• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

2. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional memiliki beberapa unsur yaitu mengenali emosi di ri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Masing -masing unsur di atas akan dijelaskan satu persatu.

a. Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri merupakan unsur kecerdasan emosi yang sangat mendasar. Cara yang sangat penting dalam mengenali emosi diri adalah dengan memberi nama masing-masing emosi yang dirasakan dan yang akan muncul atau dengan cara menyebutkan nama emosi yang bersangkutan. Orang yang memiliki kepekaan yang tinggi atas emosinya adalah orang yang dapat dikatakan berhasil dalam mengenali emosinya sendiri. Tetapi orang yang tidak mampu untuk mengenali emosinya sendiri adalah orang yang dapat dikatakan buta emosi. Hal ini akan mempengaruhi kesuksesannya dalam mengarungi kehidupan ini.

Kemampuan mengenali emosi diri adalah suatu kemampuan untuk mengenali emosi pada saat emosi itu muncul dan dapat menyebutkan nama emosi tersebut. Setelah mampu mengenali emosinya sendiri diperlukan suatu kesadaran akan emosinya sehingga tidak akan dikuasai oleh e mosi tersebut. Orang yang dapat menyadari emosinya, dapat berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang baik bagi dirinya. Kesadaran diri adalah perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. Perhatian terhadap kesadaran diri akan memandang setiap kejadian melalui kesadaran yang netral, bukanlah perhatian yang larut dalam emosi, bereaksi

secara berlebihan dan melebih -lebihkan apa yang diserap. Orang yang dapat menyadari emosinya dapat membantunya dalam menciptakan kebahagiaan diri. Menurut Goleman (2001) kesadaran diri meliputi kesadaran emosi, penilaian diri, dan percaya diri.

1) Kesadaran emosi

Goleman (2001: 84) berpendapat bahwa orang yang memiliki kesadaran emosi yang baik cenderung akan:

a) Mengetahui nama emosi yang sedang dirasakannya dan mempertanyakan mengapa emosi itu muncul.

b) Menyadari adanya hubungan antara perasaan yang sedang dialami dengan yang dipikirkan, diperbuat dan dikatakan.

c) Mengetahui bahwa perasaan yang dirasakan dapat mempengaruhi kinerjanya.

Orang yang kesadaran emosinya kurang baik dapat membuatnya rentan terhadap akibat ledakan emosi sehingga mudah tergelincir dalam rel kemarahan yang tidak menentu. Orang dengan kesadaran emosi yang tinggi dapat membantunya dalam mengelola perasaan yang tidak menentu untuk mempertahankan motivasi, untuk menyesuaikan diri dengan tepat terhadap perasaan orang lain, dan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain.

Goleman (2001: 96-97) berpendapat bahwa orang yang memiliki kemampuan dalam menilai diri cen derung akan:

a) Memiliki kesadaran tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya.

b) Memberikan waktu untuk berefleksi dan belajar dari pengalaman.

c) Membuka diri terhadap umpan balik yang tulus serta bersedia menerima perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri. d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri

dengan perspektif yang luas. 3) Percaya diri

Orang yang memiliki rasa percaya diri yang baik pada umumnya dapat memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif d an mampu menghadapi tantangan sehingga mudah menguasai keterampilan baru. Goleman (2001: 107) memiliki pendapat bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri akan:

a) Berani tampil di muka umum dengan penuh keyakinan diri serta berani menyatakan “keberadaannya”

b) Berani mengemukakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban demi kebenaran.

c) Tegas dan mampu membuat keputusan yang baik meskipun dalam keadaan yang sulit dan tertekan.

b. Mengelola emosi

Orang yang memiliki kemampuan untuk mengelola emos i secara baik ia mampu : 1) Mengurangi kecemasan-kecemasannya

Orang yang buruk dalam kemampuan mengelola emosinya akan terus bertarung melawan rasa murung dan rasa cemasnya. Hampir semua orang pernah mengalami perasaan cema. Perasaan cemas bisa muncul akibat adanya perasaan takut. Perasaan cemas bisa sangat mengganggu bila menjadi berlarutlarut dan tidak wajar, sehingga bisa mengganggu kehidupan sehari -hari. Goble (Etty, 2002: 18) menulis “ Penelitian-penelitian psikosomatik terus membuktikan bahwa perasaan cemas yang berlarut-larut cenderung melahirkan akibat -akibat fisik maupun psikologis yang tidak diharapkan”. 2) Bangun dari depresi yang dialaminya

Freud (Etty, 2002:104) berpendapat bahwa depresi adalah rasa permusuhan terhadap dunia luar yang kemudian beraki bat balik pada diri yang bersangkutan. Pada umumnya depresi disebabkan oleh rasa kecewa dan kehilangan yang mendalam, sedangkan penderita depresi adalah orang yang sudah tidak sanggup lagi menerima kesulitan yang menimpanya. Gambaran utama orang yang mengalami depresi adalah perasaaan murung yang bisa menjadi perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat dan gairah dalam keseharian. Sindrom depresi adalah apabila keadaan di atas sudah disertai dengan gangguan fungsional, seperti gangguan tidur, gangguan ma kan, terhambatnya aktivitas sehari-hari. Orang yang bisa menyadari, menerima dan

mensyukuri jalan hidupnya melalui pemikiran yang positif akan mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup yang terumit sekalipun. Orang yang seperti ini adalah orang yang dapat mengelola emosinya dengan baik dan dapat bangun dari depresi yang dialaminya.

