Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh:
Intan Febrina Wulandini NIM : 107013000668
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
i
Media ilustrasi musik merupakan media yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi, media ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan sehingga para siswa pun antusias untuk belajar. Musik dapat memicu keterkaitan besar di antara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Menggunakan musik sebagai alat memaksimalkan potensi manusia merupakan upaya yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa, dan motorik. Dengan menggunakan media ilustrasi musik di sekolah diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dan mampu mengubah suasana lingkungan belajar siswa menjadi menyenangkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong.
Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian true experimental design (eksperimen yang betul-betul). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian posttest-only control group design, yaitu kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol) hanya diambil hasil tes akhirnya saja (posttest). Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA PGRI 22 Serpong sebanyak 51 siswa, 25 siswa sebagai kelas kontrol dan 26 siswa sebagai kelas eksperimen.
ii
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan
studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pengaruh Media Ilustrasi Musik Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI
22 Serpong).”
Dengan diselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Nurlena Rifa’I, M.A.,Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan dan dosen penasihat
akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi
dalam menyelesaikan skripsi ini;
3. Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A., dosen pembimbing, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama
menyusun skripsi ini;
4. Dra. Hindun, M.Pd., sekretaris jurusan, yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
iii
membantu memudahkan penulis melakukan penelitian; Mueliah, S.Pd.,
guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan penelitian;
8. Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah menaruh harapan besar dan selalu
berdoa demi selesainya skripsi ini; serta seluruh keluargaku yang kucintai;
9. Sahabat-sahabat angkatan 2007 kelas A, khususnya untuk Halimah,
Nurfamelia, Hilda, Ani, Kokom, Wita, Indah, Istika dan Utami yang selalu
setia mendengarkan semua keluhan dan memberikan masukan selama
penyusunan skripsi ini.
Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Swt
memberikan balasan yang melimpah atas bantuannya dalam menyusun skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya.
Jakarta, 24 November 2011
iv
2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi ... 17
3. Menulis Kreatif Puisi ... 30
4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi ... 34
D. Hakikat Media Pembelajaran ... 36
1. Pengertian Media ... 37
2. Fungsi Media Pembelajaran ... 38
3. Jenis-jenis Media ... 45
4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran ... 47
v
A. Gambaran Umum Sekolah ... 63
1. Profil Sekolah ... 63
2. Visi dan Misi sekolah ... 64
3. Kurikulum sekolah ... 66
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 67
B. Hasil Penelitian ... 69
1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
2. Analisis Data ... 86
3. Deskripsi Hasil Analisis Kuantitatif Pengujian Hipotesis ... 96
4. Deskripsi Hasil Analisis Pengelolaan Angket ... 98
BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 107
B. Saran ... 107
vi
Tabel 2 Struktur Kurikulum SMA PGRI 22 Serpong Kelas X ... 66
Tabel 3 Data Personil SMA PGRI 22 Serpong ... 68
Tabel 4 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas Eksperimen) ... 86
Tabel 5 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas kontrol) ... 87
Tabel 6 Data Pengolahan Hasil Posttest pada Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X ... 88
Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) ... 97
Tabel 8 Hasil Angket ... 98
1
A. Latar Belakang Masalah
Puisi merupakan salah satu dari pendidikan tentang sastra di
sekolah terutama di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk
mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses
kreatif sastra.1 Dari ketiga kompetensi tersebut, yang menjadi titik
konsentrasi dalam penelitian ini adalah proses kreatif sastra atau
pendidikan kreatif sastra yang mencoba membelajarkan peserta didik
untuk mau dan mampu menulis karya sastra.
Dari berbagai observasi yang dilakukan oleh beberapa ahli
terhadap pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah, aspek penulisan
kreatif sastra ini kurang mendapat perhatian yang serius. Tidak banyak
guru yang mempunyai metode atau model untuk melatih peserta didiknya.
Dalam strategi belajar mengajar memang sangat dituntut bagi guru
untuk menggunakan sebuah metode pembelajaran yang baik dan tepat.
Metode yang baik harus memperhatikan siswa, dalam hal ini siswa
dijadikan objek yang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu jalan
keluarnya yaitu sebuah pembelajaran dengan media yang menarik dan
dapat memancing perhatian siswa. Antusias para siswa dapat mendorong
1
keinginan dan keaktifan pada pembelajaran, sehingga pembelajaran
menjadi menyenangkan.
Pemanfaatan media pembelajaran yang dikelola guru secara baik
dapat membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan perkembangan
pendidikan dewasa ini, media pembelajaran memiliki banyak jenis media
yang digunakan oleh sekolah pada umumnya, diantaranya media visual
(penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual, yang
masing-masingnya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya
masing-masing. Media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, untuk
itu perlu memilihnya dengan cermat dan benar agar dapat digunakan
secara tepat guna.
Media ilustrasi musik yaitu media yang bersifat auditif atau media
yang lebih menggunakan pendengaran seseorang. Musik pada umumnya
dapat melenturkan otot-otot yang kaku dan tegang sehingga menjadi lebih
rileks. Ini ada hubungannya dengan lingkungan belajar siswa yang
memerlukan musik dalam lingkungan belajarnya, karena kondisi fisiologis
selama melakukan pelajaran, tekanan darah dan denyut jantung cenderung
meningkat dan otot-otot menjadi tegang, lalu dengan iringan musik, siswa
mampu mengalirkan energi kreatif yang membuat pendengarnya terkejut
sekaligus gembira.2 Di sinilah peran ilustrasi musik sebagai media
2
pembelajaran sangat diperlukan, khususnya untuk meningkatkan
kemampuan menulis puisi.
