BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Pendapat Harold Spears dalam Suprijono (2013:2) belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Sedangkan Djamarah (2008: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Trianto (2013:17) juga berpendapat bahwa belajar diartikan sebagai proses perubahann perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak tahu menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Maka belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang yang dilakukan secara sadar dan bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sebuah kemampuan yang diperoleh setiap individu berdasarkan pengalaman dan aktivitas belajarnya agar terjadi perubahan sikap dan perilaku. Hasil belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang berdasarkan perbuatan, sikap, apresiasi, nilai-nilai serta keterampilan yang telah dialami.
2. Klasifikasi Hasil Belajar
Klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2010:22) secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
a) Ranah Kognitif
1) Metode hasil belajar pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan kemampuan untuk mengenal atau mengehatui sesuatu. Cakupan dalam metode belajar pengetahuan ini meliputi pengetahuan hafalan maupun pengetahuan faktual seperti rumus, batasan, definisi, pasal atau undang-undang, nama tokoh, nama-nam kota.
2) Metode hasil belajar pemahaman (comprehention)
menjelaskan yang telah dibaca atau didengar dengan susunan kalimatnya sendiri, memberikan contoh lain dari yang dicontohkan.
3) Metode hasil belajar penerapan atau aplikasi (appication)
Aplikasi adalah penggunaan ide, teori, atau petunjuk teknis pada situasi kongkrit, situasi khusus dan situasi baru. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagi situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah.
4)Metode hasil belajar analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
5)Metode hasil belajar sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu proses yang memadukan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.
6)Metode hasil belajar evaluasi (evalution)
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
Pengamatan terhadap 2 tingkatan tersebut dilakukan berdasarkan materi pelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
b)Ranah Afektif
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
1) Reciving/attending
Pada tingkatan ini mengenai kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang dating kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Mencakup tentang kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2) Responding atau jawaban
Merupakan reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Mencakup tentang raksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
Metode ini meliputi pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Mencakup konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai
Meliputi keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Didalamnya termasuk ke seluruhan nilai dan karakteristiknya.
Dalam penelitian ini, aspek afektif akan lebih memfokuskan pada kategori penerimaan, partisipasi, dan organisasi. Kategori tersebut dilakukan berbadaskan pada materi pelajaran.
c)Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan yakni:
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan audiotif, motoris, dan lain-lain.
4) Keterampilan dalam bidang fisik, misalnnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dalam penelitian ini, aspek psikomotor aka difokuskan pada kategori gerakan refleks dan kemampuan perceptual. Pemilihan kategori tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran yang dilaksanakan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu ;
a. Faktor-Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Dalam faktor intern ini, dibagi menjadi tiga faktor yaitu 1) Faktor jasmaniah 2) Faktor psikologis 3) Faktor kelelahan. b. Faktor-faktor Ekstern
3 faktor yaitu : 1) Faktor keluarga, 2) Faktor sekolah dan 3) Faktor masyarakat.
B.Pembelajaran IPA
1. Pengertian IPA
Menurut Trianto (2011: 136) IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan elksperimen serta menurut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Sedangkan menurut Aly dan Rahma (2010:18) IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu pengetahuan teoritis dan sistematis yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan serta sikap ilmiah mengenai kenampakan alam .
(teorinya). Rumusan tersebut dijadikan sebuah penemuan atau teori baru yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pengembangan dan teori tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Teori tersebut diperoleh berdasarkan atas hasil pengamatan yang telah dilakukan.
2. Hakikat Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan ”berbuat”, hal ini akan membantu
C. Materi Proses Daur Air dan Kegiatan manusia yang dapat
Mempengaruhinya
Materi yang diajarkan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada yang sedang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Materi yang digunakan peneliti ini terdapat pada mata pelajaran IPA kelas V semester II dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7 Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. 7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
Materi pokok daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya dan perlunya penghematran air terdiri dari 3 sub pokok materi yaitu :
1. Kegunaan air
Selain untuk kebutuhan hidup air juga memiliki manfaat yang sangat banyak bagi manusia. Sulistyanto (2008:161) salah satu manfaat air adalah untuk sarana transportasi. Kapal merupakan alat transportasi air yang digunakan oleh manusia untuk berpergian. Air memang diperlukan bagi kehidupan kita. Kegunaan air antara lain untuk keperluan rumah tangga, pertanian, industri, dan tidak terkecuali untuk pembangkit listrik dalam Azmiyawati (2008:146).
2. Proses daur air
Daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi. Daur air ini terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan), dan kondensasi (pengembunan). Perhatikan skema proses daur air di bawah ini !
