• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR LAHIRNYA KETENTUAN TENTANG

D. Upaya Dalam Menjamin Kemandirian dan Ketidak

Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dimungkinkan para notaris untuk bergabung dalam bentuk perserikatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian dan ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya. Notaris adalah suatu profesi yang mandiri, yang selalu harus berpikir dan bertindak obyektif karena notaris tidak boleh memihak. Kemandirian dan ketidakberpihakan seorang notaris dalam menjalankan jabatannya sudah menjadi etika profesi yang harus selalu dipegang teguh oleh notaris. Dalam menjalankan jabatannya, notaris harus menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur, tidak memihak, dam penuh rasa tanggung jawab. Notaris juga

Perubahan Kerangka Regulasi pada Notariswet 1999, yang menyoroti tentang liberalisasi profesi Notaris di Belanda. 12 Juni 2010

84Di Indonesia, masa magang ditentukan oleh Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris hanya selama 1 tahun

tidak diperkenankan menggunakan jasa perantara maupun menggunakan media massa yang bersifat promosi. Nilai-nilai yang dapat ditarik dari ketentuan ini adalah nilai kemerdekaan (kemandirian), kejujuran, dan keadilan (obyektivitas).

Seorang notaris harus memiliki perilaku profesional. Unsur perilaku profesional adalah :86

a. perilaku profesional harus menunjuk pada keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi;

b. dalam melakukan tugas profesionalnya notaris harus mempunyai integritas moral, dalam arti segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya. Sesuatu yang bertentangan dengan yang baik harus dihindarkan walaupun dengan melakukannya ia akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi. Pertimbangan moral dalam melaksanakan tugas profesi tersebut harus diselaraskan dengan nilai-nilai kemasyarakatan, nilai-nilai sopan santun dan agama yang berlaku. Tidak penting bahwa seseorang hanya memiliki kemampuan profesional yang tinggi, tetapi ia baru mempunyai arti apabila di samping memiliki kemampuan profesional ia juga adalah orang yang bermoral.

c. harus jujur, tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga pada dirinya sendiri.

d. sekalipun sebenarnya keahlian seorang tenaga profesional notaris dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas profesionalnya ia tidak boleh semata-mata didorong oleh pertimbangan uang. Apabila seseorang mengharapkan bantuannya dan orang itu tidak dapat membayar karena tidak mampu, dengan alasan profesionalnya ia harus memberikan jasanya semaksimal mungkin dengan cuma-cuma. Notaris yang profesional tidak boleh bersikap diskriminatif, membedakan antara orang yang mampu dan tidak mampu.

e. notaris yang profesional harus memegang teguh etika profesi. Memegang teguh kode etik profesi sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan tugas profesi dengan baik, karena dalam kode etik profesi itulah ditentukan segala perilaku yang harus dimiliki seorang notaris. Notaris yang melakukan profesinya di bidang hukum dengan sebaik-baiknya haruslah juga berbahasa Indonesia yang sempurna, sesuai dengan perkembangan bahasa Indonesia dan Nasional.

Ismail Saleh87 menyatakan bahwa ada empat pokok yang harus diperhatikan oleh para Notaris, yaitu sebagai berikut:

a. Dalam menjalankan, tugas profesinya, seorang Notaris harus mempunyai intergritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas profesinya. Walaupun akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan.

b. Seorang Notaris harus jujur, tidak saja pada kliennya juga pada dirinya sendiri. Ia harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya, tidak memberi janji-janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar klien tetap mau memakai jasanya. Kesemuanya itu merupakan suatu ukuran tersendiri tentang kadar kejujuran intelektual seorang Notaris.

c. Seorang Notaris harus menyadari akan batas-batas kewenangannya. Ia harus mentaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh dilakukan. Adalah bertentangan dengan perilaku professional apabila seorang Notaris ternyata berdomisili dan bertempat tinggal tidak ditempat kedudukannya sebagai Notaris. Atau memasang papan dan mempunyai kantor ditempat kedudukannya, tapi tempat tinggalnya dilain tempat. Seorang Notaris juga dilarang untuk menjalankan jabatannya diluar daerah jabatannya. Apabila ketentuan tersebut dilanggar, maka akta yang bersangkutan akan kehilangan daya otentiknya.

d. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang lugas untuk mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas profesinya ia tidak boleh semata-mata didorong oleh pertimbangan uang semata. Seorang Notaris yang pancasilais harus tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh jumlah uang dan tidak semata-mata hanya menciptakan suatu alat bukti formal mengejar kepastian hukum, tetapi mengabaikan rasa keadilan.

