• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORITIS

C. Manajemen Pelatihan

2. Unsur-unsur Manajemen Pelatihan

Unsur- unsur dalam manjemen pelatihan sama halnya dengan unsur-unsur manajemen tidak adanya perbedan diantara keduanya karena pelatihan pasti membutuhkan unsur-unsur manajemen agar suatu

21

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia (konsep, teori dan pengembangan dalam konteks organisasi publik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 219.

22

Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumberdaya Manusia, jakarta ; PT. Rineka Cipta, 2004, h.25

pelaksanaan pelatihan bisa berjalan dengan maksimal sesuai dengan apa yang di harapan.

Berdasarkan pendapat Drs. H. Ibrahim Lubis, unsur-unsur manajemen ada enam yang dapat pula dikatakan bahwa ke enam unsur ini merupakan gabungan dari unsur-unsur majemen yang di kemukakan oleh M. Manulang dan George R. Terry. Keenam unsur tersebut meliputi : 1) Men (orang), 2) Material (bahan), 3) Machines (mesin), 4) Methods (metode), 5) Money (uang), dan 6) Markets (pasar)23

a. Men (Pelatih)

Men adalah tenaga (orang) yang terlibat dalam sebuah kegiatan. Dalam manajemen pelatihan, Men dapat diaplikasikan pada pelatih, karena pelatih merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan ini. Dimana Pelatih memegang peran yang cukup penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu dipilih pelatih yang ahli, dan berkualifikasi profesional. Berikut ini beberapa syarat seorang penatar atau pelatih yang baik, sebagai berikut:24

1) Teaching Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta. Ia harus dapat memberikan semangat, membina dan mengembangkan agar

23

Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, cet. 3, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 110-111.

24

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), cet. 10, h. 74-75.

peserta mampu untuk bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinnya.

2) Communication Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan Jadi suaranya jelas, tulisannya baik, dan kata-katannya mudah dipahami peserta.

3) Personality Authority : Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.

4) Social Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang sosial agar terjamin kepercayaan dari para peserta. Ia harus suka menolong, objektif, dan senang jika anak didiknya maju serta dapat menghargai pendapat orang lain.

5) Technical Competent : Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil keputusan.

Stabilitas Emosi : Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat kebapakkan/keibuan, keterbukaan, tidak pendendam, serta mampu memberikan penilaian yang objektif.

b. Material (Bahan Pelatihan)

Bahan pelatihan sebaiknya disiapkan secara tertulis agar mudah dipelajari oleh para peserta. Penulisan bahan dapat ditulis dalam bentuk buku paket yang berisi materi pelatihan dengan memperhatikan

faktor-faktor : tujuan pelatihan, tingkatan peserta pelatihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan.25

c. Machines (Mesin)

Machines adalah alat yang yang di pergunakan dalam produksi ataupun kegiata, karena dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan maka alat yang di pergunakan dalam kegiatan ini adalah : meja, kursi, papan tulis, dll. d. Methods (Metode)

Metode manajemen pelatihan terbagi dua, yaitu berdasarkan bentuk dan berdasarkan jenis metode yang di lakukan. Berdasarkan bentuk, metode manajemen pelatihan meliputi :26

1) Belajar sambil bekerja (learning on the job).

2) Belajar melalui observasi (asisten yang diperbantukan). 3) Kuliah (lectures).

4) Pemecahan masalah (problem solving). 5) Bacan-bacan khusus yang direncanakan. 6) Kursus studi (studi course).

7) Konferensi dan seminar.

8) Pengajaran dengan mesin (teaching machine). Kepanitiaan (committee).

9) Pertemuan-pertemuan khusus. 10)Rotasi jabatan.

11)Keanggotaan dalam asosiasi profesional, dll.

25

Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,( jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet 4, h. 36.

26

e. Money (Uang)

Money adalah unsur yang penting dalam sebuah kegiatan, begitu pula dengan manajemen pelatihan yang memerlukan anggaran yang pastinya lumayan besar. Karena dengan adannya money aspek-aspek yang dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan, seperti : tenaga pelatih, bahan, dan alat-alat dapat terpenuhi sebagai syarat tercapainya tujuan yang diinginkan.

f. Market (Peserta)

Dalam aplikasi manajemen pelatihan market dapat di aplikasikan pada peserta, karena peserta merupakan sasaran yang telah dirancang dalam sebuah pelatihan. Sehingga dalam merancang sebuah program pelatihan harus sesuai dengan market (peserta), dengan mempertimbangkan : 27

1) Akademik : ialah jenjeng pendidikan dan keahlian.

2) Jabatan : apakah yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, akau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

3) Pengalaman kerja : ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam pekerjaan.

4) Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya. 5) Pribadi : menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang

diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

27

6) Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang diketahui melalui tes seleksi.