Untuk merangsang imajinasi dan keinginan siswa menulis sebuah
puisi, maka penulis menggunakan ilustrasi musik sebagai media
pembelajaran agar kemampuan dan keinginan para siswa dalam menulis
puisi meningkat sehingga pembelajaran jadi menyenangkan. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal,3 maksudnya, puisi merupakan ungkapan pikiran yang terdiri dari rima dan ritme sehingga pada saat
dibaca, puisi tersebut mempunyai nada yang indah, sedangkan nada adalah
unsur dari musik. Contoh musik yang dijadikan bahan media dalam
penelitian ini yaitu musik klasik karya Mozart, Bach, Beethoven, Vivaldi
dan Pachelbel.
Selama ini guru-guru di sekolah masih menggunakan cara
mengajar yang monoton dalam menyampaikan materi menulis puisi,
mereka masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan
media pembelajaran yang mendukung untuk mencapai hasil yang
memuaskan. Selain cara mengajar yang membosankan dan sangat
monoton, ditemukan juga masalah lain yang biasanya dijumpai. Masalah
itu merupakan ketidaktepatan pemilihan kata dan penggunaan gaya bahasa
dalam penulisan puisi siswa.
3
Melihat kenyataan itu, diduga ada hubungan antara cara guru
membelajarkan siswanya dengan suasana belajar yang kurang
menyenangkan sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini
dilihat dari ketidaktertarikan siswa untuk memahami materi dan
ketidaktepatan pemilihan kata dan bahasa kiasan dalam penulisan puisi
siswa. Sehubungan dengan itu, dirumuskan langkah solusi yaitu dengan
menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan lebih inovatif
sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa ini,
metode penggunaan media ilustrasi musik merupakan metode yang dipilih
dalam penelitian ini. Pemilihan metode tersebut berdasarkan beberapa
keunggulan seperti di bawah ini:
1. Menciptakan suasana belajar terasa santai tetapi siswa tetap siap untuk
berkonsentrasi.
2. Merangsang dan memperkuat belajar.
3. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan.
4. Merangsang imajinasi para siswa.
Penerapan media pembelajaran ilustrasi musik untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kemampuan menulis puisi merupakan tindakan
yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun judul yang penulis buat
B. Identifikasi Masalah
1. Minimnya guru Bahasa Indonesia dalam menggunakan atau
memanfaatkan media ilustrasi musik dalam meningkatkan kemampuan
menulis puisi siswa kelas X.
2. Kurangnya alat-alat pendukung saat guru akan menggunakan sebuah
media.
3. Kurangnya minat siswa dalam memahami materi menulis puisi.
4. Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan media
pembelajaran.
5. Masih ditemukan ketidaktepatan pemilihan kata dalam penulisan puisi
siswa.
6. Masih ditemukan ketidaktepatan penggunaan diksi dan gaya bahasa
dalam penulisan puisi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah penelitian yaitu: Pengaruh media ilustrasi musik
terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI 22
Serpong tahun ajaran 2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka
permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Bagaimanakah
pengaruh media ilustrasi musik pada kemampuan menulis puisi siswa
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media ilustrasi
musik terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI
22 Serpong.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat
bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat
memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar
mengajar terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui
media ilustrasi musik. Dengan adanya pemanfaatan media ilustrasi musik
akan memberikan daya tarik pada siswa untuk meningkatkan
kemampuannya melalui daya imajinasi dalam menuliskan sebuah cerita
sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan tidak
membosankan.
Manfaat praktis dari temuan penelitian ini bagi siswa adalah
mempermudah siswa untuk menemukan ide-ide secara cepat dan
mengembangkan imajinasi mereka dan menuangkan kata-kata indah dalam
bentuk tulisan yaitu sebuah puisi dengan memperhatikan pemilihan kata
dan bahasa kiasan yang tepat. Sedangkan bagi para guru, temuan ini
sebagai bahan masukan tentang penerapan media ilustrasi musik dalam
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah gambaran dari keseluruhan dalam
skripsi, sehingga akan mendapatkan suatu kemudahan dalam menelaah
dan memahaminya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab
yang sistematikanya sebagai berikut :
Bab Pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar
umum kepada tulisan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua membahas tentang tinjauan teoretis menulis puisi dan
media pembelajaran yang meliputi: Tinjauan Pustaka, Hakikat Menulis,
Hakikat Puisi, dan Hakikat Media Pembelajaran.
Bab ketiga membahas tentang tempat penelitian dan metodologi
pnelitian yang meliputi: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, dan Teknik Analisa Data
Bab keempat membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan
yang meliputi: Gambaran Umum Sekolah dan Hasil Penelitian.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan
BAB II
ACUAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam
komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah
suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide/gagasan
tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain
itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menurut Tarigan, menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif.4 Tetapi dalam menulis banyak hal yang perlu
diperhatikan salah satunya penggunaan bahasa. Seorang penulis
menggunakan bahasa yang baik dan benar agar orang lain dapat mahami
tulisan.
Keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh siswa, bahkan
mahasiswa. Mereka menganggap bahwa menulis bukanlah sesuatu yang
mudah untuk dilakukan. Menulis juga dianggap suatu kegiatan yang
menjenuhkan dan membosankan. Oleh karena itu seorang guru harus
mencari dan menerapkan penggunaan media untuk meningkatkan
keterampilan menulis, misalnya menulis sebuah puisi bagi para siswa.
