• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PT. KAI (Persero) DALAM MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI DAOP VIII SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PT. KAI (Persero) DALAM MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN DI DAOP VIII SURABAYA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fisip UPN ”Veteran” Jawa Timur

Oleh :

RAHMAT HIDAYAT 0441010163

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadanNya-lah syukur dipanjatkan atas

selesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya,

tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri karena itu, kebanggaan penulis

bukanlah pada selesainya skripsi ini, melainkan kemenangan atas berhasilnya

menundukkan diri sendiri. Semua kemenangan dicapai tidak tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis “wajib” mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Diana Hertati selaku dosen

pembimbing Utama yang selalu memberikan arahan dan tak bosan-bosan dalam

membimbing penulis serta Drs. Ananta Prathama selaku Dosen Pembimbing

Pendamping yang selalu memberikan masukan dan bersedia untuk direpotkan.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1 Dra.Ec.HJ. Suparwati, M.Si selaku Dekan FISIP UPN “VETERAN’ Jawa Timur

2 DR. Lukman Arif, M.Si selaku Ketua Program studi Ilmu Administrasi Negara

3 Dra. Diana Hertati, MSi, selaku sekretaris Program studi Ilmu Administrasi

Negara

4 Pejabat di PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya yaitu Bapak Winarto selaku

kepala HUMASDA

5 Bapak Herry C.W. selaku koordinator Humasda yang membantu memberikan data

6 Bapak Dwi Utomo selaku manajer jalan, rel dan jembatan yang membantu

memberikan data yang diperlukan

7 Bapak Agung Wibisono selaku Asisiten Manajer Sintelis yang sangat membantu

(3)

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh

keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini Insya Allah akan berguna bagi

rekan-rekan di jurusan Ilmu Administrasi Negara, maka saran serta kritik yang membangun

sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, Nonember 2010

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRISI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1Pendidikan dan Latihan ... 15

2.2.1.1Pengertian Pendidikan dan Latihan... 15

2.2.1.2 jenis-jenis diklat ... 16

2.2.1.3 Manfaat Pendidikan dan Latihan ... 18

2.2.2 Motivasi ... 19

(5)

2.2.2.4 Kendala dan Faktor Pendukung Motivasi ... 22

2.2.2.5 Keinginan Khusus ... 23

2.2.3 Sosialisasi ... 23

2.2.3.1 Jenis Sosialisasi ... 24

2.2.3.2 Agen Sosialisasi ... 25

2.3 Kerangka Berfikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Fokus Penelitian ... 31

3.3 Lokasi Penelitian ... 36

3.4 Sumber Data ... 37

3.5 Pengumpulan Data ... 38

3.6 Analisa data ... 40

3.7 Keabsahan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 46

4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. KAI (Persero) ... 46

4.1.2 Lokasi dan Luas Wilayah PT. KAI (Persero) DAOP VIII Surabaya ... 50

4.1.3 Fungsi Stasiun Besar Surabaya Gubeng ... 50

4.1.4 Visi dan Misi PT. Kereta Api (Persero) Stasiun Besar Surabaya Gubeng ... 50

(6)

  ix

4.2 Hasil Penelitian ... 63

4.2.1 Upaya PT. KAI (Persero) Mengurangi Angka Kecelakaan di DAOP VIII Surabaya ... 63

4.2.1.1Sarana dan Prasarana Pintu Perlintasan ... 66

4.2.1.2Sosialisasi ... 86

4.3 Pembahasan ... 88

4.3.1 Sarana dan Prasarana ... 88

4.3.2 Sosialiasi ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 96

(7)

Tabel 2. Data Korban Kecelakaan Kereta Api di Pintu Perlintasan Daop VIII Surabaya Tahun

2008-2010 ... 5

Tabel 2. Jumlah Kecelakaan dalam Km ... 6

Tabel 3. Karakteristik Pegawai Berdasarkan Pangkat dan Golongan ... 51

Tabel 4. Karakteristik pegawai berdasarkan pendidikan ... 52

Tabel 5. Karakteristik Pegawai Pintu Perlintasan Berdasarkan Pangkat dan Golongan ... 53

Tabel 6. Karakteristik Pegawai Pintu Perlintasan Berdasarkan Pendidikan ... 53

Tabel 7. Data Korban Kecelakaan Kereta Api di Pintu Perlintasan Daop VIII Surabaya Tahun 2005-2010 ... 64

Tabel 8. Jumlah Perlintasan dari Surabaya Gubeng Sampai Sidoarjo ... 65

(8)

Gambar 3. Struktu Organisasi ... 55

(9)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena sering terjadi kecelakaan di pintu perlintasan. Kecelakaan ini menyebabkan hingga tewasnya pengendara motor atau mobil. Kejadian ini sering terjadi, namun sempat menurun, akan tetapi naik lagi sehingga harus ada perhatian yang lebih dari instansi terkait.

Penelitian ini mempunyai fokus yaitu sarana dan prasarana serta sosialisasi. Dalam hal ini, Upaya PT. KAI (Persero) dalam mengurangi kecelakaan di Daop VIII Surabaya yang memfokuskan di pintu perlintasan yaitu sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana sangat penting sekali seperti, palang pintu kereta api yang berguna untuk mengamankan perjalanan kereta api. Selama ini persepsi yang berkembang di masyarakat salah. Mereka menganggap pintu perlintasan sebagai alat untuk pengamanan bagi pengendara yang melintas, akan tetapi karena kurangnya kesadaran masyarakat maka sering kita jumpai ada yang menerobos pintu perlintasan. Di samping itu upaya yang dilakukan PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya adalah sosialisasi yaitu pertama mereka mengadakan sosilaisasi terhadap pegawai di Daop VIII Surabaya. Sosialisasi ini ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai juga mengurangi masyarkat yang sering menerobos dengan cara memberikan pengarahan kepada masyarakat. Yang kedua, PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya juga memberikan pengeras suara di setiap pintu perlintasan meskipun tidak semua pintu ada pengeras suara. Mereka menganggap dengan pintu saja tidak cukup sehingga pengeras suara dapat membentu pengendara untuk lebih berhati-hati.

Metode yang digunakan adalah analisis interaktif. Data diperoleh di lapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah dianalisa kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

Dari data yang dianalisis menyimpulkan bahwa kecelakaan yang sering terjadi di pintu perlintasan terjadi bukan karena kelalaian petugas ataupun sarana dan prasarana yang rusak akan tetapi kurangnya kesadaran dari masyarakat. Untuk itu diperlukan sosialisasi yang berkelanjutan yang berkoordinasi dengan pemerintah setempat, dinas perhubungan serta instansi yang terkait.

(10)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan oleh bangsa

Indonesia selama ini tidak lepas dari peran sektor transportasi yang sangat

mendukung terlaksananya pembangunan nasional. Tanpa adanya

transportasi yang memadai maka tujuan pembangunan nasional untuk

mencapai masyarakat adil, makmur merata baik materiil maupun spiritual

tidak akan tercapai. Selain itu sektor transportasi khususnya transportasi

darat merupakan salah satu cara yang banyak digunakan untuk dimanfaatkan

oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya yang tentu aktivitas

tersebut sangat mendukung pelaksanaan pembangunan nasional.

Salah satu ciri masyarakat Negara berkembang mobilitas sosial yang

makin tinggi. Sarana transportasi yang ada di masyarakat antara lain kereta

api, angkutan transportasi dalam kota serta yang lainnya dimaksudkan untuk

mendukung meningkatkan mobilitas tersebut.

Era globalisasi saat ini telah mempertinggi arus kompetesi di segala

bidang, termasuk bidang usaha jasa seperti jasa pelayanan transportasi.

Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi dan semua

elemen-elemen yang berada dalam organisasi tersebut harus berupaya

meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Jika hal ini tidak

dilaksanakan oleh suatu organisasi maka organisasi tersebut akan tertinggal

oleh organisasi yang lain.

