• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya PT. KAI (Persero) Mengurangi Angka Kecelakaan di DAOP VIII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Upaya PT. KAI (Persero) Mengurangi Angka Kecelakaan di DAOP VIII

Era globalisasi saat ini telah mempertinggi arus kompetisi di segala bidang, salah satu bidang adalah usaha jasa seperti jasa pelayanan transportasi. Jasa transportasi saat ini banyak digunakan oleh masyarakat dan yang menjadi moda andalan masyarakat adalah kereta api. Selain karena tidak terkena macet, ramah lingkungan juga karena harga yang yang relatif lebih murah dibanding dengan jasa transportasi lain.

(http:// ardianto.blogsome.com/2008/01/07/kereta-api-kendaraan-ramah-lingkungan/)

Namun akhir-akhir ini kita sering mendengar atau melihat seringnya terjadi kecelakaan kereta api. Kecelakaan yang sering terjadi di pintu perlintasan dimana pintu perlintasan bersinggungan dengan jalan umun, apalagi pintu perlintasan yang berada di jalan yang ramai atau jalan yang frekuensi kendaraan yang banyak sehingga rawan terjadi kecelakaan.

Tabel 7. Data korban kecelakaan kereta api di pintu perlintasan Daop VIII Surabaya tahun 2005-2010

No Tahun Jumlah kecelakaan Korban luka-luka Luka parah Koban meninggal 1 2005 18 15 3 - 2 2006 15 4 11 - 3 2007 6 1 5 - 4 2008 4 2 6 - 5 2009 17 6 11 - 6 2010 47 9 38 -

Sumber: PL/PLH PT. KAI (Persero) daop VIII Surabaya,2010

Data kecelakaan kereta api tersebut menyebutkan bahwa terjadi 36 kasus kecelakaan di pintu perlintasan di tahunn 2005 baik pintu yang di jaga maupun yang tidak terjaga. Mengalami penurunan di tahun 2006 dengan 15 kasus dan turun kembali menjadi 4 kasus di 2008. Namun, kembali meningkat di tahun 2009 dengan 17 kasus dan di tahun 2010 bertambah menjadi 47 kasus. Namun, diantara kecelakaan tersebut paling banyak terjadi di daerah antara Surabaya Gubeng sampai Sidoarjo.

Tabel 8. Jumlah pintu perlintasan dari Surabaya Gubeng sampai Sidoarjo tahun 2009

No Dari stasiun ke stasiun lain Perlintasan Dijaga Perlintasan Tidak Dijaga Pihak Ketiga Perlinta san Liar 1 Sidotopo-Kalimas 3 - - - 2 Kalimas-Tanjung perak - 8 - - 3 SB. Gubeng-Sidotopo 1 - - - 4 Sidotopo-Beteng 1 2 - 6 5 Beteng-Bandaran 1 - - - 6 Sidotopo-SB. Kota 1 - - - 7 SB. Kota-SB. Gubeng 5 - - - 8 SB.Gubeng-Wonokromo 7 - - 2 9 Wonokromo-Waru 6 1 5 - 10 Wonokromo-Sepanjang 3 - 6 - 11 Wonokromo-Waru 1 - - - 12 Waru-Gedangan 6 - 3 - 13 Gedangan-Sidoarjo 11 2 8 - 14 Wonokromo-Sepanjang 3 5 - - 15 Sepanjang-Boharan 2 16 5 - 16 Boharan-Krian - 14 - - 51 48 27 8

Sumber: PT. KAI (Persero), 2010

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa yang paling banyak adalah perlintasan yang dijaga ditambah dengan pihak ketiga yaitu berjumlah 78 pintu yang dijaga. Sementara itu perlintasan yang tidak dijaga berjumlah 48 pintu yang tidak dijaga serta perlintasan liar berjumlah 8 pintu.

Ini merupakan permasalahan yang sangat serius. Untuk itu pemerintah melalui Departemen Perhubungan mengeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tahun 2005 tentang pedoman teknis perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur kereta api yaitu sarana dan prasarana di perlintasan sebidang harus disertai dengan :

a. Petugas yang berwenang

b. Pintu dengan persyaratan kuat dan ringan anti karat serta mudah dilihat

c. Wajib dilengkapi rambu lalu lintas yang berupa peringatan dan larangan dan juga isyarat lampu lalu lintas.

Peraturan ini semakin diperkuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan dapat menekan angka kecelakaan.

Untuk itu Daop VIII Surabaya yang berada di wilayah Surabaya dan sekitarnya melakukan upaya untuk mengurangi kecelakaan di pintu perlintasan. Adapun upaya yang dilakukan meliputi sarana di pintu perlintasan dan juga melakukan kerjasama dengan masyarakat serta perusahaan yang melintasi atau bersinggungan degan jalan rel kereta api dan juga sosialisasi kepada masyarakat dan intern.

4.2.1.1 Sarana dan Prasarana di Pintu Perlintasan

Dalam menentukan sarana dan prasarana di pintu perlintasan harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sarana dan prasarana di pintu perlintasan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pengendara bahwa akan ada jalur lintasan kereta api. Dengan adanya sarana dan prasarana diharapkan kepada mayarakat tidak menerobos ketika kereta api melintas. Sejauh ini masyarakat masih banyak yang

menerobos dan mengakibatkan banyak terjadi kecelakaan. (PLH PT. KAI (Persero) Daop VIII)

Pihak PT. KAI sudah melakukan upaya untuk mengurangi kecelakaan tesebut, diantaranya:

1. Pintu perlintasan

Pintu perlintasan digunakan untuk menghentikan laju kendaraan karena kereta api sedang melintas, sehingga jika palang pintu ditutup maka kendaraan tersebut tidak bisa melewati lintasan untuk sementara waktu. Pintu-pintu ini tersebar di berbagai lintasan kereta api yang ada di Daop VIII Surabaya.

Sejauh ini pintu-pintu itu sangat membantu apalagi jika berada di wilayah yang arus lalu lintasnya padat. Namun, tidak sedikit pula masyarakat yang nekat menerobos dan mengalami kecelakaan. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat masih kurang. Pintu perlintasan ada 2 yaitu perlintasan resmi dan perlintasan liar.

a) Perlintasan Resmi

Perlintasan resmi merupakan pintu yang dibuat oleh PT. KAI (Persero) untuk mengamankan jalannya kereta api, namun saat ini banyak terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api

Untuk mengetahui sejauh mana upaya PT KAI (Persero) yang meliputi pintu perlintasan resmi, maka peneliti akan menyajikan hasil wawancara dengan Bapak Agung Wibisono, selaku Ass.

Manajer Sintelis PT KAI (Persero) Daop VIII Surabaya, beliau menyatakan:

“ Pintu perlintasan yang ada di wilayah Daop VIII memang tidak sebanding dengan jumlah lintasan yang ada. Ada sekitar 600 lebih lintasan tetapi yang Dijaga hanya179. ini karena jumlah dana yang terbatas. Tetapi di setiap pintu perlintasan yang dijaga, kita menyiapkan 3 sampai 4 orang yang berjaga bergantian”

(Wawancara 10 Agustus 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak Mul

seorang warga wonokromo, adapun keterangannya adalah:

“keamanannya cukup baik dan optimal lah dan nyaman bagi pengendara yang mau melintas”

(Wawancara 4 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Wandi seorang warga Kebonsari, beliau menyatakan:

“keamanan di pintu perlintasan saat ini cukup baik, soalnya sudah ada yang menjaga”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Mas Nanda seorang warga Delta Sari, adapun keterangannya adalah:

“kalo saya lihat..keamanannya sudah lumayan bagus,,, lebih bagus lah..”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal senada juga diutarakan oleh Bapak Untung warga Buduran, beliau menyatakan:

“yaa… kalau untuk keamanannya lebih baik lah mas dari yang dulu”

(Wawancara 3November 2010)

Hal yang sam diutarakan oleh Bapak Yamin warga Banjar Kemantren, adapun keterangannya sebagai berikut:

“kalau masalah keamanan baik-baik saja, tiap hari itu tidak ada yang menerobos, baik-baik saja..”