Sinar matahari akan menguapkan air yang ada di dalam laut, sungai dan danau. Demikian juga dari tanah dan tumbuhan yang berada di darat. Air tersebut akan menjadi uap air dan naik ke angkasa menjadi awan. Hal itu disebut penguapan. Di angkasa, awan yang mengandung uap air mengalami pembekuan sehingga membentuk butiran-butiran air. Hal itu terjadi, karena semakin tinggi tempat permukaan bumi, maka semakin rendah suhu udaranya.Mengingat butiran air lebih berat daripada udara, butiran air tersebut akan jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Air yang jatuh, sebagian akan diserap oleh tanah, sebagian mennggenang di permukaan bumi berupa danau atau kolam. Proses ini disebut dengan daur air dalam Rositawaty dan Aris ( 2008:130-131).
3. Kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air
Hutan yang gundul menyebabkan daur air menjadi terganggu. Hal ini disebabkan karena cadangan air yang berada di dalam tanah semakin berkurang, sehingga air yang berada di sungai dan danau menjadi lebih sedikit. Berikut ini beberapa kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan terganggunya daur air diantaranya:
a) Membiarkan lahan kosong tidak ditanami dengan tumbuhan, b) menggunakan air secara berlebihan untuk kegiatan sehari-hari, dan c) mengubah daerah resapan airmenjadi bangunan-bangunan lain,
4. Tindakan Penghematan Air
Tindakan penghematan air dalam Azmiyawati (2008: 150). dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
a) Menutup kran setelah menggunakannnya.
b) Memanfaatkan air bekas cucian atau sayuran untuk menyiram tanaman.
c) Tidak mencuci kendaraan setiap hari. Membersihkan kendaraan bisa dengan mengelapnya saja.
d) Menggunakan air seperlunya, artinya tidak berlebih-lebihan untuk keperluan apa pun.
D.Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
1. Model Pembelajaran Kooperatif
diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Menurut Trianto, (2013:66), terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. b. Menyajikan informasi; guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif; guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuyk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar; guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
f. Memberikan penghargaan; guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar seperti yang telah dikemukakan Slavin (2005: 5) yaitu untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas lebih melengkapi alasan pentingnya menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan
pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT ;
a) Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap kelompok diberi nomor anatara 1-5.
b) Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Coba sebutkan 3 sumber air yang ada di lingkunganmu ? ”
c) Fase 3 : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim
d) Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads
Together (NHT) menurutWahyono (2013)
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai 4) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa
5) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok, karena adanya nomor yang membatasi
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads
Together (NHT) menurut Wahyono (2013) yaitu:
1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 2) Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar
menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
3) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
E.Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakuakan Rizky Praismi Triyuka (2012) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Pada Pokok Bahasan Perubahan
Sifat Benda Melalui Model Pembelajaran Kooperatif MetodeNumbered Heads Together di Kelas V SD N 1 Tinggarwangi”. Hasil yang diperoleh
ketuntasan belajar mencapai 90, 62% termasuk pada kriteria sangat baik. Pada aspek siklus mencapai 85,9%. Pada aspek psikomotor siklus I yaitu 73,44% dan siklus II ketuntassan belajarnya mencapai 85,07%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mustofa (2012) hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 80,22 dengan persentase ketuntasan 77,5% meningkat menjadi 85,17 dengan persentase 100% pada siklus II. Aktivitas guru juga meningkat dari persentase 76% pada siklus I, menjadi 86% pada siklus II. Begitu pula aktivitas siswa yang meningkat dari persentase 78% pada siklus I, kemudian meningkat sebesar 88% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi kenampakan alam pada siswa kelas IV MI Roudlotul Mustashlihin Sukodono.
F. Kerangka Berpikir
bekerja sama dan saling membantu. Adanya model pembelajaran ini siswa dapat berperan aktif dalam menerima, mencari informasi dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan dari guru, dalam pembelajaran ini peran guru hanya sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) maka siswa dapat mengembangkan
potensi dirinya dari berbagai kegiatan dalam proses pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang tergambar pada skema sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Kondisi Awal Belum Menggunakan Model Rendahnya hasil belajar Siswa
Menggunakan Model Pembelajaran kooperatif metodeNumbered Heads
Together Siklus I
Tindakan Refleksi
Siklus II
Skema kerangka berpikir di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: pada kondisi awal peneliti belum menggunakan model pembelajarankooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan hasil belajar IPA rendah. Pada siklus I dan Siklus II peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Together maka hasil belajar IPA kelas V menjadi meningkat.
G.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevandirumuskan hipotesis tindakan “Melalui model pembelajaran kooperatiftipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SD Negeri 1