1

(11)

angka kecelakaan yang terjadi, dimana kecelakaan yang terjadi

mengindikasikan bahwa adanya sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana

mestinya dan hal itu harus diselidiki apakah dari pihak internal atau hal yang

disebabkan oleh pihak eksternal. Mengingat kereta api merupakan sarana

transportasi yang menjadi moda andalan masyarakat saat ini dan juga

merupakan sarana transportasi yang lebih murah dari yang lain, hal ini

bukan berarti dengan tarif pelayanan yang murah keselamatan akan

terabaikan.

(http://ardianto.blogsome.com/2008/01/07/kereta-api-kendaraan-ramah-lingkungan/)

Banyaknya pengguna jasa transportasi ini juga berpengaruh terhadap

kelangsungan organisasi. Saat ini banyak sarana transportasi yang

berkompetisi untuk mendapatkan pengguna jasa ini. Sarana transportasi

yang ada yaitu transportasi darat, laut dan udara. Hingga saat ini kereta api

masih menjadi salah satu moda andalan rakyat.(suara karya )

Kereta api adalah sarana perkertaapian dengan tenaga gerak, baik

berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya,

yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan

perjalanan kereta api. (UU No. 23 tahun 2007)

Perkeretaapian diselenggarakan untuk memperlancar perpindahan

orang dan/atau barang secara masal dengan selamat, aman, nyaman, cepat,

tepat, tertib, teratur dan efisien. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem

yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma,

(12)

kereta api. Menurut PP No. 56 tahun 2009 Kereta adalah sarana

perkeretaapian yang ditarik lokomotif atau mempunyai penggerak sendiri

yang digunakan untuk mengangkut orang. Lokomotif adalah sarana

perkeretaapian yang memiliki penggerak sendiri (menggunakan motor diesel

atau listrik) yang bergerak dan digunakan untuk menarik dan/ atau

mendorong kereta, gerbong, dan/ atau peralatan khusus.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang kecelakaan kereta di

pintu perlintasan sebidang. Kecelakaan yang bisa menyebabkan banyak

merenggut korban jiwa. Menurut Peraturan Dirjen Perhubungan Darat

perlintasan sebidang adalah perpotongan sebidang antara jalur kereta api

dengan jalan. Perlintasan sebidang harus disertai dengan tanda atau marka,

rambu-rambu serta lampu lalu lintas.

Perlintasan sebidang akan mempunyai potensi kecelakaan yang besar

mengingat langsung berpotongan dengan jalan, apalagi jalan yang banyak

pengendara. Akan tetapi Pengendara wajib mendahulukan kereta api.

Kecelakaan yang terjadi disebabkan banyak faktor salah satunya

adanya sistem sarana yang rusak sehingga tidak mengetahui ada kereta api

yang mau melintas, namun selang beberapa menit kemudian terlihat kereta

api melintas, petugas pun telat untuk menutup pintu perlintasan, sialnya lagi

ketika palang pintu perlintasan akan ditutup ada angkot Lyn O yang sudah

masuk dan mendekati perlintasan. (duta masyarakat.com)

(13)

Maka perlu adanya suatu pemeliharaan ataupun pengadaan alat yang baru

untuk mengganti alat yang sudah lama. Selain dari faktor sarana kecelakaan

juga disebabkan karena banyak pintu yang tidak terjaga dan pintu

perlintasan liar. Di pintu tak terjaga inilah yang sering terjadi kecelakaan.

Disamping itu juga bisa disebabkan oleh kelalaian dari penjaga pintu

perlintasan.(suarasurabaya.net). Untuk pintu perlintasan tidak terjaga,

memang banyak disebabkan karena jumlah pegawai yang tidak sebanding

dengan jumlah pintu perlintasan.

Tabel 1. Data korban kecelakaan kereta api di pintu perlintasan

Daop VIII Surabaya tahun 2005-2007

Sumber: PL/PLH PT. KAI (Persero) daop VIII Surabaya,2010 No Tahun Jumlah

kecelakaan

Korban luka-luka

Luka parah

Koban meninggal

1 2005 18 15 3 -

2 2006 15 3 12 -

3 2007 6 1 5 -

Jumlah 39 19 20

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di tahun 2005 korban

kecelakaan berjumlah 18 kasus, di tahun 2006 berkurang menjadi 15 kasus,

di tahun 2007 berkurang menjadi 6 kasus.

(14)

Daop VIII Surabaya tahun 2005-2007

Sumber : Pl/Plh PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya,2010 No Tahun Jumlah

kecelakaan

Korban luka-luka

Luka parah

Koban meninggal

1 2008 4 2 2 -

2 2009 17 6 11 -

3 2010 47 9 38 -

68 17 51 -

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di tahun 2008 korban

kecelakaan berjumlah 4 kasus, di tahun 2009 bertambah menjadi 17 kasus,

di tahun 2010 bertambah 47 menjadi kasus.

Faktor yang menjadi penyebab banyaknya jumlah kecelakaan juga

disebabkan karena banyaknya jumlah perlintasan yang tidak terjaga.

Tercatat di Daop VIII Surabaya jumlah pintu perlintasan resmi yang dijaga

pihak PT KAI (Persero) Daop VIII Surabaya berjumlah 144 pintu, yang

dijaga pihak ke tiga berjumlah 35 pintu, yang tidak terjaga berjumlah 477

pintu sedangkan pintu perlintasan liar berjumlah 26 pintu.(pl/plh PT KAI

Daop VIII Surabaya)

Wilayah Daop VIII sangat luas di jalur selatan meliputi Surabaya

Gubeng sampai Blitar dan di jalur tengah Surabaya sampai Mojokerto

sedangkan di jalur utara meliputi Surabaya Gubeng sampai Kapas,

Lamongan. Dari kedua jalur tersebut yang paling banyak terjadi kecelakaan

yaitu di jalur selatan yang melintas Surabaya Gubeng sampai

Sidoarjo.(PL/PLH PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya).

(15)

banyak sekali persimpangan dengan jalur kereta api dan juga banyak terjadi

kecelakaan di bandingkan dengan jalur yag lain.

Sementara itu kecelakaan seringkali terjadi baik di perlintasan yang

dijaga maupun perlintasan yang tidak dijaga, apalagi perlintasan yang arus

lalu lintasnya sangat padat yaitu antara Surabaya Gubeng sampai Sidoarjo.

Tabel 2. Jumlah kecelakaan dalam Km

No KM Jumlah

kecelakaan di pintu terjaga

Jumlah kecelakaan di pintu tidak

terjaga

Jumlah kecelakaan di pintu perlintasan

liar

1 0-35 20 33 -

2 36-70 2 7 -

3 71-105 7 5 -

4 106-140 7 4 -

5 141-175 9 3 -

6 176-210 3 7 -

7 211-245 - - -

8 246-299 - - -

Sumber: PL/PLH PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya,2010

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian paling banyak

terjadi di Km 0-35 yang berjumlah 53 kasus dibandingkan dengan yang

lainnyahal ini karena di km tersebut yang melintasi Surabaya Gubeng

sampai Sidoarjo sangat padat.

Dari sekian banyak kecelakaan yang paling banyak terjadi di pintu

yang dijaga karena arus lalu lintas di daerah tersebut sangat padat serta

(16)

.com)

Untuk kedepannya harus ada tindak lanjut mengenai pintu perlintasan

yang tidak terjaga yaitu penambahan penjaga pintu perlintasan. Sejauh ini

perlintasan yang tidak ada penjaga dibiarkan saja dan tidak ada tindak lanjut

dari instansi terkait untuk menambah penjaga di tempat tersebut. Masyarakat

juga diam saja tidak ada yang memberikan kritikan mengenai hal tersebut.

Dan ketika terjadi kecelakaan banyak yang menyalahkan instansi terkait.

Padahal jika masyarakat lebih kritis seharusnya hal itu bisa dikurangi.

Banyak jumlah pintu perlintasan yang tidak di jaga sehingga sangat

berbahaya bagi pengguna jalan karena tidak ada yang memberitahu jika ada

kereta yang mau lewat. Mengenai hal ini sudah diatur dalam UU No. 23

tahun 2007 tentang perkeretaapian. Tetapi masalahnya adalah jumlah

pegawai yang ada tidak mungkin untuk menjaga semua pintu karena jumlah

pintu perlintasan yang banyak.