3) Dapat mengurangi ketersinggungan di dalam pergaulan

Lingkungan merupakan tempat untuk melatih mengelola emosi dan sarana untuk bergaul. Orang yang buruk dalam pengelolaan emosi nya, cenderung lekas meluapkan emosi tanpa terlebih dahulu menyadari dampak dari luapan emosi itu. Sebaliknya orang yang baik dalam pengelolaan emosinya dapat mengurangi ketersinggungan di dalam pergaulan. Orang tersebut cenderung memiliki banyak teman dan bersikap empati terhadap orang lain.

Menurut Goleman (2001) mengelola emosi terdiri dari : 1) Mengendalikan emosinya sendiri.

Orang yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosinya sendiri, maka ia mampu:

a) Mengelola emosi-emosinya yang menekan secara baik.

b) Tetap teguh, bersikap positif serta tidak goyah dalam menghadapi situasi yang paling berat sekalipun.

c) Berpikir secara jernih meskipun dalam keadaan yang tertekan. 2) Dapat dipercaya

a) Bertindak seturut etika yang ada dalam masyarakat dan berusaha untuk tidak membuat malu orang lain.

b) Membangun kepercayaan.

c) Mengakui kesalahan yang dilakukan sendiri dan berani menegur perbuatan yang tidak dapat diterimanya.

d) Berpegang pada prinsip secara teguh. c. Memotivasi diri sendiri

Menurut Effendy (1988: 51-52) motivasi adalah dorongan untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Husaini dan Noor (1981) motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri individu. Memotivasi diri sendiri adalah kegiatan memberikan dorongan kepada diri sendiri untuk mengambil tindakan yang dikehendaki. Orang yang dapat mengendalikan dorongan hati dapat mewujudkan kinerja yang tinggi di segala bidang, cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dia kerjakan. Dengan kemampuan ini orang dapat mencapai tujuannya.

Dilihat dari asalnya motivasi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Motivasi intrinsik sering juga disebut dengan motivasi diri. Menurut Anthony (2004) ada enam hal yang dapat membantu membangkitkan motivasi diri yaitu

1) Sifat bersaing dengan orang lain.

Sifat ini merupakan tempat yang bagus bagi benih kesuksesan. Orang yang memiliki sifat bersaing akan berusaha memanfaatkan setiap kesalahan, kelemahan dan kelengahan yang dimiliki untuk dijadikan tantangan. Rasa bersaing diperlukan oleh setiap orang untuk bisa bertahan hidup. Orang yang memiliki sifat bersaing cenderung memiliki semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuannya dan berani untuk mengamb il risiko yang terlebih dahulu diperhitungkannya. Selain itu ia akan terus berusaha untuk mencari informasi sebanyak mungkin dan mencari cara untuk mencapai tujuan tersebut sehingga tidak mudah menyerah dengan terus belajar. Sifat bersaing diperlukan untuk membangkitkan motivasi dari dalam diri untuk menjadi lebih baik.

2) Ingin yang terbaik.

Keinginan ini akan membantu orang dalam membangkitkan motivasinya untuk selalu berusaha mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Keinginan ini tanpa disadari akan memuncu lkan ide-ide dan usaha-usaha untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Orang yang memiliki keinginan yang terbaik akan berusaha memperhatikan hal -hal yang besar maupun hal -hal yang kecil dalam hidupnya. Keinginan yang terbaik akan memunculkan energi dalam diri untuk membangkitkan motivasi.

3) Ingin tahu dan ingin tumbuh.

Orang yang memiliki rasa ingin tahu dan ingin tumbuh memandang belajar sebagai proses seumur hidup dan terus menerus. Keinginan ini akan

membangkitkan semangat orang untuk selalu mencari tahu hal-hal yang dianggapnya dapat mengembangkan dirinya demi mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup bersama orang lain. Orang semacam ini tergolong orang yang gigih dan pantang menyerah. Keinginannya ini akan membuatnya tetap bersemangat dan memiliki pikira n serta sikap tidak ragu-ragu dalam kondisi siap bekerja sebaik mungkin.

