• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Drs. Soeyatno (Muhammad Djumhana, 2012: 421) unsur-unsur dalam perkreditan dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Kepercayaan

Unsur kepercayaan merupakan keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam

jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Prestasi merupakan kewajiban dan tanggungan yang harus dilaksanakan oleh debitur dalam setiap perikatan.

b. Tenggang waktu

Tenggang waktu merupakan suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Didalam unsur ini, uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk

Degree of risk merupakan tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit yang diberikan, semakin tinggi pula tingkat risikonya karena sejauh-jauh manusia untuk menerobos hari depan itu maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya risiko. Dengan adanya unsur risiko ini maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi

Prestasi merupakan kewajiban dan tanggungan yang harus dilaksanakan oleh debitur dalam setiap perikatan. Prestasi atau objek kredit tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga

dapat diwujudkan barang atau jasa. Namun, karena kehidupan sekarang ini didasarkan pada uang maka yang sering dijumpai dalam transaksi kredit adalah uang.

Kasmir (2008: 91) juga menyebutkan prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C of Credit, yaitu Character (watak), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Collateral (Agunan), dan Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Selanjutnya untuk unsur penilaian menggunakan 5 C of Credit unsur penilaiannya sebagai berikut : a. Character, suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari

orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik dari pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup, keadaan keluarga dsbnya.

b. Capacity, untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. c. Capital untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat

laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

d. Colleteral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik

Selain menerapkan analisis menggunakan 5 C of Credit, Kasmir (2008: 112) juga mengemukakan unsur-unsur kredit dalam analisis 7P of Credit dengan unsur penilaian sebagai berikut :

a. Personality yakni mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

b. Party yakni mengklasifikasikan nasabah dalam golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya dan ini mendapat fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Purpose yakni menilai usaha tujuan nasabah dalam mengambil kredit sesuai dengan kebutuhan.

d. Prospect yakni menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, karena tanpa mempunyai prospek, bukan saja bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

e. Payment yakni cara pembayaran dari mana sumber dana untuk pengemabalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan

debitur ini semakin baik karena jika salah satu rugi dapat ditutupi dengan usaha yang lain.

f. Profitability yakni menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba yang diukur dalam periode ke periode apakah sama atau meningkat dengan adanya tambahan kredit yang diperoleh. g. Protection yakni untuk mendapatkan jaminan perlindungan

sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman, ini berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.

Selain unsur-unsur kredit diatas, bank juga memberlakukan unsur-unsur kredit melalui (dalam buku pedoman Kebijakan Banker Assosiation for Risk Management) :

a. Analisis Kredit Secara Generik

Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum bank memberikan kredit antara lain :

1) Tujuan kredit dan sumber pembiayaan. Bank harus memastikan kredit akan digunakan untuk tujuan yang dapat diterima sesuai dengan kebijakan kredit bank. Tujuan kredit penting dianalisa agar kredit yang diberikan tidak digunakan untuk maksud lain yang tidak disetujui oleh bank.

2) Profil risiko terkini dari debitur, kinerja historis, industri dimana calon debitur menjalankan usaha. Profil risiko harus sesuai kebijakan bank yang menetapkan profil risiko tertentu yang dapat diterima bank.

3) Kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi atau usaha debitur serta posisi debitur dalam industri.

4) Analisis pemasaran hasil produksi dan aspek teknis sebagai dasar menentukan asumsi proyeksi keuangan yang rasional. 5) Analisis keuangan termasuk analisis rasio dan analisis

kemampuan untuk membayar kembali berdasarkan gambaran arus kas.

6) Aspek legal dan agunan untuk menentukan persyaratan kredit misalnya untuk membatasi perubahan risiko debitur dimasa yang akan datang.

b. Analisis Kinerja Keuangan Historis

Analisis kinerja keuangan historis dapat dilakukan dengan analisis keuangan berdasarkan beberapa teknik berikut ini :

1) Analisis Rasio Keuangan

1) Rasio likuiditas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2) Rasio leverage, adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan menggunakan utang sebagai sumber modal (dana pihak luar).

