• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pelatihan Terjemah Al-Quran Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (Taquma)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pelatihan Terjemah Al-Quran Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (Taquma)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

MOCHAMMAD ZAINAL MUTTAQIN

NIM : 108053000018

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI

Setiap proses pelatihan, tentunya memiliki peran, cara atau sistem khusus bagaimana sebuah pelatihan bisa tersampaikan dengan sebaik-baiknya. Ada objek sasaran pelatihan, ada pula subyek pelatihan. Akan tetapi, sebuah proses pelatihan tentu saja tidak akan bisa melepaskan dari konteks kultur ruang lingkup yang dimilikinya. Lembaga apapun ketika memberikan sebuah pelatihan, diasumsikan tidak bisa melepaskan diri dari konteks background dari mana dia berasal. Termasuk lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) sebagai bagian dari wadah pengembangan terjemah Al-Quran secara per kata (Lafzhiah), tentunya memiliki andil besar di dalam melestarikan terjemah Al-Quran Islam di Indonesia. Setidaknya ada konsep, cara dan persepsi bagaimana pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga TAQUMA mengkomunikasikan dalam menyampainkan visi dan misinya, tentunya membutuhkan pengelolaan manajemen yang jelas dan terarah dengan benar, sehingga penyampain pada pelatihan terjemah Al-Quran dapat dikelola secara maksimal dan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana penerapan manajemen pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga TAQUMA mulai dari fungsi dan unsur-unsur manajemennya. Penelitian yang termasuk jenis lapangan (field research) ini, dalam metode penelitiannya memakai model kualitatif dan mengumpulkan datanya, menggunakan metode interview, observasi, dokumentasi. Melalui metode penelitian deskriptif-analisis, Berlokasi di Jl. Swadaya II Bintaro 9, RT.004/003 Kel. Pondok pucung Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Pelatihan yang dilakukan TAQUMA ini seringkali merupakan bentuk pembelajaran yang mengedepankan nilai-nilai Al-Quran dan sunnah dalam bingkai masyarakat yang plural. Semangat persatuan, menebar kasih sayang dan kedamaian, menjadi bagian dari uraian pelatihan terjemah Al-Quran TAQUMA yang dikemas dengan balutan metode pelatihan terjemahnya.

(6)

ii

rahmat dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulisan ini dapat

terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan selalu kepada

Kanjeng Nabi Muhammad SAW keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, merupakansuatu tanda bahwa

usaha dan do’a adalah kunci penetuan sebuah keberhasilan Penulisan skripsi ini

tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

dan Para jajarannya, kepada Drs. Cecep Cactrawijaya, MM selaku ketua

jurusan Manajemen Dakwah dan kepada H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM,

selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.

2. Dr. Wahib Mu”thi. MA selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas semua ilmu yang telah bapak berikan kepada penulis.

3. Kedua orang tua penulis, Cucu Santana dan Rohimah Sintiawati, kasih

sayangmu tak dapat penulis ungkapkan melalui kata-kata dalam skripsi ini,

tak terhitung berapa banyak kalori yang kau bakar demi untuk memberikan

yang terbaik untuk penulis

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen pembimbing. Terimakasih atas semua ilmu

yang telah bapak berikan.

5. Staf Perpustakaan FIDKOM dan Perpustakaan Utama yang telah

memberikan kemudahan dalam bertransaksi buku yang selama ini penulis

(7)

ii

data dan dokumen tentang Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri

(TAQUMA).

7. Kedua adik, paman serta bibi penulis tercinta, yang selalu memberikan warna

dan motivasi kepada penulis, semoga Allah selalu menjaga kalian semua

dalam ridho-Nya.

8. Semua pihak: para tokoh masyarakat, dan tokoh agama atas doa dan

dukungannya kepada penuliis. Barokallahulana.

9. Segenap kawan-kawan seperjuangan dari manajemen dakwah 2008 yang

telah memberikan doa dan motivasinya kepada penulis.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas segala amal baik anda yang

telah membantu demi kelancaran menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu

penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis. Akhir

kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas segala

kekurangan dan kekhilafan dalam Skripsi ini, penyusun mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Jakarta, 22 Mei 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI ………... v

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 7

D. Metodologi Penelitian ……… 8

E. Tinjauan Pustaka ……… 11

F. Sistematika Penulisan ……… 12

BAB II. LANDASAN TEORITIS...………... 13

A. Manajemen...………... 13

1. Pengertian Manajemen.………...………….…. 13

2. Fungsi Manajemen... 16

3. Tujuan dan Manfaat Manajemen... 18

B. Pelatihan... 20

1. Pengertian Pelatihan... 20

2. Fungsi dan Tujuan Pelatihan... 22

3. Rancangan Pelatihan... 23

C. Manajemen Pelatihan... 24

1. Pengertian Manajemen Pelatihan... 24

(9)

2. Pengertian Al-Quran... 36

3. Pengertian Terjemah Al-Quran... 39

BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG LEMBAGA TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI (TAQUMA)... 40

A. Sejarah Berdirinya ………. 40

B. Fungsi dan Tujuan ………...………... 43

C. Visi dan Misi... 44

D. Susunan Pengurus TAQUMA...…….………...… 45

E. Sarana dan Prasarana ………...……….….. 46

BAB IV. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN ………... 47

A. Penerapan fungsi manajemen pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) ... 47

1. Planning (Perencanaan) ... 48

2. Organizing (Pengorganisasian)... 52

3. Actuating (Penggerakan) ... 55

4. Controling (Pengawasan) ... 66

B. Penerapan unsur-unsur dalam pelaksanaan pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA)... 68

(10)

5. Money (Uang) ... 71

6. Market (Peserta) ... 71

BAB V. PENUTUP ……….. 74

A. Kesimpulan ……….... 74

B. Saran-Saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

Pengelolaan manajemen menjadi sebuah keharusan dalam memajukan

sebuah pelaksanaan organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan

mengarahkan kepada suatu pencapaian tujuan yang baik sesuai dengan apa

yang diinginkan.

Banyak ditemukan definisi tentang manajemen mulai dari manajemen

sebagai ilmu, proses, seni dan profesi. Adapun manajemen yang dimaksud

dalam manajemen disini adalah manajemen sebagai proses. Maka manajemen

berarti proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan

mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan sumber daya

organisasi untuk mencapaisasaran organisasi yang telah ditetapkan.1

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia

dan sumber daya lainnya.

Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan pokok,

baik oleh sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi untuk

mencapai tujuan tertentu. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan

bersama maka dari pada itu untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan

manajemen yang baik dan benar.

1

(12)

Pada hakikatnya manajemen adalah serangkaian pengelolaan

perencanaan (planing) atau suatu keputusan manajerial yang strategis untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga maupun

organisasi manajemen mempunyai peranan yang sangat penting bagi

pererakan kegiatan positif.

