• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Bank 1. Pengertian Bank - SHODIQ TRI YULIADI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Bank 1. Pengertian Bank - SHODIQ TRI YULIADI BAB II"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Bank

1. Pengertian Bank

Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank mempunyai fungsi yang sangat mendukung terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Secara terminologi istilah “bank” berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat duduk yang biasa digunakan oleh para bankir Italy dihalaman pasar pada saat memberikan pinjaman-pinjaman (Munir Fuady, 1999: 13).

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 mengenai perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 mengenai pengertian perbankan adalah sebagai berikut: “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.

(2)

Menurut G.M. Veryn Stuart (Melayu Hasibuan, 2001: 2) bank diartikan sebagai suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang-uang giral.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan berbentuk badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang kemudian simpanan tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit.

2. Asas-asas Hukum Perbankan

Dalam melaksanakan kemitraannya antara bank dan nasabah perlu dilandasi beberapa asas hukum supaya tercipta suatu kemitraan yang baik. Beberapa asas hukum tersebut antara lain :

a. Asas ekonomi demokrasi, asas ekonomi demokrasi secara tegas terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam penjelasan Pasal 2 menyatakan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.

(3)

wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. c. Asas kerahasiaan, terdapat dalam pasal 1 ayat (28) Undang-undang

Perbankan Nomor 10 tahun 1998 bahwa yang dimaksudkan dengan rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Hal ini berarti bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman bank wajib dirahasiakan.

d. Asas kehati-hatian, terdapat dalam pasal 29 ayat (2) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 bahwa bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercaya. Salah satu upaya dalam menerapkan asas kehati-hatian pada bank digunakan suatu prinsip yaitu penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principles), yaitu suatu prinsip yang diterapkan untuk mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah (Muhammad Djumhana, 2012: 328).

3. Fungsi dan Tujuan Bank

(4)

finansial intermediasi atau lembaga perantara keuangan serta mempunyai fungsi tambahan memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dinyatakan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat.

Dalam Pasal 4 Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 diatur tentang tujuan Perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Selanjutnya menurut Iswardono (Muhammad Djumhana, 2012: 107), Bank mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Mengumpulkan dana yang sementara menganggur untuk dipinjamkan kepada pihak lain atau membeli surat-surat berharga (Financial Investment).

b. Mempermudah di dalam lalu lintas pembayaran uang.

c. Menjamin keuangan masyarakat yang sementara tidak digunakan. d. Menciptakan Kredit (Credit Money deposit) yaitu dengan cara

(5)

4. Sumber Dana Perbankan

Menurut Kasmir (2008: 46) bank dalam memperoleh sumber dana berasal dari :

a. Dana yang bersumber dari Bank itu sendiri, sumber dana ini merupakan dana dari modal sendiri, maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya.

b. Dana yang berasal dari masyarakat luas, sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito.

c. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya, merupakan sumber dana bank jika kesulitan dalam pencarian sumber dana yang diperoleh dari Bank itu sendiri maupun dari masyarakat luas. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dari :

1) Bantuan Likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.

2) Pinjaman antar bank (call money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring.

3) Pinjaman dari bank-bank luar negeri.

(6)

diperjual belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan.

5. Jenis-jenis Bank

Menurut Pasal 1 ayat (3) dan (4) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, ada dua jenis bank yaitu :

a. Bank Umum

Pengertian Bank Umum menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 diartikan sebagai bank yang dapat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

Pengertian Bank Perkreditan Rakyat menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 diartikan sebagai bank yang dapat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut Lukman Dendawijaya (2001: 26) Bank menurut fungsinya dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

a. Bank Sentral, yaitu Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. b. Bank Umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu

(7)

c. Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang dapat menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

d. Bank Umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Maksud dari mengkhususkan kegiatan tertentu antara lain: melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/usaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan pembangunan perumahan.

Jenis Bank dapat juga dilihat dari segi kepemilikannya. Kepemilikan dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan. Menurut Lukman Dendawijaya (2001: 29) Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut : a. Bank Umum Milik Pemerintah (BUMN)

(8)

masing-masing Propinsi, seperti BPD Jawa Tengah (Bank Jateng), BPD DKI Jakarta, BPD Nusa Tenggara Barat, dan BPD lainnya. b. Bank Milik Swasta Nasional

Merupakan Bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. Contoh Bank Milik Swasta Nasional adalah Bank Central Asia, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon, Bank Haga, dan lain-lain.

c. Bank Milik Asing

Bank Milik Asing merupakan cabang dari Bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contoh Bank Milik Asing antara lain ABN AMRO Bank, City Bank, Standard Chartered Bank, dan lain-lain.

d. Bank Milik Campuran

Bank Milik Campuran merupakan Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Umumnya kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh Bank Campuran adalah ANZ Panin Bank, Sumitomo Niaga Bank, ING Indonesia Bank, dan lain-lain.

(9)

menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Jenis bank dilihat dari status dibagi ke dalam dua macam (Lukman Dendawijaya, 2001: 32) yaitu :

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran Letter Of Credit (L/C), dan transaksi luar negeri lainnya.

b. Bank Non Devisa

Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank Devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

6. Kegiatan Usaha Bank

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan serta ketentuan perubahannya, disebutkan usaha bank umum meliputi :

(10)

b. Memberikan kredit.

c. Menerbitkan Surat Pengakuan Hutang.

d. Membeli, Menjual atau menjamin resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

e. Memindahkan uang bank untuk kepentingan sendiri maupun nasabah.

f. Menempatkan dana pada atau meminjamkan dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan lain berdasarkan

suatu kontrak.