3) Rasio aktivitas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.

4) Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba.

2) Analisis Vertikal

Analisis ini juga dikenal dengan istilah Common Size Analysis yaitu analisis laporan keuangan dalam satu periode tertentu dengan cara membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan prosentase dimana salah satu pos ditetapkan sebagai patokan 100%. Pada neraca, analisis vertikal sering dikaitkan sebagai prosentase dari total asset. Pada rugi-laba, komponen laba dan biaya dibandingkan dengan nilai penjualan.

3) Analisis Horizontal

Analisis horizontal dilakukan dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan dan trend dari waktu ke waktu. Selain itu, analisis horizontal juga dapat digunakan untuk melihat trend perkembangan masing-masing pos selama jangka waktu tertentu.

4) Interpretasi Analisis Kinerja Keuangan Historis

Analisis keuangan harus dapat menyimpulkan kondisi keuangan historis calon debitur. Analisis keuangan juga digunakan untuk menilai bagaimana calon debitur

merencanakan untuk mengatasi berbagai rasio keuangan yang menunjukkan angka kurang baik.

c. Kebutuhan Biaya Proyek 1) Kebutuhan Investasi

Kebutuhan investasi meliputi analisis kebutuhan tanah, bangunan, mesin produksi, peralatan penunjang, kendaraan, dan biaya pra-operasional yang diperlukan agar perusahaan dapat melakukan produksi sesuai rencana. Untuk beberapa proyek yang memerlukan pembangunan jangka panjang perlu diperhitungkan juga bunga masa konstruksi yang dikapitalisir menjadi bagian dari investasi. Dalam analisis kebutuhan investasi analisis harus memastikan bahwa investasi tersebut memang dibutuhkan untuk melakukan produksi, dan biaya investasi diteliti agar tidak terjadi penggelembungan harga. 2) Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja dibutuhkan untuk membiayai persediaan bahan baku dan bahan pembantu, piutang pada pelanggan, atau pengeluaran yang habis dalam satu siklus usaha. Metode perhitungan kebutuhan dana suatu bisnis sebenarnya merupakan perhitungan untuk mengidentifikasi financial gap (kesenjangan keuangan) yaitu selisih antara kebutuhan dana dengan sumber pembiayaan.

d. Analisis Pemasaran

Analisis pemasaran bertujuan untuk menyimpulkan berapa kemampuan perusahaan untuk memperoleh pangsa pasar, volume penjualan, serta harga jual dengan mempertimbangkan struktur industri dimana perusahaan berada dan kondisi persaingan. Analisis Porter digunakan untuk menilai daya saing perusahaan, dengan melihat bagaimana kondisi barrier to entry, adanya produk pengganti (substitute product), atau posisi tawar dari pembeli produk perusahaan dan penjual dari bahan baku, serta peta persaingan pada industri dimana perusahaan berada.

Usaha debitur dari sisi barrier to entry baik apabila pesaing tidak mudah masuk pada industri yang sama. Usaha debitur akan semakin baik apabila tidak ada atau sulit mencari produk pengganti yang dapat menggantikan fungsinya. Usaha debitur akan semakin aman apabila bahan baku yang diperlukan cukup banyak pihak yang menyediakan, dan hasil produksi dapat diserap oleh pasar secara luas, tidak ada pihak yang dapat menguasai atau mendikte harga beli bahan baku maupun harga jual produk jadi. Usaha debitur akan semakin aman apabila peta persaingan industri yang dipilih debitur tidak terlalu ketat dan pesaing tidak terlalu banyak. Pada akhir analisis pemasaran, analisis harus menyimpulkan berapa volume penjualan dan dengan harga berapa sebagai dasar

untuk menentukan asumsi yang akan digunakan pada analisis keuangan.

