• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Peraturan Mengenai Upah dan Gaj

2. Upah Minimum

43

Pada pasal 89 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

menggolongkan Upah Minimum menjadi 2, yaitu:

1) Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK)

UMP dan UMK merupakan upah minimum yang berlaku

berasarkan pembagian wilyah. UMP berlaku untuk seluruh

kabupaten/kota di suatu provinsi, sedangkan UMK berlaku di

daerah kabupaten/kota.

Beberapa peraturan penting mengenai UMP dan UMK bagi

pekerja/buruh, diantaranya:

a) Perusahaan dilarang member upah lebih kecil dari Upah

Minimum, yaitu berdasarkan UMP, UMK, UMS Provinsi, dan

UMS Kabupaten/Kota sesuai dengan Pasal 90 UU No. 13

Tahun 2003 dan Pasal 13 (yang diubah menjadi pasal 12)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-1/MEN/1999.

b) Apabila suatu kabupaten tidak menetapkan UMK, maka Upah

Minimum yang berlaku di kabupaten mengikuti UMP.

Sedangkan bila seluruh kabupaten/kota telah menetapkan

UMK, maka gubernur tidak perlu menetapkan UMP.

c) Jika Suatu daerah memiliki UMP dan UMK, maka pengusaha

diwajibkan memberi upah berdasarkan UMK sesuai dengan

pasal 13 (yang diubah menjadi pasal 12) Ayat 2 Peraturan

44

d) UMP dan UMK diberlakukan bagi pekerja/buruh tetap, tidak

tetap, dan pekerja/buruh dalam masa percobaan. Hal ini sesuai

dengan Pasal 14 (yang diubah menjadi pasal 13) Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. PER-1/MEN/1999.

e) UMP dan UMK berlaku bagi pekerja/buruh lajang yang

mempunyai masa kerja dibawah 1 tahun.dengan demikian

pekerja yang telah lebih dari satu tahun akan menerima lebih

dari UMP dan UMK.

f) UMP dan UMK ditinjau setiap tahun sehingga akan berubah

dari tahun ke tahun.

g) UMP dan UMK dihitung sebagai upah tiap bulan. Bagi pekerja

borongan, maka Upah Minimumnya dihitung berasarkan rata-

rata upah yang diterima dalam satu bulan. Sedangkan bagi

pekerja harian lepas, UMP atau UMK dihitung berasarkan:

(1) Untuk perusahaan dengan 6 hari kerja seminggu, upah

harian ikali 25 tidak boleh lebih rendah dari UMK atau

UMP.

(2) Untuk perusahaan dengan 5 hari kerja seminggu, upah

harian dikali 21 tidak boleh lebih rendah dari UMP atau

UMK.

h) Upah yang tercantum dalam kesepakatan kerja atau perjanjian

kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi

45

kesepakatan tersebut telah dibuat dan nilai upah yang

didalamnya lebih rendah, maka kesepakatan tersebut batal

demi hukum. Hal ini diatur dalam pasal 91 Ayat 2 Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003.

2) Upah Minimum Sektoral (UMS)

UMS merupakan Upah Minimum yang ditetapkan

berdasarkan sektor di wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

Sektoral sendiri adalah kelompok lapangan usaha beserta

pembagiannya menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia

(KLUI). UMS dibagi menjadi UMS Provinsi dan UMS

Kabupaten/Kota.

Beberapa peraturan mengenai UMS bagi para

pekerja/buruh adalah:

a) Jika suatu sektor usaha di suatu daerah telah menetapkan

UMS, maka perusahaan yang bergerak di sektor tersebut

dilarang memberi upah lebih rendah dari UMS. Hal ini

berdasarkan pada Pasal 13 Permenaker No. PER-1/MEN/1999.

b) Nilai UMS Provinsi harus lebih besar sekurang-kurangnya 5%

dari UMP, begitu pula nilai UMS Kabupaten/Kota harus lebih

besar sekurang-kurangnya 5% dari UMK. Hal ini sesuai

46

c) Untuk menentukan UMS Provinsi maupun UMS

Kabupaten/Kota, maka Dewan Pengupahan akan

mempertimbangkan:

(1) Homogenitas perusahaan

(2) Jumlah perusahaan di sektor tersebut

(3) Jumlah tenaga kerja

(4) Devisa yang dihasilkan

(5) Nilai tambah yang dihasilkan

(6) Kemampuan perusahaan

(7) Asosiasi perusahaan

(8) Serikat pekerja terkait

d) UMS Provinsi dan UMS Kabupaten/Kota diberlakukan bagi

pekerja/buruh lajang yang merupakan pekerja/buruh tetap,

tidak tetap, dan masa percobaan. Hal ini diatur dalam Pasal 14

(yang diubah menjadi pasal 13) Permenaker No. PER-

1/MEN/1999.