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut dicairkan secepatnya.

(11)

perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri (tagihan anjak piutang), usaha dalam hal uang elektronik atau e-money (kartu kredit), dan sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang (kegiatan wali amanat).

m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang Perbankan.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana tersebut di atas, berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 bank umum dapat pula:

a. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(12)

penyertaannnya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/35/KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat tanggal 12 Mei 1999 Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

B. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian

(13)

“Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa dimana seorang atau pihak lain atau dimana dua orang atau pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal”.

Perjanjian itu bentuknya berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis (Subekti, 2005: 1). Hal ini berarti apabila satu orang atau lebih saling mengikatkan diri terhadap apa yang diucapkan atau ditulis berarti orang tersebut sudah dapat dikatakan melakukan suatu perjanjian.

2. Asas-asas Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang menciptakan dasar dan kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan Asas penting yang terdapat dalam perjanjian, menurut Mariam Darus Badrulzaman (1983: 108) yaitu :

a. Asas Kebebasan Berkontrak (Partif Otonomi)

(14)

kebebasan berkontrak dan asas kekuatan mengikat yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu :

“semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

Kata semua mengandung arti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun tidak dikenal oleh undang-undang. Asas kebebasan berkontrak erat kaitannya dengan isi perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan “dengan siapa” perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang dibuat sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata mempunyai kekuatan mengikat.

b. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme terdapat dalam Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata. Dalam Pasal 1320 KUHPerdata penyebutnya tegas sedangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata ditemukan dalam istilah ”semua”. Kata-kata semua menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan keinginannya (will), yang dirasanya baik untuk menciptakan perjanjian. Asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian. c. Asas Kekuatan Mengikat

(15)

dan kepatutan moral. Asas kekuatan mengikat ini terdapat di dalam Pasal 1338 KUHPerdata.

d. Asas Itikad Baik

Asas itikad baik Dibedakan dalam pengertian subyektif dan obyektif. Pengerian Subyektif adalah kejujuran dari pihak terkait dalam melaksanakan perjanjian, sedangkan pengertian obyektif bahwa perjanjian tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sebagaimana tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata.

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Pasal 1320 KUHPerdata menetapkan empat syarat untuk sahnya suatu perjanjian. Berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata tersebut, maka syarat sahnya perjanjian penanggungan dalam perjanjian kredit adalah :

a. Adanya kesepakatan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan, yaitu Bank sebagai pihak yang pemberi kredit dengan nasabah sebagai penerima kredit.

(16)

c. Adanya suatu hal tertentu bahwa objek perjanjian jelas, yaitu tentang pinjaman modal kerja atau kredit uang.

d. Adanya suatu sebab yang halal. Maksudnya, tujuan tersebut tidak merugikan salah satu pihak bahkan saling menguntungkan.

Empat syarat dalam perjanjian tersebut harus ada dan tidak ada unsur-unsur lain yang dapat merugikan salah satu pihak. Dari keempat syarat tersebut, nampak bahwa syarat pertama dan kedua merupakan syarat subyektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat merupakan syarat obyektif. Apabila syarat obyektif tidak terpenuhi maka perjanjian itu batal. Pihak yang dapat meminta pembatalannya adalah pihak yang memberikan sepakatnya tidak bebas atau pihak yang tidak cakap. Menurut Pasal 1454 KUHPerdata, bahaya pembatalan mengancam selama 5 tahun. Bahaya pembatalan yang mengancam itu dapat dihilangkan dengan penguatan (affirmation). Penguatan ini dapat terjadi secara tegas atau diam-diam misalnya orang tua, wali, atau pengampun menyatakan dengan tegas mengakui atau akan mentaati perjanjian yang telah diadakan oleh anak yang belum dewasa atau orang yang berada dibawah pengampunan (Mariam Badrussalam, 1981: 26).

(17)

pada akhirnya melahirkan perjanjian yang dapat merugikan salah satu pihak (Ronny Sautma Hotma Bako, 1995: 18).

Pasal 1314 ayat (1) KUHPerdata menyebutkan bahwa suatu perjanjian dibuat dengan cara cuma-cuma atau atas beban. Selanjutnya menurut ayat (2), perjanjian dengan cuma-cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan keuntungan kepada pihak yang lain, menurut ayat (3), suatu perjanjian atas beban adalah suatu perjanjian yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu (Solahuddin, 2007: 331).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan perjanjian penanggungan dalam perjanjian kredit adalah hubungan timbal-balik akibat perjanjian, yaitu suatu hubungan dengan ketentuan masing-masing pihak memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan.

4. Hapusnya perjanjian

(18)

menurut yang sepatutnya, serasi, dan layak sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian yang mereka sepakati.

