• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program DBE1 dalam kerjasamanya dengan sekolah/madrasah dan kabupaten/kota mitra telah menghasilkan banyak “praktik baik” di tingkat sekolah/madrasah, kabupaten/kota, maupun integrasi antara sekolah/madrasah dan kabupaten/kota. Untuk mendukung upaya keberlanjutan program, DBE1 mendorong pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan hal tersebut secara mandiri, baik di level sekolah/madrasah maupun pada level kabupaten/kota. Pengembangan “praktik baik” yaitu melanjutkan praktik-praktik yang sudah ada ke sekolah/madrasah dan ke kabupaten/kota lain non mitra DBE1. Untuk tujuan dimaksud diharapkan pemerintah kabupaten/kota dapat memanfaatkan berbagai sumber dana dari APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, BOS, DAK, dan DIPA Kementerian Agama atau sumberdaya lainnya yang sah.

Untuk tingkat sekolah, penyusunan RKS/M, RKT, dan RKAS yang partisipatif perlu terus dilanjutkan oleh sekolah mitra DBE1, diharapkan kabupaten/kota melakukan diseminasi ke sekolah/madrasah non mitra DBE1. Hal yang sama juga dilakukan untuk program tingkat kabupaten/kota seperti penyusunan Renstra, LAKIP, dan Renja yang berbasis data. Hasil penghitungan BOSP dan AKPK perlu diperbaharui setiap tahunnya atau minimal dalam dua tahun sekali. Demikian pula kebijakan pendidikan seperti Perda Pendidikan yang telah disusun secara partisipatif perlu diterapkan, dimonitoring dan dievaluasi pelaksanaannya dan dilakukan revisi bila diperlukan. Sampai dengan tahun 2011 dana yang dialokasikan dari sekolah/madrasah dan kabupaten/kota untuk diseminasi program DBE1 di 9 kabupaten/kota mitra di Sulawesi Selatan menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 15. Komitmen untuk Diseminasi di Provinsi Sulawesi Selatan

No Tahun Dana Diseminasi

APBD Non APBD

1 2006 129.000.000 - 2 2007 144.000.000 - 3 2008 864.785.000 8.400.000 4 2009 530.203.480 66.450.000 5 2010 87.693.100 77.400.000 6 2011 30.000.000 4.050.000 Total 1.785.681.580 156.300.000

Berikut adalah gambaran alokasi anggaran dan jumlah sekolah/madrasah diseminasi di masing-masing kabupaten/kota.

Tabel 16. Jumlah Sekolah/Madrasah Diseminasi 2006-2011

No Kabupaten/Kota Dana Diseminasi Jumlah Sekolah/Madrasah

APBD NonAPBD SD MI SMP MTs 1 Barru 37.570.000 - 2 Enrekang 251.428.480 17.850.000 196 5 3 Kota Makassar 464.450.000 - 117 4 Kota Palopo 30.000.000 - 49 5 Luwu - 57.000.000 48 4 6 Pangkajene Kepulauan 111.000.000 4.050.000 44 1 7 Pinrang 171.335.000 - 61 8 Sidenreng rappang 374.000.000 - 67 3 9 Soppeng 345.898.100 77.400.000 256 3 15

Dengan berbagai kegiatan tingkat sekolah yang dilakukan DBE1 Sulawesi Selatan, tabel dibawah ini menunjukkan sekolah mitra dan diseminasi serta jumlah siswa penerima manfaat dari kegiatan-kegiatan ini.

Tabel 17. Jumlah Sekolah dan Siswa Penerima Manfaat DBE1

Selain dari diseminasi tingkat sekolah/madrasah, DBE1 juga telah berhasil melakukan diseminasi program di tingkat kabupaten/kota. Berikut disajikan daftar program tingkat sekolah/madrasah dan program tingkat kabupaten/kota yang didiseminasikan oleh kabupaten/kota mitra DBE1.

Tabel 18. Daftar Program DBE1 yang Telah Didiseminasikan oleh Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Program yang didiseminasi

Enrekang RKS

Kota Makassar RKS, Leadership, SDS

Kota Palopo RKS

Luwu RKS

Pangkajene dan Kepulauan RKS, Management Aset, Renstra, SIPPK

Pinrang RKS, SDS

Sidenreng rappang RKS

Soppeng RKS, Leadership, Komsek, SDS, Management Aset

Barru ToT Komsek, ToT Leadership, dan ToT Management Aset

9

Penghitungan jumlah siswa menggunakan asumsi rata-rata jumlah siswa per sekolah yaitu 218 siswa. Hal ini berdasarkan jumlah rata-rata siswa yang ada di sekolah dasar mitra DBE1. Karena sekolah yang mendiseminasi program DBE1 tidak hanya sekolah dasar saja, dalam kenyataannya jumlah siswa bisa lebih tinggi.