Sedangkan pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja

disamping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar

dalam rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melaksanakan

tugasnya. Pelatihan juga merupakan upayauntuk mentransper keterampilan

dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga

para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan

pekerjaan.2

Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan

dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk

memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap

dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud dengan

pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan

kepribadian manusia.3

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektifitas dan efisiensi

dalam menyelenggarakan manajemen pelatihan merupakan suatu hal yang

2

Abdurahman Fathoni, Organisasi dan manajemen sumberdaya manusia, (Jakarta : rineka Cipta), cet ke 1 H.147

3

(13)

harus mendapat perhatian dengan diproses melalui metode pelaksanaan

manajemen yang baik dan mapan.

Dalam manajemen pelatihan tidak hanya sebatas manajemennya saja

yang harus diperhatikan dalam pelatihan terjemah Al-Quran, ada beberapa

unsur-unsur manajemen yang perlu dikelola dengan sebaik=baikny agar suatu

organisasi maupun lembaga bisa dilaksanakan dengan benar sesuai dengana

tujuannya agar kualitas dan kuantitasnya berjalan secara maksimal.

Dalam manajemen pelatihan khususnya pelatihan terjemah Al-Quran

pada dasarnya harus berpegangan teguh terhadah sunnah dan Al-Quran agar

tidak keluar dari ketentuan hukum islam karenanya Al-Quran merupakan

pedoman umat manusia yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw

memiliki bahasa yang indah, makna serta arti yang jelas, mudah dipahami,

dan masih banyak lagi kesempurnaan yang tidak dapat ditandingi oleh

bahasa lain atau bahkan oleh orang terhebat di dunia ini.

Al-Quran adalah petunjuk bagi setiap manusia dalam segala kehidupan

di sepanjang zaman. Al-Quran merupakan kitab yang diturunkan dengan

memakai bahasa Arab. Oleh karena itu, pelatihan terjemah Al-Quran menjadi

sangat penting dilakukan bagi setiap orang Islam non Arab, sebagai langkah

awal untuk dapat mengetahui kandungan makna Al-Quran.

Al-Quran juga memiliki bahasa yang santun, sehingga apabila

didengarkan terasa sangat indah. Hal ini karena Al-Quran merupakan firman

Allah SWT yang ditujukan kepada manusia agar manusia tidak tersesat di

(14)

terhadap siapa hakikatnya mereka, untuk apa mereka hidup, kewajiban dan

hak yang harus dipenuhi sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.

Al-Quran sebagai sumber pertama haruslah mendapat prioritas utama

dan peringkat teratas untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh. Al-quran

yang diturunkan dengan bahasa Arab mengondisikan pemeluk Islam mau

tidak mau untuk berusaha menguasai bahasa Al-quran ini. Memang telah

diterbitkan terjemahan Alquran dalam berbagai ragam bahasa lain yang ada di

dunia namun terjemahan itu bagaimana pun tidak akan pernah

menggambarkan secara utuh makna aslinya.

Dengan menggabungkan antara arti bacaan dan himpunan atau

kumpulan, dalam menelusuri makna kalimat Al-Quran, bisa dapatakan titik

temu, bahwa ketika seorang membaca Al-Quran, ia telah mengumpulkan

huruf-huruf kalimat dalam suatu rangkaian yang utuh, lalu melafalkannya

dengan lisanya, dalam bentuk kalimat atau kata yang sempurna, sehingga

enak didengarnya, nampak menjadi sebuah bangunan yang kuat saling

mendukung, tak tergoyahkan. Dari membaca akan lahir pemahaman. Dari

pemahaman akan lahir amal. Dengan demikian peranan nampak bahwa

membaca merupakan urutan pertama dalam membangun ilmu pengetahuan,

dan selanjutnya untuk membangun sebuah peradaban.

Di lain sisi, seringkali tatkala membaca Al-Quran diperoleh sepintas

pemahaman akan suatu topik tertentu. Ini sama sekali tidak salah. Bahkan,

begitulah semestinya, apa yang dibaca itu hendaknya memberikan semacam

(15)

seperti membaca sekadar saja yang hanya melewati huruf demi huruf, tetapi

kosong dari makna yang dapat dipetik.

Memahami bahasa Al-Quran tanpa perangkat ilmunya merupakan

tindakan berbahaya yang akan mengantarkan pelakunya kepada kekeliruan,

kesalahan, dan kesesatan. Si pelaku akan semena-mena berbicara,

memahami, memaknai, serta menafsirkan tentang Al-Quran tanpa bimbingan

dari ilmu tadi dan tentu saja mengabaikan tanggung jawab ilmiah. Parahnya,

Islamlah yang akan mendapat citra buruk atas kelakuannya ini, karena ia

secara serampangan menisbatkan tindakannya itu kepada Alquran, kitab suci

umat Islam.

Terjemahan-terjemahan Al-Quran sudah ada dalam berbagai macam

bahasa yang digunakan oleh umat muslim di seluruh dunia. Usaha

menerjemahkan Al-Quran ini dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia

agar mudah memahami dan mempelajari isi dari Al-Quran. Hal ini terjadi

karena tidak semua umat Islam mampu memahami bahasa arab. Maka,

melalui kegiatan pelatihan menterjemahkan Al-Quran ini akan membantu

umat Islam dalam mempelajari, memahami, dan menyebarkan ajaran tentang

Islam kepada seluruh umat manusia melaui kegiatan pelatihan terjemah

Al-Quran maupun kegiatan lain.

Seiring perjalanan waktu, dunia syi’ar Islam di Indonesia semakin hari semakin berkembang dalam pengelolaan manajemen baik dari sisi

(16)

lingkupnya. Hal ini tentu sangat menggembirakan dan patut di syukuri serta

di dukung dengan segenap kemampuan yang ada.

Dalam ruang lingkup wilayah, khususnya di lingkup Kecamatan

Pondok Aren hingga kota Tangerang Selatan, kini semakin di rasakan

perlunya semakin banyak wadah untuk melaksanakan kegiatan dakwah,

tarbiyah dan syi’ar Islam yang lebih serius dan tertata rapi dalam suatu

organisasi formal, dengan tetap mengedepankan pijakan kepada Al-Quran

dan As-Sunnah. Kebutuhan pegiat dakwah untuk bertaktifitas dan kebutuhan

obyek dakwah untuk menerima masukan ilmu dan informasi sudah waktunya

di layani dengan lebih baik lagi.

Di sisi lain, keprihatinan akan masih kurangnya pemahaman dan

penguasaan umat Islam terhadap Al-Quran harus segera direspon. Kondisi

bangsa yang belum juga berubah banyak ke arah kemajuan diyakini salah satu

penyebabnya rendahnya penguasaan umat Islam terhadap Al-Quran yang

berakibat kepada mentalitas, akhlak, tata nilai, hukum dan kepribadian umat

yang jauh dari nilai-nilai Al-Quran. Dari hal itu, sekitar 4 tahun yang lalu

muncullah pemikiran H.Syarifudin untuk merealisasikan terbentuknya sebuah

lembaga yang mempunyai fokus pada pembelajaran dan pemahaman

Al-Quran, yang diberi nama TAQUMA (Terjemah Al-quran Mandiri).