Dengan semakin banyaknya kecelakaan yang terjadi seharusnya pihak

PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya mulai dari sekarang bertindak atau

melakukan perbaikan agar kecelakaan yang terjadi tidak semakin bertambah.

Apalagi masyarakat banyak yang menggunakan jasa kereta api seharusnya

melecut semangat pegawai perkeretaapian untuk lebih meningkatkan

pelayanan agar masyarakat tidak meninggalkan kereta api karena kereta api

merupakan sarana yang merakyat. Kereta api juga bisa menjadi solusi

mengurangi kemacetan di kota besar di masa yang akan datang. Dengan

(17)

organisasi itu harus melakukan suatu perubahan. Bukan hanya dari sarana

dan prasarana tetapi juga sumber daya manusia dengan cara sertifikasi

pegawai yang dilakukan dengan diklat dan lainnya.

PT.KAI (persero) Daop VIII Surabaya telah melakukan berbagai

upaya agar kecelakaan tidak banyak terjadi. Seperti sosialisasi dan juga

penyuluhan di berbagai daerah sudah sering dilakukan dan juga memasang

tanda peringatan di beberapa tempat yang dianggap perlu untuk diberi tanda.

Melalui media cetak dan juga media elektronik sudah dilakukan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dan untuk mengurangi kecelakaan.

Untuk mendukung pelaksanaan yang sangat berat tersebut pemerintah

sudah mengeluarkan PP No. 56 tahun 2009 tentang penyelenggaraan

perkeretaapian. Dimana semua elemen dari perkeretaapian diatur untuk

meningkatkan pelayanan. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut

diharapkan adanya suatu perbaikan yang signifikan dan juga diharapkan

dapat mengurangi tingkat kecelakaan kereta api.

Untuk mencapai tujuan tersebut bukan hanya dari PT. KAI (persero)

Daop VIII Surabaya saja tetapi seharusnya dukungan dari pemerintah yang

lebih siap dan juga kesadaran dari masyarakat yang sangat tinggi sehingga

apa yang menjadi tujuan bersama dapat tercapai.

Dengan adanya latar belakang tersebut maka penulis tertarik memilih

obyek pada PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya merupakan salah satu

fungsi BUMN di Indonesia yang melakukan pelayanan jasa transportasi

(18)

UPAYA PT KAI (Persero) DALAM MENGURANGI ANGKA KECELAKAAN di DAOP VIII SURABAYA”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka jelas apa yang ingin

diharapkan dalam penelitian ini adalah ingin mengkaji upaya-upaya yang

dilakukan oleh PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya untuk mengurangi

kecelakaan yang terjadi di wilayahnya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka perumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana upaya PT. KAI (persero)

Daop VIII Surabaya dalam mengurangi kecelakaan?

1.3 Tujuan penelitian

untuk mengkaji dan mendeskripsikan upaya PT. KAI (persero) Daop

VIII Surabaya dalam mengurangi kecelakaan yang terjadi di pintu

perlintasan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penyusunan laporan penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti

Untuk membandingkan dan mengembangkan teori yang telah di

dapat dari bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.

(19)

   

Sebagai bahan masukan dan saran bagi lembaga/instansi yang

menjadi obyek penelitian dalam hal mengurangi kecelakaan dan

meningkatkan pelayanan PT. KAI (persero) Daop VIII Suarabaya.

3. Bagi almamater

Untuk menambah perbendaharaan dan referensi perpustakaan di

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang

selanjutnya dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan semua pihak yang

(20)

11

 

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain dapat di pakai dalam

pengkajian yang berkaitan dengan upaya-upaya yang di lakukan oleh PT. KAI

(persero) daop VIII Surabaya antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nusakti Yasa Wedha (2000)

Universitas Udayana Bali. Peneltian ini berjudul “Audit Keselamatan Lalu

Lintas (studi kasus di jalan Ngurah Rai di Denpasar Bali). Kesimpulan dari

penelitian ini adalah frekuensi kecelakaan lalulintas pada ruas jalan arteri

Ngurah Rai di kota Denpasar Bali akhir-akhir ini cenderung meningkat dan

nampak menonjol (relative terhadap yang lain), namun penelitian mendalam

terhadap komponen jalan, terutama faktor elemen geometric jalan yang

potensial penyebab kecelakaan sampai saat ini belum pernah dilakukan.

Studi ini akan membahas upaya peningkatan keselamatan jalan

tersebut, dengan mengaudit elemen-elemen geometric jalan serta beberapa

fasilitas perlengkapan jalan, melalui pendekatan pencegahan kecelakaan

dengan perancangan jalan aman yang aman diketahui.

Audit keselamata jalan dilakukan dengan menerapkan formulir

(21)

dapat diketahui kondisi dari elemen-elemen geometric jalan, meliputi:

potongan melintang jalan, alinyemen jalan serta fasilitas marka, rambu serta

lampu penerangan jalan. Hasil temuan tersebut dianalisis untuk ada atau

tidaknya penyimpangan terhadap standar perencanaan geometric jalan yang

berlaku di Indonesia dan kemudian diupayakan langkah-langkah penanganan.

Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini

mengambil kasus di jalan Ngurah Rai bali sedangkan penelitian yang

sekarang melakukan penelitian di pintu perlintasan.

2. Penelitian ini dibuat oleh Agus Windarto dkk (2002), ketua jurusan

FTSP / DESAIN PRODUK INDUSTRI, ITS yang berjudul “ Studi

Pengembangan Model Transportasi Kota yang Ekonomis, Aman dan Nyaman

di Wilayah Perkotaan Jawa Timur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

suatu kota besar biasanya mempunyai pusat-pusat aktivitas utama yang

terletak di pusat kota dan beberapa kawasan sub aktivitas di beberapa pinggir

pusat kota, serta kawasan permukiman yang tersebar mulai dari pusat kota

hingga pinggiran kota, bahkan sampai keluar batas kota. Kondisi sebaran

spatial yang demikian akan menyebabkan tingginya demand penumpang

angkutan umum pada jam berangkat kerja dan pulang kerja terutama pada

poros-poros radial. Poros radial adalah jaringan yang menghubungkan pusat

kota dengan pinggiran kota.

Tingginya demand penumpang pada poros-poros radial tersebut

(22)

kapasitasnya besar pula. Bentuk jaringan angkutan umum tersebut tentunya

mengikuti demand penumpang yaitu radial. Pada sistem jaringan rute radial

dengan terminal pusat, angkutan umum melayani trayek pinggir-pusat.

Jaringan rute radial dengan terminal pusat dapat diterapkan apabila pada kota

tersebut terdapat kondisi-kondisi pendukung seperti :

a. Lahan untuk terminal di pusat kota tersedia

b. Jumlah penduduk relativ tidak terlalu banyak

c. Kondisi sosial masyarakat dan perangkat hukum mendukung.

Apabila kondisinya memang tidak memungkinkan untuk menciptakan

terminal pusat, maka lebih baik diterapkan jaringan untuk radial tanpa

terminal pusat. Di pusat kota angkutan umum akan bergerak dengan

sistem menerus dan berhenti hanya saat menaikkan atau menurunkan

penumpang di halte-halte tertentu.

Beda penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian sebelumnya

lebih memfokuskan kepada upaya untuk mengurangi kemacetan

sedangkan penelitian yang sekarang ingin mengetahui upaya PT KAI

(Persero) Daop VIII Surabaya untuk mengurangi kecelakaan.

3. Vikandita Pusparini (2007) jurusan Administrasi Negara , fakultas

Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa

Timur dengan judul penelitian “Hubungan Kepemimpinan Dengan Kinerja

(23)

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan kepemimpinan

dengan kinerja pegawai di PT. KAI (persero) Stasiun Besar Gubeng Surabaya.

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif (hubungan) yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Variable-variabel dalam

penelitian ini adalah kepemimpinan sebagai variable bebas atau independen

dan kinerja pegawai sebagai variable tidak bebas atau dependen.

Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari

kuesioner dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh melalui Stasiun

Besar Surabaya Gubeng sebanyak 63 orang dan keseluruhannya digunakan

sebagai responden, maka teknik penarikan sample yang digunakan adalah

teknik penarikan sampling jenuh.

