• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Belajar Dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar - TRI NURUL BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Belajar Dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar - TRI NURUL BAB II"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar Dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang Pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan dilingkungan sekitarnya.

Menurut Syah (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:1) pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting, yaitu :

a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi. b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi.

(2)

sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Hamalik (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:2) menyajikan dua definisi yang umum tentang belajar yaitu :

a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strenghening of behavior through experiencing).

b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Harold Spears (Agus Suprijono 2009:2) menyatakan Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to

follow direction. Yang berarti bahwa belajar adalah mengamati,

membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

a. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Agus Suprijono (2009:4) :

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri :

a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d) Positif atau berakumulasi.

e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting,

(3)

organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of

experience.

g) Bertujuan dan terarah.

h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. 3) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning

experience unifed around a vigorous purpose and carried on in

interaction with a richt varied and propocative environment.

b. Tujuan Belajar

(4)

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya merujuk pada esensi yang sama, bahwa :

1) Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

2) Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesigik.

c. Teori-Teori Belajar

1) Teori Belajar Menurut Bruner

Menurut Bruner (Slameto 2010:11) menyatakan bahwa belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Didalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan“discovery learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.

2) Teori Belajar Menurut Piaget (Slameto 2010:11)

(5)

a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa.

b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak. c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu

melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama pada setiap anak.

d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:

(1) Kemasakan (2) Pengalaman (3) Interaksi sosial

(4) Equilibration (proses dari ketiga faktor diatas bersama-sama untuk membangun dan memperbaiki struktur mental).

e) Ada 3 tahap perkembangan, yaitu : (1) Berpikir secara intuitif ± 4 tahun. (2) Beroperasi secara konkret ± 7 tahun. (3) Beroperasi secara formal ± 11 tahun.

(6)

2. Pengertian Hasil Belajar

Setiap melaksanakan kegiatan tertentu akan diperoleh suatu hasil, begitu pula dengan hasil belajar. Hasil kegiatan belajar biasa dikenal sebagai hasil belajar. Menurut Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar mempunyai ukuran keberhasilan peserta didik melaksanakan belajar.

Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 5-6) mengemukakan Lima kategori hasil belajar, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Sardiman (2007:20), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar juga akan lebih baik, kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya.

(7)

usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikologi menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Melihat pengertian tersebut maka relevan dengan pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.

Menurut Muhibbin Syah (2011:63), hasil belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Hasil belajar (achievement) diartikan sebagai tingkat keberhasilan dengan mempelajari mata pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu (Arikunto, 1997:30). Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada diri siswa kaitannya dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

(8)

sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

3. Karakteristik Perubahan Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2011:117) ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku hasil belajar yang terpenting adalah : a. Perubahan intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalaha berdasarkan pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata lain kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan tertentu, ketrampilan dan seterusnya.

b. Perubahan positif-aktif

Perubahan ini terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang lebih baik dari apa yang telah ada sebelumnya.

c. Perubahan efektif-fungsional

(9)

d. Manifestasi perilaku hasil belajar

Menurut Muhibbin Syah (2011:120) manifestasi atau perwujudan perilaku hasil belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut : 1) kebiasaan; 2) ketrampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir rasional dan kritis; 6) sikap; 7) inhibisi; 8) apresiasi; 9) tingkah laku afektif.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

a. Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik, yakni :

1) Yang bersifat kognitif, antara lain seperti rendahyna kapasitas intelektual/inteligensi.

2) Yang bersifat afektif antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

3) Yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga). b. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar faktor lingkungan ini meliputi :

1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu dan rendahnya ekonomi keluarga.

(10)

3) Lingkungan sekitar, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat yang berkualitas rendah.

Faktor lain juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut sebagai hambatan atau kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif. Terkait hal ini, ihsan (2005) menyebutkan 7 (tujuh) hambatan-hambatan yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu :

1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua.

2) Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak.

3) Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak.

4) Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar.

5) Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak atau tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.

6) Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak.

5. Tujuan Hasil Belajar

a. Tujuan Umum

(11)

3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa. b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa. 2) Mendiagnosis kesulitan belajar.

3) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar. 4) Penentuan kenaikan kelas.

5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

6. Aspek-Aspek Hasil Belajar

a. Aspek kognitif

(12)

Dalam penelitian ini, aspek kognitif yang akan lebih difokuskan yaitu pada kategori jenis perilaku pemahaman, penerapan dan analisis. Kisi-kisi dari aspek kognitif yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Rancangan kisi-kisi hasil belajar kognitif

No. Indikator kognitif Aspek

1 Siswa dapat menjelaskan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat

Pemahaman

2 Siswa dapat menyebutkan dasar hukum kemerdekaan mengemukakan pendapat

Pemahaman

3 Siswa dapat menguraikan arti penting mnghargai kemerdekaan mengemukakan pendapat

Analisis

4 Siswa dapat menjelaskan akibat penyampaian pendapat yang tanpa batas

Pemahaman

5 Siswa dapat menyebutkan faktor penyebab, penghambat proses mengemukakan pendapat

Pemahaman

6 Siswa dapat mengaktualisasikan kemerdekaan mengemukakan pendapat sevcara bebas, benar sesuai dengan prosedur yang ada

Penerapan

b. Aspek Afektif

(13)

belajar dan hubungan dengan sosial. Ada beberapa jenis kategori aspek afektif yaitu (1) penerimaan, mencakup kepekaan adanya suatu perangsang, dan kesediaan untuk memperhatian rangsangan tersebut. (2) partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktifg dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. (3) penilaian/ penentuan sikap mencakup kemampuan untuk membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. (5) pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan. (Winkel, 1996: 152).

Dalam penelelitian ini, penilian aspek afektif ditekakan pada semua aspek. Kisi-kisi hasil belajar pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Rancangan kisi-kisi hasil belajar afektif

No Indikator

afektif

Aspek Kegiatan

1 Siswa mengikuti pembelajaran

Penerimaan Sisiwa bersedia

mengikuti pembelajaran dengan baik

2 Siswa

mendengarkan penjelasan guru

Penerimaan Siswa bersedia

mendengarkan

penjelasan gru dengan baik

3 Siswa bertanya kepada guru

Pembentukan pola hidup

Siswa mampu bertanya kepada guru

4 Siswa berdiskusi dalam kelompok

(14)

No Indikator afektif

Aspek Kegiatan

5 Siswa

menerangkan materi

pembelajaran kepada temannya

Partisipasi Siswa senang

menerangkan materi pembelajaran kepada teman

6 Siswa saling membantu dalam rangka pemahaman materi Penilaian/pene ntuan sikap

Siswa bersedia untuk saling membantu teman dalam memahami materi pembelajaran

7 Siswa

mengemukakan

Partisipasi Siswa berkeinginan mengemukakan

ide/gagasan 8 Siswa

menghormati pendapat teman

Organisasi Siswa bersedia dan mau menghormati pendapat teman

c. Aspek Psikomotor

(15)

dirinya bahwa mampu/ sanggup dan lain-lain. (3) imitasi/ peniruan, mencakup tujuan agar mau mencoba, meniru, bersimulais, melatih atau membisakan. (4) peningkatan/ penyempurnaan penyesuaian, mencakup tujuan agar terangsang untuk lebih bai, lebih sempurna, lebih kompleks, dan baku serta sesuai dengan diri, keadaan atau kebutuhan. (5) organsasi/penciptaan, mencakup tujuan agar lahir hal baru, ciptaan sendiri, model atau gaya mandiri dan mau atau mampu berkreasi.

