• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENYELENGGARA REKLAME TERHADAP PEMUNGUTAN REKLAME KOTA SURABAYA

3.1 Upaya Perlindungan Hukum terhadap Pemungutan Objek Reklame 1 Konsep Perlindungan Hukum

3.1.4. Upaya Perlindungan Hukum Lainnya 1 Upaya hukum perdata

3.1.4.2. Upaya hukum pidana

Mengajukan gugatan ke pengadilan negeri atas dasar penggelapan uang pajak reklame yang telah dibayarkan oleh wajib pajak dengan menggunakan self

assessment system, namun tidak diakui oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan (DPPK) Kota Surabaya yang kemudian disebut sebagai titipan uang pajak. Karena Dinas tersebut tetap mengirimkan tagihan uang pajak (dengan menggunakan official assessment system) dan wajib pajak dengan berat hati membayar tagihan pajaknya lagi padahal wajib pajak tersebut sudah membayarkan tagihan pajaknya dengan menggunakan self assessment system. Namun terhadap uang pajak yang telah dibayarkan dengan menggunaan self

assessment system tersebut tidak dapat direstitusi, karena belum ada peraturan

daerah yang mengatur peraturan tersebut.

Jadi, terhadap pemungutan jaminan biaya bongkar terdapat perlindungan hukum dari prespektif hukum administrasi dan atau perlindungan hukum dari prespektif hukum perdata. Sedangkan terhadap titipan uang pajak terdapat perlindungan hukum dari prespektif hukum administrasi, dari prespektif hukum perdata, dan atau dari prespektif hukum pidana.

Sebenarnya sejak berlakunya Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 tentang KUP , hak-hak dasar dari wajib pajak telah mendapat pengaturan dan lebih menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada wajib pajak serta untuk mewujudkan

keseimbangan perlindungan kepentingan wajib pajak dan pemerintah. Sehingga tercipta iklim perpajakan yang sehat.

Hak-hak wajib pajak berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 tentang KUP antara lain:40

a. Hak mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau Nomor Pokok

Pengusaha Kena Pajak setelah mendaftarkan diri dan/atau melaporkan usahanya (Pasal 2 ayat (1),(2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000).

b. Atas permohonan, memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT

Tahunan (Pasal 3 ayat (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 )

c. Menerima tanda bukti penerimaan penyampaian SPT Tahunan yang disampaikan secara langsung ke kantor pelayanan pajak (KPP) (Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

d. Membetulkan SPT (Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

e. Atas permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak (Pasal

9 ayat (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

f. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud

dalam pasal 11 ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sehubungan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, atau sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau sejak diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, dan apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas kelambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak, dihitung dari saat berlakunya batas waktu sampai dengan saat dilakukan pembayaran kelebihan (pasal 11 ayat (2),(3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

g. Kepastian besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh

Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan apabila dalam jangka waktu sepuluh tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak (Pasal 13 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 )

40 Hak-Hak Wajib Pajak, www.pajakonline.com, dikunjungi pada tanggal 10 Desember 2012

h. Pembebasan pengenaan sanksi adminstrasi berupa kenaikan sebesar

100% sehubungan dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang didasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan (Pasal 15 ayat (3) Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000)

i. Mengajukan permohonan membetulkan surat ketetapan pajak, Surat

Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 16 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)

j. Mendapatkan Surat Ketetapan Pajak Nihil setelah dilakukan

pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak. (Pasal 17A Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

k. Mendapatkan kedaluwarsaan penagihan pajak setelah lampau waktu

10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang bersangkutan dan tidak ada hal yang menangguhkan daluwarsa penagihan pajak

l. Mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak (Pasal 25 ayat 1

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

m.Mengajukan perpanjangan jangka waktu pengajuan keberatan dalam

hal terdapat keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak (pasal 25 ayat 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

n. Mendapatkan keterangan tertulis tentang hal-hal yang menjadi dasar

pengenaan pajak dalam rangka mengajukan keberatan (Pasal 25 ayat 6 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

o. Mendapatkan keputusan atas keberatan yang diajukan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima oleh KPP dan bila jangka waktu tersebut telah lewat tidak ada keputusan, maka keberatan yang diajukan dianggap diterima (Pasal 26 ayat (1),(5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

p. Menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat

keputusan atas keberatan diterbitkan (Pasal 26 ayat (2) Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000)

q. Mengajukan banding terhadap keputusan keberatan yang dianggap

masih tidak sesuai (Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007)

r. Memperoleh imbalan bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 24

menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau seluruhnya, sepanjang utang pajak sebagaimana dimaksud dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan telah dibayar yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak dan juga imbalan bunga sebesar 2% atas pembayaran lebih sanksi administrasi

s. berupa dan atau bunga berdasarkan Keputusan Pengurangan atau

Penghapusan Sanksi Administrasi, sebagai akibat diterbitkan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruh permohonan Wajib Pajak (Pasal 27A ayat (1),(2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

t. Menolak petugas pemeriksa yang tidak memiliki tanda pengenal

pemeriksaan dan tidak dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan tidak memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa (Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)

u. Menunjuk surat kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan

hak dan memenuhi kewajiban perpajakan (Pasal 32 ayat 3 Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000)

v. Mendapat perlindungan kerahasiaan melalui rahasia jabatan (Pasal 34

ayat (1),(2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000)

w. Mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya dan apabila setelah lewat waktu 12 bulan sejak permohonan diterima oleh KPP tidak ada suatu keputusan, maka permohoanan pengurangan atau penghapusan dianggap dikabulkan (Pasal 26 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)

x. Mengajukan permohonan untuk mengurangkan atau membatalkan

ketetapan pajak yang tidak benar dan apabila setelah lewat waktu 12 bulan tidak ada suatu keputusan, maka permohonan dianggap dikabulkan (Pasal 36 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)

y. Mendapatkan kedaluwarsaan tuntutan pidana di bidang perpajakan

setelah lampau waktu 10 tahun sejak saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

z. Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan setelah

Wajib Pajak melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

Hak-hak wajib pajak reklame berdasarkan Peraturan Daerah kota Surabaya No. 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Daerah kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah kota Surabaya No. 6 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame antara lain:

1. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Kepala Daerah secara tertulis dengan mencantumkan sekurang-kurangnya:

a. nama dan alamat Wajib Pajak b. masa pajak

c. besarnya kelebihan pembayaran pajak d. alasan yang jelas

2. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan keberatan kepada kepala daerah

3. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan banding terhadap keputusan keberatan yang dikeluarkan kepala daerah tersebut.

4. Wajib pajak dapat mengajukan kelebihan atas pembayaran pajak, dll. Pengaturan hak-hak wajib pajak dalam undang-undang perpajakan tersebut Sebagai jaminan atas kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi wajib pajak. Namun, tentunya wajib pajak tetap memerlukan bentuk perlindungan hukum yang lebih konkrit.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1 Karakteristik objek reklame yang dapat dijadikan sumber pendapatan daerah berdasarkan undang-undang perpajakan adalah hanya pajak daerah reklame dan retribusi daerah. Sehingga terdapat perbedaan mengenai karakteristik pemungutan reklame berdasarkan UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan Perda Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame Kota Surabaya yaitu mengenai adanya pemungutan jaminan biaya bongkar. Disisi lain, terdapat dana titipan pajak sebagai akibat dari kesalahan penafsiran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kota Surabaya dalam hal pemberlakuan 2 (dua) sistem pemungutan pajak pada Perda Penyelenggaran Reklame dan Pajak Reklame Kota Surabaya.

2 Perlindungan hukum bagi penyelenggara reklame sudah dijamin dalam undang-undang perpajakan di Indonesia, antara lain perlindungan hukum preventif dan atau perlindungan hukum represif. Terhadap pemungutan jaminan biaya bongkar terdapat perlindungan hukum dari perspektif hukum administrasi dan/atau perlindungan hukum dari perspektif hukum perdata. Sedangkan terhadap titipan uang pajak terdapat perlindungan hukum dari perspektif Hukum Administrasi, Hukum Perdata, dan/atau Hukum Pidana.

2. Saran

Dengan memperhatikan seluruh pembahasan sebelumnya, maka dalam skripsi ini dapat dirumuskan beberapa saran sebagai berikut:

1. Melakukan peninjauan ulang terhadap substansi Perda Penyeleggaraan Reklame dan Pajak Reklame Kota Surabaya yang ternyata terdapat perbedaan karakteristik pemungutan objek reklame dengan Undang-Undang Pajak Reklame dan Retribusi Reklame. Yaitu terhadap substansi Perda yang memberlakukan pemungutan jaminan biaya bongkar. Karena substansi tersebut sebagai bukti bahwa telah terdapat pertentangan norma antara Perda Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame Kota Surabaya dengan Undang-Undang Pajak Reklame dan Retribusi Reklame. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan kepastian hukum

2. Melakukan peninjauan ulang terhadap sistem restitusi jaminan biaya bongkar karena dalam Peraturan Walikota Surabaya No. 79 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Reklame jangka waktu restitusi adalah sangat singkat yakni hanya satu (1) bulan mengingat jaminan biaya bongkar bukan merupakan sumber pendapatan asli daerah. Terhadap munculnya titipan uang pajak sebaiknya Pemerintah Kota Surabaya membuat sistem restitusi. Karena hal tersebut belum tercover dalam peraturan daerah Kota Surabaya. Hal ini penting karena berkaitan dengan kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi wajib pajak.

DAFTAR BACAAN