Provinsi Mitra Diseminasi

# sekolah # siswa # sekolah # siswa9 Sulawesi

Diseminasi Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA)

Program SIMA didiseminasikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng, Kabupaten Pankajene dan Kepulauan (Pangkep), dan Kabupaten Barru. Kabupaten Soppeng merupakan kabupaten rintisan program Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA), namun implementasi program dimaksud hanya pada sekolah mitra DBE1. Karena Kepala Dinas Pendidikan Soppeng menganggap bahwa program tersebut cukup penting, maka semua kepala KCD diinstruksikan mengikuti pelatihan dimaksud dengan menggunakan biaya operasionalnya masing-masing. Selanjutnya para kepala KCD melakukan diseminasi ke semua SDN dalam wilayahnya masing-masing. Oleh karena itu meskipun pada awalnya DBE1 hanya memfasilitasi 20 SDN mitranya, namun atas kebijakan Kepala Dinas Pendidikan maka program SIMA didiseminasikan ke 237 SDN lainnya di Kabupaten Soppeng.

Diseminasi program SIMA di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) diawali dengan TOT calon fasilitator terhadap staf Dinas Pendidikan, Pengawas, seluruh Kepala UPTD dan 2 orang perwakilan sekolah. Kegiatan dimaksud juga melibatkan DPPKAD sebagai narasumber. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya 32 orang calon fasilitator yang telah memahami konsep dan metodologi pelaksanaan program SIMA. Sebagai tindak lanjut bahwa program SIMA telah didiseminasikan ke 45 SDN oleh UPTD Tondong Tallasa dan UPTD Minasatene. Diseminasi program SIMA di Kabupaten Barru hanya sampai pada tahapan TOT calon fasilitator. Telah dilatih sebanyak 26 orang yang terdiri dari Staf Dinas Pendidikan Bagian Pengelola Barang; semua Kepala UPTD, Pengawas, Kepala Sekolah yang merupakan perwakilan jenjang SD, SMP, dan SMA.

Diseminasi Penyusunan Renstra Kabupaten Soppeng dan Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep)

Kabupaten Soppeng dan Pangkep melakukan pemilu kepala daerah pada tahun 2010. Terkait dengan hal tersebut telah dirumuskan kembali RPJMD masing-masing kabupaten yang mengacu visi dan misi bupati terpilih. Seiring dengan hal tersebut maka Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng mengajukan permohonan ke DBE1 untuk memberikan asistensi teknis dalam penyusunan Renstra Pendidikan periode 2010 – 2014. Sementara untuk Kabupaten Pangkep, permohonan diseminasi diajukan langsung oleh Bupati Pangkep yang disertai harapan agar DBE1 memberikan bantuan teknis penyusunan Renstra 10 SKPD di kabupaten tersebut.

Metode dan tahapan penyusunan Renstra yang dilakukan di Soppeng dan Pangkep sepenuhnya mengacuh pada PP nomor 8 tahun 2008 dan Permendagri nomor 54 tahun 2010, namun khusus untuk analisis layanan dan penetapan isu strategis menggunakan metode dan instrument yang dikembangkan DBE1. Tahapan pendataan dan pengolahan dalam penyusunan Renstra Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng masih menggunakan sistem aplikasi SIPPK yang berbasis pada data PadatiWeb, sementara untuk Kabupaten Pangkep telah menggunakan sistem aplikasi SIMP-K yang mengintegrasikan data PadatiWeb dan SIM-NUPTK. Diseminasi penyusunan Renstra Pendidikan Kabupaten Soppeng hanya sampai tahapan analisis profil layanan pendidikan, sementara untuk Kabupaten Pangkep telah sampai pada tahapan finalisasi draf.

Keterbatasan anggaran dan waktu Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng menyebabkan proses penyusunan Renstra Pendidikan terhambat sehingga pendampingan teknis DBE1 hanya sampai pada tahapan analisis profil layanan pendidikan. Hambatan yang

sama juga terjadi di Kabupaten Pangkep, namun khusus untuk hambatan pembiayaan disiasati dengan pengalihan beberapa pos anggaran operasional dinas pendidikan untuk membiayai kegiatan penyusunan Renstra.