Dalam penelitian ini, aspek psikomotor yang akan lebih difokuskan yaitu pada kategori jenis perilaku persepsi dan kesiapan. Kisi-kisi hasil beajar pada aspek psikomotor dapat dilihat pada table 2.3 berikut ini :

Tabel 2.3 Rancangan kisi-kisi hasil belajar psikomotor No Indikator psikomotor Aspek Kegiatan

1 Minat dan gairah dalam melakukan kegiatan kelompok

Kesiapan Siswa berkeinginan dalam melakukan kegiatan kelompok 2 Melakukan kegiatan

kelompok sesuai dengan petunjuk

Persepsi Siswa memahami dalam melaukan kegiatan kelompok sesuai dengan petunjuk 3 Mampu

menunjukkan hasil yang baik

Kesiapan Siswa mampu mengerjakan dengan hasil yang baik

4 Dapat

mempresentasikan

Menirukan Siswa

(16)

hasil diskusi kelompok

hasil kelompok

Untuk hasil belajar dalan penelitian ini adalah lebih menekankan pada aspek kognitif yaitu dilihat dari nilai hasil ulangan siswa.

7. Prinsip Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dalam pendidikan dilaksanaan atas dasar prinsip-prinsip yang jelas sebagai landasan pijak. Prinsip dalam hal ini berarti rambu-rambu atau pedoman yang perlu dipegangi dalam melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut : a. Valid

Penilaian hasil belajar harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya atau sahih. Artinya, adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk juga salah dan kesimpulan yang ditarik juga menjadi salah.

b. Mendidik

(17)

untuk memotivasi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil, sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap diapresiasi dalam penilaian.

c. Berorientasi pada kompetensi

Penilaian hasil belajar harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.

d. Adil dan obyektif

Penilaian hasil belajar harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektifitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena mereka merasa dianaktirikan.

e. Terbuka

(18)

f. Berkesinambungan

Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian. g. Menyeluruh

Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.

h. Bermakna

Penilaian hasil belajar diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, PBK hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.

(19)

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

B. Model Pembelajaran Examples Non Examples

Model pembelajaran tipe Examples Non Examples atau juga biasa disebut Example and Non-Example merupaka model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.Model pembelajaran tipe Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Menurut Buehl (Apariani 2010:20), menjelaskan bahwa model pembelajaran Examples Non Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari model pembelajaran Examples Non Examples dari suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

(20)

memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Menurut Roestiyah (2006:1), Examples Non Examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram,atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai OHP/LCD, dengan petunjuk guru, siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Model pembelajaran Examples Non Examples menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif dan semangat untuk belajar.

Dimana contoh-contoh tersebut dapat diambil dari kasus-kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Menurut Agus Suprijono, (2009:125) adapun langkah-langkah metode Examples Non Examples adalah sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(21)

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisa gambar melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa.

4. Hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan matri sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan.

Menurut Uno dan Mohammad (2011:80-81) langkah-langkah model pembelajaran Examples Non Examples sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menayangkan gambar dipapan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Memulai diskusi kelompok 2-3 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Examples Non Examples sebagai berikut :

(22)

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. 2. Kelemahan model pembelajaran Examples Non Examples

a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. b. Memakan waktu lama.

Sedangkan menurut Buehl (1996) langkah-langkah model pembelajaran Examples Non Examples adalah :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.

3. Guru member petunjuk dan member kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Examples Non Examplesadalah :

(23)

1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.

2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman model pembelajaran Examples Non Examples.

3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian Non Examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian Examples.

4) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

5) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar. 6) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. b. Kekurangan

1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2) Memakan waktu lama.

Setyawan,(2010:http//zonainfosemua.blogspot.com)

(24)

pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

C. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2 tahun 1986 tentang pendidikan nasional).

Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Zamroni (20030 dalam Tukiran (2009:3) adalah :

“pendidikan demokrasai yang bertujuan untuk mempersiapakan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang menjamin hak-hak warga masyarakat”.

Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value based education”. Konfigurasi kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar Paradigma sebagai berikut :

(25)

warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipasi, dan bertanggung jawab.

b. PKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, Kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

c. PKn secara pragmatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isiyang mengusung nilai-nilai (contect embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk

berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

Sejak diimpletasikannya pada berbagai jenis dan jenjang Pendidikan (persekolahan maupun perguruan tinggi), PKn menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala dan keterbatasan tersebut adalah :

(26)

b. Masukan lingkungan (environmental input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis. Dengan demikian PKn tidak mengarah pada misi sebagaimana seharusnya. (Sunarso,dkk,2008:2)

Pendidikan kewarganegaraan (civic education) sesungguhnya bukan merupakan agenda yang benar-benar baru dimuka bumi. Proses globalisasi yang melanda dunia sepanjang dekade akhir abad ke – 20 mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru tentang pendidikan kewarganegaraan diberbagai negara didunia. Di Amerika, untuk pertama kalinya standar kurikulum nasional pendidikan sipil disusun pada tahun 1994. Dewan eropa juga memprakarsai proyek demokratisasi untuk menopang pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan. Kecenderungan serupa juga berlangsung di negara-negara Australia, Canada, Jepang dan negara Asia lainnya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi agar generasi muda bisa menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan diagonal.

2. Dasar Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

(27)

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dilakukan atas dasar Surat Keputusan Dirjen Dikti No.267/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-rambu pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian merupakan pendidikan yang wajib diberikan di semua jenjang pendidikan termasuk di jenjang perguruan tinggi sebagaimana tertuang baik didalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun UU baru yaitu dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Adapun dasar hukum yang mendasari perkuliahan pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

a. Pancasila

b. Undang-Undang Tahun 1945 meliputi Pembukaan, pasal 27 dan pasal 30 setelah diamandemen.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 (tentang undang-undang pertahanan dan keamanan)

d. Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 (tentang system pendidikan nasional)

e. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 232/UU/2000 f. Keputusan Dirjen Dikti nomor 38/Dikti/2002

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

(28)

a. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga Negara terdidik dalam kehidupan selaku warga Negara RI yang bertanggung jawab.

b. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran berlandasan Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan Nasional secara kritis dengan bertanggung jawab.

4. Visi Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Visi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan pembelajaran dalam mengantarkan siswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga Negara yang berperan aktif menegakan demokrasi menuju masyarakat madani. Misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membantu siswa selaku warga Negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia serta kesadaran berbangsa, bernegara, dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan. (Subagyo,2004:4)

D. Tinjauan tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

1. Komunikasi

Mengemukakan pendapat dapat dilakukan melalui dua jenis saluran atau sarana komunikasi, yaitu :

(29)

Saluran tradisional adalah saluran yang sejak dahulu sudah merupakan sarana komunikasi antar manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Contohnya adalah berdialog, berkirim surat, rapat, musyawarah.

b. Saluran atau komunikasi modern

Saluran atau sarana komunikasi modern adalah saluran komunikasi yang menggunakan media dengan peralatan atau teknologi modern.

1) Saluran komunikasi antar pribadi, seperti telepon/handphone, facsimile, dan surat elektronik (e-mail) melalui internet.

2) Saluran komunikasi massa, meliputi dua macam yaitu media massa cetak dan media massa elektronik.

Media massa cetak meliputi : Koran, majalah, buku, jurnal, bulletin. Media massa elektronik meliputi : radio, televisi, dan internet.

(30)

2. Tata Cara Penyampaian Pendapat di Muka Umum

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dialur dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Bentuk penyampaian pendapat dimuka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas ( Pasal 9 ayat (1) UU No. 9 Tahun 1998). Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali :

a. Di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instansi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, setasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional.

b. Pada Hari Besar Nasional

(Pasal 9 ayat (2) UU No. 9 Tahun 1998). Dalam penjelasan disebutkan yang dimaksud dengan hari-hari besar nasional adalah : 1) Tahun Baru

2) Hari Raya Nyepi 3) Hari Wafat Isa Almasih 4) Isra Mi’raj

(31)

11) Hari Natal 12) 17 Agustus

Peserta penyampaian pendapat dimuka umum dilarang membawa benda-benda yang membahayakan keselamatan umum.