Hipotesa dalam penelitian ini adalah “Diduga Ada hubungan Dengan

Kinerja Pegawai di PT. KAI (Persero) Stasiun Besar Surabaya Gubeng.

Setelah melakukan penelitian dengan menyebarkan kuisioner pada 63

responden, dimana setelah melalui perhitungan yang menggunakan rumus

Rank Sperman dan kemudian diuji tingkat signifikasinya dengan uji penulis

memperoleh hasil yang menyatakan bahwa kepemimpinan mempunyai

hubungan yang kuat dengan kinerja pegawai. Dan hubungan yang terjadi juga

signifikan karena data yang sudah diolah dimasukkan dalam rumus Rank

Sperman ditemukan koefisien sebesar 0,720 dimana setelah diinterpretasikan

dengan table interpretasi koefisien korelasi Rank Sperman terdapt diantara

(24)

tingkat signifikasinya, hasil dari korelasi dimasukkan dalam rumus uji t dan

akhirnya ditemukan nilai sebesar 1,9666. Menurut kriteria pengujian jika t

hitung lebih besar dati t table maka hasil yang diperoleh adalah signifikan

(dapat dipercaya)

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian ini

menggunakan penelitian kuantitatif. Sedangkan persamaannya adalah tempat

penelitian yaitu PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendidikan dan latihan

2.2.1.1 Pengertian Pendidikan dan latihan

Menurut Widjaja (1995 : 75), dalam Administrasi pegawai, suatu

pengantar dijelaskan bahwa pendidikan dan latihan adalah pendidikan

dimaksudkan untuk membina kemampuan atau dapat menjalankan tugas dan

kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan latihan (training) lebih

mengedepankan keterampilan teknik sehingga pegawai dapat menjalankan

pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Latihan berhubungan langsung dengan

pengajaran tugas pekerjaan dan waktunya lebih singkat.

Menurut Siagian (2002:68), memberikan pengertian pendidikan dan

latihan yaitu pendidikan adalah keseluruhan proses, teknik dan metode belajar

(25)

orang lain sesuai dengan standar yang lebih diterapkan sebelumnya.

Sedangkan latihan adalah proses belajar mengajar dengan mempergunakan

teknik dan tanggung jawab yang diberikan dengan sebaik-baiknya.

Menurut pendapat Notoadmojo (1992:25), dalam yang berjudul

“Pengembangan sumber daya manusia” menyebutkan bahwa pendidikan dan

latihan merupakan upaya mengembangkan sumber daya manusia terutama

untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.

Menurut pendapat Tulus (1993:88), dalam bukunya “ Manajemen

Suber Daya Manusia” menyebutkan bahwa pelatihan adalah suatu proses

pendidikan jangka pendek bagi karyawan operasional untuk memperoleh

keterampilan secara otomatis.

Berdasar definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

dan latihan adalah suatu kegiatan atau proses peningkatan dan pengembangan

pengetahuan berfikir para pegawai baik dalam kecakapan, pengetahuan,

keterampilan, keahlian dan kemampuan maupun sikap dan tingkah laku

pegawai dapat menjalankan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

2.2.1.2 Jenis-jenis Diklat

Agar kinerja lebih optimal maka perlu diadakannya diklat. Jenis diklat

(26)

1. Diklat pra jabatan

2. Diklat dalam jabatan

Diklat pra jabatan merupakan syarat pengangkatan calon pegawai

baru. Diklat pra jabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam

rangka pembentukan wawasan mengenai instansi, kepribadian dan etika

pegawai, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan

kegiatan, bidang tugas dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan

tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat. Diklat dilakukan sesuai

dengan masing-masing bidang.

Sedangkan dalam jabatan dilaksanakan untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai agar dapat melaksanakan tugas

dan pelayanan sebaik-baiknya.

Sementara itu diklat dalam jabatan terdiri dari :

1. Diklat kepemimpinan

2. Diklat fungsional

Diklat kepemimpinan yang selanjutnya disebut dengan diklat

kepemimpinan dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi

(27)

Sedangkan diklat fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan

kompetensi yang sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing.

2.2.1.3 Manfaat Pendidikan dan Latihan

Hampir semua prinsip berpandangan bahwa kepada para pegawai,

baik pegawai baru atau pegawai lama perlu diberikan suatu pendidikan dan

patihan karena latihan sangat bermanfaat bagi mereka.

Menurut Wursanto (2003:60), manfaat pendidikan dan latihan

adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan dan latihan meningkatkan stabilitas pegawai.

2. Pendidikan dan latihan dapat memperbaiki cara kerja pegawai sehingga

cara kerja mereka tidak bersifat statis melainkan selalu disesuaikan dengan

perkembangan organisasi.

3. Dengan pendidikan dan latihan pegawai mampu bekerja lebih efisien.

4. Dengan pendidikan dan latihan pegawai dapat berkembang dengan cepat.

5. Dengan pendidikan dan latihan pegawai dapat melaksanakan tugas dengan

baik.

6. Dengan pendidikan dan latihan pegawai dapat diberi kesempatan untuk

mengembangkan diri.

7. Pendidikan dan latihan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai dan

(28)

2.2.2 Motivasi

2.2.2.1 Pengertian Motivasi

Menurut flippo (1991:117) motivasi adalah suatu keterampilan dalam

memadukan kepentingan karyawan dan kepentingan organisasi sehingga

keinginan-keinginan karyawan dipuaskan bersamaan dengan tercapainya

sasaran-saasaran organisasi.

Menurut gellerman dalam dessler(1993: 336) motivasi yaitu untuk

hidup dalam cara yang sesuai dengan peran yang diinginkannya, untuk

diperlakukan dalam cara yang sesuai dengan kedudukan, dan untuk dihargai

dalam cara yang mencerminkan tingkat kemampuan.

Berdasar definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

suatu keterampilan untuk memperlakukan karyawan sesuai dengan kedudukan

serta peran yang diinginkannya berdasar tujuan dari organisasi.

2.2.2.2 Metode, Model dan Proses Motivasi

Menurut Hasibuan (2003:100), metode-metode motivasi yang

digunakan untuk meningkatkan semangat kerja karyawan meliputi:

1. Metode motivasi langsung (Direct Motivation), adalah motivasi yang

diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan.

2. Metode motivasi tidak langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi

yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

menunjang gairah kerja.

(29)

1. Model Motivasi Positif

Faktor pertama dalam setiap proses motivasi adalah motif untuk bertindak,

yang berupa sebab, keinginan ataupun kebutuhan yang belum terpenuhi

tanpa motif tindakan ada proses motivasi.

2. Model Motivasi Negatif

Model motivasi negatif, pada hakekatnya menggunakan unsur ancaman

untuk memaksa seseoarang melakukan sesuatu.

Menurut Hasibuan (2003:101), dalam mendesain dan membangun

motivasi kerja pegawai maka diperlukan adanya proses motivasi yang

diantaranya meliputi:

a. Tujuan, dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu

tujuan organisasi.

b. Mengetahui kepentingan, dalam proses motivasi penting mengetahui

kebutuhan atau keinginan karyawan yang tidak hanya melihatnya dari

sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.

c. Komunikasi efektif, dalam proses motivasi harus dilakukan

komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan.

d. Integrasi tujuan, dalam proses motivasi perlu menyatukan tujuan

perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan.

e. Fasilitas, manajer dalam memotivasi harus memberikan fasilitas

kepada perusahaan dan individu karyawan akan mendukung

(30)

f. Team work, manajer harus menciptakan team work yang terkoordinasi

baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan.

2.2.2.3 Aspek dan Bentuk atau Pola Motivasi

Mennurut Hasibuan (2003:97), aspek motivasi dikenal aspek aktif atau

dinamis dan aspek pasif statis. Aspek aktif atau dinamis yaitu motivasi

tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan dan mengarahkan

sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang

diinginkan. Aspek pasif atau statis yaitu motivasi akan tampak sebagai

kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan

dan menggerakkan potensi sumber daya manusia kearah tujuan yang

diinginkan.

Keinginan dan kegairahan kerja ini dapat ditingkatkan berdasarkan

pertimbangan tentang adanya dua aspek motivasi yang bersifat statis, yaitu:

a. Aspek motivasi statis tampak sebagai keinginan dan kebutuhan pokok

manusia yang menjadi dasar dan harapan yang akan diperolehnya

dengan tercapainya tujuan organisasi.

b. Aspek motivasi statis adalah berupa alat perangsang atau insentif yang

diharapkan akan dapat memenuhi apa yang yang menjadi keinginan

dan kebutuhan pokok yang diharapkannya tersebut.

Menurut Clelland yang dikutip oleh Hasibuan (2003:98), mengemukakan

(31)

a. Achievement motivation adalah keinginan untuk mengatasi atau

mengalahkan suatu tantangan untuk kemajuan dan pertumbuhan.

b. Affiliation motivation adalah dorongan untuk bekerjasama dengan

orang lain.

c. Copetence motivation adalah dorongan untuk berprestasi baik

dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

d. Power motivation adalah dorongan untuk dapat mengendalikan

suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam

menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.

2.2.2.4 Kendala dan Faktor Pendukung Motivasi

Menurut Hasibuan (2003:102), kendala-kendala dalam motivasi pada

karyawan menyangkut:

a. Untuk menentukan motivasi yang paling tepat, sulit karena

keinginan setiap individu karyawan tidak sama.

b. Kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan

insentif

c. Manajer sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu karyawan.

d. Manajer sulit memberikan insentif yang adil dan layak

Menurut Hasibuan (2003:102), faktor pendukung pemberian motivasi adalah

kesamaan dalam kebutuhannya yaitu setiap manusia ingin hidup dan untuk

hidup perlu makan dan manusia normal mempunyai harga diri. Jadi setiap

(32)

diberikannya serta ingin memperoleh pujian, perlakuan yang baik dari

atasannya.

2.2.2.5 Keinginan khusus

Menurut Flippo(1991:115), keinginan khusus karyawan yaitu:

1. Upah. Upah merupakan salah satu alat pemuas kebutuhan fisiologis,

keterjaminan dan egoistik.

2. Keterjaminan pekerjaan (security of job). Karena ancaman dari

perubahan teknologis, keinginan ini sangat menjadi prioritas untuk

banyak karyawan dan serikat buruh. Kebutuhan akan keterjaminan

umum yang mendasarinya juga sangat mendapat prioritas dalam

hirarki kebutuhan yang dikemukakan Maslow.

3. Teman-teman yang menyenangkan (congenial associates). Keinginan

ini berasal dari kebutuhan sosial untuk berteman dan diterima.

Manajemen dapat membantu proses itu dengan program perkenalan

yang direncanakan dan dilaksanakan secara hati-hati, penyediaan

sarana sosialisasi melalui periode istirahat dan program rekreasi dan

dorongan untuk membentuk tim-tim kerja melaui tata letak tempat

kerja yang tepat dan prosedur-prosedur kerja yang mempertimbangkan

hubungan antar manusia.

2.2.3 Sosialisasi

Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi (2002), sosialisasi

(33)

dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai

peranan (rhole theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran

yang harus dijalankan oleh individu.

2.2.3.1 Jenis sosilisasi

Keluarga sebagai perantara sosialisasi primer. Berdasarkan jenisnya

sosialisasi dibagi menjadi dua : sosialisai primer (dalam keluarga) dan

sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman dalam

http:id.wiki.or/wiki/sosialiasi (2002), kedua proses tersebut berlangsung

dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua

institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah

dari masyarakat luas dalam kurun waktu tertentu, bersama-sama menjalani

hidup yang terkurung dan diatur secara formal.

a. Sosialisasi Primer

Berger dan Luckmann dalam http:id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi

(2002), mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang

dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat

(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau

saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota

keluarga dan lingkunga keluarga. Secara bertahap dia mampu

(34)

Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak menjadi

sangat penting sebab seorang anak akan melakukan pola interaksi secara

terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan

oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan

anggota keluarga terdekatnya.

b. Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah

sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok

tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan

desosialisasi , seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.

2.2.3.2 Agen Sosialisasi

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau

melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga,

kelompok bermain, media massa dan lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaiakn agen sosialisasi berlainan dan tidak

selamanya berjalan sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga

mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan

oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk

tidak merokok, minum-minuman keras dan menggunakan obat-obatan

terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari

(35)

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang

disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya

saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi di masyarkat, sosialisasi

dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh

agen sosialisasi yang berlainan.

a. Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu,

saudara kandung dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal

secra bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang

menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen

sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam suatu rumah dapat saja

terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman dan bibi

di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah

padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berda

diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen

sosialisasi yang merupakan anggota kerabat. Menurut

http:id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi (2002), sosialisasi adalah sebuah

proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu

generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan

(role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang

(36)

b. Teman Pergaulan

Teman pergaulan sering disebut juga teman bermain pertama kali

didapatkan manusia ketika ia mampu untuk bepergian ke luar rumah. Pada

awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat

rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses

sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada

masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam

membentuk kepribadian seorang individu.

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan

hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman dan peranan),

sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari

pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh

sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan

yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan

juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

c. Lembaga Pendidikan Formal

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar

membaca, menulis dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah

aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi

(achievement), universalisme dan kekhasan (spesificity). Di lingkungan

(37)

melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas

sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

d. Media Massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak

(surat kabar, majalah tabloid), media elektronik (radio,

televise,video.film). besarnya pengaruh media sangat tergantung pada

kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Menurut M. Dahlan Y.A Barry, L Lya Sofyan Yacub di dalam

kamusnya (2003 : 154), sosialisasi adalah suatu proses atau usaha

memasyarakatkan sesuatu, proses dimana seorang anak atau seorang

individu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan usaha untuk

mengubah milik perseorangan menjadi milik umum.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi melaui media

massa adalah untuk memasyarakatkan sesuatu baik berupa media cetak

maupun media elektronik untuk menjadi milik masyarakat umum.

2.4 Kerangka berpikir

Pemerintah mengeluarkan UU No.23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian yang

mengatur perkeretaapian di Indonesia. Dengan adanya undang-undang tersebut

digunakan untuk kenyamanan penyelenggaraan perkeretaapian. Sejalan dengan

adanya UU No.23 tahun 2007 maka PT KAI (Daop) VIII berupaya agar terbentuk

tujuan yang diharapkan. Adapun upaya yang dilakukan yaitu dengan memperbaiki,

(38)

dan aman tentunya. Selain itu, PT KAI (Persero) Daop VIII juga mengadakan

sosialisasi kepada pegawai tentang pintu perlintasan. Diharapkan dengan adanya

sosialisasi tersebut akan meningkatkan kinerja pegawai tentang keselamatan di pintu

perlintasan sehingga mengurangi pengendara yang menerobos. Dengan upaya yang

(39)
[image:39.612.116.524.201.588.2]

2.3 kerangka berfikir

Gambar 1. Kerangka berpikir

Undang-undang no. 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian

Kenyamanan Penyelenggaraan Kereta Api

Upaya PT KAI (persero) Daop VIII Surabaya

Sarana dan Prasarana Sosialisasi

Menekan angka kecelakaan

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Untuk memperoleh metode yang tepat dalam penelitian maka

tergantung dari maksud dan tujuan penelitian. Karena penelitian ini

merupakan penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain maka

penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini termasuk penelitian Deskriptif Kualitatif, penulis

bermaksud memperoleh gambaran yang mendalam tentang bagaimana

“Bagaimana upaya PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya dalam

mengurangi kecelakaan”

Hal tersebut sesuai dengan kutipan oleh dalam bukunya “metodologi

penelitian Kualitatif” Milles dan Huberman (1992:15). Penelitian kualitatif

merupakan data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan merupakan

angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dengan aneka macam cara

(observasi, wawancara, intisari, dokumentasi, pita rekaman), yang biasanya

“diproses” kira-kira sebelum siap digunakan.

Milles dan Huberman (1992:12). Mendefinisikan data kualitatif sebagai

sumber dari deskriptif yang luas dan berlandaskan kokoh serta memuat

penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat

(41)

setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.

Dan akhirnya seperti yang telah dikemukakan oleh Smith dalam Milles

dan Huberman (1992:02). Bahwa penemuan-penemuan dari penelitian

kualitatif mempunyai mute yang tidak disangkal kata-kata khususnya bila

mana disusun dalam bentuk cerita atau peristiwa, mempunyai kesan yang

lebih nyata, hidup dan penuh makna Barang kali jauh lebih meyakinkan

pembacanya, peneliti lainya, pembuat kebijakan, praktisi daripada

halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka.

Selama ini kecelakaan yang terjadi lebih banyak di pintu perlintasan

yang tidak terjaga, dikarenakan masyarakat tidak tahu jika ada kereta yang

mau melintas karena tidak adanya sarana sedangkan kecelakaan yang terjadi

di pintu perlintasan terjaga disebabkan karena kerusakan pada alat atau sarana

serta masyarakat yang menerobos pintu.

Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk

mendeskripsikan, menganalisa serta menginterprestasikan mengenai

bagaimana upaya PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya dalam mengurangi

kecelakaan.

3.2 Fokus Penelitian

Masalah yang akan diteliti, awalnya masih umum dan samar-samar akan

bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan.

(42)

tersebut bukunya. (1992:30) Miles dan Huberman mengemukakan bahwa

memfokuskan dan membatasi data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai

reduksi data yang sudah diantisipasi (1992:30). Jadi fokus memberikan sebuah

aliran pada penulis untuk memusatkan perhatian pada penyederhanaan data

yang ada, sehingga penelitian itu membias. Adapun aspek yang menjadi fokus

dalam penelitian ini adalah:

1. Sarana dan prasarana

Salah satu yang memegang peranan penting di dalam kereta api

yaitu sarana dan prasarana. Jika prasarana rusak maka kemungkinan

terjadinya kecelakaan lebih besar.

Adanya sarana dan prasarana di pintu perlintasan akan

memperlancar laju kereta api. Untuk itu diperlukan sarana dan

prasarana karena bersinggungan dengan jalan. Sarana dan prasarana

di pintu perlintasan meliputi pintu perlintasan, rambu-rambu serta

lampu lampu lalu lintas.

a. Palang pintu Perlintasan

Palang pintu perlintasan sangat berguna bagi

pengendara, selain mengamankan jalannya kereta api juga

membuat aman pengendara. Palang pintu digunakan untuk

menutup sementara jalan karena kerta api sedang melintas.

(43)

adanya suatu peringatan. Pintu perlintasan ada 2, yaitu:

1 Perlintasan Resmi

Pintu perlintasan resmi ini merupakan pintu yang

dibuat oleh PT. KAI (Persero) yang dilengkapi

dengan palang pintu perlintasan dimana ada petugas

yang menjaganya. Dengan adanya petugas yang

menjaga diharapkan kesigapan petugas dalam

menjaga pintu perlintasan, keamanan yang utama

jika melintas di pintu perlintasan. Akan tetapi

ketertiban dari pengendara juga harus diperhatikan.

PT. KAI (Persero) juga melakukan kerjasama

dengan pihak ketiga yaitu masyarakat untuk

menambah penjaga di pintu perlintasan yang

sebelumnya tidak ada penjaganya. Untuk pintu

perlintasan PT. KAI (Persero) melakukan

perawatan agar alat tersebut berfungsi dengan baik.

2 Perlintasan Liar

Pelintasan liar merupakan perlintasan yang

bersinggungan dengan kereta api yang dibuat

sendiri oleh masyarakat tanpa ada izin dari

(44)

harus ditutup. Diperlukan tindakan yang sangat

tegas terhadap peerlintasan liar tersebut karena

sangat berbahaya bagi pengendara.

b. Rambu dan Isyarat Lampu Lalu Lintas

Rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan

berupa lambang, huruf, angka kalimat dan/atau perpaduan

diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau

petunjuk bagi pemakai jalan.

Isyarat lampu lalu lintas adalah isyarat lampu lalu

lintas satu warna terdiri dari satu lampu menyala berkedip

atau dua lampu yang menyala bergantian untuk memberikan

peringatan bahaya kepada pemakai jalan.

Rambu dan isyarat lampu lalu lintas merupakan

peringatan kepada pengendara bahwa aada perlintasan kereta

api. Untuk itu PT. KAI (Persero) mengupayakan di setiap

perlintasan dilengkapi dengan dengan rambu dan isyarat

lampu lalu lintas. Agar rambu dan isyarat lampu lalu lintas

berfungsi dengan baik PT. KAI (Persero) melakukan

(45)

suara yang menyertai isyarat lampu lalu lintas satu warna

yang memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan.

Isyarat suara ditambahkan oleh PT. KAI (Persero) Daop VIII

Surabaya karena mereka menilai dengan palang pintu dan

rambu masih kurang dan itu merupakan sebuah inovasi dari

PT. KAI. Namun, bagaimana kondisi isyarat suara, apakah

berfungsi dengan baik dan apakah mampu untuk membuat

masyarakat tidak menerobos.

Pedoman wawancara:

1.Bagaimana bagaimana sarana dan prasarana, apakah masih

berfungsi dengan baik

2.Bagaimana sarana dan prasarana yang ada di pintu

perlintasan

3.Bagaimana perawatan sarana dan prasarananya

 

4.Bagaimana tanggapan bapak terhadap pintu perlintasan liar

 

5.Bagaimana keamanan di pintu perlintasan

 

6.Bagaimana tindakan terhadap pintu perlintasan liar

 

7. Bagaimana ketertiban pengendara

(46)

masyarakat untuk lebih mengerti, sadar dan untuk bertindak

hati-hati di saat akan melewati pintu perlintasan. Sosialisasi yang

dilakukan melalui sosialisasi internal.

Sosialisasi internal yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan

kinerja pegawai apalagi penjaga pintu perlintasan.

Pedoman wawancara:

1.Bagaimana sosialisasi tentang keselamatan di pintu perlintasan

2. Berapa kali sosialisasi yang dilakukan

3. Apa tujuan dari sosialisasi

4. Apakah sosialisasi yagn dilakukan sudah maksimal

5. Apakah manfaat dari sosialisai

6. Siapa sasaran sosialisasi

7. Apa hambatan sosialisasi

8. Berapa lama waktu sosialisasi

3.3 Lokasi Penelitian

Obyek penelitian gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati.

Obyek itu sebagai atribut dari kelompok orang atau obyek yang mempunyai

variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu. Miles dan Haberman

(1992:30) Mendiskripsikan obyek sebagai suatu kontek terbatas, dimana

seseorang mengkaji peristiwa-peristiwa, proses dan hasilnya. Lokasi penelitian

(47)

wilayah PT KAI (Persero) Daop VIII masih sering banyak terjadi

kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh sarana yang rusak, sdm yang tidak

profesional sehingga angka kecelakaan masih tinggi.

Untuk itu Pihak PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya melakukan

upaya-upaya dengan perbaikan dari sarana dan prasarana, mensosialisasikan

kepada masyarakat serta memberikan pelatihan kepada pegawai-pegawainya.

3.4 Sumber Data

Sesuai dengan fokus penelitian yang menjadi batasan dalam penelitian ini

maka sumber datanya adalah :

1. Informan

Menurut Moleong ( 2002 : 96 ) Informan kunci adalah orang yang sangat

memahami betul tentang permasalahan sosial tentang kajian yang akan

diteliti, informan kunci biasanya disebut key person. Penentuan key person

dapat dilakukan dengan cara melalui keterangan orang yang berwenang

baik formal ( Pemerintahan ) dalam hal ini ketua BPD maupun informal

(masyarakat ) melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti. Adapun informan dari penelitian ini antara lain, meliputi :

a Manajer-manajer di PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya

b Pegawai-pegawai PT. KAI (persero) Daop VIII Surabaya

c Penjaga pintu perlintasan

(48)

2. Tempat dan Peristiwa

Berbagai peristiwa atau kejadian yang berkaitan dengan masalah atau

fokus penelitian.

3. Dokumen

Berbagai dokumen yang memiliki relevansi dengan fokus penelitian.