4
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3-4
Penelitian tentang keterampilan menulis sudah banyak dilakukan.
Misalnya Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis
naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penulisan keterampilan menulis puisi
dengan mempergunakan media pembelajaran masih jarang dilakukan.
Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti keterampilan menulis puisi. Adapun penelitian ini berjudul, ―Pengaruh Media Ilustrasi Musik
terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA
PGRI 22 Serpong)‖.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Nurul Melti Indah yang berjudul ―Peningkatan
Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai
Tokoh dalam Cerita dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X4
SMAN 2 Tegal‖. Hasil analisis data penelitian pada siklus I diperoleh
rata-rata nilai 70. Rata-rata nilai yang dinyatakan belum menunjukan
terlihat adanya peningkatan. Akan tetapi pada siklus II terjadi peningkatan
dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 75. Rata-rata nilai tersebut
termasuk dalam kategori baik karena berada dalam rentang 70-84.
Pemerolehan nilai ini menunjukan bahwa pembelajaran menulis cerpen
melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media
audio visual pada siswa X4 SMAN 4 Tegal mengalami peningkatan dan
berhasil.
Penelitian Nurul Melti Indah Septiani merupakan jenis Penelitian
dengan menggunakan desain penelitian eksperimen. Ada perbedaan dalam
media pembelajaran yang penulis lakukan, yaitu Nurul Melti Indah
Septiani menggunakan media audio visual, sedangkan dalam penelitian ini
peneliti menggunakan media ilustrasi musik sebagai media pembelajaran.
Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian penulis adalah
penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani yang berjudul ―Keefektifan Media
Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas
VIII Semester 2 SMPN Bandung‖. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen. Berdasarkan hasil uji statistik, bahwa keterampilan menulis
puisi lebih efektif dengan media Kartu Kata. Hal tersebut dapat dilihat dari
rata-rata (mean) nilai tes akhir yang diperoleh kelas eksperimen adalah
73,95, sedangkan nilai tes akhir kelas kontrol adalah 53,45 dengan selisih
rata-rata kedua kelas sampel yaitu 20,5. Maka dapat disimpulkan bahwa
kelas yang menggunakan media kartu kata lebih baik daripada kelas yang
tidak menggunakan kartu kata dalam pembelajaran menulis puisi.
Ada perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriyani. Perbedaan tersebut yaitu pada penggunaan media
pembelajaran, media yang dilakukan oleh Fitriyani adalah media kartu
kata sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah media ilustrasi musik.
Dengan keberhasilan penelitian Nurul Melti Indah Septiani dan
memanfaatkan sebuah pemanfaatan media, yaitu media ilustrasi musik
untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.
B. Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Menulis
adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, kegiatan menulis juga
dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan
pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menurut
Cahyani dan Hodijah, menulis dapat dikatakan:
suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.5
Walaupun kegiatan menulis itu terlihat mudah, tetapi dalam
prakteknya memang sulit untuk dilakukan. Seperti yang telah dikatakan
oleh Cahyani dan Hodijah, bahwa dalam menulis juga diperlukan
kemampuan dalam mengolah kata dan menyusun struktur tulisan yang
teratur.
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.6 Menulis bukan
sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan
5
Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD (Bandung:UPI PRESS,2007), h.10 Cet. Ke 1
6
melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai
ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara
sistematis dan logis.
Sedangkan menurut Suparno dengan singkat mengatakan bahwa
menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.7
Melihat pengertian Suparno di atas, secara umum kita dapat menjadikan
tulisan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada si pembaca.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis merupakan kegiatan
menggambarkan sesuatu (lambang-lambang grafik) dan penyampaian
pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya, serta
mengembangkan dan menuangkan pikiran dalam struktur tulisan yang
teratur.
Adapun manfaat menulis menurut Suparno adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kecerdasan.
2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas.
3. Penumbuhan keberanian.
4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Manfaat menulis menurut Dr. Pennebaker dalam buku Quantum Writing8 adalah sebagai berikut:
7
Suparno Mohammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1.3
8
1. Menulis dapat menjernihkan pikiran.
2. Menulis dapat mengatasi trauma.
3. Menulis dapat membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru.
4. Menulis dapat membantu memecahkan masalah.
5. Menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.
Manfaat menulis menurut Tarigan9 adalah:
1. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para
pelajar berpikir.
2. Menolong kita berpikir secara kritis.
3. Memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi kita.
4. Memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi.
5. Membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai
banyak manfaat, di antaranya dapat mengembangkan daya inisiatif dan
kreativitas, dapat mengatasi trauma, dapat memberikan informasi baru
kepada orang lain, membantu kita berpikir secara kritis, dapat menuangkan
ide atau gagasan-gagasan kita ke dalam tulisan, dan bisa mempengaruhi
pandangan orang lain.
9
C. Hakikat Puisi
1. Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani
poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai
dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.10
Menurut Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur
batinnya.11 Puisi lahir secara alamiah berdasarkan pengalaman atau
pikiran dan perasaan si penyair yang bersifat imajinatif. Puisi
merupakan rekaman dan interpretasi dan pengalaman manusia yang
penting, dan diubah dalam wujud yang paling berkesan.
William Wordsworth (dalam Semi, t.t :93) dengan menggunakan
pendekatan struktural merumuskan pengertian puisi : Poetry is the best words in the best order, artinya adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.12 Maksudnya puisi merupakan kumpulan kata-kata pilihan
yang berada dalam pilihan kata yang indah dan bentuk susunan tulisan
(tipografi) terbaik.
