• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi & Senduk dan Lie (dalam Wena, 2009:190-192) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok sadar bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suasana saling ketergantungan dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan; saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas; saling ketergantungan bahan atau sumber belajar; saling ketergantungan peran; dan saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka (face to face interaction)

Dalam hal ini antar anggota kelompok melaksanakan aktivitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang memberi penjelasan, berkata sopan, meminta bantuan, memberi penjelasan, dan sebagainya. Pada proses pembelajaran yang demikian para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.

c. Akuntabilitas individual (individual accountability).

Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa.

d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (use of collarative/social skill). Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok. Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pemikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh guru.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif

//Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif menurut

http:///xpresiriau.comterokal/artikel-tulisan-pendidikan/kelebihan-dan

kekurangan-cooperative-learning//. (dalam Thobroni dan Mustofa, 291-293) Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperatif Learning adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan:

1) Jika dilihat dari aspek siswa adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok.

2) Siswa dimungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, melatih siswa memiliki ketrampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun ketrampilan sosial (social skill).

3) Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena didorong dan didukung oleh rekan sebaya.

4) Siswa menghasilkan kemampuan akademik. Kemampuan berpikir kritis dan membentuk hubungan persahabatan serta meningkatkan motivasi siswa.

5) Siswa yang bersama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab yang terbentuk dikalangan siswa.

6) Saling ketergantungan yang positif, adanya pengakuan dalam merespon kegiatan individu, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. b. Kekurangan:

1) Faktor dari dalam

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu model pembelajaran kooperatif memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu.

b) Membutuhkan dukungan alat, fasilitas dan biaya yang cukup memadai.

c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas.

d) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

2) Faktor dari luar

Faktor ini erat dengan kebijakan pemerintah, yaitu pada kurikulum pembelajaran bahasa perancis. Selain itu, pelaksanaan tes yang terpusat, seperti UN atau UASBN sehingga kegiatan belajar mengajar dikelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan UN atau UASBN.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator untuk membuat siswa belajar lebih aktif.

Djamarah (2005:46) mendefinisikan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Slameto (2010:65) mengungkapkan metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Surakhmad (dalam Djamarah, 2005:78-82) menyatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Anak didik

Anak didik manusia berpotensi yang menghayatkan pendidikan. Dan gurulah yang berkewajiban untuk mendidik serta secara langsung berhadapan. Sehingga seorang guru harus mampu merencanakan dan memilih metode pembelajaran yang tepat karena melihat kondisi siswa yang heterogen agar mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan efektif. Oleh sebab itu anak didik mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.

2. Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari arah yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan dalam tujuan pembelajaran yang dikenal ada dua yaitu TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional khusus).

Perumusan tujuan tersebut mempengaruhi dalam bagaimana proses pembelajaran dan pemilihan metode yang digunakan. Sehingga metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang akan diisi ke dalam diri peserta didik. Jadi penggunaan metode yang harus sesuai dan tepat dengan tujuan pembelajaran yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.

3. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu bisa saja ingin menciptakan situasi belajar dialam terbuka, dalam hal ini tentunya guru harus menentukan metode yang tepat sesuai situasi yang diciptakan. Oleh sebab itu situasi yang diciptakan mempengaruhi pemilihan metode yang digunakan.

4. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi dalam melakukan pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang

menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap atau tidaknya fasilitas belajar juga akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.

5. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Ada guru yang suka berbicara, tetapi guru yang lain tidak suka berbicara. Seorang guru yang berlatar belakang bukan sarjana pendidikan dan keguruan. Kepribadian, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar merupakan permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.

Adapun kedudukan metode dalam proses pembelajaran menurut Djamarah (2005:72-74) adalah:

a) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman dalam Djamarah (2005:73) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.

b) Metode sebagai strategi pengajaran

Menurut Roestiyah dalam Djamarah (2005:74) guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memilih strategi adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

c) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar dibawa. Dengan memanfaatkan metode secara tepat dan efektif, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang disusun sedemikian rupa yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

E. Tinjauan Tentang Metode Team Games Tournament (TGT)

Menurut Huda (2013:292) metode TGT lebih menekankan pada evaluasi individual materi akademik yang sudah dirancang, dan membuka

ruang “kompetisi” secara individual ataupun kelompok untuk meningkatkan

hasil pembelajaran. Team Games Tournament menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan sistem kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2005:163)

Slavin (2005:166-168) menyatakan ada lima komponen dalam pembelajaran kooperatif metode TGT, yaitu presentasi kelas, kelompok, permainan, turnamen dan penghargaan kelompok.

1. Presentasi kelas

Presentasi kelas digunakan oleh guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau diskusi yang dipimpin guru atau dengan presentasi audiovisual. Fokus presentasi kelas berbeda dengan presentasi pada pengajaran biasa, karena hanya menyangkut pokok-pokok materi dan teknis pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian siswa harus memperhatikan secara cermat selama presentasi berlangsung, karena akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan soal-soal dan akan menentukan skor tim mereka.

2. Team (kelompok)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok adalah dengan bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game/permainan

Game/permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan serta dirancang untuk menguji pengetahuan siswa tentang materi yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dilakukan oleh tiga sampai lima orang siswa yang berkemampuan setara, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. 4. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung, biasanya berlangsung pada akhir unit, seetelah guru memberikan presentasi di kelas dan setiap tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan siswa. Pada turnamen, tiga sampai lima siswa yang setara kemampuannya mewakili tim yang berbeda saling bersaing

dalam turnamen. Ilustrasi hubungan-hubungan kelompok dengan jumlah anggota empat orang yang anggotanya heterogen dan meja turnamen dengan anggota yang homogen adalah sebagai berikut:

TIM A

TIM B TIM C

Gambar 2.1 Penempatan pada meja turnamen (Slavin, 2005:168)

5. Team recognize (penghargaan kelompok)

Setelah game turnamen selesai. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing kelompok akan mendapatkan sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksa poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan, lalu, pindahkan poin-poin itu dari tiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari timnya masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota kelompok, dan bagilah jumlah tim yang bersangkutan. Team mendapatkan julukan Super Team” jika rata-rata

skor 50 keatas, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 45 sampai 49 dan

Good Team” apabila rata-ratanya 40-44.

Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran TGT, yaitu: 1. Kelebihan:

a. Melalui interaksi dengan anggota kelompok, semua memiliki kesempatan untuk belajar mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan atau hasil diskusi dengan anggota kelompoknya.

TIM A

TIM B TIM C

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Turnamen 4 Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3 C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah B-1 B-2 B-3 B-4

b. Pengelompokan siswa secara heterogen dalam hal tingkat kemampuan, diharapkan dapat membentuk rasa hormat dan saling menghargai diantara siswa.

c. Dengan belajar kooperatif siswa mendapat ketrampilan kooperatif yang tidak dimiliki pada pembelajaran lain.

d. Dengan diadakannya turnamen diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi diri maupun kelompoknya.

e. Dengan turnamen dapat membentuk siswa mempunyai kebiasaan bersaing sportif dan selanjutnya menumbuhkan keberanian dalam berkompetisi, akibatnya siswa selalu dalam posisi unggul.

f. Dengan pembelajaran kooperatif TGT, dapat menanamkan kerja sama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk dirinya maupun seluruh anggota kelompok.

g. Kegiatan berpusat pada siswa sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa.

2. Kelemahan:

a. Penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar.

b. Jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau saran tidak cukup tersedia maka pembelajaran kooperatif TGT sulit dilaksanakan.

c. Apabila sportivitas siswa kurang, maka keterampilan berkompetisi siswa yang terbentuk bukanlah yang diharapkan.

Sumber : Kusumaningsih (2009:91)

Kelemahan dalam hal waktu, sebenarnya bisa di atasi apabila seorang guru sudah merencanakan dan merencanakan bahan ajar jauh lebih awal sebelum mengajar (Kusumaningsih, 2009:84). telah disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga, diharapkan dengan penerapan metode pembelajaran Team Games Tournament pada mata diklat kegiatan ekonomi, dapat menjadikan siswa kelas VII E SMP N 9 Semarang lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.