3.5 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan oleh penulis sendiri yang

sekaligus bertindak sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Data

penelitian kualitatif proses pengumpulan data ada tiga macam kegiatan yang

dilakukan penulis:

1. Proses memasuki penelitian (Getting In)

Pada tahap ini melakukan pendekatan tahap awal melalui jalur informal

dengan menemui yaitu Bapak C. Herry W, selaku Kepala Humasda

Surabaya kemudian menemui Bapak Dwi Utomo, Selaku manajer jalan dan

rel secara lisan dan memberikan gambaran secara sekilas apa yang akan

diteliti- Dan melalui jalur formal dengan mengurus surat izin penelitian dari

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sebagai tanda

bahwa penulis benar-benar melakukan penelitian di PT KAI (Persero) Daop

(49)

peneliti (Informan) hal ini dilakukan karena merupakan kunci sukses untuk

mencapai dan memperoleh akurasi data dan komprehensivitas data

penelitian. Selain itu dalam proses ini peneliti berusaha untuk memperoleh

informasi selengkapnya dari PT KAI (Persero) Daop VIII Surabaya

3. Teknik pengumpulan data (Logging Data)

Pengumpulan data dalam penelitian akan diperoleh melalui data primer dan

data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Wawancara

Pada teknik ini, peneliti mengadakan tatap muka dan berinteraksi

tanya jawab langsung dengan pihak responden atau subyek untuk

memperoleh data. Wawancara dalam penelitian ini, khususnya dalam

taraf permulaan biasanya tak berstruktur. Tujuan ialah memperoleh

keterangan yang terinci dan mengadakan mengenai pandangan orang

lain.

Pada mulanya belum dapat dipersiapkan sejumlah pertanyaan yang

spesifik karena belum dapat diramalkan keterangan yang akan diberikan

oleh responden, belum diketahui secara jelas ke arah mana pembicaraan

yang berkembang. Belum mengetahui apa fokus penelitiannya. Karena

itu wawancara tak berstruktur artinya responden mendapat kebebasan dan

(50)

mengadakan yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang

telah disampaikan oleh informan. Dalam penelitian ini, dilakukan

interview dengan informan yang terdiri : (1) Manajer-manajer di PT KAI

(Persero) Daop VIII Surabaya (2) Pegawai PT KAI (Persero) Daop VIII

Surabaya, (3) Sejumlah masyarakat Di sekitar kawasan pintu perlintasan.

b. Dokumentasi

Pada teknik penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber

data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang tepat

dimanfaatkan untuk menguji menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

c. Observasi

Penelitian mengadakan pengumpulan data dengan cara pengamatan

langsung atau melihat dari dekat obyek penelitian. Observasi dilakukan

terhadap keseharian responden yang ada kaitannya dengan obyek

penelitian.

Data observasi berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci

mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial serta

konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi.

3.6 Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif analisa data dilakukan sejak awal dan

sepanjang proses penelitian berlangsung. Mengingat penelitian ini

(51)

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data yang dikumpulkan berupa wujud kata-kata

bukan rangkaian kata. Dan itu mungkin telah dikumpulkan dengan angka

macam cara (observasi, wawancara, dokumen, pita rekaman). Dan yang

biasanya “di proses” kira-kira sebelum siap digunakan (melalui

pencatatan, pengetikan atau alas tulis).

2. Reduksi Data

Diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan informasi data kasar yang muncul

dan' catatan tulisan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik

dan diverifikasi.

3. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang disusun secara terpadu dan mullah dipahami

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

mengambil tindakan.

4. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Peneliti berusaha untuk menganalisa dan mencari pola, terra, hubungan,

persamaan dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan ke dalam

(52)

Sumber : Data Analisa Kualitatif Miles dan Huberman (0992,20)

Berdasarkan gambaran di atas maka menjelaskan bahwa data diperoleh

dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka tetapi berisikan

uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang sudah

dianalisa kemudian diinterpretasikan. Masalah yang dihadapi diuraikan

dengan berpatokan pada teori-teori dan temuan-temuan yang diperoleh pada

saat penelitian tersebut, kemudian dicarikan kesimpulan dan pemecahannya.

3.7 Keabsahan Data

Dalam setiap penelitian memerlukan standar untuk melihat derajat

kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian

kualitataif standar tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln

dan Guba dalam Moleong ( 2002 : 173 – 174 ) untuk menjamin keabsahan

data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan

[image:52.595.135.435.149.290.2]
(53)

konsep validitas dari non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan

inquiri ( penyelidikan ) sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan

penemuannya dapat dicapai serta menunjukkan derajat kepercayaan

hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan

ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal

ini adalah :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang waktu penelitian sehingga data dapat di edit

dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Yang Terus Menerus

Dengan pengamatan yang terus menerus atau kontinyu, peneliti dapat

memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci dan mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai usaha untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki

pengetahuan tentang pokok penelitian yang diterapkan, hal ini sebagai

usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkan

dengan data yang diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase

(54)

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang ( Member Check )

Yaitu memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan

para informan penelitian.

2. Keteralihan ( Transferbility )

Adalah sebagai persoalan empiris yang tergantung pada kesamaan antara

konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan

mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama.

Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data

deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti

berusaha menyajikan hasil penelitian dengan memperkaya wacana ilmiah

melalui deskripsi secara terperinci.

3. Standar Ketergantungan ( Dependability )

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa antara lain proses

penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti

harus perlu menyediakan bahan-bahan sebagi berikut :

a. Data mentah, seperti catatan lapangan sewaktu observasi dan

wawancara, hasil rekaman, dokumen dan lain-lain yang disajikan

dalam bentuk laporan lapangan.

b. Hasil analisa data, berupa rangkuman, konsep –konsep, dan

(55)

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan yakni tentang

metodologi, strategi, prosedur, rasional, usaha –usaha agar penelitian

tercapai serta upaya untuk melakukan audit trail ( memeriksa dan

melacak sesuatu kebenaran ).

4. Kepastian ( Comfortamibility )

Dalam upaya mewujudkan kepastian atas penelitian maka penulis

mendiskusikan dengan dosen pembimbing setiap tahap penulisan

penelitian maupun konsep yang dihasilkan dari lapangan. Dengan

demikian diperoleh masukan untuk menambah kepastian dari hasil

penelitian, disamping untuk menguji penelitian ini memenuhi syarat

(56)

4.1.1 Sejarah berdirinya PT. Kereta Api (Persero)

Sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, PT Kereta

Api (Persero), sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara adalah merupakan

badan penyelenggaraan yang oleh Pemerintah Republik Indonesia selaku

penyelenggara perkereta-apian, diberi wewenang dan tanggung jawab untuk

menyelenggarakan perkeretaapian Indonesia.

Perkeretaapian di Indonesia mulai berkembang sejak masa penjajahan

Belanda hingga kini dengan melalui berbagai tahapan. Tahapan-tahapannya

adalah sebagai berikut:

1. Masa Pemerintahan Belanda

Jalan kereta api pertama di Indonesia dibangun oleh NIS

(Nederlans Indisch Masstchapij) antara Semarang, Kemijen, Tanggung

sejauh kira-kira 28 KM, dengan kereta 1435mm. Pembangunan dilakukan

mulai tahun 1864, selesai dan dibuka untuk umum pada tanggal10 agustus

1867.

Kemudian dilanjutkan pembangunan jalan baja ke jalur-jalur

lainnya, serta diikuti oleh perusahaan-perusahaan swasta lainnya yang

kemudian merambat keseluruh bagian pulau jawa. Adapun

perusahaan-perusahaan yang mendapat konsensi pembangunan jalan baja

selengkapnya antara lain:

(57)

a. NIS (Nederlands Indische Spoor Wegwn Maatschaappij)

b. SCS (Semarang Cirebon Stomtram Maatschaappij)

c. SJS (Semarang Juana Stomtram Maatschaappij)

d. SDS (Seyerudal Stromtram Maatschaappij)

e. Sad SB (Madura Stromtram Maatschaappij)

f. OJS (Oast Java Stromtram Maatschaappij)

g. MSM (Mapang Stromtram Maatschaappij)

h. KMS (Kediri Stromtram Maatschaappij)

i. Md. SM (Mojokerto Stromtram Maatschaappij)

j. Ps. SM (Pasuruan Stromtram Maatschaappij )

k. Pb. SM (Probolinggo Stromtram Maatschaappij)

l. NIT (Nederlands Indische Traweg Maatschaappij)

m. BET (Batavia Electicche Maatschaappij)

Sedangkan pembuatan jalan baja yang sekarang di pulau jawa ini

menjadi lintas raya pada umumnya dibuat oleh SS (Staatspoor Wagwn).