10
Abdur Rosyid, ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9 Juni 2011pukul 17.54 WIB dari http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-unsurnya/
11
Herman .J. Waluyo, Teori Apresiasi Puisi (Surakarta: Erlangga, 1995), h.97.
12
Pengertian puisi memang tidak jauh dari luapan perasaan
seseorang, saat seseorang merasakan senang, sedih, rindu, atau bahkan
kecewa, maka sebagian orang pasti ingin meluapkannya melalui
sebuah puisi. Seperti yang dikatakan Leigh Hunt (dalam Semi, t.t :94)
dengan menggunakan pendekatan emotif merumuskan pengertian
puisi, Poetry is imaginative passion, artinya puisi merupakan luapan gelora perasaan yang bersifat imajinatif.13
Perrine (dalam Siswantoro, 2002) mengatakan bahwa poetry might be defined as kind of language that says more and says it more intensenly than does ordinary language.14 Pernyataan ini menegaskan bahwa puisi merupakan bahasa yang berbeda dari bahasa sehari-hari
karena puisi lebih banyak mengatakan dan mengekspresikan dirinya
secara intens. Kata intens dalam bahasa Indonesia bisa disejajarkan dengan padat, sarat muatan makna, dan sebagainya, yang membedakannya dari bahasa keseharian atau prosa yang longgar, dan
cenderung menggunakan kata dengan lugas. Makna dari tiap kata jelas,
tidak menimbulkan ambiguitas. Inilah sifat bahasa keseharian yang
cenderung praktis.
Sedangkan bahasa puisi bersifat plastis maksudnya bersifat mudah
dibentuk dengan makna lain atau mampu mengakomodasi berbagai
dimensi makna di balik apa yang tersurat. Jadi, meskipun sebuah kata
itu hanya mempunyai beberapa arti tetapi makna yang dapat ditangkap
13
Ibid, h.94 14
dari sebuah kata itu sangat luas. Misalnya kata gerimis, bukan hanya berarti turun hujan tetapi juga bermakna lebih dari pada itu yaitu
melambangkan kedukaan.
W.H Auden mengatakan Poetry makes nothing happen.15 Maksudnya puisi bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Sesuatu yang tidak mungkin terpikirkan oleh kita, menjadi ada dan
bermakna. Misalnya puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang
membebaskan kata-kata dari maknanya yang disebut juga sebagai puisi
konkret. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf—baik
huruf besar maupun kecil—sangat potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang ―kasat mata‖ lebih dipentingkan daripada
makna yang ingin disampaikan. Ini membuktikan pengertian puisi dari
Auden di atas dapat juga dikatakan bahwa puisi adalah sesuatu yang
tidak mungkin akan menjadi mungkin.
Jadi, dari berbagai pengertian puisi di atas dapat dismpulkan bahwa
pada hakikatnya, puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang
penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau
dialaminya dengan menggunakan bahasa figuratif. Cetusan ide berasal
dari peristiwa atau keadaan yang dikemas oleh seorang penyair ke
dalam bahasa yang padat dan indah.
15
2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi
Unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik
dan struktur batin puisi.
a) Struktur fisik
(1).Perwajahan Puisi (Tipografi)
Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi.
Menurut Siswanto, perwajahan (tipografi) adalah pengaturan dan
penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.16 Sedangkan menurut
Waluyo:
tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan
drama. Larik-larik puisi tidak seperti paragraf tetapi membentuk bait.
Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris.
Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu
terpenuhi tulisan, tidak seperti tulisan yang berbentuk prosa.17
Di dalam puisi-puisi kontemporer, penyajian tipografi puisi itu
dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna
kata-kata, contohnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri.
Tipografi puisi dapat membentuk suasana dan maksud yang
hendak dikatakan penyair.
(2).Diksi
Diksi adalah pilihan kata, menurut Wahyudi Siswanto,
lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
16
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113
17
penyair dalam puisinya.18 Puisi adalah bentuk karya sastra yang
menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak
hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus
secermat-cermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Pemilihan kata dalam menciptakan puisi berhubungan erat
dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair,
semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata-kata
dalam puisi tidak hanya sekedar kata-kata yang dihafalkan, tetapi
sudah mengandung pandangan pengarang. Kata-kata dalam puisi
juga bisa mengungkapkan perasaan pengarang. Perasaan marah,
riang, cemas, khawatir, tegang, dan takut bisa terungkap melalui
puisi yang diciptakan pengarang.
Untuk menampilkan kata yang tepat penyair harus paham
dengan arti kata-kata yang digunakan, padanan katanya, dan
konteks sajak yang akan ditulis. Meskipun kata-kata yang
digunakan kadang-kadang mengandung arti yang sama, tetapi akan
lebih mendalam apabila penggunaan kata diperhatikan dengan
konteks. Penggunaan kata, seperti betina, perempuan, atau wanita
memberikan kesan yang berbeda meskipun ketiga kata tersebut
memilik persamaan makna, mengacu kepada jenis kelamin. Di
18
sinilah bagaimana kecermatan penyair dalam pemilihan kata
diperlukan untuk memberikan nilai tambah kepada pembacanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan kata
dalam puisi merupakan kegiatan penyair dalam mencari dan
mengolah kata-kata sebaik mungkin. Hal tersebut dimaksud agar
semua luapan hati dalam diri penyair dapat disampaikan secara
lengkap, sesuai dengan kehendak penyair.
(3).Pengimajian (Pencitraan)
Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk,
menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji.
Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini
tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap
gambarannya di alam pikir pembaca puisi.