Tata cara menyampaikan pendapat dimuka umum diatur dalam UU No. 9 Tahun 1998, yaitu :

Pasal 10

a. Penyampaian pendapat dimuka umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri.

b. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin, atau penanggung jawab kelompok.

c. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-lambatnya 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh Polri setempat.

d. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah didalam kampus dan kegiatan keagamaan.

Pasal 11

Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) memuat :

(32)

c. Waktu dan lama d. Bentuk

e. Penanggung jawab

f. Nama dan alamat organisasai, kelompok atau perorangan g. Alat peraga yang diperlukan

h. Jumlah peserta

Dan Pasal 13 menyatakan bahwa :

Setelah menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Polri wajib :

a. Segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan.

b. Berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat dimuka umum.

c. Berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan penyampaian pendapat.

d. Mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi, dan rute.

Polri bertanggung jawab memberikan perlindungan keamanan terhadap pelaku atau peserta penyampaian pendaapt dimuka umum.Sementara itu Pasal 14 menyatakan bahwa pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat dimuka umum disampaikan secara tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum waktu pelaksanaan.

(33)

yang melakukan perbuatan melanggar hokum dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menampilkan Sikap Positif dalam Mengemukakan Pendapat

Dalam tata kehidupan kenegaraan, Indonesia menerapkan kehidupan demokratis yaitu dengan meningkatkan kesadaran dalam menghargai kemerdekaan mengemukakan pendapat.

Berikut ini adalah sikap-sikap positif yang harus dimiliki dalam mengemukakan pendapat :

a. Jujur, artinya menyatakan hal-hal yang sesuai dengan fakta atau kenyataan yang ada, dengan tidak melebih-lebihkan atau mengurangi dari kenyataan yang senyatanya.

b. Adil, artinya dalam menyampaikan pendapat tidak menimbulkan kerugian salah satu pihak demi keuntungan pribadi atau kelompok. c. Bijaksana, artinya pendapat disampaikan dengan memperhatikan

etika/tata nilai yang dijunjung tinggi serta mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada.

d. Disiplin, artinya penyampaian pendapat dilakukan dengan memperhatikan/mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Tanggung jawab, artinya berani menanggung resiko yang mungkin terjadi atas pernyataan/pendapat yang disampaikannya.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat dapat dilaksanakan dalam berbagai lingkungan :

(34)

Setiap anggota keluarga memiliki tugas, peran, hak dan kewajiban secara proposional sesuai dengan kedudukannya sesame anggota keluarga yang saling mengakui, menghormati dan menaati hak-hak dan kewajibannya.

Dengan kondisi yang demikian, maka segala permasalahan yang dihadapi oleh keluarga akan dapat dimusyawarahkan oleh segenap anggota keluarganya, sehingga akan dapat dicapai suatu kesepakatan yang merupakan solusi terbaik dari permasalahan yang ada. Ayah/ibu sebagai pimpinan keluarga harus mampu menampung semua pendapat yang ada sehingga terwujudlah suatu keluarga yang demokratis, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan moralitas yang kita junjung tinggi.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan wahana untuk mendidik anak-anak bangsa agar kelak menjadi manusia-manusia yang berkualitas dalam arti memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi serta memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang mantap.Disekolah anak-anak diberi kebebasan menyatakan pendapat/pikirannya melalui berbagai forum/kegiatan yang ada. Contoh-contoh yang dapat dikemukakan disini adalah :

1) Melalui diskusi kelompok dalam suatu proses belajar mengajar (KBM).

(35)

4) Lomba debat dalam class meeting.

5) Pemilihan pengurus OSIS, dan sebagainya.