Alasan penulis memilih Lembaga TAQUMA (Terjemah Al-Quran

Mandiri) sebagai obyek penelitian adalah karena lembaga ini merupakan

satu-satunya lembaga dibidang pelatihan menerjemahkan Al-Quran secara lafziah

(17)

manajemen dalm pengelolaan yang di terapkan oleh lembaga tersebut dalam

menjalankan aktifitas pelatihan terjemah Al-Quran.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka penulis mengajukan

skripsi atau karya tulis ilmiah dengan judul “Manajemen Pelatihan

Terjemah Al-Quran Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri

(TAQUMA)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas maka penulis membatasi

masalahnya pada fungsi dan unsur manajemen pelatihan terjemah

Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Al-Quran Mandiri (TAQUMA).

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan manajemen pelatihan terjemah Al-Quran pada

lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) ?

b. Apa unsur-unsur manajemen yang mendukung pelaksanaan terjemah

Al-Quran?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengelolaan manajemen yang dilakukan oleh

Lembaga TAQUMA (Terjemah Al-Quran Mandiri).

2. Untuk mengetahui unsur-unsur manajemen yang dilakukan lembaga

(18)

B. Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan awal bagi peminat

mauapun peneliti lainnya untuk meneliti lebih lanjut tentang peranan

suatu lembaga sebagai media dakwah.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan panduan

terhadap Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri dan sebagai

kontribusi pemikiran bagi lembaga pembelajaran terjemah Al-Quran

lainnya.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam

pengumpulan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab

permasalahan yang diselidiki. Pada penyusunan skripsi ini digunakan metode

penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau perilaku yang

diminati.4

Dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif penulis

mengharapkan kegiatan penelitian dalam pencarian faktanya dengan

pengamatan secara langsung di lapangan. Dan kemudian mendeskripsikan

atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fenomena yang diteliti serta menganalisisnya.

4

(19)

1. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah dengan menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data lapangan yang didapat

dari sumber pertama, seperti hasil wawancara dan observasi. Dalam data

primer peneliti atau observer melakukan sendiri observasi di lapangan,

pelaksanaanya berupa survey. Data sekunder adalah data yang tersusun

dalam bentuk dokumen-dokumen yang menjadi data sekunder dalam

penelitian ini adalah buku, brosur, majalah dan bahan informasi lainnya

yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai penunjang

penelitian.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah pelatihan terjemah

Quran, sedangkan objek penelitiannya adalah Lembaga Terjemah

Al-Quran Mandiri (TAQUMA).

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tersebut, penulis mengadakan penelitian

dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

A. Observasi.

Observasi merupakan pengamatan dan penelitian dengan

sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.5 Sutrisno

mengungkapkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dalam dari berbagai proses

5

(20)

biologis dan psikologis. Dan diantara yang paling penting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan.6 Dalam melakukan observasi

penulis mendatangi langsung ke Lembaga TAQUMA (Terjemah

Al-quran Mandiri) yang beralamat di Jl. Swadaya 2, Kampung Utan,

Rt.04 Rw.03 Desa Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren,

Tangerang Selatan, Banten. Tujuannya adalah untuk mendapat data

konkrit tentang hal-hal yang menjadi objek penelitina.

B. Wawancara (Interview).

Wawancara adalah percakapan langsung dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan yang di

wawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.7 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam

wawancara, yaitu: wawancara (interviewer), reponden (interviewee),

pedoman wawancara, dan situasi wawancara.8 Pada interview ini

penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa

pertanyaan kepada beberapa pihak yang bersangkutan.

C. Dokumentasi.

Dokumentasi dipakai guna untuk melengkapi data-data yang

telah terkumpul, juga untuk getahui segala sesuatu yang berkaitan

6

Sugiono, Metodelogi Penulisan Administrasi, (Bandung: penerbit al-fabeta 2005), cet ke-12, h.166

6

Dr. Lexy J Moleong, Metodelogi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-11, h. 135

8

(21)

dengan permasalahan yang diteliti antara lain mencari data berupa

buku, catatan-catatan, file, transkip, bulletin, majalah maupun

foto-foto.

4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperoleh terkumpul melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi, maka langkah selanjutnya adalah data-data

tersebut disusun secara sistematis itu diklasifikasi untuk kemudian

dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian itu

disajikan dalam bentuk laporan ilmiyah.

Dalam analisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif,

yakni penulis berusaha mengembangkan objek penelitian apa adanya

sesuai dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada.

5. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Lembaga TAQUMA (Terjemah

Al-quran Mandiri) yang beralamat di Jl. Swadaya 2, Kampung Utan, Rt.04

Rw.03 Desa Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang

Selatan, Banten. Adapun waktu yang ditentukan dari penelitian ini

dilakukan dari bulan Februari 2012 - Mei 2012.

E.Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut

kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal yang

penulis teliti adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu

(22)

Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya

penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir sama

dengan yang akan penulis teliti yaitu:

Nama : Siti Masyitoh (1070553001492) judul skripsi “ Program Pelatihan Terapi Dalam Pengobatan Alternatif di Bengkel Rohani Ciputat. Skripsi ini

menerangkan tentang program pelatihan dan pelaksanaa terapis dalam

pengobatan alternatif di bengkel rohani Ciputat, sedangkan yang membedakan

dalam pembahasan skripsi penulis adalah penulis menuangkan tentang fungsi

dan unsur-unsur manajemen dalam penerapan pelatihan terjemah Al-Quran

pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA).

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan

sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Pada bab ini meliputi pengertian manajemen, fungsi manajemen,

tujuan dan manfaat manajemen, pengertian pelatihan, fungsi dan

tujuan pelatihan, rancangan pelatihan, manajemen pelatihan

(23)

langkah – langkah manajemen pelatihan, pengertian terjemah, pengertian Al-Quran, Pengertian terjemah Al-Quran.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA TERJEMAH AL-QURAN

MANDIRI (TAQUMA)

Dalam bab ini penulis menerangkan sejarah didirikannya Terjemah

Al-Quran Mandiri (TAQUMA), Visi dan Misi TAQUMA, Fungsi

dan Tujuan didirikannya TAQUMA, susunan pengurus TAQUMA,

Sarana dan Prasarana.

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menerangkan penerapan fungsi manajemen

pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran

Mandiri (TAQUMA) meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan, penerapan unsur-unsur dalam

pelaksanaan pelathan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah

Al-Quran (TAQUMA) meliputi men (pelatih) material (bahan

pelatihan), methods (metode), money (uang), dan market (peserta).

BAB V PENUTUP

(24)

14

1. Pengertian Manajemen

Banyak ditemukan definisi tentang manajemen mulai dari

manajemen sebagai ilmu, proses, seni dan profesi. Adapun manajemen

yang dimaksud dalam manajemen disini adalah manajemen sebagai

proses. Maka manajemen berarti proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota

organisasi dan menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai

sasaran organisasi yang telah ditetapkan.1

Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa inggris

yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand

berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to quide berarti memimpin

atau membimbing, jadi apabila dilihat dari asal katanya, manajemen

berarti mengurus, mengendalikan memimpin, dan membimbing.2

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga

manusia dan sumber daya lainnya.

1

James A.F, Stoner, Manajemen, terj. Alexander Sindoro, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Popular, 1996), hlm.7

2

(25)

Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan

pokok, baik oleh sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi

untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai

tujuan bersama maka dari pada itu untuk mencapai tujuan secara efektif

diperlukan manajemen yang baik dan benar.