Menurut Siswanto, imaji adalah kata atau kelompok kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan.19 Jabrohim mengungkapkan bahwa
citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai
kepuitisan.20 Maksud kepuitisan itu di antaranya ialah: keaslian
ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat,
membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan
pikiran. Waluyo berpendapat bahwa imaji pengimajian adalah kata
atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
19
Ibid, h. 118
20
sensoris, seperti penglihatan (imaji visual), pendengaran (imaji auditif), dan perasaan (imaji taktil).21 Jadi imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji perasaan atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan
merasakan seperti yang dialami oleh penyair.
(4).Kata Konkret
Untuk membangkitkan daya imaji (daya bayang) pembaca,
maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu
dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya
pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya
dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan
kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau
merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi.
Menurut Jabrohim, kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan
keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca.22
Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji.
Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang.
Misalnya, kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret
21
Herman.J.Waluyo, Op.cit. 78
22
rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.
Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang penuh dosa,
Chairil Anwar menggunakan kata: “aku hilang bentuk/remuk”.
Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang bulat untuk kembali
ke jalan Tuhan, diperkonkret dengan ungkapan: “Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.” Hal ini berbeda dari usahanya untuk mengkonkretkan sikan kebebasannya dengan
kata-kata: “Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang.”
Untuk mengkonkretkan cita-citanya yang abadi, ia menulis:
“Kumau hidup seribu tahun lagi.”
(5).Bahasa Figuratif atau Gaya Bahasa
Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa
figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna.
Perrine (dalam Waluyo, 1995:83) menyatakan bahwa bahasa
figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang akan
dimaksud penyair.23 Keefektifan tersebut disebabkan beberapa hal,
yaitu:
a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.
23
b. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan
menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan
penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair.
d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna
yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu
yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.
Definisi gaya bahasa atau dikenal juga dengan sebutan
majas menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa).24 Majas mempunyai berbagai macam
jenis, antara lain:
a. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat.25 Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
Contoh gaya bahasa metafora terdapat pada puisi Rendra dalam ―Surat Cinta‖, Rendra mengiaskan diri
kekasihnya sebagai Putri Duyung.
24
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.113, cet. Ke-20
25
Engkaulah Putri Duyung Tawananku
Putri Duyung dengan suara merdu Lembut bagi angin laut
Mendesahlah bagiku
b. Persamaan (simile)
Menurut Keraf, persamaan atau simile adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit.26 Yang dimaksud
dengan perbandingan yang ekspilisit ialah bahwa ia
langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.
Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh:
Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah Matanya seperti bintang timur
Contoh-contoh dalam puisi modern yaitu: rindunya bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka, dan sebagainya.
c. Personifikasi
Menurut Keraf, personifikasi adalah semacam gaya
bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
26
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki
sifat-sifat kemanusiaan.27 Contoh:
Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap itu menambah ketakutan kami.
Contoh personifikasi dalam penggalan puisi ―Kubakar
Cintaku‖ karya Emha Ainun Najib pada bait ketiga, yaitu:
Rinduku terbang
Menembus penyap bayang Rinduku burung malam
Menangkup cahaya: rahasia bintang-bintang
d. Hiperbola
Hiperbola yaitu kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair
merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu
agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca.
Contoh:
Penonton sepak bola membanjiri lapangan. Air mataku terkuras saat menangisimu.
Chairil Anwar melukiskan kata-kata yang berlebihan (hiperbola) pada puisinya yang berjudul ―Aku‖, berikut
penggalan puisinya:
Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradangmenerjang
27
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
e. Sinekdoke
Sinekdoke yaitu menyebutkan sebagian untuk maksud
keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud
sebagian. Sinekdoke terbagi menjadi pars prototo
(menyebut sebagian untuk seluruh) dan totem proparte
(menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian). Contoh :
1) Pars prototo: sejak pagi batang hidungnya belum juga kelihatan.
2) Totem proparte: Indonesia menjadi juara ke-1 dalam perlombaan bulu tangkis saat melawan Malaysia.
Toto Bachtiar dalam penggalan puisinya yang berjudul ―Gadis Peminta-minta‖, melukiskan penderitaan gadis
peminta-minta, menggunakan kalimat dengan gaya bahasa
totem proparte, yaitu:
Ingin akuikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Rakyat adalah kita totem proparte Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja pars prototo
Di bumi tanah tercinta
Jutaan tangan mengayun bersama pars prototo
Membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
f. Ironi
Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk
memberikan sindiran. Menurut Keraf, ironi adalah suatu
acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau
maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam
rangkaian kata-katanya.28
Contoh ironi terdapat dalam puisi-puisi Rendra, diantaranya yaitu puisi atau sajak yang berjudul ―Sajak
SLA‖, Rendra melukiskan potret kehidupan seorang guru
dengan tujuan untuk menyindir guru-guru yang
menyelewengkan wewenangnya demi memenuhi
kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik
generasi muda. Hal tersebut terdapat dalam penggalan puisi berjudul ―Sajak SLA‖ di bawah ini:
Ibu guru perlu sepeda motor Jepang Ibu guru ingin hiburan dan cahaya
28
Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor Dan juga ingin jaminan pil penenang ……….
(6).Rima dan Ritme
a. Rima
Menurut Waluyo, rima adalah pengulangan bunyi dalam
puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.29 Dengan
pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Contoh penggalan puisi Rendra ―Ballada Terbunuhnya Atmo
Karpo‖ berikut ini perpaduan konsonan /k/, /b/, dan /p/, serta
vokal /a/, /i/, /u/, memberi efek suasana yang kacau dan penuh
kesibukan.
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi.
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para.
b. Ritme
Menurut Waluyo, ritme sangat berhubungan dengan bunyi
dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase,
dan kalimat.30 Sedangkan menurut Siswanto, ritme merupakan
tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.31 Ritme
sangat menonjol bila puisi dibacakan.
29
Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.90
30
Herman .J. Waluyo, Loc.Cit.
31
Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai
perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk
ritme. Dalam puisi lama jelas sekali pemotongan baris puisi
menjadi dua frase merupakan teknik pembentuk ritme yang
padu, namun teknik tersebut bersifat statis. Berikut ini contoh
ritme dalam puisi lama:
Dari mana / punai melayang Dari sawah / turun ke kali Dari mana / kasih sayang Dari mata / turun ke hati
(7).Struktur Batin
a. Tema
Menurut Waluyo, tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan oleh penyair.32 Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam
jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan
antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan
bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas
kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan.
Dengan demikian tema puisi berkaitan dengan tujuan
penyair dalam menyampaikan sebuah pesan yang terkandung di
32
dalam puisi itu. Tema puisi harus dihubungkan dengan
penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimanjinasikan.
Oleh karena itu, tema bersifat khusus bagi penyair, tetapi
objektif bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat).
b. Rasa
Menurut Siswanto, rasa dalam puisi adalah sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya.33 Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan
latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
pikologis, serta pengetahuan. Contoh, Toto Sudarto Bachtiar dalam ―Gadis Peminta-minta‖, menyikapi pengemis kecil
dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas
kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan
pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan
dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang.
c. Nada
Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca.
33
Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan
masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca.
d. Amanat (Pesan)
Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan
oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud
yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan
yang hendak disampaikan penyair.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk
menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang
disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan
oleh penyair.
3. Menulis Kreatif Puisi
Menulis sastra tidak sama dengan menulis laporan, surat dinas,
ataupun makalah, akan tetapi prinsip-prinsip dasarnya dapat dibinakan
kepada calon penulis. Adapun masalah isi gaya penulisan dan
penggarapan unsur-unsur sastra dapat diserahkan kepada penulis untuk
dikembangkan. Menulis sastra berkaitan dengan pribadi kreatif, karena
dalam menulis sastra harus ada nilai seni dan kegunaan yang
terkandung di dalamnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Quintus Horatius Flaccus dalam tulisannya yang berjudul Ars Poetica, penyair kelahiran Venosa Italia ini mengemukakan istilah
menghibur (dulce) karena keindahan, tetapi juga memberikan makna
(utile) terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun kegembiraan) atau memberikan pelepasan kepada dunia imajinasi.34
Jabrohim mengemukakan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pribadi kreatif menunjukan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan,
memang memberikan peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya untuk menjadi ―kreatif‖, baik dalam tujuannya yang apresiatif maupun
yang ekspresif.35 Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif adalah
cara mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau
berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan
kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang
bermakna. Salah satu teks yang kreatif adalah teks puisi.
Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan.
Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada
pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang
dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan
melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Jadi, sumber
penciptaan karya kreatif adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya
dan lingkungan kehidupan si penulis puisi (penyair).
34 Khris Bheda, ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul 17.10 WIB dari
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007 35
Menurut Roekhan (dalam Nurmalasari, 2008:13)36 unsur penting
dalam menulis kreatif adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam kreativitas sangat dituntut,
karena dengan berpikir kritislah orang dapat menemukan sesuatu
yang belum pernah dipikirkan orang lain. Contohnya sang penyair
Sutardji Calzoum Bachri. Sutardji selalu berpikir kritis saat akan
menulis sebuah puisi maka dari itu ia terkenal dengan
puisi-puisinya yang sangat khas (puisi mantra) yang lebih mementingkan
tipografi (bentuk) dalam puisinya, sedangkan kata-kata, ia
bebaskan dari maknanya.
b. Kepekaan emosi
Kepekaan emosi sangat perlu, agar seseorang dapat menangkap
dan merasakan sesuatu yang sangat samar dari apa yang ada di
sekitarnya. Maksudnya ia bisa menangkap dan merasakan sesuatu
yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain, ia harus bisa
menangkap detil-detil dari apa yang dirasakannya. Contoh:
seseorang sedang berada di puncak gunung, emosi yang didapatkan
adalah kedamaian dan ketenangan. Bila seseorang itu memiliki
kepekaan emosi, pasti seseorang itu terbesit dalam pikirannya
untuk menumpahkan emosinya pada sebuah tulisan puisi.
36 Vita Nurmalasari, ―
Meskipun hanya satu larik saja. Itulah yang dimaksud dengan
kepekaan emosi.
c. Bakat
Bakat yang memperkuat daya kreativitas seseorang tetapi
bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Orang yang berbakat
menulis (sastra) akan lebih berhasil menulis dibandingkan orang
yang kurang atau orang yang tidak berbakat. Tetapi seseorang yang
kreatif tidak hanya mengandalkan bakat saja.
d. Daya imajinasi
Kreativitas menuntut pelibatan daya imajinasi yang tinggi.
Dengan imajinasinya orang mampu mengasosiasikan apa yang
dilihat, dicium, dirasa, didengar atau dirabanya dengan sesuatu
yang lain.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan
menulis merupakan salah satu kegiatan yang menunjukan
kreativitas. Oleh karena itu, dalam keterampilan menulis dikenal
dengan istilah menulis kreatif. Menulis kreatif berhubungan dengan
memberanikan siswa untuk menggunakan sepenuhnya apa-apa
yang mereka miliki, mencakup ide, pesan, pikiran dan perasaan
mereka dalam mengomentari sebagian pikiran siswa yang jarang
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis kreatif puisi atau menulis
puisi adalah suatu proses penciptaan karya sastra yang merupakan
bentuk curahan pengalaman dengan penyampaian menggunakan
bahasa figuratif.
4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi
Nenden Lilis. A. mempunyai tips atau cara dalam menulis puisi,37
yaitu:
a. Menggali dan Mengolah Ide Penulisan Puisi
Seorang penyair akan mendapat ide jika hal-hal yang
dialaminya dari realitas itu ditangkap oleh jiwanya: diamati,
dirasakan, direnungkan, dan dihayati. Jika tidak, pengalaman itu
akan berlalu begitu saja dan tidak akan meninggalkan bekas.
Dengan begitu tidak akan pernah muncul ide untuk dijadikan
bahan penulisan puisi. Banyak cara untuk menggali dan mengolah
ide tersebut. Secara umum, penggalian dan pengolahan ide itu
dapat terjadi apabila kita selalu mengaktifkan dan membuka jiwa
kita pada berbagai hal yang terjadi dalam realitas, antara lain:
1) Selalu mendengarkan dan mempedulikan perasaan-perasaan
dan suara-suara hati sendiri.
2) Selalu mengamati dan menghayati segala hal yang menjadi
aktivitas hidup sehari-hari: pada saat berjalan, bekerja, mandi,
37
makan, menyapu, dan lain-lain, tidak ada yang kita lewatkan
untuk dirasakan lebih dalam. Misalnya, pada saat berjalan ada
kerikil yang bagi orang lain tidak berarti apa-apa, bagi kita bisa
menjadi ide dan pengalaman puitik bagi penciptaan puisi.
3) Tak pernah bosan membaca, baik sumber-sumber tertulis,
maupun yang tidak tertulis. Membaca sumber-sumber tertulis
misalnya koran, buku, majalah, jurnal, dan lain-lain mengenai
berbagai hal: psikologi, sosiologi, sejarah, sains, karya-karya
sastra, dan lain-lain. Membaca yang tidak tertulis misalnya:
fenomena alam, fenomena masyarakat, sikap atau mimik
seseorang, dan lain-lain.
b. Menulis dengan Memperhatikan Unsur-unsur yang Membangun
Puisi
Yang dilakukan dalam proses ini adalah :
1) Memilih kata secermat-cermatnya dan setepat mungkin. Ia
mungkin mencoret berkali-kali kata yang dipilihnya hingga
ditemukan yang paling mewakili perasaan dan pengalamannya.
Kata-kata itu bisa dipikirkannya berhari-hari, bahkan
berminggu-minggu. Ini yang sering disebut dengan pengolahan
unsur diksi.
2) Melukiskan dengan kata-kata sehingga apa yang
didengar, dicium, diraba, dan dirasakan oleh pembaca. Upaya
ini disebut dengan pencitraan.
3) Mencari lambang dan perumpamaan (majas) yang tepat
mengungkapkan pengalaman jiwanya. Proses ini disebut
pengolahan bahasa figuratif.
4) Memvariasikan struktur kalimat, membuat
pengulangan-pengulangan (repetisi), dan eksplorasi-eksplorasi struktur
kalimat lainnya. Proses ini disebut penyiasatan struktur.
5) Memaksimalkan daya guna bunyi kata-kata: asonansi, aliterasi,
onomatope, rima, dan lain-lain untuk menimbulkan efek yang
diharapkan.
6) Menciptakan irama bahasa dengan intonasi kalimat yang
berbeda-beda, pengulangan, pola waktu, dan tekanan secara
teratur dengan penyusunan jumlah suku kata tiap larik tersebut.
7) Jika perlu, tata letak/perwajahan (tipografi) pun diolah oleh
penyair untuk memperkuat estetika dan makna puisinya.
Tipografi puisi dengan bentuk zig-zag misalnya, dapat
menggambarkan makna hidup yang berliku-liku, hati yang
galau, dan lain-lain.
D. Hakikat Media Pembelajaran
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses
atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau
informasi oleh setiap guru dengan siswa. Pesan atau informasi dapat
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Untuk
mempermudah penyampaian pesan atau informasi dalam proses
komunikasi, diperlukan sarana dan prasarana. Salah satu sarana yang
digunakan adalah media pembelajaran.
Media adalah suatu alat yang dipergunakan dalam proses belajar
mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak. Media berfungsi
untuk menyampaikan dan memperjelas materi sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
1. Pengertian Media
Menurut Arsyad, kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‗tengah‘, ‗perantara‘ atau ‗pengantar‘.
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan.38
Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2010:3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.39 Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau
38
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.3.
39
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Menurut Munadi, media pembelajaran dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif.40
Dari tiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga
dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat
bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2010:15), pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, bahkan bisa membawa pengaruh
psikologis terhadap siswa.41 Maka dari itu, agar pembelajaran menulis
puisi ini menjadi menarik dan memotivasi siswa untuk gemar menulis
40
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), Cet. Ke-1, h.7 41
puisi diperlukan sebuah media pembelajaran agar pembelajaran
menjadi berbeda dari biasanya.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan
memadatkan informasi.