Menurut Subekti (2005: 68) setiap pihak yang membuat perjanjian pastilah menginginkan pelaksanaan isi perjanjian dengan sempurna dan secara sukarela. Namun adakalanya salah satu pihak dalam perjanjian mengingkari secara sukarela terhadap isi dari perjanjian yang telah disepakati. Suatu perjanjian dapat berakhir apabila :

a. Berakhir dengan sendirinya, apabila jangka waktu perjanjian ini habis.

b. Berakhir sebelum jangka waktu berakhir, apabila :

a) Masing-masing pihak telah memenuhi segala hak dan kewajiban masing-masing sebelum jangka waktu perjanjian berakhir.

b) Salah satu pihak melanggar ketentuan dalam pasal ini dan/atau menyebabkan kerugian terhadap pihak lain tanpa alas an yang sah. Pihak yang dirugikan berhak untuk memutuskan perjanjian secara sepihak.

(19)

d) Lewat waktu (daluwarsa). Lewat waktu atau daluwarsa menurut Pasal 1946 KUHPerdata adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan. Lewat waktu untuk memperoleh hak milik atas suatu barang dinamakan daluwarsa acquisitive, sedangkan daluwarsa untuk dibebaskan dari perikatan disebut daluwarsa extinctif. Sedangkan menurut R. Setiawan (1987: 107) berakhirnya suatu perjanjian dapat disebabkan karena :

a. Ditentukan oleh para pihak yang bersangkutan dalam perjanjian. b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian. c. Karena adanya suatu peristiwa tertentu, misalnya salah satu pihak

meninggal dunia. d. Karena putusan hakim.

e. Karena tujuan perjanjian telah tercapai. f. Dengan persetujuan para pihak.

(20)

C. Tinjauan Umum Mengenai Kredit 1. Pengertian Kredit

Kredit berasal dari kata “credere” yang dalam bahasa latin artinya percaya (Muhammad Djumhana, 2012: 420). Hal ini memperjelas bahwa kepercayaan merupakan unsur utama sehingga hubungan kredit akan terjadi apabila antara kreditur mempercayai kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian yang telah dibuat.

Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tidak mengatur secara khusus tentang perjanjian kredit. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 ayat (12), disebutkan bahwa kredit yaitu :

”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”

Selanjutnya undang tersebut diubah dengan Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat (11) disebutkan pengertian kredit yaitu :

(21)

Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama (Kasmir, 2008: 73). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian kredit adalah :

a. Perjanjian kredit sesuai dengan tujuan penggunaan kredit.

b. Pada perjanjian kredit telah ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman itu disertai pembayaran bunga sesuai yang diperjanjikan atau pembagian hasil.

Sebagai penjagaan apabila debitur tidak membayar kewajiban bank pada umumnya mensyaratkan penyerahan agunan yang harus diikat sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

2. Unsur-unsur Kredit

Menurut Drs. Soeyatno (Muhammad Djumhana, 2012: 421) unsur-unsur dalam perkreditan dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Kepercayaan

(22)

jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Prestasi merupakan kewajiban dan tanggungan yang harus dilaksanakan oleh debitur dalam setiap perikatan.

b. Tenggang waktu

Tenggang waktu merupakan suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Didalam unsur ini, uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk

Degree of risk merupakan tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit yang diberikan, semakin tinggi pula tingkat risikonya karena sejauh-jauh manusia untuk menerobos hari depan itu maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya risiko. Dengan adanya unsur risiko ini maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi

(23)

dapat diwujudkan barang atau jasa. Namun, karena kehidupan sekarang ini didasarkan pada uang maka yang sering dijumpai dalam transaksi kredit adalah uang.

Kasmir (2008: 91) juga menyebutkan prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C of Credit, yaitu Character (watak), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Collateral (Agunan), dan Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Selanjutnya untuk unsur penilaian menggunakan 5 C of Credit unsur penilaiannya sebagai berikut : a. Character, suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari

orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik dari pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti gaya hidup, keadaan keluarga dsbnya.

b. Capacity, untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. c. Capital untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat

(24)

d. Colleteral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

e. Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik

Selain menerapkan analisis menggunakan 5 C of Credit, Kasmir (2008: 112) juga mengemukakan unsur-unsur kredit dalam analisis 7P of Credit dengan unsur penilaian sebagai berikut :

a. Personality yakni mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

b. Party yakni mengklasifikasikan nasabah dalam golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya dan ini mendapat fasilitas yang berbeda dari bank.

c. Purpose yakni menilai usaha tujuan nasabah dalam mengambil kredit sesuai dengan kebutuhan.

d. Prospect yakni menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, karena tanpa mempunyai prospek, bukan saja bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

(25)

debitur ini semakin baik karena jika salah satu rugi dapat ditutupi dengan usaha yang lain.

f. Profitability yakni menganalisis kemampuan nasabah dalam mencari laba yang diukur dalam periode ke periode apakah sama atau meningkat dengan adanya tambahan kredit yang diperoleh. g. Protection yakni untuk mendapatkan jaminan perlindungan

sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman, ini berupa jaminan barang atau jaminan asuransi.

Selain unsur-unsur kredit diatas, bank juga memberlakukan unsur-unsur kredit melalui (dalam buku pedoman Kebijakan Banker Assosiation for Risk Management) :

a. Analisis Kredit Secara Generik

Faktor yang harus dipertimbangkan sebelum bank memberikan kredit antara lain :

1) Tujuan kredit dan sumber pembiayaan. Bank harus memastikan kredit akan digunakan untuk tujuan yang dapat diterima sesuai dengan kebijakan kredit bank. Tujuan kredit penting dianalisa agar kredit yang diberikan tidak digunakan untuk maksud lain yang tidak disetujui oleh bank.

(26)

3) Kemampuan bisnis debitur dan kondisi sektor ekonomi atau usaha debitur serta posisi debitur dalam industri.

4) Analisis pemasaran hasil produksi dan aspek teknis sebagai dasar menentukan asumsi proyeksi keuangan yang rasional. 5) Analisis keuangan termasuk analisis rasio dan analisis

kemampuan untuk membayar kembali berdasarkan gambaran arus kas.

6) Aspek legal dan agunan untuk menentukan persyaratan kredit misalnya untuk membatasi perubahan risiko debitur dimasa yang akan datang.

b. Analisis Kinerja Keuangan Historis

Analisis kinerja keuangan historis dapat dilakukan dengan analisis keuangan berdasarkan beberapa teknik berikut ini :

1) Analisis Rasio Keuangan

1) Rasio likuiditas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2) Rasio leverage, adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan menggunakan utang sebagai sumber modal (dana pihak luar).

(27)

4) Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba.

2) Analisis Vertikal

Analisis ini juga dikenal dengan istilah Common Size Analysis yaitu analisis laporan keuangan dalam satu periode tertentu dengan cara membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain. Perbandingan tersebut dilakukan dengan menggunakan prosentase dimana salah satu pos ditetapkan sebagai patokan 100%. Pada neraca, analisis vertikal sering dikaitkan sebagai prosentase dari total asset. Pada rugi-laba, komponen laba dan biaya dibandingkan dengan nilai penjualan.

3) Analisis Horizontal

Analisis horizontal dilakukan dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan dan trend dari waktu ke waktu. Selain itu, analisis horizontal juga dapat digunakan untuk melihat trend perkembangan masing-masing pos selama jangka waktu tertentu.

4) Interpretasi Analisis Kinerja Keuangan Historis

(28)

merencanakan untuk mengatasi berbagai rasio keuangan yang menunjukkan angka kurang baik.

c. Kebutuhan Biaya Proyek 1) Kebutuhan Investasi

Kebutuhan investasi meliputi analisis kebutuhan tanah, bangunan, mesin produksi, peralatan penunjang, kendaraan, dan biaya pra-operasional yang diperlukan agar perusahaan dapat melakukan produksi sesuai rencana. Untuk beberapa proyek yang memerlukan pembangunan jangka panjang perlu diperhitungkan juga bunga masa konstruksi yang dikapitalisir menjadi bagian dari investasi. Dalam analisis kebutuhan investasi analisis harus memastikan bahwa investasi tersebut memang dibutuhkan untuk melakukan produksi, dan biaya investasi diteliti agar tidak terjadi penggelembungan harga. 2) Kebutuhan Modal Kerja

(29)

d. Analisis Pemasaran

Analisis pemasaran bertujuan untuk menyimpulkan berapa kemampuan perusahaan untuk memperoleh pangsa pasar, volume penjualan, serta harga jual dengan mempertimbangkan struktur industri dimana perusahaan berada dan kondisi persaingan. Analisis Porter digunakan untuk menilai daya saing perusahaan, dengan melihat bagaimana kondisi barrier to entry, adanya produk pengganti (substitute product), atau posisi tawar dari pembeli produk perusahaan dan penjual dari bahan baku, serta peta persaingan pada industri dimana perusahaan berada.

(30)

untuk menentukan asumsi yang akan digunakan pada analisis keuangan.

e. Analisis Teknis Produksi

Analisis teknik produksi bertujuan untuk menyimpulkan berapa kemampuan perusahaan untuk melakukan produksi, biaya produksi baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung dengan mempertimbangkan unsur bahan baku, bahan pembantu, biaya umum, serta biaya tenaga kerja langsung. Usaha debitur akan semakin baik apabila proses produksi lebih efisien dibandingkan dengan biaya operasional dan biaya umum yang lebih rendah. Pada akhir analisis teknik produksi, analisis harus menyimpulkan berapa volume produksi dan berapa biayanya sebagai dasar menentukan asumsi yang akan digunakan pada analisis keuangan.

f. Aspek Keuangan

Sumber informasi keuangan yang diperoleh untuk melakukan analisis keuangan adalah hasil dari analisis kebutuhan investasi dan modal kerja, hasil dari analisis pemasaran dan analisis teknis produksi. Dari biaya investasi dan modal kerja kebijakan bank mengatur berapa bagian pembiayaan harus dibiayai oleh debitur sendiri dari modal, dan berapa bagian dibiayai dari kredit bank.

(31)

tahun berikutnya. Analisis keuangan akan melihat apakah rencana penghasilan arus kas cukup untuk menutup biaya investasi dan modal kerja yang harus dikeluarkan.

g. Aspek Yuridis dan Agunan

Hubungan kredit dengan debitur dapat menimbulkan permasalahan apabila faktor legal lemah. Aspek hukum menilai masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang akan mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan meneliti keabsahan dan kesempurnaan akta pendirian perusahaan serta dokumen penting lainnya. Hal ini dilakukan agar pihak bank tidak berhubungan dengan perusahaan yang rentan terhadap masalah hukum dikemudian hari.