Melalui kegiatan-kegiatan seperti tersebut diatas para siswa dapat mengekspresikan keinginannya dan berlatih mengahadapi berbagai keanekaragaman, termasuk perbedaan pendapat.Dengan kenyataan tersebut diatas, maka sekolah/institusi pendidikan sekaligus dapat berperan sebagai “laboratorium demokratis” bagi pesertanya didiknya.

c. Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terjadi interaksi antara yang satu dengan yang lain. Dalam interaksi ini salah satu aktivitas yang mesti terjadi dalah komunikasi. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, cara dan norma komunikasi mengalami perkembangan yang demikian pesat sehingga batas daerah atau negara tidak lagi menjadi penghambat bagi lancarnya suatu komunikasi.

Dalam era global seperti sekarang ini komunikasi memegang peranan yang amat penting, karena akan sangat berpengaruh bagi cepat/lambatnya perkembangan suatu masyarakat/daerah. Sehubungan dengan hal ini maka media massa memegang peranan yang amat penting, karena :

(36)

3) Mengajak masyarakat berfikir kritis.

4) Sebagai pembentuk opini dalam masyarakat. 5) Sebagai pengontrol kebijakan pemerintah.

6) Sarana pendidikan warga negara untuk berfikir kritis dan berani mengemukakan pendapat.

E. Penelitian Yang Relevan

1. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn melalui Metode Examples Non Examples Pokok Bahasan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat pada Siswa Kelas VIIE Semester II SMP Negeri 2 Sumbang Tahun Ajaran 2010/2011 disusun oleh Isah Candani tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Examples Non Examples telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat. Pada saat pre test presentase nilai hasil belajar yang didapat adalah 21,87% dengan rata-rata kelas 63,51 setelah dilaksanakan tindakan siklus I presentase nilai hasil belajar menjadi 50% dengan rata-rata kelas 67,03 dan pada saat tindakan siklus II presentase nilai hasil belajar sidswa meningkat menjadi 81,25% dengan rata-rata kelas 79,84.

(37)

Dan Upaya Pemberantasannya disusun oleh David Hendranto tahun 2012. Berdasarkan hasil kesimpulan dan pembahasan bahwa penggunaan metode Examples Non Examples telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Mengidentifikasi Kasus Korupsi dan Upaya Pemberantasannya. Berpikir kritis siswa meningkat dilihat berdasarkan lembar angket berpikir kritis dari siklus I ke siklus II dengan nilai rata-rata 2,84 dengan kriteria baik menjadi 3,47 dengan kriteria sangat baik. Dari kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang dilaksanakan dapat meningkatkan berpikir kritis siswa.

(38)

F. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal hasil belajar siswamasihkurang maksimal dan mutu pembelajaran masih rendah. Selanjutnya pada rencana tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model pembelajaran tipe Examples Non Examples yang baik, peserta didik akan mengalami peningkatan mutu pembelajaran.

Gambar 2.3 Alur Kerangka Berpikir

Suasana pembelajaran pasif,

membosankan Kondisi Guru : Guru

mengajar dengan metode konvensional belum menggunakan metode Examples Non Examples Kondisi

Siswa: Hasil belajar PKn masih rendah

Pembelajaran PKn dengan metode Examples Non Examples (Siklus 1

dan 2)

Kondisi akhir (sesudah tindakan)

Kondisi Guru : Guru mengajar dengan metodeExamples Non Examples

Kondisi Siswa : Hasil belajar PKn meningkat

(39)

G. Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

Model pembelajaran tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kompetensi Dasar Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Kalibagor Semester Genap Tahun Akademik 2014/2015.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Gambar

Tabel 2.1 Rancangan kisi-kisi hasil belajar kognitif
Tabel 2.2 Rancangan kisi-kisi hasil belajar afektif
Tabel 2.3 Rancangan kisi-kisi hasil belajar psikomotor
gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Menurut Agus Suprijono,
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi

adalah apakah ekstrak siwak sebagai obat kumur efektif dalam mengurangi akumulasi plak. 1.3

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

BAB. Dalam bab 2 ini berisi tentang landasan teori mengenai variabel-variabel yang dipakai yaitu Teori Permintaan, Permintaan Pasar, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil