• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM APABILA WARISAN TELAH DIBAGI BARU KEMUDIAN DIKETAHUI ADANYA WASIAT

A. Upaya Hukum Ahli Waris Ab intestato Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum Apabila Warisan Telah Dibagi Baru Kemudian Diketahui Adanya

1. Upaya Hukum Non Litigasi

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan "Alternatif Penyelesaian Perkara (Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau penilaian para ahli."

159

Hasil Wawancara dengan Teti Winarti, selaku Ketua Balai Harta Peninggalan Medan pada tanggal 20 Mei 2015.

Ahli waris ab-intestato diperbolehkan melakukan salah satu upaya hukum non litigasi yang telah ditentukan undang-undang. Salah satu upaya hukum non litigasi yang disarankan adalah negoisasi. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan maupun yang berwenang mengambil keputusan.160

Negoisasi adalah penyelesaian sengketa melalui musyawarah/ perundingan langsung diantara para pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan bentuk-bentuk penyelesaian yang dapat diterima para pihak. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis atau juga dapat berbentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang yang disetujui oleh para pihak.

Perdamaian yang telah disepakati, baik dari hasil musyawarah maupun dari hal lain haruslah tertulis, sebagaimana ketentuan yang telah ditegaskan dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Tulisan adalah sesuatu yang memuat suatu tanda yang dapat dibaca dan menyatakan suatu buah pikiran, tulisan dapat berupa akta dan tulisan yang bukan akta. Akta adalah tulisan khusus yang dibuat untuk dijadikan bukti atas hak yang disebut didalamnya.161

160

Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hal 49.

Kesepakatan dalam bentuk tertulis seperti yang diungkapkan dalam Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sebenarnya undang-undang tidak menjelaskan secara terperinci mengenai

161

kata-kata “persetujuan ini tidaklah sah, melainkan dibuat secara tertulis”, ataupun hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis, tidak ada ketentuan yang mengharuskan untuk dituangkan dalam bentuk akta otentik, namun bukan berarti dalam perdamaian selalu akta di bawah tangan, sangat di anjurkan untuk menuangkan perdamaian tersebut dalam akta otentik, sehingga adanya kekuatan hukum dalam hal pembuktian jika dikemudian hari adanya sengketa yang timbul.

Akta merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani, dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak dengan maksud dapat dipergunakan sebagai alat bukti dalam proses hukum.162

Perdamaian dalam perdata adanya dua sifat, menghindari sengketa dan menyelesaikan sengketa. Dalam pewarisan dari kedua sifat tersebut perdamaian menuju kepada pelaksanaan pembagian harta warisan atau harta peninggalan, baik langsung pembagian harta peninggalan keseluruhan atau sebagian, serta pembagian yang bersifat tanggung jawab bersama. Maksudnya dalam hal kesepakatan tidak membagi harta peninggalan dan mengelola bersama. Pada akta perdamaian yang bersifat menghindari sengketa, dimana para pihak berusaha untuk meredam sekecil mungkin untuk timbulnya kasus atau sengketa waris dikemudian hari, dimana para pihak tergantung pada kesepakatan yang dikehendaki dalam hal pembagian harta peninggalan. Contohnya ahli waris yang sepakat untuk langkah awal tidak membagi

162

Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diradja, Panduan Teori Dan Praktik Notaris, (Yogyakarta: PustakaYustisia, 2011), hal 36.

warisan dahulu, karena adanya beberapa faktor atau hal yang harus diselesaikan antara ahli waris.

Dengan dibuatnya akta perdamaian baik di bawah tangan maupun otentik maka setiap ahli waris mendapat pembagian tanggung jawab dalam mengurus dan mengelola harta peninggalan tersebut, sehingga tidak menjadi harta yang tidak terurus. Dalam hal ini produk hukumnya sebatas akta perdamaian dan jika ingin dilanjutkan dapat lanjutkan pembuatan surat keterangan hak waris, namun dalam hal pembuatan akta pemisahan dan pembagian belum dapat dilaksanakan, karena ahli waris adanya kesepakatan tidak membagi dahulu.

Akta perdamaian yang bersifat menyelesaikan sengketa, cenderung dalam hal ini telah ada sengketa antara ahli waris, baik sengketa besar maupun sengketa kecil yang tidak sampai ke pengadilan. Jika sengketa telah sampai ke pengadilan dan telah berjalan bukan berarti menutup kemungkinan perdamaian, dapat dilaksanakan. Akta perdamaian yang menyelesaikan sengketa menghasilkan kesepakatan yang tidak memberatkan para pihak atau ahli waris.

Dalam sengketa waris tidak terlepas mengenai pembagian warisan yang selalu diperebutkan. Kebanyakan harta peninggalan dalam bentuk benda, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, sehingga keserakahan dari ahli waris ingin memiliki bagian-bagian yang menguntungkan. Dalam hal contoh ahli waris berebut harta peninggalan berupa tanah dan beserta bangunan di posisi dan wilayah yang strategis. Pada pelaksanaan pembagian harta warisan tidaklah semudah yang tertuang

dalam kertas atau sebatas teori, dalam pembagian waris adanya faktor penghambat atau kendala yang dihadapi dalam penyelesaiannya.

Terutama dalam hal pembagian yang mana harta peninggalan terbatas namun ahli warisnya banyak sehingga banyak pula keinginan yang timbul dari ahli waris tersebut terhadap pembagian harta peninggalan. Kendala yang timbul dari pelaksanaan pembagian waris kebanyakan kendala tersebut timbul dari dalam keluarga sendiri. Kendala yang sering dihadapi adalah hal ketidak puasan ahli waris dalam mendapatkan bagian masing-masing, sehingga timbulnya ketamakan untuk menguasai keseluruhan atau bagian yang menguntungkan saja bagi ahli waris.163

Melalui upaya hukum non litigasi ini ahli waris ab intestato dan ahli waris

testamenter mencari solusi terbaik atas sengketa pembagian warisan ini. Selain untuk menghemat biaya dan waktu, upaya hukum non litigasi ini sangat diperlukan untuk tetap menjaga ikatan persaudaraan dan kekeluargaan diantara para ahli waris.

Dokumen terkait