Agunan atau jaminan yang diberikan debitur beraneka ragam sesuai dengan jenis kredit yang diminta. Jaminan kebendaan dapat dikelompokkan menjadi :

1) Jaminan yang sifatnya materiil atau berwujud, misalnya :

(a) Jaminan barang-barang bergerak atau gadai yaitu hak Kreditur atas barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh yang berhak untuk mengambil pelunasan suatu utang dari hasil penjualan barang tersebut. Contoh : logam mulia, perhiasan dan lain-lain.

(32)

dijadikan obyek hak tanggungan adalah tanah hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha.

(c) Fiducia atau yang dikenal dengan FEO (Fiducia Eigendom Overdracht) yaitu suatu bentuk ikatan jaminan dimana benda bergerak diserahkan kembali penguasaannya kepada penerima kredit dengan kepercayaan untuk digunakan meneruskan usahanya. Contoh: stok barang dagangan, inventaris kantor.

2) Jaminan yang sifatnya immaterial atau tidak berwujud contohnya hak tagih, hak cipta, asuransi dan lain-lain.

h. Aspek AMDAL

AMDAL atau analisis dampak lingkungan merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara serta kesehatan manusia apabila proyek tersebut dijalankan. AMDAL mengkaji mengenai dampak besar dan penting suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan di Indonesia. AMDAL dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

i. Customer Profitability Analysis (CPA)

(33)

hubungan basis lainnya. Manfaat dari Customer Profitability Analysis (CPA) bagi bank adalah :

1) Sebagai dasar pengukuran profitability dari nasabah suatu bank atas berbagai kerjasama dengan pihak bank.

2) Sebagai dasar dalam menentukan harga atas berbagai servis yang diberikan oleh bank termasuk loan pricing. Ini berarti bank dapat memberikan bunga kredit yang lebih rendah apabila nasabah memberikan bisnis lain yang memberikan keuntungan bagi bank.

3) Sebagai alat analisis untuk pengembangan produk dan jasa perbankan.

4) Sebagai alat analisis dalam menghadapi persaingan pasar untuk menentukan target market atau nasabah yang potensial.

3. Fungsi dan Tujuan Kredit

Menurut Drs. Soeyatno (Muhammad Djumhana, 2012: 423) fungsi kredit bagi bidang perekonomian dan perdagangan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal dan uang. b. Kredit dapat menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. c. Kredit sebagai stabilisasi ekonomi.

(34)

Menurut Adiwarman (Muhammad Djumhana, 2012: 423), Tujuan Kredit dapat dilihat dari sudut pemberi kredit dan penerima kredit, yaitu :

a. Pemberi Kredit

(35)

b. Penerima Kredit

Tujuan kredit ialah untuk mendapatkan bantuan prestasi (uang, barang, jasa) dengan kewajiban menggantinya pada waktu sesudahnya, ditambah beberapa syarat lain. Bantuan yang diperoleh debitur dapat berupa barang ataupun jasa pengembalian atas penggantinya, dapat berupa barang ataupun jasa pengembalian atas penggantinya, dapat pula ketiga-tiganya. Dengan nilai pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan nilai benda yang diterima semula karena benda tersebut telah mengalami perjalanan waktu yang perlu diberi harga.

4. Jaminan Kredit

Ketentuan mengenai jaminan kredit bank diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata. Menurut Pasal 1131 KUHPerdata jaminan adalah segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada, menjadi jaminan untuk perikatan perorangan debitur itu. Sedangkan menurut Pasal 1132 KUHPerdata, barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya. Hasil penjualan barang-barang itu dibagi menurut perbandingan piutang masing-masing kecuali bila di antara para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.

(36)

berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Jaminan pemberian kredit menurut Penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari nasabah debitur.

Selanjutnya mengenai agunan diatur dalam pasal 1 ayat (23) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi :

“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah”.

(37)

Menurut J. Satrio (2007: 3) hukum jaminan diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur. Selanjutnya J Satrio (2007: 16) mengelompokkan jaminan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Jaminan umum

Jaminan umum adalah jaminan yang lahir karena undang-undang. Perwujudan dari jaminan yang lahir dari undang-undang ini adalah pasal 1131 KUHPerdata yang menentukan bahwa semua harta kekayaan debitur baik benda bergerak atau benda tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang masih akan ada menjadi jaminan atas seluruh hutangnya. Hal ini berarti semua harta benda debitur tersebut secara otomatis menjadi jaminan atas hutangnya, meskipun kreditur tidak meminta kepada debitur untuk menyediakan jaminan harta debitur. Perjanjian yang lahir karena ditentukan undang-undang ini akan menimbulkan jaminan umum artinya semua harta benda debitur menjadi jaminan bagi seluruh utang debitur dan berlaku untuk semua kreditur. Para Kreditur mempunyai kedudukan konkuren yang secara bersama-sama memperoleh jaminan umum yang diberikan oleh Undang-undang (1131 dan 1132 KUHPerdata).

b. Jaminan khusus

(38)

yang bersifat kebendaan atau jaminan perorangan. Agar kreditur memiliki hak yang utama atau istimewa (preference) atas benda jaminan yang secara khusus disediakan oleh debitur maka jaminan tersebut harus diikat secara khusus. Dikatakan demikian karena dalam perjanjian khusus, perikatannya diikat secara khusus dan krediturnya khusus yaitu kreditur yang diutamakan. Jaminan khusus dapat dikelompokkan lagi menjadi (J. Satrio, 2007: 17) : 1) Jaminan Kebendaan

Jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya di tangan siapapun benda itu berada (droit de suite) dan dapat dialihkan. Jaminan kebendaan juga mempunyai sifat prioriteit artinya siapa yang memegang jaminan atas jaminan kebendaan lebih dahulu maka akan didahulukan pelunasan hutangnya dibanding memegang jaminan hak kebendaan kemudian. Jaminan kebendaaan dapat dikelompokkan menjadi :

(a) Jaminan yang sifatnya materiil atau berwujud yang terdiri dari :

(39)

pelunasan suatu utang dari hasil penjualan barang tersebut. Contoh: logam mulia, perhiasan dan lain-lain. (2) Jaminan barang yang tidak bergerak, biasanya lebih

dikenal sebagi hipotik atau creditverband atau yang sekarang dikenal dengan Hak Tanggungan. Jaminan yang dapat dijadikan obyek Hak Tanggungan adalah tanah Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha.

(3) Fiducia atau yang dikenal dengan FEO (Fiducia Eigendom Overdracht) yaitu suatu bentuk ikatan jaminan dimana benda bergerak diserahkan kembali penguasaannya kepada penerima kredit dengan kepercayaan untuk digunakan meneruskan usahanya. Contoh: stok barang dagangan, inventaris kantor.

(b) Jaminan yang sifatnya immateriil atau tidak berwujud seperti hak tagih, hak cipta, asuransi dan lain-lain.

(c) Jaminan Penanggungan Utang (Borgotcht)

(40)

Menurut Drs. Soeyatno (Muhammad Djumhana, 2012: 457) Jaminan kredit yang diatur secara khusus dalam praktik dunia perbankan terdiri dari :

a. Jaminan pokok, merupakan jaminan yang terdiri dari barang-barang bergerak maupun tidak bergerak dan tagihan yang langsung berhubungan dengan aktivitas usahanya yang dibiayai kredit. b. Jaminan tambahan, pasal 1 ayat (23) Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 menjelaskan bahwa agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Jaminan tambahan dapat berupa :

1) Jaminan pribadi atau jaminan perusahaan yang dibuat secara notariil serta jaminan bank.

2) Barang-barang tidak bergerak dan barang-barang bergerak yang tidak dijaminkan sebagai jaminan pokok pada umumnya berupa sertifikat dari Kantor Pertanahan, BPKB, dan surat-surat bukti kepemilikan lainnya.

(41)

“Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah.”

Dari pengertian jaminan kredit tersebut dapat disimpulkan bahwa jaminan kredit secara umum adalah suatu benda yang dijadikan tanggungan bagi sebuah perjanjian hutang piutang antara kreditur dan debitur.

5. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur kredit mencakup tentang ketentuan, syarat-syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan sejak diajukan permohonan nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh bank. Langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan yang harus ditangani oleh bank menurut Thomas Suyatno (2003: 69) yaitu :

a. Permohonan Kredit

Pengertian mengenai permohonan fasilitas kredit dapat didefinisikan sebagai berikut :

1) Permohonan baru untuk mendapatkan suatu jenis fasilitas kredit.

2) Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan. 3) Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang

(42)

4) Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan atau pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

Dalam permohonan kredit, nasabah diwajibkan melampirkan berkas-berkas yang terdiri atas :

1) Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah.

2) Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan lengkap diisi oleh nasabah.

3) Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit

Permohonan kredit dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit sedang dalam proses, maka berkas-berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.

b. Penyidikan Dan Analisis Kredit

Penyidikan (Investigasi) kredit merupakan langkah-langkah yang meliputi :

1) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

(43)

data ekstern. Dalam hal ini termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan pada daftar-daftar hitam dan daftar-daftar kredit macet.

3) Pemeriksaan atau penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.

Selanjutnya mengenai analisis kredit langkah-langkahnya meliputi :

1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat atau tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

(44)

c. Keputusan Atas Permohonan Kredit

Keputusan atas permohonan kredit adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Adapun keputusan atas permohonan kredit terdiri dari :

1) Penolakan permohonan kredit, penolakan dilakukan untuk permohonan kredit yang nyata-nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan.

2) Persetujuan permohonan kredit, merupakan keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur.

d. Pencairan Fasilitas Kredit

(45)

e. Pelunasan Fasilitas Kredit

Pelunasan fasilitas kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya perikatan perjanjian kredit dan perikatan jaminan kredit dan untuk barang tidak bergerak, yaitu dengan diterbitkan Surat Roya untuk jaminan barang tidak bergerak yang fungsinya untuk menghapus hak tanggungan.

6. Jenis-jenis Kredit

Menurut Muhammad Djumhana (2012: 424), saat ini dikenal jenis-jenis kredit sebagai berikut :

a. Jenis Kredit Menurut Kelembagaan, yaitu: kredit perbankan, kredit likuiditas, kredit langsung, dan kredit (pinjaman antar bank).

b. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu, yaitu: kredit jangka pendek (short term loan), yakni kredit yang jangka waktunya tidak melebihi 1 tahun, kredit jangka menengah (medium term loan), yakni kredit yang jangka waktunya antara 1 sampai 3 tahun, dan kredit jangka panjang, yakni kredit yang jangka waktunya di atas 3 tahun.

(46)

d. Jenis Kredit Menurut Kelengkapan dan Keterikatannya dengan Dokumen yang Dibutuhkannya, antara lain kredit ekspor dan impor.

e. Jenis Kredit Menurut Aktivitas Perputaran Usaha, jenis kredit ini terdiri dari kredit kecil, kredit menengah, dan kredit besar.

f. Jenis Kredit Menurut Jaminannya, kredit dapat dibedakan menjadi kredit tanpa jaminan atau kredit blanko (unsecured loan) dan kredit dengan jaminan.

7. Kriteria Kredit

Penggolongan kriteria/kualitas kredit menurut lampiran dari Pasal 4 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/KEP/DIR, yaitu sebagai berikut :

a. Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik.

2) Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3) Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar.

4) Manajemen yang sangat baik.

5) Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha. 6) Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat

(47)

7) Perolehan laba tinggi dan stabil. 8) Permodalan kuat.

9) Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan.

10)Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakukan lindung nilai (hedging) secara baik.

11)Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakkan serta sesuai dengan persyaratan kredit. 12)Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu

menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat. 13)Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. b. Dalam perhatian khusus, yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas.

2) Posisi dipasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3) Posisi pasar sebanding dengan pesaing.

4) Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur.

(48)

6) Perolehan laba cukup baik dan pemilik memiliki potensi menurun.

7) Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan.

8) Likuiditas dan modal kerja umumnya baik.

9) Analisis arus kas menunjukkan bahwa meskipun debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran di masa mendatang. 10)Beberapa portofolio sensitif terhadap perubahan nilai tukar

valuta asing dan suku bunga tetapi masih terkendali.

11)Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari.

12)Jarang mengalami cerukan.

13)Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat.

14)Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 15)Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil.

c. Kurang lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Industri atau kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

(49)

3) Posisi pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru. 4) Manajemen cukup baik.

5) Perusahaan afiliasi atau grup mulai memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur.

6) Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik.

7) Perolehan laba rendah.

8) Rasio hutang terhadap modal cukup tinggi. 9) Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas.

10)Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok.

11)Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga.

12)Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan.

13)Terdapat tunggakkan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

14)Terdapat cerukan yang berulangkali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

15)Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya.

(50)

17)Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.

18)Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

d. Diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria : 1) Industri atau kegiatan usaha menurun.

2) Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

3) Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami permasalahan yang serius.

4) Manajemen kurang berpengalaman.

5) Perusahaan afiliasi atau grup telah memberikan dampak yang memberatkan debitur.

6) Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan.

7) Laba yang sangat kecil atau negatif.

8) Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan aset. 9) Rasio utang terhadap modal tinggi.

10)Likuiditas rendah.

11)Analisa arus kas menunjukkan ketidakmampuan membayar pokok dan bunga.

(51)

13)Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

14)Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari.

15)Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutup kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

16)Hubungan debitur dan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia dan tidak dapat dipercaya.

17)Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.

18)Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.

e. Macet, yaitu apabila memenuhi kriteria :

1) Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

2) Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti.

3) Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.

4) Manajemen yang sangat lemah.

(52)

8) Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan.

9) Rasio hutang terhadap modal sangat tinggi. 10)Kesulitan likuiditas.

11)Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak mampu menutup biaya produksi.

12)Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar valuta asing dan suku bunga.

13)Pinjaman baru digunakan untuk kerugian operasional.

14)Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

15)Dokumentasi kredit dan pengikatan agunan tidak ada. 8. Perjanjian Kredit Bank

(53)

Ketentuan mengenai perjanjian kredit bank diatur dalam Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu bahwa :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Dalam perjanjian kredit, para pihak baik itu pihak debitur maupun kreditur sama-sama menghendaki adanya kepastian hukum dalam membuat perjanjian, agar diantara kedua belah pihak baik itu pihak debitur maupun kreditur tidak ada yang diragukan. Maka dibuatlah perjanjian kredit itu secara tertulis oleh para pihak, dan sebagai sumbernya adalah pasal 1233 KUHPerdata yang berbunyi : “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena Undang-undang”.

Berdasarkan penjelasan pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 terdapat hubungan hukum antara bank dengan nasabah debiturnya berdasarkan hubungan kontraktual, hal inilah yang dinamakan dengan perjanjian kredit bank.

D. Kontrak Standar

1. Pengertian Kontrak Standar

(54)

membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan ke dalam sejumlah tak terbatas perjanjian yang sifatnya tertentu, Menurut Mariam Darus Badrulzaman (1981: 96) itu sendiri, Perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. Sedangkan menurut Henry P. Penggabean (2001: 3), suatu bentuk perjanjian disebut sebagai kontrak standar jika isinya telah dicetak sebagai suatu bentuk (model) formulir, dengan tujuan agar pembuatan atau penutupan perjanjian kredit bank bisa berlangsung dengan cepat dan efisien.

Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku adalah keadaan sosial dan ekonomi. Perusahaan yang besar, perusahaan semi pemerintah atau perusahaan pemerintah mengadakan kerjasama dalam suatu organisasi dan untuk kepentingan mereka menentukan syarat-syarat tertentu secara sepihak. Pihak lawannya (wederpartij) yang pada umumnya mempunyai kedudukan (ekonomi) lemah, baik karena posisinya maupun karena ketidaktahuannya hanya menerima apa yang disodorkan itu (Mariam Darus Badrulzaman, 1981 : 99).