Selanjutnya untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai

pengertian manajemen yang lebih luas, maka berikut ini akan diuraikan

beberapa definisi yang dikemukakan para ahli manajemen berdasarkan

sudut pandang mereka masing-masing yaitu :

Josephl Massie, manajemen adalah sebagai kelompok khusus

orang-orang yang tugasnya mengarahkan daya dan upaya serta

aktivitasnya orang lain pada sasaran yang sama. Juga diartikan sebagai

proses yang mengarahkan langkah-langkah kelompok manunggal menuju

tujuan yang sama.3 Dan Menurut J. Panglaykin dan Tanzil, manajemen

adalah seni kemahiran untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya

dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh kemakmuran dan

kebahagiaaan yang setinggi-tingginya serta memberi serius pelayanan

yang baik kepada khalayak ramai.4

Manajemen sangat dibutuhkan dimana saja oleh orang-orang yang

bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen diperlukan

33

Josephl Massie, dasar-dasar manajemen, (jakarta : Erlangga, 1985), Edisi ke-3. H. 4

4

(26)

untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan

yang bertentangan, serta mencapai Efisiensi dan efektifitas.5

2. Fungsi Manajemen

Proses-proses manajemen terdiri dari kegiatan-kegiatan fungsional

yaitu6:

a. Perencanaan (Planning)

Yaitu proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk

mencapai sasaran. Dengan perencanaan maka sebelum

kegiatan-kegiatan dilaksanakan dipikirkan terlebih dahulu. Jadi, perencanaan

adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa

yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan

harus mempertimbangkan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri

dengan situasi dankondisi baru secepat mungkin.7

Empat tahap dasar perencanaan8:

Tahap 1: Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.

Tahap 2: Merumuskan keadaan saat ini.

Tahap 3: Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.

Tahap 4: Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk

mencapai tujuan.

5

T.Hani Handoko,Manajemen,(Yogyakarta: BPFE. 2003), hlm. 6-7.

6

Ibid, hlm.79.

7

Ibid, hlm. 78.

8

(27)

b. Pengorganisasian (Organizing),

Yaitu proses memperkerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja

sama mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran. Kekuatan suatu

organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai

sumber dayanya dalam mencapai tujuan. Semakin terkoordinasi dan

terintegrasi kerja organisasi semakin efektif dan efisien.

c. Pengarahan/Memimpin (Actuating/Leading)

Yaitu suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang

berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh

organisasi.

Sesudah rencana tersebut dibuat, organisasi dibentuk dan disusun

personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk

bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini melibatkan

kualitas gaya, dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan

kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Jadi kegiatan

pengarahan langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi.9

d. Pengawasan/Pengendalian(Controlling)

Yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai

dengan aktifitas yang direncanakan. Semua fungsi terdahulu tidak akan

efektif tanpa fungsi pengawasan (Controling). Pengawasan positif

mencoba untukmengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan

efisien danefektif. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin

9

(28)

bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau tidak dibutuhkan tidak

terjadiatau terjadi kembali.

Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur, yaitu :

1) Penetapan standar pelaksanaan.

2) Penentuan ukuran-Ukuran pelaksanaan

3) Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan

standar yang telah ditetapkan.

4) Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan

menyimpang dari standar.10

3. Tujuan dan manfaat manajemen

Tujuan Manajemen yaitu :

a. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang kita pilih secara efektif

dan efisien

b. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji ulang situasi serta

melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat

penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi.

c. Senantiasa memperbaharui strategi yang kita rumuskan agar sesuai

dengan perkembangan lingkungan eksternal.

d. Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman peluang yang ada

e. Senantiasa melakukan inovasi atas kegiatan sehingga kita hidup kita

lebih teratur.

10

(29)

Adapun manfaat mempelajari dan memahami manajemen dapat

diketahui dari uraian di bawah ini:

a. Membantu dalam membuat strategi yang lebih baik dengan

menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, rasional pada

pilihan strategis.

b. Merupakan sebuah proses bukan keputusan atau dokumen. Tujuan

utama dari proses adalah mencapai pengertian dan komitmen dari apa

yang kita rencanakan.

c. Proses yang kita laksanakan menyediakan pemberdayaan individual.

Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian diri sendiri

mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai usaha kita

untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif

serta imajinasi.

d. Meningkatkan kesadaran kita akan ancaman eksternal sehingga kita

akan terbiasa mempersiapkan rencana lain atas kejadian yang tidak

diinginkan dari factor luar.

e. Dapat mengetahui dengan lebih baik mengenai strategi pesaing

sehingga kita akan lebih mudah menghadapinya.

f. Berkurangnya penolakan kita terhadap perubahan karena kita telah

mempersiapkan rencana atas perubahan tersebut.

g. Memungkinkan kita untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan

eksploitasi peluang yang terbaik atas permasalahan dan pilihan

(30)

h. Kita dapat merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol

dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih baik yang dapat mengatur

rencana kegiatan kita.

i. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit bagi

kita untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana.

j. Menciptakan kerangka kerja komunikasi internal dengan orang lain.

k. Membantu mengintegrasikan perilaku individu kita kedalam kelompok

atau golongan.

l. Mendorong pemikiran ke masa depan, sebab dengan mempelajari

manajemen kita telah belajar menganalisa rencana.

m. Menjadikan kita kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk

menghadapi masalahdan peluang.

n. Mendorong terciptanya sikap positif akan perubahan dalam diri kita

o. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen

kegiatan kita.11

B. PELATIHAN

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping

adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam

rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melaksanakan

tugasnya. Pelatihan juga merupakan upayauntuk mentransper keterampilan

dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga

11

(31)

para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan

pekerjaan.12

Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan

dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah

untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan

atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud

dengan pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual

dan kepribadian manusia.13

Penggunaan istilah pelatihan (traning) dikemukakan para ahli seperti

D Ale Yorder yang dikutip oleh mangkunegara, menggunakan istilah

pelatihan untuk pegawai pelaksanaan dan pengawas, sedangkan Wekley

dan Yukl lebih memperjelas mengenai penggunaan istilah pelatihan.

Mereka berpendapat bahwa : “pelatihan merupakan istilah-istilah yang

berhubungan dengan usaha-usaha bencana yang diselenggarakan untk

mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau

anggota organisasi.14

Menurut Oemar Hamalik, melihat dari segi operasional pelatihan

diartikan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya)

yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk kepribadian kepada tenaga

kerja oleh tenaga profesional kepelatihannya dalam satuan waktu yang

12

Abdurahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (jakarta : Rineka Cipta), cet ke 1 h.147

13

Soekidjo Notatmojo, pengembangan sumberdaya manusia, (jakarta ; PT. Rineka Cipta, 2004), h.25

14

(32)

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang

pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam

suatu organisasi.15

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas maka penulis

menyimpulkan bahwa pelatihan merupakan kegiatan proses belajar atau

proses latihan yang memiliki tujuan yang jelas dan menggunakan beragam

cara penyampaian serta melibatkan keaktifan peserta. Dan pencapaian

tujuan harus mengenai tiga aspek diantaranya adalah aspek perasaan,

aspek tingkah laku, dan aspek pikiran.

2. Fungsi dan Tujuan Pelatihan

Hamalik mengatakan bahwa fungsi pelatihan adalah memperbaiki

kinerja (performance) para peserta. Selain itu pelatihan juga bermanfaat

untuk mempersiapkan promosi ketenagakerjaan pada jabatan yang lebih

rumit dan sulit, serta mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih

tinggi yaitu tingkatan kepengawasan atau manajerial. Pelatihan dapat

membantu karyawan membuat keputusan yang lebih baik, meningkatkan

kemampuan di bidang kerjanya sehingga dapat mengurangi stres dan

menambah rasa percaya diri. Adanya tambahan informasi tentang program

yang diperoleh dari pelatihan dapat dimanfaatkan sebagai proses

penumbuhan intelektualitas sehingga kecemasan menghadapi perubahan di

masa-masa mendatang dapat dikurangi.

15

(33)

Tujuan dari pelatihan adalah suatu pernyataan tentang pengetahuan,

keterampilan dan attitude yang diharapkan dapat dicapai atau dikuasai oleh

peserta pelatihan telah selesai.

Pada saat ini umumnya tujuan pelatihan dibuat dalam standard

kompetensi, karena biasanya pelatihan bertujuan untuk pemenuhan suatu

kompetensi tertentu. Kadangkala suatu pelatihan disiapkan untuk

pemenuhan suatu jenis.

Tujuan pelatihan merupakan standard kualifikasi bagi pencapaian

kemampuan atau kompetensi dari suatu proses pelatihan dan

belajar-mengajar. Umumnya tujuan pelatihan dirumuskan dalam dua jenis ; yaitu :

Tujuan Umum (Goals) dan Tujuan Khusus (Objectives).

Ketika proses pelatihan selesai atau berakhir maka sebaiknya

dilakukan post test dan evaluasi. Post tes dilakukan dengan cara menguji

kemampuan atau kompetensi yang diharapkan terhadap peserta pelatihan,

sehingga dapat diketahui pencapaian atau perkembangannya akibat proses

belajar-mengajar. Sedangkan evaluasi biasanya dilakukan untuk menilai

seberapa jauh kesesuaian antara pelaksanaan proses pelatihan dengan

rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan dari pelatihan itu sesuai

dengan yang diharapkan.

3. Rancangan Pelatihan

Rancangan pelatihan (Traning Design) adalah rancangan yang akan

dijadikan pegangan, pedoman atau acuan pada waktu melaksanakan

(34)

pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelatihan (peserta, penyelenggara, dan

trainer) tujuann yang akan dicapai, materi yang akan diolah metode dan

peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk

setiap sesi ataupun secara keseluruhan.16

Berdasarkan penjabaran yang penulis paparkan, maka penulis

menyimpulkan bahwa rancangan pelatihan merupakan rencana kegiatan

pelatihan yang dibuat oleh seseorang maupun kelompok, untuk

menghaslkan sebuah tujuan program pelatihan tersebut.

C. MANAJEMEN PELATIHAN

1. Pengertian Manajemen Pelatihan

Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa inggris

yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand

berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to quide berarti memimpin

atau membimbing, jadi apabila dilihat dari asal katanya, manajemen

berarti mengurus, mengendalikan memimpin, dan membimbing.17

Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam

atau at-tanzhim yang berarti suatu tempat untuk menyimpan segala

sesuatu dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.18

Sedangkan secara istilah banyak sekali pendapat para ahli yang

mengartikan istilah manajemen. Diantaranya sebagai berikut:

16

Agus M, Hardjana, Training SDM yang efektif, (yogyakarta : Kanisius, 2001) cet, ke 1, H.35

17

E.K.Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta : Bharata Karya Aksara, 1996), cet ke-2, h. 6

18

(35)

a. Menurut George R. Terry, manajemen adalah suatu proses yang

membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan

baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

b. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu

dan seni mengatur proses pemanfaatan SDM dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Sedangkan pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja

disamping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia

melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upayauntuk

mentransper keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan

sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan

pada saat melaksanakan pekerjaan.19

pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan

untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan

dalam melaksanakan pakerjannya sekarang.20Sedangkan dalam sumber

lain, mendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematik perubahan

19

Abdurahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Rineka Cipta), cet ke 1 h.147

20

(36)

perilaku para pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan

organisasional.21

Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan

dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah

untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan

atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud

dengan pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual

dan kepribadian manusia.22

Dari pengertian manajemen dan pelatihan di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa : Manajemen pelatihan adalah suatu proses pengelolaan

kerja yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan

kualitas pegawai (peserta pelatihan) dengan merubah prilaku pegawai

(peserta pelatihan) dalam satu arah untuk dapat meningkatkan pekerjannya

yang melibatkan sumberdaya manusia maupun sumber-sumber lain

dengan proses kerja yang meliputi : perancanaan, pengorganisasian,

penggerakan dan pengawasan beserta unsur-unsur manajemen untuk

mencapai tujuan organisasional.

2. Unsur-Unsur Manajemen Pelatihan

Unsur- unsur dalam manjemen pelatihan sama halnya dengan

unsur-unsur manajemen tidak adanya perbedan diantara keduanya karena

pelatihan pasti membutuhkan unsur-unsur manajemen agar suatu

21

Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia (konsep, teori dan pengembangan dalam konteks organisasi publik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 219.

22

(37)

pelaksanaan pelatihan bisa berjalan dengan maksimal sesuai dengan apa

yang di harapan.

Berdasarkan pendapat Drs. H. Ibrahim Lubis, unsur-unsur

manajemen ada enam yang dapat pula dikatakan bahwa ke enam unsur ini

merupakan gabungan dari unsur-unsur majemen yang di kemukakan oleh

M. Manulang dan George R. Terry. Keenam unsur tersebut meliputi : 1)

Men (orang), 2) Material (bahan), 3) Machines (mesin), 4) Methods

(metode), 5) Money (uang), dan 6) Markets (pasar)23

a. Men (Pelatih)

Men adalah tenaga (orang) yang terlibat dalam sebuah kegiatan.

Dalam manajemen pelatihan, Men dapat diaplikasikan pada pelatih,

karena pelatih merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan

ini. Dimana Pelatih memegang peran yang cukup penting terhadap

kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu

dipilih pelatih yang ahli, dan berkualifikasi profesional. Berikut ini

beberapa syarat seorang penatar atau pelatih yang baik, sebagai

berikut:24

1) Teaching Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan

untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan

petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta. Ia harus

dapat memberikan semangat, membina dan mengembangkan agar

23

Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, cet. 3, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 110-111.

24

(38)

peserta mampu untuk bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan

kepercayaan pada dirinnya.

2) Communication Skills : Seorang pelatih harus mempunyai

kecakapan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan

Jadi suaranya jelas, tulisannya baik, dan kata-katannya mudah

dipahami peserta.

3) Personality Authority : Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan

terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat dan kepribadiannya

disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.

4) Social Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam

bidang sosial agar terjamin kepercayaan dari para peserta. Ia harus

suka menolong, objektif, dan senang jika anak didiknya maju serta

dapat menghargai pendapat orang lain.

5) Technical Competent : Seorang pelatih harus berkemampuan teknis,

kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil keputusan.

Stabilitas Emosi : Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek

terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat

kebapakkan/keibuan, keterbukaan, tidak pendendam, serta mampu

memberikan penilaian yang objektif.

b. Material (Bahan Pelatihan)

Bahan pelatihan sebaiknya disiapkan secara tertulis agar mudah

dipelajari oleh para peserta. Penulisan bahan dapat ditulis dalam bentuk

(39)

faktor-faktor : tujuan pelatihan, tingkatan peserta pelatihan, harapan lembaga

penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan.25

c. Machines (Mesin)

Machines adalah alat yang yang di pergunakan dalam produksi ataupun

kegiata, karena dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan maka alat yang

di pergunakan dalam kegiatan ini adalah : meja, kursi, papan tulis, dll.

d. Methods (Metode)

Metode manajemen pelatihan terbagi dua, yaitu berdasarkan bentuk dan

berdasarkan jenis metode yang di lakukan. Berdasarkan bentuk, metode

manajemen pelatihan meliputi :26

1) Belajar sambil bekerja (learning on the job).

2) Belajar melalui observasi (asisten yang diperbantukan).

3) Kuliah (lectures).

4) Pemecahan masalah (problem solving).

5) Bacan-bacan khusus yang direncanakan.

6) Kursus studi (studi course).

7) Konferensi dan seminar.

8) Pengajaran dengan mesin (teaching machine). Kepanitiaan

(committee).

9) Pertemuan-pertemuan khusus.

10)Rotasi jabatan.

11)Keanggotaan dalam asosiasi profesional, dll.

25

Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,( jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet 4, h. 36.

26

(40)

e. Money (Uang)

Money adalah unsur yang penting dalam sebuah kegiatan, begitu pula

dengan manajemen pelatihan yang memerlukan anggaran yang pastinya

lumayan besar. Karena dengan adannya money aspek-aspek yang

dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan, seperti : tenaga pelatih, bahan,

dan alat-alat dapat terpenuhi sebagai syarat tercapainya tujuan yang

diinginkan.

f. Market (Peserta)

Dalam aplikasi manajemen pelatihan market dapat di aplikasikan

pada peserta, karena peserta merupakan sasaran yang telah dirancang

dalam sebuah pelatihan. Sehingga dalam merancang sebuah program

pelatihan harus sesuai dengan market (peserta), dengan

mempertimbangkan : 27

1) Akademik : ialah jenjeng pendidikan dan keahlian.

2) Jabatan : apakah yang bersangkutan telah menempati pekerjaan

tertentu, akau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.

3) Pengalaman kerja : ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam

pekerjaan.

4) Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.

5) Pribadi : menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang

diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

27

(41)

6) Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang diketahui

melalui tes seleksi.

3. Langkah-Langkah Manajemen Pelatihan

Manajemen pelatihan memiliki beberapa langkah-langkah

Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan

yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahapan

kegiatan yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri,

tahap-tahap manajemen pelatihann terdiri atas:28

a. Analisis Kebutuhan

Menganalisis kebutuhan pelatihan maka perlu di perhatikan tujuan

dari analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi keterampilan perstasi kerja khusus yang

dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas.

2) Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program

persebut cocok untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan

keterampilan, begitu juga sikap dan motivasi seseorang.

3) Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan

objektif. Dalam tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan

kinerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bukan disebabkan

ketidak puasan terhadap kompensasi.

28

(42)

b. Rancangan Instruksional

Dalam tahapan ini, isi dari yang sebenarnya dari pelatihan harus

disiapkan yang meliputi:

1) Kumpulkan sasaran instruksional, motode, media, latihan, dan

kegiatan. Organisasikanlah semua itu kedalam sebuah kurikulum

yang natinya akan dijadikan cetak biru untuk pengembangan

program.

2) Pastikanlah semua bahan, seperti naskah video dan buku kerja

peserta saling melengkapi dan ditulis secara jelas yang kemudian

dicocokkan langsung dengan sasaran belajar yang ditetapkan.

c. Validasi

Dalam tahap ini pelatihan diperkenalkan dan divalidasi sebelum

disajikan kepada peserta. Revisi akhir ini perlu dilakukan untuk

menjamin bahwa program ini dapat berhasil.

d. Implementasi

Pada tahapan implementasi pelatihan terbagi menjadi tiga tahap,

yaitu tahap awal yang mencakup : pengumpulan peserta, penyediaan

fasilitas dan logistik, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap

pelatihan), tahap kedua, yang mencakup : penyampaian materi

pelatihan, dan tahap ketiga, yang merupakan pelaksanaan test terhadap

(43)

e. Evaluasi

Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan

dengan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara.

Donald L. Kirkpatrick mengidentifikasi empat tingkatan di mana

pelatihan dapat dievaluasi, meliputi :29

1) Reaksi: Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan

dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner

kepada mereka.

2) Pembelajaran: Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi

dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah

mempelajari ide, konsep, teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi

pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi

pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah

pelatihan untuk membandingkan hasilnya.

3) Prilaku: Mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku berarti : 1.

mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui

wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, dan 2.

mengamati kinerja pada pekerjaan.

29

(44)

4) Hasil: Para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan

mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan

organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas,

waktu, penjualan, dan biaya secara relatif konkret, jenis evaluasi ini

dapat dilakukan dengan membandingkan data-data sebelum dan

setalah pelatihan.

D. TERJEMAH AL-QURAN

1. Pengertian Terjemah

Secara etimologis istilah terjemah itu diambil dari bahasa arab,

tarjamah. Menurut didawi, bahasa arab sendiri memungut kata tersebut

dari bahasa Armenia, Tarjuman. Kata turuman sebentuk dengan tarjaman

dan tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu

bahasa kebahasa yang lain30. Memasuki dunia penerjemahan sama artinya

dengan mengenal sesuatu yang unik atau menarik. Unik karena sampai

saat ini peminat terjemah masih bisa dikatakan sedikit. Dalam

menerjemahkan dibutuhkan kerja keras, teliti dan kesabaran untuk

mendapatkan hasil yang maksimal karena yang dihadapi adalah naskah

berbahasa asing. Menariknya, akan banyak hal-hal baru yang ditemui

untuk menambah wawasan serta informasi. Lewat terjemahan, segala

sesuatu yang tadinya belum dikenal dan tersingkap bisa segera terungkap

jelas. Menerjemahkan sebagai suatu proses akan membedah misteri

30

(45)

tersebut guna diambil manfaatnya oleh setiap individu, masyarakat dan

bangsa.

Berbicara tentang penerjemahan ada baiknya dimulai dari

perumusan penerjemahan itu. Sekilas translation dengan interpratetion

terlihat sama, nyatanya keduanya sangat berbeda. Biasanya translation

mengacu pada peralihan pesan tertulis. Sedangkan interpretation mengacu

pada pesan lisan saja. Kata penerjemahan dengan terjemahan pun perlu

juga dibedakan. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih

pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan.