Pada dasarnya fungsi media pembelajaran adalah sebagai sumber
belajar. Menurut Munadi (2008:36), fungsi media pembelajaran
terbagai menjadi lima:
a) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Mudhoffir (dalam Munadhi, 2008:37) menyebutkan bahwa
sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem
instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan
lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai
segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta
didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses
b) Fungsi Semantik
Maksud dari fungsi semantik yaitu kemampuan media dalam
menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau
maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik).
Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) –yakni pikiran dan atau perasaan—yang keduanya telah menjadi totalitas
pesan (message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah ―kata‖. Kata atau kata-kata sudah jelas
merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan
atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar
Harimau dapat dipakai sebagai simbol keberanian, seperti
digunakan oleh masyarakat kota Bandung (Maung Bandung). Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukan kepada binatang
buas. Hubungan antara kata, makna dan perujukan kepada binatang
buas. Hubungan antara kata, makna, dan perujukan menjadi amat jelas, yakni ―makna‖ tidak melekat pada ―kata‖; ―kata‖ hanya
bermakna bila telah dirujukan kepada sejumlah referen.
c) Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik)
umum yang dimilikinya sebagai tersebut di atas. Berdasarkan
karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni
mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan
d) Fungsi Psikologis
(1) Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian
(attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang
berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan
adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan
perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan
membuang rangsangan-rangsangan lainnya.
(2) Fungsi Afektif
Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, dan
tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.
Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan
sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu.
Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Terlihat
pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan
untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang
diikutinya. Hal lain dalam penerimaan itu adalah munculnya
tanggapan yakni berupa partisipasi siswa keseluruhan proses
pembelajaran secara sukarela, ini merupakan siswa terhadap
(3) Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif ini terlihat apabila media yang
digunakan adalah darmawisata, siswa mampu menceritakan
pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada
teman-temannya. Melihat hal ini, jelas bahwa media pembelajaran
telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif
siswa. Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan
semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya,
atau semakin kaya dan luas alam kognitifnya.
(4) Fungsi Imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan
mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup
penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi
masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi
(khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran autistik.
(5) Fungsi Motivasi
Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara
membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan
dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainya suatu
hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan
guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu
yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap
yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat
guna.
(6) Fungsi sosio-Kultural
Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi
hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran.
Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa memiliki
jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40
orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena
media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Fungsi atau kegunaan media pendidikan menurut Arief .S.
Sadiman, dkk42 adalah sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan
berguna untuk:
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
42
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
d. Kesulitan latar belakang lingkungan guru dengan siswa yang
berbeda dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan
kemapuannya dalam:
1) Memberikan perangsang yang sama
2) Mempersamakan pengalaman
3) Menimbulkan persepsi yang sama
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu
dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses
belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh
karena itu, media dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu
dan mempermudah proses belajar mengajar. Dengan demikian hasil
pembelajaran dapat lebih optimal.
Penggunaan media juga dapat membangkitkan minat dalam
pembelajaran menulis puisi karena dapat merangsang imajinasi dan
perasaan siswa untuk dapat menulis puisi secara baik.
3. Jenis-jenis Media
Munadhi (2008) menggolongkan media menjadi lima, yaitu:
a. Media Audio
Media audio adalah media yang isi pesannya hanya
diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis
ini hanya melibatkan indera dengar. Jenis-jenis media audio adalah
Phonograph (Gramaphone), Open Reel Tapes, Cassette Tapes, Compact Disk, Radio, Laboratiorium Bahasa.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indera
penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media
visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Jenis media visual antara
lain: gambar, grafik, diagram, bagan, peta, buku atau modul, komik, majalah, poster, dan papan visual.
c. Media Audio-Visual
Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media audio-visual antara lain: film, video, dan televisi.
d. Multimedia
Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu
melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses
e. Peralatan Proyeksi
1) Overhead Projector (OHP)
Adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan
bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan.
2) Slide (Film Bingkai)
Pada dasarnya slide sama dengan film strip, perbedaannya adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu,
sedangkan film strip merupakan rangkaian atau keseluruhan
penyampaian ide tertentu. Lazimnya slide dapat digunakan
untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan.
3) Film Strip (Film Rangkai)
Berbeda dengan slide, gambar (frame) pada film strip
berurutan merupakan satu kesatuan.
4) Opaque Projector (Proyektor Tak Tembus Pandang)
Bila ketiga proyektor di atas berbasis bahan transparan,
maka proyektor yang satu ini mampu memproyeksikan
bahan-bahan tidak tembus pandang (opaque). Benda-benda datar, tiga dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman
dapat diproyeksikan. Jadi berbeda dengan proyektor yang
memproyeksikan bahan visual dari tranparansi yang tembus
5) Digital Projector
Perbedaan digital projector dengan OHP yaitu kalau digital projector dapat menampilkan bahan visual diam dan gerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual diam saja.
Dari berbagai jenis media yang diurai di atas, maka dalam
penelitian ini, penulis menerapkan penggunaan satu media baru yang
bersifat auditif yaitu ilustrasi musik sebagai media pembelajaran
menulis puisi yang berfungsi untuk membangkitkan keinginan, minat,
motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, serta meningkatkan
kemampuan menulis puisi.
4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran
Kata ilustrasi dan musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),43 ilustrasi yaitu penjelasan tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan dsb),
sedangkan arti kata musik yaitu nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama
yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi
itu). Pengertian ilustrasi musik dalam KBBI adalah musik yang mengiringi pertunjukan sandiwara di pentas atau melatari film.
Ilustrasi musik bukan hanya untuk mengiringi pertunjukan sandiwara
atau melatari film saja tetapi bisa juga menjadi sebuah media
43