(55)

KUHPerdata dan akibat hukumnya tidak ada (Mariam Darus Badrulzaman, 1981: 104).

2. Jenis-jenis Kontrak Standar

Mariam Darus Badrulzaman (1981: 99) membagi kontrak standar atau perjanjian baku menjadi 4 jenis, yaitu :

a. Perjanjian baku sepihak. b. Perjanjian baku timbal balik.

c. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah.

d. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat.

3. Keabsahan Kontrak Standar

Kontrak standar merupakan semua perikatan yang telah dibuat berdasarkan kesepakatan bersama diantara para pihak, yang sama-sama cakap bertindak mengenai suatu objek tertentu berdasarkan atas hak (klausa) yang halal adalah mengikat secara sah bagi pihak-pihak yang bersangkutan, sebagaimana layaknya Undang-undang (A. Partamuan Pohan, 1994: 54).

(56)

bahwa perjanjian baku adalah sebagai perjanjian paksa (dwang contract) (Mariam Darus Badrulzaman, 1981: 105).

E. Hak Milik Atas Tanah

Di dalam praktik perbankan, tanah yang bersertifikat seringkali oleh bank dijadikan jaminan kredit. Bank berdasarkan pada kenyataan, bahwa hak atas tanah yang terdaftar pada daftar umum (pada Kantor Pertanahan) yang dapat dipindahtangankan. Menurut Pasal 51 Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan adalah Hak Milik (HM), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna Usaha (HGU) yang diatur dalam Pasal 25, 33, dan 39 UUPA. Hak milik merupakan salah satu obyek Hak Tanggungan. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur lain. Hak Milik Atas Tanah disini maksudnya adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dan memberi kewenangan untuk menggunakannya bagi segala macam keperluan selama waktu yang tidak terbatas, sepanjang tidak ada larangan khusus untuk itu (Pasal 20 UUPA).

(57)

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan yang dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), yang didahului dengan perjanjian hutang piutang yang dijamin. Menurut Pasal 1 angka 4 UUHT disebutkan bahwa PPAT adalah Pejabat Umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah dan akta pemberian kuasa pembebanan Hak Tanggungan. 2. Tahap pendaftaran yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten/

Kotamadya setempat.

Sebab berakhirnya Hak Tanggungan ditentukan dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT). Menurut Pasal tersebut Hak Tanggungan hapus karena hal-hal sebagai berikut :

1. Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan.

2. Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan. 3. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh

Ketua Pengadilan Negeri.

4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.

(58)

Tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditur bahwa Hak Tanggungan telah hapus karena piutang yang dijamin telah lunas.

F. Kehati-hatian sebagai Prinsip Utama Bank dalam Memberikan Kredit

1. Pengertian Prinsip Kehati-hatian

(59)

sistem perbankan yang sehat, efisien, dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi nasional (http://www.bi.go.id).

Pada Pasal 8 ayat (10) Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penelitian seksama, mengingat sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dana dari bank itu sendiri tetapi dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu penerapan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap, semuanya itu bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.

(60)

2. Sanksi Bagi Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian

Bagi bank yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan usahanya, maka menurut Pasal 52 ayat (1) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dapat dikenakan sanksi berupa :

a. Sanksi Administratif 1) Denda uang 2) Teguran tertulis

3) Penurunan tingkat kesehatan bank

4) Larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring

5) Pembekuan kegiatan usaha tertentu baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan.

6) Pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia.

7) Pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham daftar orang tercela di bidang Perbankan.

(61)

b. Pencabutan Izin Usaha Bank

Selain sanksi administrasi, kepada bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya adalah bank yang memenuhi kriteria dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank (Muhammad Djumhana, 2012: 221) sebagai berikut :

1) Memiliki predikat kurang sehat atau tidak sehat dalam penilaian tingkat kesehatan bank.

2) Memiliki permasalahan aktual atau potensial berdasarkan penilaian terhadap seluruh resiko (composite risk).

3) Terdapat pelampauan atau pelanggaran batas maksimum pemberian kredit dan langkah penyelesaian yang diusulkan bank dinilai tidak dapat dicapai.

4) Terdapat pelanggaran posisi devisa netto dan langkah penyelesaian yang diusulkan bank dinilai tidak dapat dicapai. 5) Memiliki rasio giro wajib minimum dalam rupiah sama dengan

atau lebih besar dari rasio yang ditetapkan untuk giro wajib minimum bank.

6) Dinilai memiliki permasalahan profitabilitas yang mendasar. 7) Memiliki kredit bermasalah (non performing loan) secara netto

(62)

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Dari hasil penelitian ini akan terlihat bagaimana mahasiswa menerapkan peraturan tata guna lahan pada hasil tugas SPA 3 sesuai ketentuan yang telah diatur dalam RTRW

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah (1) bagi guru maupun siswa supaya lebih teliti dalam menggunakan program kuis interaktif tipe fill in the blank

Penerjemahan lirik lagu Sepasang Mata Bola dengan penyesuaian makna yang paling mendekati makna lirik lagu dalam bahasa sumber pada lirik lagu dalam bahasa sasaran agar sesuai

mempuny unyai ai arti suatu arti suatu baha bahan n kimi kimia a deng dengan an seny senyawa awa tung tunggal gal atau campura atau campuran, n, mempunyai

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan