• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Konsep Manajemen Pembelajaran

7. Unsur-unsur Manajemen Peningkatan Mutu

Bila dicermati secara mendalam unsur-unsur dalam manajemen peningkatan mutu pembelajaran adalah terkait dengan konsep yang ditawarkan dalam karakteristik MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) yang bersinergi pada tiga hal yaitu input, process, dan output.125

1) Input Pendidikan

Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud tidak hanya berupa barang, tetapi juga dapat berupa perangkat dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Jadi input pendidikan itu antara lain adalah kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, siswa, komite sekolah, sarana, alat-alat pendidikan, tujuan, kebijakan, materi, metode, media waktu dan lingkungan. Semua itu adalah input yang akan mempengaruhi berlangsungnya proses pendidikan.

Menurut Depdiknas input pendidikan dikelompokkan dalam 6 kategori,126 yaitu: (1) Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas; (2) Sumber daya tersedia dan siap; (3) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi; (4) Memiliki harapan prestasi yang tinggi; (5) Fokus pada pelanggan (khususnya siswa); (6) Input manajemen.

124B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan..., h. 210

125Depdiknas, Manajemen..., h. 9.

Sekolah yang menerapkan MBS dengan benar harus memiliki kebijakan yang jelas yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah. Tujuan dan sasaran sekolah harus dirumuskan bersama dan mengacu pada peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan. Setelah dirumuskan bersama, maka tujuan dan sasaran tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah dan ditanamkan dalam benak mereka sehingga menjadi kebiasaan yang selalu muncul dalam segala aktivitas pembelajaran di sekolah.

Slamet PH mengatakan bahwa setiap sekolah yang akan menerapkan manajemen berbasis sekolah harus punya visi. Visi yang dimaksud di sini adalah wawasan yang menjadi pedoman bagi sekolah, dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan kata lain, visi adalah pandangan jauh ke depan ke mana sekolah akan dibawa atau gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar sekolah tersebut dapat dijamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.127

Sekolah yang menjalankan MBS juga harus memiliki sumber daya yang lengkap dan siap untuk dioperasikan, meskipun sumber daya tersebut tidak harus mahal. Sumber daya itu terdiri dari sumber daya manusia (kepala sekolah dan dewan guru yang profesional, tenaga kependidikan yang penuh dedikasi, para siswa yang semangat dalam belajar, dan komite sekolah yang sportif) dan sumber daya nonmanusia (uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan sebagainya).

Segala sumber daya nonmanusia tidak akan bermanfaat secara efektif dan produktif dalam mencapai tujuan dan sasaran sekolah bila tanpa didukung oleh sumber daya manusia. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mampu memobilisasi semua potensi sumber daya yang dimiliki dan yang ada di sekitar sekolah.

Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebenarnya ketersediaan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi sudah merupakan pembahasan dalam sumber daya manusia.

127Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah, http://www.depdiknas.go.id/ download 5 Desember 2018

Disini dibahas kembali untuk memberi penekanan bahwa keberadaan staf merupakan ruh atau jiwa sekolah. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Jadi sekolah yang menghendaki lembaganya memiliki produktivitas atau efektivitas tinggi maka sudah menjadi keharusan untuk memiliki staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi.

Selanjutnya sekolah harus mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan prestasi sekolah dan peserta didiknya. Kepala sekolah harus berkomitmen dan memiliki motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara maksimal. Hal yang sama juga harus dimiliki oleh para guru dan staf. Para siswa harus dimotivasi untuk selalu meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Kepala sekolah, guru, staf, dan siswa merupakan faktor penentu dinamisasi dan kemajuan sekolah.

Sekolah yang menerapkan MBS harus fokus pada pelanggan (khususnya siswa). Para siswa merupakan pelanggan yang paling utama dan harus diutamakan. Semua sumber daya yang ada harus dimanfaatkan dan diperdayakan untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Jadi input dan proses belajar mengajar harus benar-benar terfokus pada terwujudnya keunggulan mutu dan kepuasan yang diharapkan oleh pelanggan.

Input terakhir adalah input manajemen, MBS mendorong sekolah untuk memiliki input manajemen yang produktif untuk menjalankan roda pendidikan. Kepala sekolah sebagai manajer harus menerapkan input manajemen yang lengkap dan jelas. Input manajemen sekolah terdiri dari pembagian tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program pendukung pelaksanaan rencana, peraturan atau tata tertib sekolah, sistem pengendalian mutu yang baik (efektif dan efisien), yakni yang memberi keyakinan tercapainya sasaran yang telah dirumuskan bersama.

