• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

C. Hakikat Puisi

2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi

Unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin puisi.

a) Struktur fisik

(1).Perwajahan Puisi (Tipografi)

Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi. Menurut Siswanto, perwajahan (tipografi) adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.16 Sedangkan menurut Waluyo:

tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak seperti paragraf tetapi membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, tidak seperti tulisan yang berbentuk prosa.17

Di dalam puisi-puisi kontemporer, penyajian tipografi puisi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata, contohnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Tipografi puisi dapat membentuk suasana dan maksud yang hendak dikatakan penyair.

(2).Diksi

Diksi adalah pilihan kata, menurut Wahyudi Siswanto, lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh

16

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113

17

penyair dalam puisinya.18 Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus secermat-cermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

Pemilihan kata dalam menciptakan puisi berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata-kata dalam puisi tidak hanya sekedar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Kata-kata dalam puisi juga bisa mengungkapkan perasaan pengarang. Perasaan marah, riang, cemas, khawatir, tegang, dan takut bisa terungkap melalui puisi yang diciptakan pengarang.

Untuk menampilkan kata yang tepat penyair harus paham dengan arti kata-kata yang digunakan, padanan katanya, dan konteks sajak yang akan ditulis. Meskipun kata-kata yang digunakan kadang-kadang mengandung arti yang sama, tetapi akan lebih mendalam apabila penggunaan kata diperhatikan dengan konteks. Penggunaan kata, seperti betina, perempuan, atau wanita memberikan kesan yang berbeda meskipun ketiga kata tersebut memilik persamaan makna, mengacu kepada jenis kelamin. Di

18

sinilah bagaimana kecermatan penyair dalam pemilihan kata diperlukan untuk memberikan nilai tambah kepada pembacanya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan kata dalam puisi merupakan kegiatan penyair dalam mencari dan mengolah kata-kata sebaik mungkin. Hal tersebut dimaksud agar semua luapan hati dalam diri penyair dapat disampaikan secara lengkap, sesuai dengan kehendak penyair.

(3).Pengimajian (Pencitraan)

Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk, menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji. Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap gambarannya di alam pikir pembaca puisi.

Menurut Siswanto, imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.19 Jabrohim mengungkapkan bahwa citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai kepuitisan.20 Maksud kepuitisan itu di antaranya ialah: keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat, membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Waluyo berpendapat bahwa imaji pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman

19

Ibid, h. 118

20

sensoris, seperti penglihatan (imaji visual), pendengaran (imaji auditif), dan perasaan (imaji taktil).21 Jadi imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji perasaan atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair.

(4).Kata Konkret

Untuk membangkitkan daya imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi.

Menurut Jabrohim, kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca.22 Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji.

Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya, kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret

21

Herman.J.Waluyo, Op.cit. 78

22

rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.

Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar menggunakan kata: “aku hilang bentuk/remuk”.

Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang bulat untuk kembali ke jalan Tuhan, diperkonkret dengan ungkapan: “Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.” Hal ini berbeda dari usahanya untuk mengkonkretkan sikan kebebasannya dengan kata-kata: “Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang.”

Untuk mengkonkretkan cita-citanya yang abadi, ia menulis:

“Kumau hidup seribu tahun lagi.”

(5).Bahasa Figuratif atau Gaya Bahasa

Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.

Perrine (dalam Waluyo, 1995:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang akan dimaksud penyair.23 Keefektifan tersebut disebabkan beberapa hal, yaitu:

a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.

23

b. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.

c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair. d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna

yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Definisi gaya bahasa atau dikenal juga dengan sebutan majas menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).24 Majas mempunyai berbagai macam jenis, antara lain:

a. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang

membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.25 Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.

Contoh gaya bahasa metafora terdapat pada puisi Rendra dalam ―Surat Cinta‖, Rendra mengiaskan diri kekasihnya sebagai Putri Duyung.

24

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.113, cet. Ke-20

25

Engkaulah Putri Duyung Tawananku

Putri Duyung dengan suara merdu Lembut bagi angin laut

Mendesahlah bagiku

b. Persamaan (simile)

Menurut Keraf, persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit.26 Yang dimaksud dengan perbandingan yang ekspilisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh:

Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah Matanya seperti bintang timur

Contoh-contoh dalam puisi modern yaitu: rindunya bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka, dan sebagainya.

c. Personifikasi

Menurut Keraf, personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau

26

barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.27 Contoh:

Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap itu menambah ketakutan kami.

Contoh personifikasi dalam penggalan puisi ―Kubakar Cintaku‖ karya Emha Ainun Najib pada bait ketiga, yaitu:

Rinduku terbang

Menembus penyap bayang Rinduku burung malam

Menangkup cahaya: rahasia bintang-bintang

d. Hiperbola

Hiperbola yaitu kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca. Contoh:

Penonton sepak bola membanjiri lapangan. Air mataku terkuras saat menangisimu.

Chairil Anwar melukiskan kata-kata yang berlebihan (hiperbola) pada puisinya yang berjudul ―Aku‖, berikut penggalan puisinya:

Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradangmenerjang

27

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

e. Sinekdoke

Sinekdoke yaitu menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Sinekdoke terbagi menjadi pars prototo

(menyebut sebagian untuk seluruh) dan totem proparte

(menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian). Contoh : 1) Pars prototo: sejak pagi batang hidungnya belum juga

kelihatan.

2) Totem proparte: Indonesia menjadi juara ke-1 dalam perlombaan bulu tangkis saat melawan Malaysia. Toto Bachtiar dalam penggalan puisinya yang berjudul ―Gadis Peminta-minta‖, melukiskan penderitaan gadis peminta-minta, menggunakan kalimat dengan gaya bahasa totem proparte, yaitu:

Ingin akuikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok

Contoh lain dari gaya totem proparte dan pars prototo ada dalam puisi Hartoyo Andangjaya ―Rakyat‖yaitu:

Rakyat adalah kita totem proparte Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja pars prototo

Di bumi tanah tercinta

Jutaan tangan mengayun bersama pars prototo

Membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga

f. Ironi

Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Menurut Keraf, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.28

Contoh ironi terdapat dalam puisi-puisi Rendra, diantaranya yaitu puisi atau sajak yang berjudul ―Sajak SLA‖, Rendra melukiskan potret kehidupan seorang guru dengan tujuan untuk menyindir guru-guru yang

menyelewengkan wewenangnya demi memenuhi

kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik generasi muda. Hal tersebut terdapat dalam penggalan puisi berjudul ―Sajak SLA‖ di bawah ini:

Ibu guru perlu sepeda motor Jepang Ibu guru ingin hiburan dan cahaya

28

Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor Dan juga ingin jaminan pil penenang ……….

(6).Rima dan Ritme a. Rima

Menurut Waluyo, rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.29 Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Contoh penggalan puisi Rendra ―Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo‖ berikut ini perpaduan konsonan /k/, /b/, dan /p/, serta vokal /a/, /i/, /u/, memberi efek suasana yang kacau dan penuh kesibukan.

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi.

Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para.

b. Ritme

Menurut Waluyo, ritme sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat.30 Sedangkan menurut Siswanto, ritme merupakan tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.31 Ritme sangat menonjol bila puisi dibacakan.

29

Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.90

30

Herman .J. Waluyo, Loc.Cit.

31

Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk ritme. Dalam puisi lama jelas sekali pemotongan baris puisi menjadi dua frase merupakan teknik pembentuk ritme yang padu, namun teknik tersebut bersifat statis. Berikut ini contoh ritme dalam puisi lama:

Dari mana / punai melayang Dari sawah / turun ke kali Dari mana / kasih sayang Dari mata / turun ke hati

(7).Struktur Batin a. Tema

Menurut Waluyo, tema merupakan gagasan pokok atau

subject-matter yang dikemukakan oleh penyair.32 Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan.

Dengan demikian tema puisi berkaitan dengan tujuan penyair dalam menyampaikan sebuah pesan yang terkandung di

32

dalam puisi itu. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimanjinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus bagi penyair, tetapi objektif bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). b. Rasa

Menurut Siswanto, rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.33 Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan pikologis, serta pengetahuan. Contoh, Toto Sudarto Bachtiar dalam ―Gadis Peminta-minta‖, menyikapi pengemis kecil dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang. c. Nada

Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca.

33

Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca.

d. Amanat (Pesan)

Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair.

Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan oleh penyair.

Dokumen terkait