e) Seperti halnya UMP dan UMK, UMS Provinsi dan UMS

Kabupaten/Kota hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang

mempunyai masa kerja di bawah satu tahun.

f) UMS Provinsi dan UMS Kabupaten/Kota ditinjau setiap tahun

sehingga akan berubah dari tahun ke tahun.

g) UMS Provinsi dan UMS Kabupaten/Kota dihitung sebagai

47

Minimumnya dihitung berdasarkan rata-rata upah yang

diterima dalam satu bulan. Sedangkan bagi pekerja harian

lepas, dihitung sebagai berikut:

(1) Untuk perusahaan dengan 6 hari kerja seminggu, upah

harian dikali 25 tidak boleh lebih rendah dari Upah

Minimum.

(2) Untuk perusahaan dengan 5 hari kerja seminggu, upah

harian dikali 21 tidak boleh lebih rendah dari Upah

Minimum.

h) Upah yang tercantum dalam kesepakatan kerja atau perjanjian

pekerja/buruh dengan pengusaha tidak boleh lebih rendah dari

Upah Minimum. Jika kesepakatan tersebut sudah dibuat dan

nilainya lebih rendah, maka kesepakatan tersebut batal demi

hukum.

b. Komponen KHL (Kebutuhan Hidup Layak)

KHL adalah standar kebutuhan seseorang pekerja/buruh lajang

untuk dapat hidup layak secara fisik dalam 1 bulan dengan konsumsi

sebesar 3.000 kalori per hari. KHL ini adalah asumsi yang nantinya

digunakan untuk memperkirakan seberapa besar uang yang

dibutuhkan oleh seorang pekerja/buruh lajang dalam sebulan.

Komponen KHL menurut Permenakertrans No. 13 Tahun 2012

terdiri dari 60 jenis kebutuhan, yaitu:16

16

48

Tabel 2.1: Komponen Kebutuhan Hidup Layak Untuk Pekerja/Buruh Lajang dengan Kebutuhan 3.000 Kalori Menurut