Sebagai pejabat umum yang melaksanakan jabatannya secara profesional, notaris dituntut untuk bersikap sempurna dalam bekerja. Sebagaimana diketahui bersama bahwa eksistensi notaris bukanlah untuk dirinya sendiri melainkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa seorang notaris harus menambah pengetahuan dan keterampilannya dalam melayani masyarakat sebagai misi utama dalam hidupnya. Pelayanan yang dimaksud disini

87 Ismail Saleh, Membangun Citra Profesional Notaris Indonesia, Pengarahan/ceramah Umum

Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada Upgrading/Refresing Course Notaris se-Indonesia Bandung, 1993, hal. 19.

jangan diartikan sempit dengan hanya membuat akta, namun harus dilihat secara

holistik. Pelayanan harus dilihat secara menyeluruh dari mulai kemudahan masyarakat mendapatkan informasi, menghubungi notaris, datang ke tempat notaris, fasilitas kantor notaris, keramahan notaris beserta pegawainya, dan lain sebagainya.88

Konsep ini mungkin akan menimbulkan pro dan kontra, namun perlu dilihat bahwa notaris bergerak dalam bidang pemberian jasa. Dalam ranah ilmu manajemen notaris berada dalam satu kelompok dengan dokter, pengacara dan konsultan yaitu didalam pelayanan profesional atauprofessional service.

Notaris disebut profesional karena notaris tidak bekerja pada perusahaan ataupun membawa nama perserikatan namun bekerja untuk dirinya sendiri dan notaris menjual satu hal yakni pelayanan kepercayaan (trusted services). Dengan menerapkan prinsip kualitas pelayanan pada praktek kenotariatan, hal ini akan meningkatkan kepuasan klien dan masyarakat serta meningkatkan daya saingnya sebagai profesi yang luhur.

Pelayanan pada dunia kenotariatan tidak dapat disamakan dengan pelayanan pada bisnis biasa, karena harus tetap mengacu dan patuh pada kode etik notaris. Hal ini disebabkan karena notaris berada dalam ranah pelayanan profesional yang menjunjung tinggi etika profesional. Agar pelayanan yang diberikan dapat memuaskan masyarakat maka setiap notaris harus bisa diandalkan, meyakinkan, tampilannya mendukung citranya, berempati dan cepat tanggap terhadap masalah yang dihadapi klien. Selain itu yang paling penting adalah seorang notaris harus bisa

menjaga janji-janjinya kepada klien, karena janji akan membentuk harapan klien kepada notaris.

Notaris diharapkan secara berkelanjutan berusaha memperbaiki kualitas pelayanannya, bersikap tanggap dan sensitif terhadap harapan klien, terus-menerus meningkatkan reputasi kantor notaris dengan senantiasa menepati segala sesuatu janji yang telah diucapkan sebelumnya kepada klien. Notaris juga harus memilih pegawai yang profesional untuk segala posisi di kantor notaris, dan wajib menciptakan standar kerja yang baku sehingga proses kerja kantor notaris dapat dikontrol.89

Melihat tuntutan kerja notaris yang begitu kompleks, tentunya notaris yang baru diangkat belum dapat menguasai setiap hal bidang kenotariatan walaupun ia telah menjalani magang selama 1 (satu) tahun penuh di kantor notaris. Kendala- kendala ini dapat teratasi dengan dibukanya kesempatan untuk notaris menjalankan jabatannya dalam satu kantor bersama notaris.

Menurut Herlien Budiono, Notaris sekaligus Guru Besar, walaupun notaris bersekutu dalam perserikatan perdata, masing-masing notaris yang tergabung dalam perserikatan perdata tersebut tetap bertindak untuk dirinya sendiri. Jadi, pada dasarnya pembentukan perserikatan perdata tersebut hanyalah bertujuan untuk bersatu dalam suatu kantor yang sama. Perserikatan perdata notaris sudah merupakan praktek yang lazim di Belanda. Bahkan hampir setengah dari jumlah notaris yang ada di sana sudah berserikat contohnya ialah asosiasi antara notaris dengan advokat.

Perserikatan perdata bagi para notaris hanya dapat dibentuk oleh notaris- notaris yang memiliki tempat kedudukan yang sama. Sebagai contoh, perserikatan perdata notaris yang berkantor di Jakarta Pusat, harus terdiri dari notaris-notaris yang

memiliki wilayah kerja di Jakarta. Satu wilayah jabatan notaris adalah satu propinsi, maka para notaris tersebut tidak harus sama-sama memiliki wilayah kerja di Jakarta Pusat saja, melainkan bisa juga Jakarta Barat, Timur, Selatan atau Utara. Yang tidak boleh adalah, jika berkantor sama dengan notaris yang memiliki wilayah kerja di Surabaya atau Bandung misalnya.

Sebagai perbandingan, perserikatan perdata yang akan dibuat oleh notaris sebagai kantor bersama sedikit banyak dapat disandingkan dengan dokter yang memilih untuk praktek bersama di satu tempat. Dari segi menjalankan jabatan, para dokter yang tergabung di satu tempat praktek bersama itu wajib memiliki ijin praktek, dan mereka menjalankan profesinya sendiri-sendiri dalam menangani pasien. Begitu pula dengan tanggung jawab dokter terhadap pasien, ia akan bertanggungjawab secara pribadi. Setiap dokter yang praktek juga terikat pada kode etik yang mewajibkan ia merahasiakan riwayat kesehatan pasien. Hal ini dapat ditiru oleh notaris yang akan membentuk kantor bersama notaris. Notaris yang akan membentuk kantor bersama tersebut dapat menjalankan jabatannya secara masing-masing, sedangkan untuk urusan pelayanan pada kantor bersama dapat dikuasakan kepada salah satu teman serikat untuk mengurusnya. Perlu diperhatikan bahwa hal-hal yang dapat dikuasakan kepada teman serikat untuk melakukan pengurusan hanya terbatas pada manajemen kantor bersama dan tidak dapat memasuki ranah profesi teman serikat sebagai notaris itu sendiri.

Pembentukan perserikatan perdata sebagai kantor bersama notaris tentunya tidak akan terlepas dari kendala-kendala yang akan mengganggu kemandirian dan

ketidakberpihakan notaris dalam menjalankan jabatannya. Kendala yang mungkin timbul adalah adanya dominasi notaris senior dalam perserikatan sehingga akan menghasilkan pembagian pekerjaan maupun keuntungan yang tidak adil di antara teman serikat. Menyikapi hal ini, perlu diperhatikan bahwa notaris yang bergabung dalam perserikatan perdata memiliki peran dan kedudukan yang sama karena setiap teman serikat wajib memberikan pemasukan dalam perserikatan.

Notaris yang bergabung dalam perserikatan perdata juga menjalankan jabatannya secara masing-masing sehingga kemandirian notaris akan terus terjaga. Mengenai pembagian keuntungan, lebih baik diatur secara terperinci pada perjanjian pendirian perserikatan perdata. Apabila pada saat keuntungan akan dibagikan ternyata ada hal yang belum diatur dalam perjanjian maka wajib diambil keputusan secara musyawarah mengenai besaran keuntungan yang akan diterima oleh Teman Serikat.

Akan tetapi kendala lain yang mungkin akan timbul kemungkinan adalah mengenai pembagian pekerjaan di antara para notaris sebagai teman serikat. Apabila pada perserikatan perdata notaris terdapat pegawai yang bertugas sebagai penerima tamu, dikhawatirkan ia akan memiliki kecenderungan untuk menyalurkan klien pada salah satu notaris sehingga pembagian pekerjaan di antara para notaris menjadi tidak adil dan menimbulkan persaingan yang tidak sehat.

Kita harus melihat bahwa pada prinsipnya notaris-notaris yang tergabung dalam perserikatan perdata tetap menjalankan profesinya secara sendiri-sendiri dan terpisah. Kendala-kendala yang mungkin akan timbul dan mengganggu kemandirian dan ketidakberpihakan notaris yang menjalankan jabatannya dalam perserikatan perdata pada umumnya hampir sama dengan notaris yang menjalankan jabatannya di kantor sendiri tanpa perserikatan perdata. Untuk menjamin kemandirian dan ketidakberpihakan notaris dalam menjalankan jabatannya, kita harus kembali melihat

peran Majelis Pengawas Notaris yang juga memiliki fungsi pembinaan. Peran pembinaan ini patut dipahami oleh Majelis Pengawas karena hal ini sangat diperlukan untuk menjaga keluhuran profesi notaris. Semoga peran Majelis Pengawas Notaris dapat terus ditingkatkan sehingga notaris dapat menjalankan jabatannya sesuai dengan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan maupun kode etik dan masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang terbaik.90

90Hasil Wawancara dengan Heriyanti, Notaris di Kota Medan, tanggal 09 April 2012, pukul 15.02