Untuk menunjang pelaksanaan diseminasi ke depan, DBE1 telah menyiapkan panduan program baik tingkat sekolah/madrasah maupun program tingkat kabupaten, perangkat-perangkat lunak pendukung, daftar nama dan kontak informasi jumlah fasilitator yang sudah terlatih, serta Service Provider yang bisa dimanfaatkan dalam pelaksanaan diseminasi program. Semua materi dapat diakses melalui situs www.dbe-usaid.org.

b. Sertifikasi Distrik Fasilitator

Sebagai upaya untuk mendukung keberlanjutan dan penyebarluasan dampak program, DBE1 telah menyiapkan Distrik Fasilitator (DF) yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk melatih dan mendampingi sekolah dalam mengimplementasikan MBS. DF terdiri dari pengawas sekolah/madrasah (baik dari Dinas Pendidikan atau Kemenag), kepala sekolah, dan/atau guru. Terkait dengan hal tersebut DBE1 telah melatih 81 orang yang tersebar di sepuluh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Dari jumlah tersebut telah mengikuti pelatihan penyegaran metode RKS/M sebanyak 76 orang dan tersertifikasi sebanyak 65 orang.

Untuk tersertifikasi, DF harus memenuhi kriteria kuantitatif yang terdiri dari jumlah jam pelatihan, jumlah jam melatih, dan jumlah jam mendampingi. Jumlah jam adalah sebagai berikut: Topik Jumlah Jam Pelatihan oleh DBE1 Jumlah Jam Melatih Jumlah Jam Mendampingi Total DF Yang Tersertifikasi RKS 40 48 15 62 Komite Sekolah 24 24 9 22 Leadership 8 16 0 31 SDS 24 24 21 8

Selain DF tersebut, terdapat 5 orang mantan DC DBE1 Sulawesi Selatan yang memiliki kemampuan memfasilitasi pelaksanaan program tingkat sekolah, dimana dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk membantu melakukan diseminasi dan perluasan dampak program MBS ke sekolah lainnya yang belum tersentuh oleh program DBE1.

Informasi lebih lanjut terkait Distrik Fasilitator dan mantan staf DBE1 Sulawesi Selatan dapat dilihat di Lampiran.

c. Sertifikasi Service Provider

Untuk keberlanjutan program tingkat kabupaten/kota, DBE1 bekerja sama dengan Universitas Negeri Makassar (UNM). Periode pertama DBE1 telah memilih 4 orang dosen UNM untuk menjadi Service Provider (SP). Empat (4) SP tersebut kemudian mengikuti pelatihan konsep dan metodologi program-program tingkat kabupaten/kota

yang meliputi beberapa program: Penyusunan Renstra Pendidikan, Analisis Keuangan Pendidikan Kab/kota (AKPK), dan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Pada periode kedua, DBE1 memilih 5 orang dosen UNM untuk menambah 4 orang yang telah direkrut sebelumnya. Oleh karena itu hingga tahun 2011 total SP dari UNM menjadi 9 orang, namun karena alasan kesibukan yang cukup tinggi 1 orang mengundurkan diri sehingga tersisa 8 orang. Dari 8 orang dimaksud selanjutnya mengikuti pelatihan Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMP-K), Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses Pendidikan (PBPSAP), Renstra, Renja, LAKIP, AKPK, dan BOSP. Setelah pelatihan dimaksud, DBE1 memberikan kesempatan pemagangan kepada para SP yaitu terlibat secara langsung memfasilitasi pelaksanaan program di beberapa kabupaten/kota sesuai bidangnya masing-masing. Sejumlah 6 dosen UNM telah lulus proses sertifikasi.

Disamping itu untuk keberlanjutan program SIMPTK, DBE 1 juga melakukan kerjasama dengan LPMP dan Dinas Pendidikan provinsi untuk menyiapkan tenaga atau staf dari lembaga tersebut untuk menjadi SP. Dilakukan dua tahapan pelatihan untuk tenaga SP dari LPMP dan Dinas Pendidikan Provinsi. Dari 8 orang yang telah mengikuti pelatihan, yang lulus sertifikasi hanya 3 orang dan semuanya dari LPMP. Dengan demikian, 6 dosen UNM dan 3 staf LPMP telah memiliki sertifikasi dalam melaksanakan program-program DBE1 tingkat kabupaten/kota.

Informasi lebih lanjut terkait Service Provider dapat dilihat di Lampiran

d. Kabupaten/Kota Acuan

Kabupaten/kota acuan telah diidentifikasi oleh DBE1 sebagai salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh distrik atau pemangku kepentingan terkait guna mempelajari lebih jauh berbagai kegiatan, metodologi, dan berbagai perangkat lunak yang telah dikembangkan dan digunakan oleh DBE1 selama ini.

Informasi rinci mengenai kabupaten/kota yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program DBE1 dapat dilihat di Lampiran.

Dokumen terkait