3. Langkah-Langkah Manajemen Pelatihan

Manajemen pelatihan memiliki beberapa langkah-langkah Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahapan kegiatan yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri, tahap-tahap manajemen pelatihann terdiri atas:28

a. Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan pelatihan maka perlu di perhatikan tujuan dari analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi keterampilan perstasi kerja khusus yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas.

2) Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program persebut cocok untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan keterampilan, begitu juga sikap dan motivasi seseorang.

3) Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan objektif. Dalam tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan kinerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bukan disebabkan ketidak puasan terhadap kompensasi.

28

b. Rancangan Instruksional

Dalam tahapan ini, isi dari yang sebenarnya dari pelatihan harus disiapkan yang meliputi:

1) Kumpulkan sasaran instruksional, motode, media, latihan, dan kegiatan. Organisasikanlah semua itu kedalam sebuah kurikulum yang natinya akan dijadikan cetak biru untuk pengembangan program.

2) Pastikanlah semua bahan, seperti naskah video dan buku kerja peserta saling melengkapi dan ditulis secara jelas yang kemudian dicocokkan langsung dengan sasaran belajar yang ditetapkan. c. Validasi

Dalam tahap ini pelatihan diperkenalkan dan divalidasi sebelum disajikan kepada peserta. Revisi akhir ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa program ini dapat berhasil.

d. Implementasi

Pada tahapan implementasi pelatihan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal yang mencakup : pengumpulan peserta, penyediaan fasilitas dan logistik, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap pelatihan), tahap kedua, yang mencakup : penyampaian materi pelatihan, dan tahap ketiga, yang merupakan pelaksanaan test terhadap hasil pelatihan.

e. Evaluasi

Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan dengan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara. Donald L. Kirkpatrick mengidentifikasi empat tingkatan di mana pelatihan dapat dievaluasi, meliputi :29

1) Reaksi: Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner kepada mereka.

2) Pembelajaran: Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah mempelajari ide, konsep, teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah pelatihan untuk membandingkan hasilnya.

3) Prilaku: Mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku berarti : 1. mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, dan 2. mengamati kinerja pada pekerjaan.

29

Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Human Resource Managemen: Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Salemba Empat, 2006), h. 330-331.

4) Hasil: Para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas, waktu, penjualan, dan biaya secara relatif konkret, jenis evaluasi ini dapat dilakukan dengan membandingkan data-data sebelum dan setalah pelatihan.

D. TERJEMAH AL-QURAN

1. Pengertian Terjemah

Secara etimologis istilah terjemah itu diambil dari bahasa arab,

tarjamah. Menurut didawi, bahasa arab sendiri memungut kata tersebut dari bahasa Armenia, Tarjuman. Kata turuman sebentuk dengan tarjaman

dan tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa kebahasa yang lain30. Memasuki dunia penerjemahan sama artinya dengan mengenal sesuatu yang unik atau menarik. Unik karena sampai saat ini peminat terjemah masih bisa dikatakan sedikit. Dalam menerjemahkan dibutuhkan kerja keras, teliti dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal karena yang dihadapi adalah naskah berbahasa asing. Menariknya, akan banyak hal-hal baru yang ditemui untuk menambah wawasan serta informasi. Lewat terjemahan, segala sesuatu yang tadinya belum dikenal dan tersingkap bisa segera terungkap jelas. Menerjemahkan sebagai suatu proses akan membedah misteri

30

tersebut guna diambil manfaatnya oleh setiap individu, masyarakat dan bangsa.

Berbicara tentang penerjemahan ada baiknya dimulai dari perumusan penerjemahan itu. Sekilas translation dengan interpratetion terlihat sama, nyatanya keduanya sangat berbeda. Biasanya translation mengacu pada peralihan pesan tertulis. Sedangkan interpretation mengacu pada pesan lisan saja. Kata penerjemahan dengan terjemahan pun perlu juga dibedakan. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan.

Dalam pengertian yang luas penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa (sumber) kedalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku ataupun belum, baik salah atau keduanya didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tunarungu31. Seorang teknisi yang sedang memesan instrumen tertentu seperti apa yang tertera didalam skema pemasangannya adalah salah satu contoh kegiatan atau proses penerjemahan. Salah seorang yang sedang merumuskan gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya kedalam bahasa matematika merupakan contoh terjemah. Jadi kegiatan terjemahan didalam pengertian yang luas adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna ata

31

Zuchrudin Suryanwinata dan Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa Teori dan Penuntun Praktis, (Jakarta : Kanisus, tth), h. 13

pesan, baik verbal maupun nonverbal dari satu bentuk kedalam bentuk lainnya.

Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, terjemah

(translation) biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat didalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran

(target language).32

Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi. Sebagai tindakan komunikasi kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa. Dengan demikian, penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa, dan dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan pemahaman tentang konsep-konsep kebahasan itu sendiri.33

Mengalihkan bahasa atau menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dilakukan untuk mengetahui makna yang digunakan oleh bahasa sumber secara tepat agar isinya mendekati asli dan ketika membaca seperti bukan hasil penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca

Dokumen terkait