• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Konservasi Kawasan Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut.

LANGKAT TIMUR LAUT (KGLTL) SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN HIDUP GLOBAL

B. Upaya Konservasi Kawasan Suaka Marga Satwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut.

Dalam menjaga dan melestarikan kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, dibutuhkan suatu rencana yang tersusun dalam menjalankan program pelestarian maupun perlindungan. Perlindungan tersebut mengacu pada ketentuan pasal 24 ayat (1) dan (2) PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam yaitu :

(1) Perlindungan pada KSA dan KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b termasuk perlindungan terhadap kawasan ekosistem esensial. (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui:

a. pencegahan, penanggulangan, dan pembatasan kerusakan yang disebabkan oleh manusia, ternak, alam, spesies invasif, hama, dan penyakit;

b. melakukan penjagaan kawasan secara efektif.

Upaya perlindungan yang telah dilakukan oleh BKSDA Sumatera Utara dalam hal ini sebagai stakeholder yang tugas dan wewenangnya menangani suaka margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut sejauh ini adalah melakukan restorasi kawasan suaka margasatwa, patroli rutin polisi hutan, pemantapan kawasan berupa pemeliharaan, pemetaan, dan pengelolaan. Kemudian perlu diupayakan reboisasi mangrove di Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut, sebagai koridor penghubung antar subhabitat mangrove maupun koridor perjalan burung sehingga keanekaragaman jenis burung meningkat. Dengan meningkatnya keanekaragaman jenis burung ini, keseimbangan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Selain itu, perlu juga melakukan suatu kajian tentang strategi pengelolaan konservasi untuk jenis- jenis burung dan habitatnya, baik yang berada di kawasan konservasi maupun yang di luar kawasan konservasi.

Mengenai kegiatan-kegiatan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 1.3. Form Data Gangguan Kawasan Konservasi SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut49.

No. Kawasan Konservasi

Luas Kawasan

(Ha)

Tanaman

Jenis Luas (Ha)

Lokasi

1

SM Karang Gading dan Langkat Timur

Laut (Ditunjuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No.

811/Kpts/Um/II/1980 (Kawasan di Kab. Langkat dan Kab. Deli Serdang). Ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No: SK. 5348/Menhut- VII/KUH/2014 (Kawasan di Kabupaten Deli Serdang) 15,765 Kelapa sawit 1525,49

Desa Tapak Kuda Kec. Tanjung Pura, Kab. Langkat, dan Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang Pemukiman 200 Dusun Kurandak, Desa Paluh Kurau Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang

Tambak alam 1159

Desa Paluh Kurau Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang

Perladangan 40 Desa Paluh Kurau Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang

Eks Tambah Intensif

182 Desa Telaga Tujuh Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang

Total 3106,49

Sumber : UPT Balai Besar KSDA Sumatera Utara

49

Data diatas merupakan data luas keseluruhan lahan kawasan SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut yang telah terokupasi. Dan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, kegiatan prioritas permasalahan yang dilakukan oleh BKSDA Sumatera Utara dalam mengembalikan fungsi kawasan konservasi SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut adalah sebagai berikut50 :

1. Perambahan skala besar dalam kawasan SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut.

a. Identifikasi lahan yang terokupasi seluas 4,361,2 Ha yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, permukiman penduduk, tambak, dan persawahan. Penguasaan lahan tersebut dipegang oleh perorangan, lembaga dan perusahaan/badan hukum. Meskipun berada dalam kawasan konservasi, pemilikan lahan tersebut terdapat SKT (Surat Keterangan Tanah) dn sertifikat kepemilikan tanah.

b. Usulan langkah tindak lanjut penyelesaian yang dilakukan oleh BKSDA Sumatera Utara dalam hal ini yaitu :

- Evaluasi, pemetaan, updating kondisi terkini perambahan kawasan

- Grand Design/Road Map Penyelesaian perambahan

- Rencana Aksi penyelesaian perambahan dengan melakukan, pendekatan sosial dan penyadartahuan kepada pelaku perambahan sebagai tahap awal penanganan perambahan secara non-litigasi.

50

Matriks Permasalahan Strategis Di Wilayah Kerja Balai Besar Konservasi Daya Alam Sumatera Utara, UPT BKSDA Sumatera Utara

- Operasi represif dan operasi yustisi pengamanan kawasan bagi permasalahan yang tidak melalui non-litigasi.

- Restorasi kawasan dalam rangka pemulihan fungsi kawasan.

- Empowering masyarakat sekitar kawasan dalam pengamanan bersama kawasan.

c. Kebutuhan regulasi sebagai solusi dan perkiraan pendanaan

1. Persiapan dan perencanaan teknis secara non-litigasi (Rp.400.000.000,-) 3 dokumen.

2. Operasi Yustisi (RP.600.000.000,-) target 10-20 kasus. 3. Operasi eksekusi/tanaman illegal (Rp.2.000.000.000,-).

4. Pengembalian fungsi kawasan melalui restorasi bersama masyarakat sekitar (Rp.2.000.000.000,-).

5. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pembentukan kelembagaan pengamanan hutan bersama masyarakat serta pendampingan kepada masyarakat masyarakat sekitar kawasan (Rp.250.000.000,-).

d. Para pihak yang terkait antara lain terdiri dari Polri, TNI, Akademisi, Pemerintah Daerah, LSM/NGO, Swasta dan Masyarakat.