4) Sikap bersyukur.

Sikap ini membantu orang semakin termotivasi untuk lebih maju dan berusaha lebih baik tanpa harus merasa kurang. Sikap ini dapat menumbuhkan rasa optimisme untuk mela kukan tindakan-tindakan yang positif. Orang yang memiliki sikap bersyukur tidak akan lupa dengan asal muasalnya sehingga ia akan memiliki sikap rendah hati dan empati terhadap orang lain. Selain itu sikap bersyukur akan membantu setiap orang dalam memandan g kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan daripada sebagai kekurangan pribadi.

5) Ingin membangun hubungan.

Orang yang memiliki keinginan untuk membangun hubungan maupun relasi dengan orang lain, cenderung mempunyai kecakapan dalam h al:

a) Menumbuhkan dan memelihara jaringan relasi tidak formal yang meluas. b) Mencari hubungan -hubungan yang saling menguntungkan.

c) Membangun hubungan saling percaya.

6) Tujuan dan sasaran mulia.

Adanya tujuan dan sasaran yang tepat serta mulia dapat membantu orang untuk membangkitkan motivasinya supaya berusaha mencapai apa yang telah menjadi tujuan dan sasaran dalam segala tindakan dan keinginannya. Tujuan dan sasaran mulia ini tertuang dalam misi da n visi yang ingin dicapai oleh orang tersebut.

Rahasia sukses menyangkut motivasi diri sendiri adalah memiliki keinginan yang menyenangkan. Oleh karena itu pertama-tama harus mengetahui apa yang diinginkan, kemudian dapat mengatur rencana untuk mencapai tu juan. d. Mengenali emosi orang lain

Mengenali emosi diri adalah hal yang penting, tetapi mengenali emosi orang lain pun sama pentingnya. Mengenali emosi orang lain merupakan bentuk keterampilan bergaul yang mendasar. Empati merupakan keterampilan mengenali e mosi orang lain. Menurut Anthony (2004) empati adalah kemampuan untuk mengenali apa yang diinginkan orang dan mengenali situasi orang lain. Menurut Goleman (2000: 136) “kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, ikut berperan dalam pergulatan dalam arena kehidupan”. Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin orang terbuka kepada emosinya, ia semakin terampil dalam membaca perasaan. Kunci dari memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan nonverbal yaitu nada bicara, gerak gerik, ekspresi wajah. Hal ini dikarenakan emosi jarang diungkapkan dengan kata -kata melainkan sering diungkapkan melalui isyarat.

Orang yang memiliki kepekaan ini cenderung mampu untuk mendengarkan orang lain secara aktif dan memahami sudut pandang orang lain.

e. Membina hubungan

Manusia secara kodrati tidak mungkin hidup sendiri dan tidak bisa terlepas dari peran orang lain. Manusia hidup bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup akan lebih mudah terpenuhi bila ia mengusahakannya bersama orang lain daripada melakukannya sendiri. Hal ini berlaku meskipun ia anggota suatu organisasi/komunitas atau independen. Beberapa hal yang diperlukan supaya relasi dengan orang lain dapat terjalin dengan baik:

1) Kemampuan dalam melak ukan pembukaan diri.

Menurut Johnson (Supratiknya, 1995: 14) pembukaan diri memiliki dua sisi yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Bersikap terbuka bukan berarti mengungkapkan sedetail mungkin hal -hal yang intim/sang at pribadi dengan masa lalu kita. Apabila proses pembukaan diri dilakukan dengan baik antara ke dua belah pihak yaitu terbuka kepada yang lain dan terbuka bagi yang lain akan membuahkan relasi yang terbuka. Pembukaan diri adalah dasar bagi hubungan yang se hat antara dua orang. 2) Kemampuan dalam berkomunikasi secara jelas.

Komunikasi sangat penting demi kelangsungan hidup manusia di dalam pekerjaan, di dalam keluarga, dan di dalam lingkungan ia tinggal. Menurut Johnson (Supratiknya, 1995: 9) ada beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup:

 Membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.  Lewat komunikasi jati diri dan identitas kita terbentuk.

 Memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan -kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita.

 Kesehatan mental kita sebagian besar ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain.

Oleh karena itu setiap orang hendaknya memiliki tanggung jawab masing -masing untuk kelancaran berkomunikasi.

3) Kemampuan dalam membangun kepercayaan.

Kepercayaan diperlukan supaya relasi dengan orang lain dapat tumbuh dan berkembang. Kepercayaan dibangun lewat risiko dan peneguhan, serta dihancurkan lewat risiko dan penolak an. “Kepercayaan tidak mungkin timbul tanpa risiko, dan relasi tidak akan mengalami kemajuan tanpa kepercayaan.” (Supratiknya, 1995: 27)

3. Keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kecerdasan emosional

Dokumen terkait