Dalam pengertian yang luas penerjemahan adalah istilah umum

yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu

bahasa (sumber) kedalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan

maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem

penulisan yang telah baku ataupun belum, baik salah atau keduanya

didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tunarungu31.

Seorang teknisi yang sedang memesan instrumen tertentu seperti apa yang

tertera didalam skema pemasangannya adalah salah satu contoh kegiatan

atau proses penerjemahan. Salah seorang yang sedang merumuskan

gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya kedalam bahasa matematika

merupakan contoh terjemah. Jadi kegiatan terjemahan didalam pengertian

yang luas adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna ata

31

(46)

pesan, baik verbal maupun nonverbal dari satu bentuk kedalam bentuk

lainnya.

Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, terjemah

(translation) biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang

terdapat didalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source

language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran

(target language).32

Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi. Sebagai

tindakan komunikasi kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa. Dengan

demikian, penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa, dan

dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan pemahaman tentang

konsep-konsep kebahasan itu sendiri.33

Mengalihkan bahasa atau menyampaikan berita yang terkandung

dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dilakukan untuk

mengetahui makna yang digunakan oleh bahasa sumber secara tepat agar

isinya mendekati asli dan ketika membaca seperti bukan hasil

penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca

2. Pengertian Al-Quran

Para ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab “ulumul qur’an,

ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata Al-Qur’an merupakan bentuk mashdar dari kata qoro‟a yaqro‟uu – qiroo‟an – wa

qur‟aanan. Makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Qur’an

32

Suhendra Yususf, Teori Terjemahan, Pengantar ke arah pendekatan Linguistik dan sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), cet. ke-1. h.8

33

(47)

itu merupakan himpunan huruf-furuf dan kata-kata yang dapat dibaca”. Sedangkan makna al-Qur’an secara istilaahi ialah “Firman Allah SWT

yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah SAW, yang tidak

mungkin ditandingi oleh manusia, diturunkan kedalam hati Rasulullah

SAW, diturunkan kegenerasi berikutnya secara mutawattir, ketika dibaca

bernilai ibadah dan berpahala besar “Dari definisi diatas terdapat lima

bagian penting :

a. Al-Quran adalah firman Allah SWT serta wahyu yang datang dari

Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya

(Al-Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan

dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.

b. Al-Quran adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang

senilai dengan Al-Quran baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.

c. Al-Quran itu diturunkan kepada Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS

(QS.26 : 192 ) hikmahnya kepada kita adalah khendakny Al-Quran

masuk kepada hati kita. Perubahan prilaku manusia sangat ditentukan

oleh hatinya. Jika hati terisi dengan Al-Quran, maka Al-Quran akan

mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkanya. Hal

tersebut terjadi pada diri Rasulallah SAW, ketia Al-Qur’an diturunkan

kepada beliau. Ketika Aisyah ditanya tentang ahlak Nabi SAW, beliau

menjawab: Kaana Khuluquhul Quraan; akhlak Nabi adalah

(48)

d. Al-Quran disampaikan secara mutawattir. Al- Qur’an dihafalkan dan dituliskan oleh para sahabat. Secara turun temurun Al-Quran itu

diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak keorang

banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian Al-Qur’an terpelihara

sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian Al-Quran (QS.

15:9).

e. Membaca Al-Quran bernilai ibadah, berpahala besar disisi Allah

SWT. Nabi bersabda : “Aku tidak menga alif laam miim satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan skebakan

nilainy 10 kali lipat” (Al-Hadist).34

Dari pengertian diatas bahwa Al-Qur’an dalah kitab suci yang dialamnya terdapat ilmu pengetahuan. Al-Quran diturunakan dengan

menggunakan bahasa arab dengan bahasa yang indah. namun, itu semua

hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Sebab adanya perbedaan

bahasapun sangat mempengaruhi. Telah kita keta ketahui Al-Quran

menggunakan bahasa arab sedangkan kita menggunakan bahasa indonesia.

Inilah salah satu faktor yang membuat kebanyakan orang menjadi sulit

mengerti apalaigi memahami isi kandungan dalam Al-Quran.

Padahal, pada saat yang bersamaan, Al-Quran sebagai kitab

petunjuk atau hidayah yang harus difahami dengan baik dan benar oleh

umat muslim. Dari permasalahan diatas terlihat jelas bahwa harus ada

yang dapat menghubungkannya. Disinilah betapa pentingnya

34

(49)

penerjemahan Al-Quran. Para alim ulama dan cendikiawan selalu berusaha

menerjemahkan serta menafsirkan Quran. karena menerjemahkan

Al-Quran tidak semudah menerjemahkan teks selainnya. Penerjemahpun

bukan sembarang orang dan harus memiliki kriteria khusus seperti yang

disebutkan pada syarat penerjemah.

3. Pengertian Terjemah Al-Quran

Secara harfiah, terjemah berarti meindahkan suatu pembicaraan

dari satu bahasa ke bahasa lain atau mengalih bahasakan. Sedangkan

terjemahan berarti salinan bahasa atau alih bahasa dari suatu bahasa ke

bahasa lain.35

Muhammad Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa menerjemahkan

Al-Quran berarti menukilkan Al-Quran ke dalam bahasa lain selain bahas

arab.36

Seorang pakar ulama Al-Quran dari universitas Al-Azhar Mesir,

Muhammad Husayn Al-Dzahabi memberikan definisi tersendiri mengenai

penerjemahan Al-Quran. Pertama, mengalihkan atau memindahkan suatu

pembicaraan dari suatu bahasa kebahasa lain tanpa menerangkan makna

dari bahasa asal yang diterjemahkan. Kedua, menafsirkan suatu

pembicaraan dengan menerangkan maksud yang terkandung didalamnya

dengan menggunakan bahasa lain.37 Dari definisi tersebut, dapat di

simpulkan bahwa terjemah Al-Quran adalah menyalin atau

35

Moch Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, (Jakarta:2007), h.15

36

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h.1047.

37

(50)

mengalihbahasakan serangkaian pembicaraan dari bahasa Arab kebahasa

lain, agar inti pembicaraan bahasa asal yang diterjemahkan dapat dipahami

oleh orang awam atau orang-orang yang tidak mampu memahami

(51)

40

A. Sejarah didirikannya Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA),

Tentang Terjemah Al-Qur’an Mandiri (TAQUMA) adalah Lembaga yang berdiri pada tahun 2009, yang lebih khusus membidangi masalah

pengkajian guna meningkatkan mutu pendidikan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam tahapan awalnya lebih terfokus dalam memahami terjemah al-Qur’an

secara mandiri dengan tujuan “Santri baca dan santripaham”.1

H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI berperan sebagai ketua sekaligus

pendiri Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) beliau lulusan Lc.

M.E.I, setelah menyelesaikan studinya maka munculah di benak pemikiran

beliau dengan membuat inovasi tersendiri dan terbaru dalam penyampaian

materi terjemah Al-Quran hingga akhirnya beliaulah yang pertama kali

mencetuskan dan melahirkan inovasi terbaru dalam berdakwah dengan

menggunakan media terjemah Al-Quran perkata secara mandiri dengan

membuat metode, merangkai, serta mengelolanya dengan beberapa rumus

yang dibuatnya, beliau membuat media dakwah terjemah Al-Quran sebagai

sarana untuk menyampaikan pesan dakwahnya terhadap masyarakat luas

khususnya masyarakat di kecamatan Pondok Aren.