e. Analisis Teknis Produksi

Analisis teknik produksi bertujuan untuk menyimpulkan berapa kemampuan perusahaan untuk melakukan produksi, biaya produksi baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung dengan mempertimbangkan unsur bahan baku, bahan pembantu, biaya umum, serta biaya tenaga kerja langsung. Usaha debitur akan semakin baik apabila proses produksi lebih efisien dibandingkan dengan biaya operasional dan biaya umum yang lebih rendah. Pada akhir analisis teknik produksi, analisis harus menyimpulkan berapa volume produksi dan berapa biayanya sebagai dasar menentukan asumsi yang akan digunakan pada analisis keuangan.

f. Aspek Keuangan

Sumber informasi keuangan yang diperoleh untuk melakukan analisis keuangan adalah hasil dari analisis kebutuhan investasi dan modal kerja, hasil dari analisis pemasaran dan analisis teknis produksi. Dari biaya investasi dan modal kerja kebijakan bank mengatur berapa bagian pembiayaan harus dibiayai oleh debitur sendiri dari modal, dan berapa bagian dibiayai dari kredit bank.

Semakin besar porsi kredit, untuk bank semakin risiko lebih tinggi. Seluruh biaya investasi dan modal kerja merupakan pengeluaran awal yang direncanakan menghasilkan arus kas pada

tahun berikutnya. Analisis keuangan akan melihat apakah rencana penghasilan arus kas cukup untuk menutup biaya investasi dan modal kerja yang harus dikeluarkan.

g. Aspek Yuridis dan Agunan

Hubungan kredit dengan debitur dapat menimbulkan permasalahan apabila faktor legal lemah. Aspek hukum menilai masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang akan mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan meneliti keabsahan dan kesempurnaan akta pendirian perusahaan serta dokumen penting lainnya. Hal ini dilakukan agar pihak bank tidak berhubungan dengan perusahaan yang rentan terhadap masalah hukum dikemudian hari.

Agunan atau jaminan yang diberikan debitur beraneka ragam sesuai dengan jenis kredit yang diminta. Jaminan kebendaan dapat dikelompokkan menjadi :

1) Jaminan yang sifatnya materiil atau berwujud, misalnya :

(a) Jaminan barang-barang bergerak atau gadai yaitu hak Kreditur atas barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh yang berhak untuk mengambil pelunasan suatu utang dari hasil penjualan barang tersebut. Contoh : logam mulia, perhiasan dan lain-lain.

(b) Jaminan barang yang tidak bergerak atau yang sekarang dikenal dengan hak tanggungan. Contoh yang dapat

dijadikan obyek hak tanggungan adalah tanah hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha.

(c) Fiducia atau yang dikenal dengan FEO (Fiducia Eigendom Overdracht) yaitu suatu bentuk ikatan jaminan dimana benda bergerak diserahkan kembali penguasaannya kepada penerima kredit dengan kepercayaan untuk digunakan meneruskan usahanya. Contoh: stok barang dagangan, inventaris kantor.

2) Jaminan yang sifatnya immaterial atau tidak berwujud contohnya hak tagih, hak cipta, asuransi dan lain-lain.

h. Aspek AMDAL

AMDAL atau analisis dampak lingkungan merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara serta kesehatan manusia apabila proyek tersebut dijalankan. AMDAL mengkaji mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan di Indonesia. AMDAL dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

i. Customer Profitability Analysis (CPA)

CPA merupakan analisis komprehensif hubungan nasabah dengan bank yang meliputi transaksi kredit, dana, fee based dan

hubungan basis lainnya. Manfaat dari Customer Profitability Analysis (CPA) bagi bank adalah :

1) Sebagai dasar pengukuran profitability dari nasabah suatu bank atas berbagai kerjasama dengan pihak bank.

2) Sebagai dasar dalam menentukan harga atas berbagai servis yang diberikan oleh bank termasuk loan pricing. Ini berarti bank dapat memberikan bunga kredit yang lebih rendah apabila nasabah memberikan bisnis lain yang memberikan keuntungan bagi bank.

3) Sebagai alat analisis untuk pengembangan produk dan jasa perbankan.

4) Sebagai alat analisis dalam menghadapi persaingan pasar untuk menentukan target market atau nasabah yang potensial.

Dokumen terkait