• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

2. Unsur-unsur Pendidikan Sabar

Guru merupakan sebutan yang sangat familiar, memiliki makna yang merujuk kepada sebuah profesi yang dimiliki seseorang mengenai terjadinya proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan, baik lembaga formal maupun informal. Dalam literatur Islam, penyebutan guru antara lain sering dinyatakan dengan kata ustȃdz, mu’allim, murabbi, mursyid, mudarris, mu’addib, muzakki, dan tȃli, yang disesuaikan berdasarkan esensi dan tugasnya.13

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar.14 Sedangkan menurut Ali Mudlofir dalam bukunya yang berjudul Pendidik Profesional menjelaskan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.15

12 Ibid, h. 66.

13 Rahendra Maya, “Karakter (Adab) Guru dan Murid Perspektif Ibn Jama’ah al-Syafi’i”, Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 06 No. 12, Juli 2017, h. 28.

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 497.

15 Muhammad Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 119-120.

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak menyebut kata guru dengan kata pendidik, yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan16

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa guru adalah sebuah profesi yang dimiliki seseorang yang mana tugasnya bukan hanya mengajar semata, melainkan bertanggung jawab untuk membimbing, mendidik, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik untuk mencapai tujuan dari Pendidikan Nasional.

Seseorang yang berprofesi menjadi guru berkewajiban memiliki 4 kompetensi dasar, diantaranya yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dalam kompetensi kepribadian hendaknya guru dapat menampilkan diri sebgaai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan menjadi tauladan bagi peserta didik.

Salah satu akhlak yang sangat diperlukan oleh seorang guru adalah sabar.

Guru yang sabar adalah guru yang mampu mengatasi segala macam karakter anak dengan baik, mengajarkan pengetahuan dengan sabar sampai anak benar-benar paham, serta tidak menegur dengan bentakan atau kekerasan apabila peserta didik bercanda dan sulit diatur, karena hal itu justru akan membuat siswa semakin membangkang dan tidak menghargai guru. Dengan kesabarannya tersebut, maka guru akan menjadi sosok tauladan bagi peserta didik, dihormati serta dihargai.

b. Murid

16 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I.

Dalam literatur Islam, siswa disebut juga dengan istilah murid, tilmidz, tȃlib, dan muta’allim.17 Adapun dalam literatur pendidikan umum di Indonesia istilah yang digunakan untuk murid yaitu siswa, murid, pelajar, mahasiswa, santri, anak didik dan peserta didik.18

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, murid adalah anak atau orang yang sedang belajar atau bersekolah.19 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya yang berjudul Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang yang menjalankan kegiatan pendidikan.20 Kemudian menurut Eka Prihatin dalam bukunya yang berjudul Manajemen Peserta Didik mengatakan bahwa murid adalah orang yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya.21

Selanjutnya UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I menjelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.22

Dari pengertian-pengertian di atas dapat dipahami bahwa murid adalah orang yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dari seorang pendidik, baik dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal. Adapun murid yang sabar adalah murid yang tidak pernah putus asa dalam belajar, tidak pernah berhenti untuk meraih mimpi meski kegagalan selalu datang, dan mampu untuk menahan diri dalam menghadapi teman

17 Rahendra Maya, op.cit, h. 29.

18 Ibid, h. 30.

19 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit, h. 986.

20 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 40.

21 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 4.

22 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I Pasal I.

yang usil, menjengkelkan, ataupun merendahkan dirinya. Selain itu, murid yang sabar juga adalah murid yang mampu menghormati gurunya. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim dijelaskan bahwa yang termasuk arti menghormati guru yaitu tidak berjalan di depannya, duduk ditempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam, dan menanyakan hal-hal yang membosankan. Mampu melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama.23

c. Tujuan

Menurut Tim Pengembang MKDP dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, tujuan merupakan faktor yang paling pokok, karena faktor yang ada di dalam situasi pembelajaran, termasuk strategi pembelajaran semata-mata diarahkan dan diupayakan untuk mencapai tujuan.24

Tujuan pendidikan sabar untuk aspek pengetahuan yaitu murid dapat menjelaskan konsep sabar. Tujuan untuk aspek keterampilan yaitu murid tidak pernah berhenti belajar meski ia kesulitan dalam memahami materi dalam suatu pelajaran. Dan tujuan untuk aspek sikap yaitu murid dapat menahan emosinya dengan baik.

Selain itu, tujuan dari pendidikan sabar adalah agar manusia memiliki kepribadian yang berakhlak mulia, baik untuk peserta didik maupun untuk pendidik itu sendiri. Bagi peserta didik, pendidikan sabar ini bertujuan untuk menjadikan dirinya tumbuh menjadi anak yang beradab, memiliki adab yang baik terhadap guru, orang tua, maupun teman-temannya. Tidak merasa putus asa jika impiannya belum tercapai, mau mencoba terus menerus meski

23 Al-Imam Burhan Islam Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim, (Semarang: Maktabah

al-‘Alawiyyah),, h. 16-17.

24 Tim Pengembang MKDP, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Ed. 3, Cet. 4, h. 153.

kegagalan selalu datang. Adapun bagi pendidik, pendidikan sabar ini bertujuan agar mereka senantiasa bersabar dalam mengajar, mendidik, membimbing, serta menuntun peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Selain itu, bertujuan juga agar para pendidik dapat menahan dirinya untuk tidak melakukan tindakan kekerasan jika murid yang mereka hadapi nakal, sulit diatur, atau lemah dalam belajar. Karena sesungguhnya setiap karakter dan kemampuan anak itu berbeda-beda.

d. Materi

Menurut M. Arifin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, materi dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.25 Pengertian tersebut senada dengan pendapat Tim Pengembang MKDP yang mengatakan bahwa bahan atau materi pembelajaran pada dasanya adalah “isi” dari kurikulum, yaitu berupa mata pelajaran dengan topik/sub topik dan rinciannya. Bila dirinci, materi pembelajaran itu dapat dikategorikan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai, serta keterampilan.26

Adapun materi tentang pendidikan sabar yaitu diawali dengan mempelajari pengertian konsep sabar, dalil yang berkenaan dengan sabar, macam-macam sabar dan contohnya, tingkatan sabar, unsur-unsur sabar, hikmah dari sabar, dan lain-lain.

e. Metode

Untuk mencapai tujuan dari pendidikan sabar itu sendiri, maka harus menggunakan metode yang tepat. Jika penggunaan metode itu tidak tepat, maka tidak mungkin tujuan yang telah disusun sebagus dan seideal apapun itu dapat tercapai. Menurut Tim Pengembang MKDP dalam bukunya yang

25 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h.135.

26 Tim Pengembang MKDP, op.cit, h. 152.

berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, metode adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal.27 Maka, metode memiliki peran sangat penting dalam proses pembelajaran, sebab berhubungan dengan implementasi mengenai bagaimana cara yang digunakan oleh seorang pendidik untuk menyampaikan materi agar mudah dipahami peserta didik.

Saat ini sudah banyak metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga pembelajaran pun berjalan dengan efektif. Jika materi yang dibahas mengenai pendidikan sabar, maka salah satu metode yang cocok digunakan oleh guru yaitu menggunakan metode cerita, seperti dari kisah-kisah Nabi yang senantiasa tetap sabar meski diberikan cobaan yang amat berat, kemudian guru juga bisa mengaitkan kisah tersebut dengan kenyatan yang ada di lingkungan sekitar.

f. Evaluasi

Menurut Gronlund yang dikutip oleh Tim MKDP mengatakan, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.28

Dalam hal evaluasi ini guru bisa melakukannya dalam dua aspek penting, yaitu evaluasi terhadap penguasaan materi peserta didik tentang sabar dan evaluasi terhadap keberhasilan peserta didik dalam mengimplementasikan sabar di dalam kehidupannya sehari-hari.

27 Ibid, h. 54.

28 Ibid, h. 165.

Dokumen terkait