Berdasarkan hasil inventarisasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sumatera Utara tahun 2015 bahwa luasan kawasan hutan yang telah dirambah adalah seluas ±4.361,2 hektar, baik untuk kebun kelapa sawit, tambak udang maupun pemukiman.

Hasil identifikasi kerusakan kawasan di SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut adalah sebagai berikut :

- Resort KSDA LTL I di Kecamatan Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli, luas yang dirambah ±3.516,7 Ha

- Resort KSDA Langkat Timur Laut II di Kecamatan Tanjung Pura dengan luas yang dirambah ±644,5 Ha

- Resort KSDA Langkat Timur Laut III di Kecamatan Secanggang dengan luas yang dirambah ±200 Ha

Pasca dilaksanakannya Operasi Gabungan Penegakan Hukum Pemulihan Fungsi Kawasan Hutan bulan November 2014 di SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut kegiatan illegal di dalam kawasan hutan konservasi khususnya yang berada di Kabupaten Langkat berhasil ditekan dan dapat dipulihkan seluas 152 Ha yang sebelumnya telah dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit maupun tambak illegal. Operasi Pemulihan fungsi kawasan hutan dilakukan dengan penebangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan chain saw, penjebolan tambak-tambak illegal dengan menggunakan alat berat jenis excavator dan penanaman mangrove di areal yang telah dibebaskan bekerjasama dengan TNI, Polri, masyarakat setempat dan LSM Yayasan Gajah Sumatera.

Dari target pelaksanaan di Kecamatan Secanggang dan Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat secara keseluruhan dapat tercapai. Namun pencapaian tersebut belum dapat memulihkan kawasan hutan secara keseluruhan khususnya di kecamatan Tanjung Pura. Hal ini mengingat bahwa kawasan hutan yang telah dialihfungsikan masih cukup luas jika dibandingkan

dengan areal yang telah berhasil dipulihkan seluas 14,43 Ha sehingga menimbulkan kesan bahwa operasi tidak tuntas, belum adil dan tidak komprehensif.

Dari hasil identifikasi lapangan dan penelahaan peta citra satelit yang dilakukan oleh Balai Besar KSDA Sumatera Utara bahwa kawasan hutan yang telah dialihfungsikan di Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat seluas 468,43 Ha, termasuk areal yang telah direhabilitasi melalui kegiatan RHL tahun 2012 seluas 400 Ha. Pada operasi penegakan hukum yang dilaksanakan pada bulan November 2014, kawasan hutan yang berhasil dipulihkan di Kecamatan Tanjung Pura seluas 14,43 Ha sehingga areal yang sampai saat ini masih dikuasai dan diusahai oleh para pelaku seluas 454 Ha.

Tabel 2.1. Kegiatan Rehabilitasi Kawasan Konservasi SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut51.

No. Tahun Pelaksanaan Luas (Ha)

1 2010 900 2 2011 1000 3 2012 1000 4 2013 1500 5 2014 500 Total 4900

Sumber : UPT Balai Besar KSDA Sumatera Utara Tahun 2015

51

Selain melakukan operasi yusitisi dan restorasi lahan, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Sumatera Utara yang memiliki tugas dan wewenang dalam hal pengelolaan SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut wajib untuk melibatkan elemen masyarakat dalam upaya konservasi suaka margasatwa. Hal ini jelas tertuang dalam pasal 37 ayat (1) dan (2) UU No. 5 Tahun 1990 yang berbunyi:

(1) Peranserta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.

(2) Dalam mengembangkan peranserta rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan sadar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kalangan rakyat melalui pendidikan dan penyuluhan.

Diantara upaya-upaya yang disebutkan dalam pasal 37 tersebut, BKSDA Sumatera Utara yang telah dilakukan seperti melakukan pendekatan sosial dan penyadartahuan kepada masyarakat maupun pelaku perambahan, pembinaan kepada masyarakat lokal (pelatihan dan penguatan kelembagaan), membentuk kelompok swadaya masyarakat cinta lingkungan yaitu Masyarakat Mitra Polhut (MMP) yang berkontribusi membantu kinerja Polisi Hutan. Salah satu potensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menjadikan kawasan SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut untuk meningkatkan daya dukung suaka margasatwa ini menjadi kawasan lingkungan hidup global, adalah dengan menjadikan SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut sebagai Cagar Biosfer Dunia. Hal ini tertuang dalam pasal 18 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1990,

yang berbunyi dalam rangka kerja sana konservasi internasional khususnya dalam kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, kawasan suaka alam dan kawasan tertentu lainnya dapat ditetapkan sebagai cagar biosfer.

Dan diperjelas dalam pasal 51 PP No. 28 Tahun 2011, “Pemerintah dapat mengusulkan suatu KSA atau KPA sebagai warisan alam dunia (world heritage site), cagar biosfer, atau sebagai perlindungan tempat migrasi satwa internasional (ramsar site) kepada lembaga internasional yang berwenang untuk ditetapkan sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh lembaga internasional yang bersangkutan.” Tentunya, untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan kerjasama dari semua pihak dalam menjaga dan mengelola kawasan SM Karang Gading dan Langkat Timur Laut agar dapat menjadi Cagar Biosfer Dunia.

C. Hambatan - Hambatan Yang Dihadapi Dalam Upaya Konservasi