Dengan demikian pula pembuatan jalan baja Sumatra, Sumatra Barat dan

Aceh dikerjakan ole SS, sedangkan di Sumatra Utara dibangun oleh

perusahaan swasta yaitu DSM (Deli Spoorwagwn Maatschaappij).

2. Masa Pemerintahan Nippon

Pada bulan maret 1942 Jepang berhasil mengalahkan kolonial

Belanda dalam rangka pelaksanaan politik asia timur raya. Perkereta-apian

di Indonesia oleh tentara Jepang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu:

(58)

b. Daerah Jawa dan Madura dibawah Pimpinan angkatan darat atau

Riyuku.

Lebar kerata api diseluruh jaringan jalan baja di pulau Jawa diubah

seluruhnya menjadi sama yaitu 1067mm. banyaknya

penerimaan-penerimaan tenaga bangsa Indonesia menjadi pegawai berpedidikan

tinggi adalah hal yang menyolok pada masa pendudukan Jepang,

mereka semua dibina dalam kursus-kursus yang kelak sangat

bermanfaat bagi kelestarian dan kemajuan perkeretaapian.

3. Masa Proklamasi Kemerdekaan

Jepang menyerah pada sekutu pada bulan Agustus 1945 setelah

kota Hirosima dan Nagasaki di bom atom oleh sekutu. Tiba saatnya bagi

Negara Republik Indonesia yaitu dengan diproklamasikannya

kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus disusul dengan berbagai pengambil

alihan atas obyek vital dari tangan Jepang, diantaranya termasuk pimpinan

pusat perkereta-apian pada tanggal 28 September 1945, yang kemudian

dijadikan sejarah berdirinya perkereta-apian di Indonesia, dengan nama

DKJRI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia).

Di masa ini kereta api menjadi alat angkutan yang paling vital, baik

angkutan penumpang maupun angkutan barang. Peran kereta api pada

masa proklamasi sangat penting bagi pengangkutan peralatan barang serta

(59)

4. Masa Perang Kemerdekaan

Pada tahun 1947 sampai 1948 Belanda ingin melakukan penjajahan

kembali di Indonesia. Bersamaan dengan ini DKJRI siubah SS oleh

Belanda tanggal 17 Maret 1975. Perihal kedudukan tugas pokok, susunan

organisasi dan tata kerja perusahaan jawatan kereat api.

Adapun perkembangan terakhir yang terjadi di PJKA, dalam

rangka yang mengarah pada PERUMNISASI kerata api, maka untuk

menjadi PERUMKA (Perusahaan Umum Kereta Api), antara lain

dipersiapkan struktur organisasi yang sesuai dengan PERUMKA tersebut.

Dengan perubahan-perubahan dalam PJKA menjadi PERUMKA, sedikit

demi sedikit mulai berbenah diri. Khususnya mengenai struktur organisasi

yang lama dimana dulunya terbagi atas beberapa eksploitasi terbagi lagi

menjadi beberapa inspeksi maka sejak tanggal 1 Juli 1989 melalui

keputusan menteri perhubungan No. KM 42 Tahun 1988 mulai berlaku

dalam struktur organisasi yang baru, dimana PJKA ini terbagi atas

beberapa KAWILU (Kepala Wilayah Usaha) dan wilayah usaha tersebut

terbagi menjadi beberapa daerah operasi. Dengan terjadi

perubahan-perubahan pada struktur organisasi ini, maka luas dan kekuasaan

organisasi akan semkain sempit.

Perkembangan terakhir, perusahaan kerata api ini dirubah

bentuknya menjadi PERUMKA (Perusahaan Umum Kereta Api) yaitu

sejak tanggal 1 Januari 1991 berdasarkan peraturan pemerintah No. 57

(60)

berdasarkan peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang pengalihan

bentuk Perusahaan Umum (PERUM) kereta api menjadi PT. Kereta Api

(Persero) hingga sekarang.

4.1.2 Lokasi dan Luas Wilayah PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VIII Stasiun Besar Surabaya Gubeng

Stasiun Besar Surabaya Gubeng berada di Jl. Gubeng Masjid No.1

Surabaya, dibangun diatas lahan seluas 13.671m, dengan luas bangunan

2.635m dengan halaman selebar 11.036m, jumlah jalur rel sebanyak 6

dengan jumlah frekuensi kereta per hari sebanyak 60 kereta penumpang

dan 32 kereta barang.

4.1.3 Fungsi Stasiun Besar Surabaya Gubeng

Fungsi Stasiun Besar Surabaya Gubeng adalah tempat naik

turunnya para penumpang dan paket barang hantaran.

4.1.4 Visi dan Misi PT. Kereta Api (Persero) Stasiun Besar Surabaya Gubeng

1. Visi :

Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang memenuhi

harapan stakeholders.

2. Misi :

Menyelenggarakan prasarana dan sarana perkeretaapian untuk

memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan

(61)

4.1.5 Lingkup Operasional PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya

Lingkup atau batasan operasional PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya

sangat luas, untuk batasan operasional meliputi untuk jalur selatan Blitar

sedangkan untuk jalur utara sampai kapas, Lamongan.

4.1.6 Kepegawaian

Jumlah pegawai yang bekerja di PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya

[image:61.595.151.473.367.693.2]

dapat diklasifikasikan berdasarkan Pangkat/golongan dan pendidikan adalah:

Tabel 3.

Karakteristik Pegawai PT. KAI (Persero) Daop VIII Surabaya Berdasarkan Pangkat / Golongan

No Pangkat / Golongan Jumlah

Pegawai

Prosentase (%)

1 IV-e / Pembina Utama - -

2 IV-d / Pembina Utama Madya - -

3 IV-c / Pembina Utama Muda 1 0,2

4 IV-b / Pembina Tingkat I -

5 IV-a / Pembina 4 0,6

6 III-d / Penata Tingkat I 18 0,9

7 III-c / Penata 48 1,7

8 III-b / Penata Muda Tingkat I 32 1,5

9 III-a / Penata Muda 210 7,6

10 II-d / Pengatur Tingkat I 1326 46,1

11 II-c / Pengatur 346 12

12 II-b / Pengatur Muda Tingkat I 154 5,7

13 II-a / Pengatur Muda 84 2,9

14 I-d / Juru Tingka

Gambar

Tabel 1. Data korban kecelakaan kereta api di pintu perlintasan
Tabel 2. Data korban kecelakaan kereta api di pintu perlintasan
Tabel 2. Jumlah kecelakaan dalam Km
Gambar 1. Kerangka berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demi kepentingan pasien, Informed Consent tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam keadaan sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak

pendidikan inklusif belum memiliki kemampuan dalam mengenali karakteristik ABK, belum membuat program pembelajaran individual bagi tunarungu, belum menggunakan metode dan

untuk menampilkan atau tidak informasi yang telah diinput Judul : Pada saat judul diinputkan dapat disesuaikan dalam dua bahasa.. (bahasa indonesia dan

Pemimpin yang Islami juga tidak diperkenankan untuk berat sebelah dalam mengambil kebijakan, harus dapat bertindak adil dengan tidak memandang suku, ras, dn

Pendidikan karakter yang ditanamkan pada anak sejak usia dini, tidak dapat dilaksanakan oleh guru di lembaga pendidikan anak usia dini saja, tetapi orang tua

Kebanyakan proses komunikasi interpersonal orang tua yang memiliki tingkat pendidikan menengah terhadap anak mengenai pendidikan seks dapat dikatakan lebih terbuka

Sebagian besar bentuk bangunan dipengaruhi arsitektur tradisional gorontalo mulai dari bentuk bangunan, denah, fasade bangunan, sebagian bukaan (pintu dan jendela), bentuk