1

(52)

Metode terjemah Al-Quran sengaja dimasyarakatkan sebagai upaya

untuk memberikan solusi atas kondisi umat Islam yang sebagai besar belum

mengerti arti dari kata-kata maupun makna Al-Quran itu sendiri. Terbukti

dengan program ini sesuai dengan kurikulum yang ada mayoritas para peserta

kajian mampu memahami Al-Quran, bahkan menguasai tata bahasa Al-quran

dengan mudah.

Dalam rangka merintis gerakan pemahaman dan pengamalan

Al-Quran, maka H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI membuat suatu lembaga yang

bernama lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) sebagai media

pelatihan terjemah Al-Quran berdiri diatas tanah seluas 2000 m2 dan luas

bangunan 1000 m2. Berawal dari rencana dibangun dari dana kas TAQUMA

yang saat itu pendirian gedung TAQUMA tahun 2009 hanya memiliki dana

Rp 3.000.000,- padahal lembaga tersebut membutuhkan dana yang lebih

banyak sekitar Rp 800.000.000,- untuk pembangunan, namun tak disangka

ada pemberian bantuan dari seorang dermawan sebesar Rp 2.000.000.000,-

untuk pembangunan gedung TAQUMA, himgga akhirnya lembaga

TAQUMA pun berdiri sampai saat ini.

TAQUMA ini Didirikan sebagai lembaga khusus yang independen

non-profit bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran terjemah

Al-quran yang menangani masalah Al-Quran dan Sunnah, agar para santri

maupun masyarakat yang belajar di dalam lembaga TAQUMA dapat

memahaminya dengan mudah, baik, dan benar. Dikembangkan tidak hanya

(53)

dibeberapa daerah seperti jakarta Selatan, Cilegon dan negara tetangga

Malaysia, guna peningkatan pelayanan kepada masyarakat mengenai

Al-Quran dan Sunnah.

Keberadaan TAQUMA diharapkan dapat memberikan sumbangsih

tersendri kepada santri guna meningkatkan kualitas pendidikannya dan

mampu memberikan jawaban kepada masyarakat umum yang merasa sulit

belajar Al-Quran dan terjemahnya sehingga mengantarkan mereka kepada

pemahaman al-quran secara sempurna. Dan berpartisipasi didalam usaha

peningkatan kepedulian terhadap pendidikan Al-Quran guna menggapai ridha

Allah SWT.

Lembaga TAQUMA membawahi dua struktur lembaga yang dikelola

oleh orang-orang yang ada di struktur kepengurusan yayasan. Pertama adalah

Pondok Pesantren Laa Tahzan yang dikepalain oleh Ustadz Syamsudin

Kisam, yang mengurus seluruh kegiatan dan aktifitas para santriawan dan

santriawati yatim piatu dan segala yang berhubungan dengan pesantren.

Kemudian yang Kedua adalah Lembaga Terjemah Quran Mandiri

(TAQUMA) yang fokus pada pembelajaran terjemah Al-Quran kepada para

calon guru dari masyarakat dan untuk para santri.

Program pendidikan di TAQUMA ini ada dua fokus yang dijalankan

oleh pengurusnya, yang pertama adalah fokus pada pendidikan pembentukan

guru (perkaderan guru) untuk di TPA/TPQ yang dilaksanakan oleh ketua

Yayasan TAQUMA YatimKU, H. Syarifudin Radin, Lc., M.E.I. Fokus kedua

(54)

untuk pendidikan santri dalam pembelajaran terjemah Al-Quran, yang

dilaksanakan oleh Syamsudin Kisam selaku Kepala Pesantren Laa Tahzan

TAQUMA.2

B. Fungsi dan Tujuan didirikannya Terjemah Al-Quran Mandiri

(TAQUMA)

1. Fungsi TAQUMA

a) Untuk memberikan pencerahan dan pencerdasan kepada umat islam

terhadap kitab suci Al-Quran.

b) Untuk memperkuat keimanan dan kecintaan kaum muslimin terhadap

kitab suci Al-Quran.

c) Untuk mempersiapkan insan-insan Qurani yang mampu memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dalam segala

aspek kehidupan.

d) Untuk meningkatkan etos kerja umat islam sebagai Khairah Ummah (

umat yang terbaik).

e) Untuk memberikan pembekalan terhadap umat islam dalam

menghadapi dampak negatif dari era globalisasi.

f) Untuk engaktualisasikan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara.

g) Untuk menyemarakan syiar islam dalam masyarakat yang merupakan

kewajiban kaum muslimin.

2

(55)

2. Tujuan TAQUMA

a. Tujuannya agar para peserta dapat Memahami bacaan-bacaan dalam

sholat.

b. Peserta pelatihan dapat Memahami Al-Quran dan mampu

menerjemahkannya secara bahasa.

c. Mampu menerjemahkan kata-kata didalam Al-Quran dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah yang sebenarnya.

d. Mampu menggunakan kamus Arab-Indonesia, karena bisa mengetahui

akar kata bahasa arab.

e. Dapat Memahami karakter bahasa Arab secara umum, yang

bermanfaat bagipeserta yang ingin mempelajari arab gundul ataupun

belajar dialog dengan bahasa arab.

f. Mampu mencetak kader muslimin yang bisa menerjemahkan

Al-Quran kedalam bahasa indonesia dengan sebenar-benarnya dan

mampu juga mengajarkan kepada muslimin yang lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Indikator output dari Manajemen Brand Equity salah satunya adalah semakin banyak pasar sasaran yang terekrut dan loyal terhadap lembaga, dimana ini didapati dalam

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana penerapan model SAVI dalam rangka meningkatkan kemampuan menghafal terjemah

Adapun tujuan manajemen pendidikan di PAUD Bintang Rabbani adalah bagaimana lembaga ini memanjemen lembaga dari berbagai aspek yaitu mulai dari sistem

Kajian mata kuliah Manajemen Lembaga Survey yaitu; Konsep dasar demokrasi dan negara hukum, Media Masa dan Opini Publik, Peran dan Fungsi Lembaga Survey, konsorsium

Upaya pembinaan untuk meningkat- kan mutu bacaan Al-Quran yang dilakukan oleh Lembaga pengembangan Tilawatil Qur ’an Kota Banjarmain adalah mengadakan Training Centre (TC)

Operasional variabel dari penelitian ini adalah penerapan fungsi manajemen di klub atletik yang ada di DIY. Adapun yang dimaksud penerapan fungsi manajemen ini

Pada pelatihan manajemen pemilahan sampah mandiri yang telah diselenggarakan, Tim PPM memberikan penjelasan tentang konsep sampah, jenis - jenis sampah, dampak

Selama ini pihak lembaga pelatihan XYZ hanya menggunakan perangkat lunak Ms. Excel untuk mengelola data peserta pelatihan yang ada. Sedangkan untuk koordinasi