• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Hukum Ahli Waris Testamenter Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya

PERLINDUNGAN HUKUM APABILA WARISAN TELAH DIBAGI BARU KEMUDIAN DIKETAHUI ADANYA WASIAT

B. Upaya Hukum Ahli Waris Testamenter Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya

Wasiat.

Ahli waris ini didasarkan atas wasiat yaitu dalam Pasal 874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, setiap orang yang diberi wasiat secara sah oleh pewaris wasiat, terdiri atas testamentair erfgenaam yaitu ahli waris yang mendapat wasiat yang berisi suatu erfstelling (penunjukkan satu atau beberapa ahli waris untuk mendapat seluruh atau sebagian harta peninggalan); legataris yaitu ahli waris karena mendapat wasiat yang isinya menunjuk seseorang untuk mendapat berapa hak atas

166

satu atau beberapa macam harta waris, hak atas seluruh dari satu macam benda tertentu, hak untuk memungut hasil dari seluruh atau sebagian dari harta waris.

Suatu harta peninggalan (warisan) diwarisi berdasarkan wasiat dan berdasarkan undang-undang. Dengan surat wasiat, si pewaris dapat mengangkat seseorang atau beberapa orang ahli waris dan pewaris dapat memberikan sesuatu kepada seseorang atau beberapa orang ahli waris tersebut. Dalam pasal 875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata surat wasiat atau testament itu adalah suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia dan dapat dicabut kembali.167

1. Upaya Hukum Non Litigasi

Pada persengketaan, perbedaan pendapat dan perdebatan yang berkepanjangan biasanya mengakibatkan kegagalan proses mencapai kesepakatan. Keadaan seperti ini biasanya berakhir dengan putusnya jalur komunikasi, sehingga masing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan kepentingan pihak lainya. Agar tercipta proses penyelesaian sengketa yang efektif, prasyarat yang harus dipenuhi adalah kedua belah pihak harus sama-sama memperhatikan atau menjunjung tinggi hak untuk mendengar. Dengan persyaratan tersebut proses dialog dan pencarian titik temu yang akan menjadi proses penyelesaian sengketa baru dapat berjalan. Proses penyelesaian sengketa mengharuskan para pihak mengembangkan penyelesaian agar dapat diterima bersama.

167

Pembagian warisan dengan cara sukarela tidak selamanya harus langsung dibagi untuk masing-masing ahli waris, bisa saja pada mulanya untuk pemilikan bersama terhadap harta tersebut, seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan pelaksanaan secara sukarela adanya perdamaian yang ahli waris buat di hadapan notaris untuk awal permulaan pelaksanaan pembagian waris. Perdamaian mana dibuat sesuai dengan pernyataan setiap ahli waris setuju dengan pelaksanaan pembagian waris yang mana telah disepakati bersama. “Perdamaian yang dalam bahasa Belanda disebut juga “compromis” merupakan suatu perjanjian/persetujuan (overeenkomst) dengan mana para pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan, atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang belum putus (aanhangig) atau untuk mencegah timbulnya suatu perkara”.168

“Setiap perdamaian hanya terbatas pada soal yang termaktub didalamnya; pelepasan segala hak dan tuntutan yang dituliskan di situ harus diartikan sekedar hak-hak dan tuntutan-tuntutan itu ada hubungannya dengan perselisihan yang menjadi lantaran perdamaian tersebut. Setiap perdamaian hanya mengakhiri perselisihan-perselisihan yang termaktub didalamnya, baik para pihak merumuskan maksud mereka dalam perkataan khusus atau umum, maupun maksud itu dapat disimpulkan sebagai akibat mutlak satu-satunya dari apa yang dituliskan".169

Pada pembagian waris yang melalui cara sukarela yang diawali dengan akta perdamaian bukan berarti menutup kemungkinan timbulnya sengketa. Karena dalam

168

Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, (Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1990), hal 498.

169

hal pembagian waris kebanyakan timbul permasalahan setelah adanya pembagian secara sukarela sesama ahli waris. Hal yang memicu timbulnya sengketa adanya hal-hal yang oleh sebagian atau salah seorang ahli waris merasakan hak mewarisnya hilang atau bagiannya yang tidak sepadan.

Pada penyelesaian sengketa waris melalui luar pengadilan melalui jalur musyawarah dengan mediasi atau negosiasi. Sebenarnya negosiasi dan mediasi terdapat pada sengketa bisnis namun tidak menutupi untuk diterapkan dalam sengketa perdata lainya, yang berujung pada akta perdamaian nantinya.

Setiap orang melakukan negosiasi dalam kehidupan sehari-hari. Negosiasi adalah merupakan komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan maupun yang berwenang.170 Sedangkan mediasi merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.171

2. Upaya Hukum Litigasi

Setiap orang yang merasa hak keperdataannya dilanggar orang lain atau memiliki kepentingan dapat menggugat orang yang merugikannya ke Pengadilan Negeri dengan menuntut ganti rugi.172

170

Suyud Margono, Op.cit, hal. 49.

171

Ibid, hal. 59.

Pengadilan Negeri Bitung, diakses tanggal 26 Agustus 2015, pada pukul 17.00.

Pembagian warisan yang berujung konflik atau sengketa, adanya pilihan penyelesaian baik secara mufakat dan musyawarah keluarga maupun dengan jalur hukum, yaitu mengajukan gugatan waris ke Pengadilan Negeri. Dalam hal ini putusan hakim yang telah berkekuatan tetap merupakan paksaan untuk pembagian waris atau harta peningalan, yang demikianlah disebut dengan pembagian waris atau harta peninggalan secara paksa. “Tuntutan hukum untuk membatalkan suatu pemisahan meliputi setiap akta yang dimaksudkan untuk mengakhiri keadaan harta tidak terbagi di antara para kawan waris, tak peduli apakah akta tersebut telah dilakukan dengan nama jual-beli, pertukaran, perdamaian, atau lain sebagainya. Namun apabila pemisahan harta peninggalan atau suatu akta yang seperti itu telah dilaksanakan, maka tak dapatlah dimintakan pembatalan terhadap suatu perdamaian yang kiranya telah dibuat untuk menghilangkan keberatan-keberatan yang nyata, yang terdapat dalam akta pertama”.173

Putusan hakim mempunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang berperkara, dan kekuatan pembuktian, yang berarti bahwa dengan adanya putusan telah diperoleh suatu kepastian tentang sesuatu, serta kekuatan eksekutorial yaitu kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa

Pembagian waris atau harta peninggalan secara paksa dimana adanya pelaksanaan pembagian waris ditentukan oleh hakim dengan putusan hukum yang berkekuatan tetap bahkan dapat dengan eksekusi.

173

oleh alat-alat negara.174

Perdamaian dilaksanakan untuk menghindari serta menyelesaikan permasalahan, baik permasalahan tersebut masih bersifat musyawarah keluarga yang tidak terpecahkan maupun permasalahan yang telah masuk ranah hukum, dalam hal ini maksudnya sedang proses peradilan atau telah proses peradilan. Perdamaian yang dilaksanakan ketika putusan hakim telah keluar dan para pihak masih tidak merasa nyaman serta keinginan tidak terpenuhi, maka para pihak mengenyampingkan putusan hakim dan membuat akta perdamaian di hadapan notaris. Hal yang demikian bukan berarti salah, karena hukum perdata selalu memberi peluang untuk perdamaian, lain dengan hukum pidana.

Putusan hakim tersebut tidak selalu memberikan kenyamanan serta rasa keinginan yang tidak terpenuhi, karena dari itu tidak memungkinkan adanya akta perdamaian yang mengenyampingkan putusan hakim tersebut.

Salah satu contoh kasus perdamaian yang mengenyampingkan putusan hakim adalah perdamaian yang dilaksanakan para pihak dalam upaya menyelesaikan sengketa waris melalui proses persidangan, yang pada akhirnya diputus oleh Pengadilan Negeri Bekasi dengan nomor perkara: 305/ Pdt. G/2007/PN.Bks. Gugatan tersebut diajukan karena penggugat dirugikan atas harta warisan. Penggugat sebagai orang yang menyatakan dirinya sebagai ahli waris yang sah dan tergugat kedudukannya sebagai orang yang mengaku juga sebagai ahli waris dari pewaris. Hal ini menimbulkan suatu permasalahan antara para pihak dan pada akhirnya ke

174

Rima Nurhayati, Tinjauan Hukum Akta Perdamaian Yang Menyampingkan Putusan

Pengadilan Yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap (Studi Kasus Perdata No.

pengadilan untuk menyelesaikan sengketa. Dalam faktanya para penggugat tetap ingin pembagian harta warisan tersebut mendapat haknya yaitu untuk diakui sebagai salah satu ahli waris dan mendapat bagian harta warisan yang disengketakan, sehingga gugatan dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Bekasi.

Proses persidangan di pengadilan telah mempunyai putusan yang tetap dari Pengadilan Negeri Bekasi, isi putusan tersebut adalah dengan ketentuan apabila pembagian tersebut secara teknis menemui kesulitan maka harta warisan tersebut dijual lelang di muka umum dan hasil penjualannya di bagi tergugat, serta penggugat masing-masing mendapat 1/5. (karena jumlah tergugat terdiri dari tiga orang, sedangkan penggugat terdiri dari dua orang) bagian setelah di potong biaya pajak dan biaya lain yang diperlukan, menetapkan antara penggugat dan tergugat sama-sama sah para ahli waris dari Pewaris dan mengatur hak mereka.

Realisasi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) dapat dijalankan dengan sukarela dan eksekusi. Para pihak berkehendak untuk upaya damai. Akta perdamaian dibuat karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan. Realisasi putusan hakim ini juga yang memberikan penegasan atas terlaksananya kepastian hukum kewarisan di Indonesia.

Akta perdamaian yang dijalankan bukan perdamaian, tetapi akta perdamaian yang dibuat oleh para pihak dihadapan notaris yang merupakan bentuk perjanjian

pada umumnya.175 Akta perdamaian mempunyai kekuatan seperti suatu keputusan hakim pada tingkat akhir. Perdamaian itu tidak dapat dibantah dengan alasan bahwa terjadi kekeliruan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak dirugikan.176 Perdamaian mengenai sengketa yang sudah diakhiri dengan suatu putusan hakim telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, namun tidak diketahui oleh kedua belah pihak atau salah satu pihak, adalah batal. Jika keputusan yang tidak diketahui itu masih dapat dimintakan banding, maka perdamaian mengenai sengketa yang bersangkutan adalah sah.177

175

Ibid.

176

Pasal 1858 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

177

BAB V

Dokumen terkait