Proses adalah runutan perubahan atau peristiwa dalam perubahan sesuatu.128 Definisi lain menjelaskan bahwa proses merupakan berubahnya "sesuatu" menjadi "sesuatu yang lain". Sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses disebut "input", sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah), proses yang dimaksud adalah: (a) proses pengambilan keputusan, (b) proses pengelolaan kelembagaan, (c) proses pengelolaan program, dan (d) proses belajar mengajar.129

Menurut Nurkholis, karakter sekolah dengan konsep MBS yang efektif adalah: a) PBM efektivitasnya tinggi b) Kepemimpinan sekolah yang kuat, c) Lingkungan sekolah kondusif, d) Pengelolaan tenaga kependidikan efektif, e) Memiliki budaya mutu, f) memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis, g) memiliki kewenangan, h) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat tinggi, i) Memiliki keterbukaan manajemen, j) berkeinginan untuk berubah, k) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan dengan cara berkelanjutan, l) Responsif dan antisipatif pada kebutuhan, m) Memiliki akuntabilitas.130

Depdiknas menguraikan karakteristik sekolah yang memiliki proses efektif sebagai berikut:131 1) Efektivitas proses belajar mengajar tinggi, 2) Kepemimpinan yang kuat, 3) Lingkungan sekolah aman dan tertib, 4) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, 5) Sekolah memiliki budaya mutu, 6) Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian), 7) Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat, 8) Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen, 9) Sekolah berkemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), 10) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan, 11) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan,12) Komunikasi yang baik, 13) Sekolah memiliki akuntabilitas.

1) Output Pendidikan

128Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 392.

129Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah, http://www.depdiknas.go.id/ download 5 Desember 2018.

130Nurkholis, Manajemen..., h. 65.

Output pendidikan atau sekolah adalah prestasi sekolah dan prestasi peserta didik yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan pelaksanaan manajemen sekolah. Output sekolah dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan output berupa prestasi non-akademik (non-academic achievement). Prestasi akademik misalnya, nilai ujian akhir, lomba karya ilmiah, lomba berbagai bidang studi, cara-cara berpikir kritis, kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah). Output non-akademik misalnya, rasa ingin tahu besar, kejujuran, kerja sama, rasa kasih sayang tinggi terhadap sesama, solidaritas tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olah raga, kesenian dan keterampilan.132

Menurut Aang Komariah dan Cepi Triatna output sekolah adalah segala sesuatu yang telah dipelajari dan dikuasai berupa ilmu pengetahuan kognitif, keterampilan dan sikap-sikap. Karena fokus dari output pendidikan adalah siswa maka yang menjadi output dari suatu sekolah adalah siswa yang lulus dengan menguasai berbagai kompetensi, seperti kompetensi nalar, intelektual, agama, sosial-budaya, ekonomi dan politik.133 Disamping itu output sekolah diukur juga dengan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah pencapaian/prestasi yang dihasilkan oleh proses/perilaku sekolah. Menurut Slamet PH Kinerja sekolah dapat diukur dari efektivitasnya, kualitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. 134 Berikut ini adalah skema tentang kinerja sekolah yang efektif dan produktif yang selalu mengaitkan antara input-process-output dan outcome.

Selain output yang menitikberatkan pada lulusan/keluaran sekolah dengan menguasai aspek kognitif psikomotorik dan afektif, maka makna outcome juga harus dimiliki oleh suatu sekolah. Outcome pada dasarnya juga merupakan siswa yang telah lulus (output) namun demikian outcome lebih menitikberatkan pada lulusan yang bermanfaat dan menguntungkan secara sosial maupun finansial.135

132Ibid., h. 12.

133Aang Komariah dan Cepi Triatna, Visionary..., h. 6.

134Slamet PH, Manajemen Berbasis Sekolah, http://www.depdiknas.go.id/ download 5 Desember 20168.

Jadi outcome adalah lulusan dari suatu sekolah yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, bangsa dan negaranya. Untuk itu sekolah jangan hanya terfokus pada output saja tetapi seharusnya juga memperhatikan outcome-nya.

Berikut gambaran kualitas dan inovasi peningkatan mutu pembelajaran menurut Slamet, yaitu:

Gambar 2. Kualitas & Inovasi Menurut Slamet136