(Wawancara 3 November 2010)

Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan pengguna jalan yang melintas di pintu perlintasan Jemursari yaitu Bapak Agus seorang pegawai Pos, beliau menyatakan:

“setiap hari saya pasti melewati perlintasan keretaapi kerena untuk menuju ke kantor saya dan untuk keamanannya jauh lebih baik dari yang dulu”

(wawancara 1 Oktober 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Arif yaitu

seorang pegawai ADIRA bagian lapangan, adapun keterangannya sebagai berikut:

“saya cukup sering lewat di pintu perlintasan kereta api karena saya kerja di lapangan, untuk keamanan sudah cukup bagus”

(wawancara 1 Oktober 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Edy yang merupakan seorang pelajar, adapun keterangannya sebagai berikut: “ehm.. dibilang sering sih enggak tapi kalau pernah lewat ya, keamanannya ya mungkin sekian besar pengguna perlintasan itu ya kurang kesadaran gitu”

(wawancara 29 September 2010)

Untuk lebih memperkuat penelitian, peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Hasan selaku supir lyn, adapun keterangannya sebagai berikut:

“Iya sering sekali mas, tiap hari saya pasti lewat kalau keamanannya ya lumayan mas masih bagus nyaman bagi pengendara”

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan Gunawan seorang mahasiswa, adapun keterangannya sebagai berikut:

“saya sangat sering melintas di pintu kereta api dan keamanan menurut saya cukup aman karena yang saya ketahui banyak pintu perlintasan yang sudah ada pintu dan rambu yang mengatur untuk keamanan pengguna jalan”

(wawancara 3 Oktober 2010)

Hal yang berbeda diutarakan oleh rendra warga Trosobo, adapun keterangannya adalah:

“masih kurang mas, soalnya gak ada yang jaga jadi berbahaya bagi orang yang lewat”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal senada juga dilontarkan oleh Adi seorang warga Candi, adapun keterangannya sebagai berikut:

“Keamanannya masih sama seperti yang dulu,, kurang aman…gak ada yang jaga”

(Wawancara 3 November 2010)

Sedangkan untuk mengetahui bagaimana ketertiban pengendara ketika melintas di pintu kereta, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Mul warga Wonokromo, adapun keterangannya sebagai berikut:

“Ketertibannya ya.. dari pengendara enggak tertib, kalau dari penjaga kereta apinya ya bagus, kalau ada kereta ya pintunya ditutup, dari pengendaranya saja yang enggak teratur, ya.. banyak yang menerobos”

(Wawancara 4 November 2010)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Wandi warga Kebonsari, beliau menyatakan:

“yaa.. lumayan tertib tapi saya kadang-kadang pernah melihat ada yang menerobos padahal penjaganya sudah tidak memperbolehkan lewat”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Andre, adapun keterangannya adalah:

“di sini pintu perlintasan sudah aman cuma masih sedikit banyak pengendara yang menerobos pintu perlintasan, itu kan tergantung alasan sendiri”

(Wawancara 4 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Mas Nanda, adapun keterangannya sebagai berikut:

“wah.. kadang-kadang saya melihat ada yang menerobos meskipun pintunya sudah ditutup karena pintunya ringan mudah diangkat” (Wawancara 3 November 2010)

Hal senada diungkapkan oleh Bapak Untung warga Buduran, adapun keterangannya sebagai berikut:

“yaa.. kalau untuk pengendara, ada yang menerobos, ada yang enggak menerobos”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Yamin, adapun keterangannya sebagai berikut:

“ohh.. bagus kalau ketertibannya” (Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Abdul Hamid penjaga perlintasan di desa Wadungasih, adapun keterangannya adalah:

“kalau di sini itu, kalau ehm.. enggak ada kereta, ada kereta ya, trailer-trailer itu kan banyak di sini, tapi kalau ada bel bunyi langsung ditutup, kalau sudah ditutup tidak ada yang menerobos” (Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama diutarakan oleh Adi warga Candi, adapun keterangannya adalah:

“ketertibannya yaa.. sama saja, kan enggak ada yang jaga.. jadi berhati-hati kalau melewati perlintasan kereta”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal senada juga diungkapkan oleh Mas Rendra warga Trosobo, adapun keterangannya sebagai berikut:

“yaa.. kurang tertib kan enggak ada penjaganya tapi tergantung dari kesadaran, yaa.. hati-hati saja waktu lewat perlintasan”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Agus seorang pegawai pos, beliau menyatakan :

“ketertibannya lumayan tapi masih banyak pengendara yang menerobos, itu kan tergantung dari kesadaran masing-masing” (wawancara 1 Oktober 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Arif seorang pegawai ADIRA, adapun keterangannya sebagai berikut”

Ehm.. kadang untuk mobil sudah banyak yang patuh, kadang untuk sepeda motor kadang ada yang membandel, kadang terobos ajah gitu”

(wawancara 1 Oktober 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Gunawan seorang mahasiswa, yaitu:

“ketertibannya menurut saya, ada sebagian yang saya temui beberapa orang khususnya pengguna motor yang sering menerobos karena masih ada celah di palang pintu itu”

Peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak Hasan seorang supir lyn, adapun keterangannya sebagai berikut:

“ketertibannya masih kurang mas, saya pernah liat ada orang menerobos, ya kesadarannya masih kurang”

(wawancara 30 September 2010)

PT. KAI (Persero) juga melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, untuk itu peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Herry W. selaku Koordinator Hubungan Masyarakat Daerah, adapun keterangannya sebagai berikut:

“ Ooo iya mas, pintu perlintasan di wilayah Daop VIII Surabaya memang tidak memenuhi tetapi kita sudah melakukan upaya dengan kerjasama dengan pihak ke tiga untuk menambah penjaga di pintu perlintasan yang tidak terjaga. Contohnya di dekat masjid agung itu mas. Itu karena masyarakat lapor ke PT KAI maka kita akan fasilitasi, untuk selanjutnya kita harapkan semakin banyak yang seperti ini”

(wawancara 2 September 2010)

Selain itu faktor penjaga perlintasan juga mempengaruhi. Untuk itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Waris selaku penjaga pintu perlintasan, adapun keterangannya sebagai berikut:

“kita harus negor, kalau ada yang menerobos terpaksa kita harus ngerem, kadang-kadang si penyerobot malah seenak-enaknya kadang-kadang gak mau ada kereta, menerobos ajah padahal kita sudah siak-siak ketar-ketir karena kereta semakin mendekat”

(Wawancara 10 Agustus 2010)

Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Abdul Wahid seorang penjaga pintu perlintasan daerah Wadungasih, adapun keterangannya sebagai berikut:

“yaa.. aman-aman saja, kalau ada kereta, ada telpon dari kanan kiri, satu missal ada dari arah Surabaya di pos sebelah sini telpon langsung tutup pintu, kalau ada kereta mau lewat terjadi kemacetan saya lari ke utara 500m utnuk mengamankan kereta api”

(Wawancara 3 November 2010)

Selain itu pihak PT KAI (Persero) juga melakukan perawatan terhadap pintu perlintasan, seperti yang diutarakan oleh Bapak Agung Wibisono selaku Asisten Manajer Sinyal, Telekomunikasi dan listrik, beliau menyatakan:

“ untuk perawatannya sendiri kita ada perawatan berkala, jadi setiap 2 minggu sekali kita cek, apakah ada masalah atau tidak. Itu rutin mas”

(wawancara 10 Agustus 2010)

Hal senada juga diungkapkan Bapak Waris selaku penjaga pintu perlintasan di jalan Gubeng, beliau menyatakan”

“ kalau perawatan biasanya ada petugas sendiri mas, Iya iya perawatan dilakukan setiap 2 minggu sekali”

(Wawancara 10 Agustus 2010)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa PT. KAI (Persero) sudah melakukan tugasnya hampir setiap pintu perlintasan ada palang pintu, untuk mengurangi kecelakaan di pintu yang tidak terjaga PT. KAI (Persero) melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu masyarakat untuk menambah penjaganya. Untuk keamanan sudah cukup baik namun ketertiban pengendara masih kurang masih banyak yang menerobos. Agar semua alat berfungsi dengan baik maka PT. KAI (Persero) melakukan perawatan yang rutin atau perawatan berkala, namun

masih banyak terjadi kecelakaan karena kesadaran dari pengendara masih kurang,

b) Perlintasan liar

Sementara itu perlintasan liar juga tumbuh dimana-mana. Perlintasan seperti ini dibuat sendiri oleh masyarakat sehingga tidak ada petunjuk jika ada kereta yang mau melintas.

Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Herry W selaku koordinator Hubungan Masyarakat Daerah, beliau menyatakan: “perlintasan liar tersebut dibuat sendiri oleh masyarakat tanpa seizin dari kami. Apalagi arus lalu lintas yang padat untuk itu kami betindak tegas, seperti yang di jalan A.Yani dekat kampus IAIN. Kami langsung tutup saja, biarkan kalau mereka mau lapor silahkan datang kesini, mereka juga enggak meminta izin waktu membuat pintu tersebut, untuk yang lain tunggu gilirannya”

(Wawancara 2 September 2010)

Hal senada juga dingkapkan oleh Bapak Dwi Utomo selaku manajer jalan rel dan jembatan, beliau mengatakan:

“Sebenarnya pintu perlintasan liar merugikan kita secara konstruksi dan PT KAI (Persero) secara global. Kita upayakan menutup pintu perlintasan liar tapi kadang-kadang ada penolakan dari warga, kami sempat berdiskusi dengan camat, pemkot, untuk perlintasan di gubeng kita sudah tutup setelah berdiskusi sangat panjang, sedangkan yang satunya masih belum”

(Wawancara 29 September 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Mul warga Wonokromo, adapun keterangannya sebagai berikut:

“Kalau menurut saya yaa.. ditutup saja mas, masalahnya tidak ada tanggung jawab terhadap masyarakat dan kalau menurut saya tutup saja biar keselamatan masyarakat terjamin”

Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Wandi warga Kebonsari, adapun keterangannya sebagai berikut:

“yaa.. berbahaya juga soalnya kita tidak tahu kapan kereta akan lewat,, yaa.. harus ditutup mas agar masyarakat tidak lagi lewat di pintu tersebut”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Andre warga Kalijaten, adapun keterangannya adalah:

“perlintasan liar itu sebaiknya ditutup saja, karena perlintasan liar dipake masyarakat sendiri, padahal berbahaya”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Mas Rendra, adapun keterangannya adalah:

“pintu perlintasan liar.. sangat berbahaya mas dan seharusnya ditutup kan enggak ada yang jaga apalagi enggak ada rambu-rambunya”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Mas Nanda warga Deltasari, adapun keterangannya adalah:

“wah.. sangat berbahaya, kan enggak ada petunjuk apa-apa, yaa.. seharusnya ditutup oleh pejabat yang berwenang”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal senada juga diutarakan oleh Bapak Yamin warga Banjar Kemantren, adapun keterangannya adalah:

“ohh.. kalau perlintasan liar ya sangat berbahaya, jadi kita harus hati-hati kalau lewat, harus tengok kanan kiri, kalau ini yaa.. harus ditutup”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Untung warga Buduran, adapun keterangannya sebagai berikut:

“menurut saya, perlintasan liar bagaimana caranya PT. KAI, yaa.. lebih baik pengamanannya karena resikonya besar, yaa.. harus ditutup”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Abdul Wahid seorang penjaga pintu perlintasan desa Wadungasih, adapun keterangannya sebagai berikut:

“kalau perlintasan liar , keluar masuk tidak ada penjaga itu berbahaya tapi dari dulu itu sudah tidak ada pintu dari PT. KAI (Persero), jadi kalau ada kecelakaan PT. KAI (Persero) tidak bertanggung jawab, yaa.. harus ditutup”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama diutarakan oleh Adi warga Candi, adapun keterangannya adalah:

“sebenarnya itu enggak boleh karena sangat berbahaya sekali,, ya.. harus ditutup demi keselamatan orang yang lewat di situ”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak Hasan adapun keterangannya sebagai berikut:

“kalau perlintasan liar seharusnya ditutup mas, itu sangat berbahaya sekali bagi masyarakat, banyak kecelakaan”

(wawancara 30 September 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Agus adapun keterangannya sebagai berikut:

“sangat mengkhawatirkan, karena tidak ada penjaganya sehingga keselamata pengendara tidak terjamin, untuk keselamatannya pasti kurang mas, yang ada palang pintunya saja masih banyak yang menerobos apalagi tidak”

(wawancara 1 Oktober 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Arif, adapun keterangannya sebagai berikut:

“wah sangat berbahayakarena para pengendara sepeda motor tanpa sepengatahuan mereka bisa-bisa ada kereta api dan itu membahayakan buat mereka, untuk keamanannya wah itu gak ada jaminannya pasti membahayakan sekali bagi mereka yang melintas”

(wawancara 1 Oktober 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Gunawan seorang mahasiswa, adapun keterangannya sebagai berikut:

“pintu perlintasan liar, menurut saya tidak amanya karena sangat membahayakan karena tidak ada rambu yang mengatur baik palang maupun rambu lalu lintasnya termasuk penjaga yang menjaga itu” (wawancara 3 Oktober 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Edy, adapun keterangannya sebgai berikut:

“perlintasan liar sih ya sangat berbahaya mungkin yak arena tidak ada rambu atau penjaga pintu perlintasan itu apalagi pengguna perlintasan itu tidak tahu kan jadwal-jadwal kereta lewat, untuk keamanannya sangat membahayakan sekali mas, ya resikonya sangat besar, bisa ya sampai fatal pokonya”

(wawancara 29 September 2010)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa PT. KAI (Persero) sudah melakukan tugasnya yaitu menutup pintu perlintasan liar yang mempunyai resiko kecelakaan lebih besar. Namun ada beberapa pintu yang belum ditutup karena ada penolakan dari warga.

2. Rambu dan Isyarat Lampu Lalu Lintas

Untuk memberikan informasi bahwa ada perlintaan kereta api maka pihak PT KAI (Persero) memberikan rambu-rambu di sekitar perlintaan. Biasanya rambu-rambu tersebut di letakkan kurang lebih 100 m dari perlintasan, jenisnya pun berbeda dari pita

penggaduh, peringatan hati-hati sampai isyarat stop jika sudah dekat dengan perlintasan. Di samping itu lampu lalu lintas di pasang di perlintasan. Lampu tersebut menyala bergantian dengan warna kuning.

Untuk mengetahui sejauh mana keadaan atau kondisi rambu dan lampu lalu lintas, maka peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Agung Wibisono selaku Asisten Manajer Sinyal, telekomunikasi dan listrik, beliau menyatakan:

“ kita sudah memasang rambu-rambu sebelum perlintasan. Rambu-rambu tersebut berjarak dekat dengan perlintasan. Namun, jika ada rambu yang sudah pudar warnanya kita akan mengecat lagi”

(Wawancara 10 Agustus 2010)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Herry W. selaku koordinator Hubungan Masyarakat Daerah, beliau menyatakan: “Kami sudang memasang rambu-rambu, apalagi di tempat yang arusnya padat, kami juga menambahkan lampu lalu lintas agar pengendara berhati-hati ketika melihat lampu tersebut”

(Wawancara 2 September 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Mul warga wonokromo, adapun keterangannya adalah:

“yaa.. sudah bagus lah sudah memenuhi syarat, sudah maksimal” (Wawancara 4 November 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak Andre warga Kalijaten, adapun keterangannya sebagai berikut:

“kalau masalah, rambu setiap perlintasan ada baik rambu, sirene” (Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Mas Nanda warga Deltasari, adapun keterangannya adalah:

“kalau saya lihat di jalan besar pintunya sudah dipasangi begitu juga dengan rambu dan lampu, tapi enggak tahu si tempat yang lain”

(Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan bapak Yamin warga Banjar Kemantren, adapun keterangannya sebagai berikut: “nah.. kalau rambu-rambu dan lampu masih sudah lengkap semuanya”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal senada diungkapkan oleh Bapak Untung warga Buduran, adapun keterangannya adalah sebagai berikut:

“menurut saya lebih baik dari tahun yang lalu” (Wawancara 3 November 2010)

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Bapak Abdul Hamid seorang penjaga pintu perlintasan di desa Wadungasih, adapun keterangannya adalah:

“sebetulnya di pintu perlintasan sudah ada rambu, ada 7 macam rambu, ada larangan berhenti, ada awas ada kereta api”

(Wawancara 3 November 2010)

Semetara itu peneliti juga melakukan wawancara dengan salah seorang pengendara yang melintas yang bernama mas Arif, adapun keterangannya adalah sebagai berikut:

“Saya sering mas lewat sini, jalan ini kan ke kantor saya. Kalau saya perhatikan rambu-rambu sudah cukup bagus karena cukup jelas dan hampir setiap perlintasan ada rambu”

Hal yang sam diungkapkan oleh Bapak Wandi warga Kebonsari, adapun keterangannya sebagai berikut:

“ada sih ada mas, tapi masih kurang, di sini kan tidak pintunya cuma ada orang yang menjaga”

(Wawancara 3 November 2010)

Hal yang sama juga diutarakan oleh Mas Rendra warga Trosobo, adapun keterangannya adalah:

“rambu-rambu dan lampu sebagian sudah dipasang tapi ada juga

Dokumen terkait