41 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelegences, (Jakarta:

Premadia Group, 2015), Ed. I, Cet. I, h. 57.

42 Tim Penyusun Pusat Bahasa, op.cit, h. 1008.

43 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), Cet. 10, h. 13.

44 Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h. 12.

(40)

2) Kisah-kisah hal ghaib yang terjadi pada masa kini, seperti kisah tentang Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya, para malaikat, jin, setan, siksaan neraka, kenikmatan di surga, dan sebagainya.

3) Kisah-kisah ghaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

b. Dari segi Materi

Ditinjau dari segi materi, terbagi menjadi tiga macam:

1) Kisah para Nabi, seperti kisah Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan lain-lain.

2) Kisah orang-orang yang belum tentu Nabi dan keolompok-kelompok manusia tertentu, seperti kisah Luqmanul Hakim, Qarun, Ashabul Kahfi, dan lain-lain.

3) Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di zaman Rasulullah SAW., seperti kisah Perang Badar, Perang Uhud, Perang Hunain, dan lain-lain.45

3. Tujuan Kisah

Allah SWT. mengisyaratkan bahwa manusia hendaknya dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari kisah-kisah yang terjadi di masa lalu, termasuk kisah yang terdapat di dalam al-Qur’an. Allah mengajarkan umat-Nya pada masa lalu bukan hanya sekadar mampu membaca al-Qur’an, akan tetapi disertai dengan perenungan akan makna yang terkandung di dalamnya, dan memperhatikan serta mencermati kisah di dalam al-Qur’an ketika sedang membacanya.

Kisah di dalam al-Qur’an memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Mendengarkan kisah-kisah al-Qur’an, merenungkan dan memperhatikannya maka akan menggiring manusia untuk berpikir. Allah berfirman:

ٍةَد ِحا َوِب ْمُكُظِعَأ اَمَّنِإ ْلُق او ُرَّكَفَتَت َّمُث ٰىَدا َرُف َو ٰىَنْثَم ِ َّ ِلِلّ اوُموُقَت ْنَأ ۖ

ۖ

“Katakanlah:”Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)

45 Abdul Djalal, op.cit, h. 296-300.

(41)

berdua-dua atau sendiri kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad)

…” (QS. Saba’: 46)

Ayat tersebut menerangkan bahwasanya Allah menginginkan hamba- Nya untuk senantiasa berpikir dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang ada di dalam al-Qur’an. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sangat sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluknya yang lain.

Perbedaan tersebut yaitu pada akal. Jika manusia dapat berpikir, menalar, dan mengambil pelajaran kisah-kisah dalam al-Qur’an, artinya manusia tersebut dapat mendayagunakan akalnya dengan baik.

b. Kisah-kisah dalam al-Qur’an dapat meneguhkan hati. Allah berfirman:

ْيَلَع ُّصُقَن الاُك َو َكَداَؤُف ِهِب ُتِِّبَثُن اَم ِلُس ُّرلا ِءاَبْنَأ ْنِم َك

ِهِذ َٰه يِف َكَءاَج َو ۖ

َنيِنِم ْؤُمْلِل ٰى َرْكِذ َو ٌةَظِع ْوَم َو ُّقَحْلا

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud: 120)

Ayat di atas menunjukkan bahwa kisah-kisah al-Qur’an akan meneguhkan hati manusia, yaitu menjadikan manusia memiliki hati yang tentram, damai, dan memiliki keteguhan dalam kepribadian.

c. Kisah-kisah dalam al-Qur’an bertujuan untuk membentuk perasaan yang kuat dan jujur kearah akidah Islamiyah dan prinsip-prinsipnya, dan kearah pengorbanan jiwa untuk mewujudkan kebenaran dan kebaikan.46

d. Kisah adalah sarana penting yang digunakan al-Qur’an untuk membangkitkan motivasi belajar. Al-Qur’an memiliki pengaruh bersifat mendidik, karena sejak dulu para pendidik menggunakan kisah al-Qur’an sebagai sarana untuk mengajarkan akhlak baik, nilai agama, dan etika

46 A. Hanafi, Segi-Segi Kesusastraan pada Kisah-kisah al-Qur’an, (Jakarta Pusat: Pustaka Alhusna, 1984), Cet. I, h. 74.

(42)

dengan cara yang ringan dan menyenangkan, sehingga akal dan jiwa mendapatkan hikmah, nasihat, pelajaran, serta keteladanan.47

4. Unsur-unsur dalam Kisah

Unsur-unsur dalam pembangunan sebuah kisah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur instrinsik dan unsur estrinsik.48

a. Unsur Instrinsik

Burhan Nurgiantoro menjelaskan, unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur ini menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra dan secara faktual akan dijumpai oleh orang jika membaca karya sastra.49

Unsur instrinsik di antaranya terdiri dari: tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.

1) Tema

Menurut Kamus Besar Indonesia, tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar pengarang, mengubah sajak, dan sebagainya).50 Adapun menurut Robert Staton, tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’

dalam pengamalan manusia.51 Sedangkan menurut Burhan Nurgiantoro, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan melalui motif-motif dan biasanya dilakukan secara implicit.52

2) Alur

47 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qur’ani: Dari Motif hingga Ilmu Laduni, (Bandung:

Penerbit Marja, 2010), h. 155.

48 Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h. 29.

49 Ibid, h. 30.

50 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit, h. 1482.

51 Robert Staton, Teori Fiksi, Terj. dari An Introduction to Fiction oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 36.

52 Burhan Nurgiantoro, op.cit, h. 115.

Referensi

Dokumen terkait

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM.. Angka di akhir Tanggal penutupan menunjukkan jumlah kali perpanjangan tanggal penutupan proyek 2). Progres Varian positif menunjukkan penyerapan dana

Hubungan negatif antara variabel Tingkat upah terhadap Kesempatan Kerja yang diperoleh dalam penelitian ini didukung oleh penelitian Lestari (2010), berdasarkan

Sumber ide pembuatan busana pesta sore ini adalah jamur, ekosistem akan musnah jika tidak ada jamur karena jamur dapat bertindak sebagai dekomposer yang

59 Berdasarkan RTRW Kota Cimahi Tahun 2012-2032, Kecamatan Cimahi tengah berada pada fungsi pusat pelayanan kawasan yang terdiri dari daerah CBD meliputi Kelurahan Cimahi,

Dari perbandingan pasangan basa dari ketiga sekuen rusa tersebut menunjukkan bahwa antara rusa sambar dan rusa timor memperlihatkan kemiripan nukleotide yang lebih tinggi dalam hal

Penulisan skripsi ini untuk memenuhi satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

B OUTLINE DOKUMEN 1 Pendahuluan 0,5 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya 0,5 3 Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya 0,5 4 Profil Kabupaten 0,5 5

Artinya dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa keadilan organisasi, kepuasan kerja, dan pemberdayaan pegawai secara simultan (bersama-sama)