Permenakertrans N0. 13 Tahun 2012

No Komponen dan Jenis Kebutuhan Kualitas/Kriteria Jumlah

Kebutuhan Satuan

I Makanan dan Msinuman

1 Beras Sedang 10.00 Kg

2 Sumber Protein:

a. Daging Sedang 0.75 Kg

b. Ikan Segar Baik 1.20 Kg

Telur Ayam Telur Ayam Ras 1.00 Kg

3 Kacang-kacangan:

Tempe/Tahu Baik 4.50 Kg

4 Susu Bubuk Sedang 0.90 Kg

5 Gula Pasir Sedang 3.00 Kg

6 Minyak Goreng Curah 2.00 Kg

7 Sayuran Baik 7.20 Kg

8 Buah-buahan (setara pisang/pepaya) Baik 7.50 Kg

9 Karbohidrat lain (setara tepung terigu) Sedang 3.00 Kg

10 Tehatau Celup 1.00 Dus isi 25

Kopi Sachet 4.00 75gr

11 Bumbu-bumbuan (nilai 1 s.d. 10) 15.00 %

II Sandang

12 Celana panjang/rok/pakaian muslim Katun sedang 6/12 Potong

13 Celana pendek Katun sedang 2/12 Potong

14 Ikat Pinggang Kulit sintesis, polos,

tidak branded 1/12 Buah

15 Kemeja lengan pendek/blus Setara katun 6/12 Potong

16 Kaos oblong/BH Sedang 6/12 Potong

17 Celana dalam Sedang 6/12 Potong

18 Sarung/Kain panjang Sedang 3/24 Helai

19 Sepatu Kulit sintetis 2/12 Pasang

20 Kaos kaki Katun, polyester,

polos, sedang 4/12 Pasang

21 Perlengkapan pembersih sepatu

a. Semir Sedang 6/12 Buah

b. Sikat Sepatu Sedang 1/12 Buah

22 Sandal Jepit Karet 2/12 Pasang

49

24 Perlengkapan Ibadah:

a. Sajadah Sedang 1/12 Potong

b. Mukenah Sedang 1/12 Potong

c. Peci, dll Sedang 1/12 Potong

III Perumahan

25 Sewa Kamar Dapat menampng KHL

lainnya 1.00 Bulan

26 Dipan/Tempat tidur No. 3, polos 1/48 Buah

27 Perlengkapan tidur:

a. Kasur busa Busa 1/48 Buah

b. Bantal busa Busa 2/36 Buah

28 Sprei dan sarung bantal Katun 2/12 Set

29 Meja dan Kursi 1 Meja/4 Kursi 1/48 Set

30 Lemari pakaian Kayu Sedang 1/48 Buah

31 Sapu Ijuk sedang 2/12 Buah

32 Perlengkapan makan:

a. Piring Makan Polos 3/12 Buah

b. Gelas Minum Polos 3/12 Buah

c. Sendok dan Garbu Sedang 3/12 Pasang

33 Ceret Aluminium Ukuran 25cm 1/24 Buah

34 Wajan Aluminium Ukuran 32cm 1/24 Buah

35 Panci Aluminium Ukuran 32cm 2/12 Buah

36 Sendok Masak Aluminium 1/12 Buah

37 Rice Cooker ukuran 1/2 liter 350 Watt 1/48 Buah

38 Kompor dan perlengkapannya:

a. Kompor gas 1 tungku SNI 1/24 Buah

b. Selang dan regulator SNI 1/24 Set

c. Tabung gas 3 kg Pertamina 1/60 Buah

39 Gas LPG 3 kg 2.00 Tabung

40 Ember Plastik Isi 20 liter 2/12 Buah

41 Gayung Plastik Sedang 1/12 Buah

42 Listrik 900 Watt 1.00 Buah

43 Bola Lampu Hemat Energi 14 Watt 3/12 Buah

44 Air Bersih Standar PDAM 2.00 Meter

Kubik

45 Sabun Cuci Pakaian Cream/Deterjen 1.50 Kg

46 Sabun Cuci Piring (colek) 500gr 1.00 Buah

47 Seterika 250 Watt 1/48 Buah

48 Rak Piring Portable Plastik Sedang 1/24 Buah

49 Pisau Dapur Sedang 1/36 Buah

50

IV Pendidikan

51 Bacaan/ Tabloid/ 4 atau Eks atau

Radio 4 Band 1/48 Buah

52 Ballpoint/Pensil Sedang 6/12 Buah

V Kesehatan

53 Sarana Kesehatan:

a.Pasta Gigi 80gr 1.00 Tube

b. Sabun Mandi 80gr 2.00 Buah

c. Sikat Gigi Produk Lokal 3/12 Buah

d. Shampoo Produk Lokal 1.00 Buah

e. Pembalut atau Isi 10 1.00 Dus

Alat Cukur 1.00 Set

54 Deodorant 100ml/g 6/12 Botol

55 Obat Anti Nyamuk Bakar 3.00 Dus

56 Potong Rambut Di Tukang Cukur/Salon 6/12 Kali

57 Sisir Biasa 2/12 Buah

VI Transportasi

58 Transpotasi Kerja, dll Angkutan Umum 30 Hari (PP)

VII Rekreasi dan Tabungan

59 Rekreasi Daerah Sekitar 2/12 Kali

60 Tabungan (2% dari nilai 1 s.d 59) 2 %

Sumber: Permenakertrans No. 13 Tahun 2012

Nilai KHL dari setiap tahun pasti akan terus mengalami

perubahan yang disebabkan berbagai faktor seperti inflasi dan keadaan

ekonomi, sehingga nilai KHL tersebut cenderung naik, akan tetapi

dapat juga mengalami penurunan sesuai dengan keadaan

perekonomian saat itu. Seperti yang terdapat di provinsi Jawa Timur,

pada tahun 2005 nilai KHL hanya sebesar Rp 339.227,00 dan di tahun

2013 telah berubah menjadi Rp 825.000,00 seperti yang ada pada

51

Tabel 2.2: Komponen Kebutuhan Hidup Layak di Provinsi Jawa Timur Tahun 2005–2013 No Tahun KHL (Rp) 1 2005 339.227 2 2006 580.054 3 2007 458.755 4 2008 544.157 5 2009 706.698 6 2010 856.888 7 2011 731.635 8 2012 - 9 2013 825.000

Sumber: Ditjen PHI dan Jamsostek

c. Pekerja/Buruh Tidak Dibayar sesuai Upah Minimum

Pada dasarnya perusahaan dilarang member upah di bawah

Upah Minimum sesuai dengan Pasal 90 Ayat 1 Undang-Undang No.

13 Tahun 2013. Perusahaan yang melanggar ketentuan dalam

pembayaran Upah Minimum mendapat ancaman sanksi pidana berupa

penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 4 tahun dan/atau denda

paling sedikit Rp 100.000.000,00 dan paling banyak Rp

400.000.000,00. Hal ini diatur dalam Pasal 185 Ayat I Undang-

Undang Ketenagakerjaan.

C. Pandangan Ekonomi Islam Mengenai Upah dan Gaji

Dokumen terkait