• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pemberian Bantuan Untuk Meringankan Beban Pembiayaan Pendidikan Bagi Anak Dari Keluarga Miskin

Dalam dokumen d adp 039732 chapter3 (Halaman 81-91)

D. Bentuk-bentuk Program Implementasi Untuk Mencapai Target Tentang bagaimana target dan arah kebijakan itu dilaksanakan secara

6. Upaya Pemberian Bantuan Untuk Meringankan Beban Pembiayaan Pendidikan Bagi Anak Dari Keluarga Miskin

Sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap rakyatnya yang tidak mampu, banyak upaya pemerintah telah dilakukan dalam rangka membantu meringankan beban pembiayaan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, baik yang bersumber dari pemerintah pusat, provinsi maupun Kabupaten.

a. Pemberian Bantuan Melalui Program BOS

Esensi dari Program bernama Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bersumber dari bantuan pemerintah pusat ini adalah untuk memberikan bantuan kepada sekolah dalam rangka membebaskan iuran siswa yang selama ini sering menjadi masalah bagi anak dari keluarga miskin, dengan catatan bahwa sekolah penerima bantuan tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan.

Adapaun sasaran program BOS sebagaimana telah ditetapkan Pertunjuk Teknis yang dirumuskan tingkat pusat adalah semua sekolah pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/ MTs) baik negeri maupun swasta. Sementara untuk jalur pendidikan non formal seperti penyelenggaraan Program Paket A, Paket B dan SMP Terbuka tidak termasuk sasaran dari PKPS-BBM. Alasannya, ketiga program penyelenggaraan pendidikan tersebut telah dibiayai secara penuh oleh pemerintah.

Seperti tertera dalam buku petunjuk teknisnya, pemerintah menggulirkan program bernama Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang

dimulai pada tahun 2005 ini adalah untuk menanggulangi secara bertahap pemenuhan Biaya Satuan Pendidikan (BSP) yang diperlukan untuk menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan minimum yang telah dietapkan. BSP ini terdiri dari biaya investasi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sumber daya tidak habis pakai yang dapat digunakan lebih dari setahun (misalnya untuk pengadaan tanah, bangunan, perabot kantor); dan biaya operasional, yaitu biaya yang dipergunakan untuk menyediakan sumber daya yang habis pakai yang mencakup biaya personil dan non personil. Unit cost BOS yang ditetapkan untuk setiap siswa per tahun untuk tingkat SD/MI sebesar Rp.235.000,00, dan untuk tingkat SMP/MTs sebesar Rp.324.500,00.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa untuk tahun 2008 saja, Kabupaten Cianjur telah menerima bantuan yang bersumber dari dana BOS ini sebesar tidak kurang dari Rp.101.443.731.400,-, termasuk didalamnya bantuan BOS untuk pembelian buku yang diperuntukan bagi tidak kurang dari 1.587 buah sekolah untuk tingkat SD/MI dengan jumlah siswanya sebanyak 272.149 anak, dan 172 buah sekolah untuk tingkat SMP/MTs dengan jumlah siswanya sebanyak 75.672 anak.

Bandingkan dengan jumlah alokasi BOS tahun sebelumnya, tahun 2007, sebesar Rp. 99.443.731.000,- yang diperuntukan bagi 1237 SD/MI dengan jumlah siswanya sebanyak 266.296 anak, dan 127 SMP/MTs dengan jumlah siswanya sebanyak 57.185 anak. Bandingkan pula dengan bantuan BOS untuk tahun 2006 yang baru mencapai angka Rp.75.427.823.500,- yang diperuntukan bagi 1.465 SD/MI dengan jumlah

siswanya sebanyak 287.452 anak, dan 228 SMP/MTs dengan jumlah siswanya sebanyak 67.996 anak. Singkatnya, besaran jumlah bantuan dana untuk BOS untuk Kabupaten Cianjur ini, setiap tahunnya terus mengalami peningkatan sebagaimana tergambar dalam figur di bawah ini :

Tabel 4. 20 : Perkembangan Program Pemberian Bantuan Melalui Program BOS Kabupaten Cianjur 2005-2008

THN JML SD /MI PENER IMA BOS JUMLH SISWA JML SMP PENERI MA BOS JML TOTAL SISWA

JUMLAH TOTAL BIAYA BOS YG DITERIMA KABUPATEN CIANJUR 2005 1.468 284.546 248 64.277 Rp. 10.428.943.250,- *) 2006 1465 287.452 228 67.996 Rp. 75.427.823.500,- 2007 1237 266.296 127 57.185 Rp. 99.187.766.000,- 2008 1.587 272.149 172 75.672 Rp.101.443.731.400,- Jml - - - - Rp.497.548.704.800,-

*) Hanya untuk periode Juli Desember 2008 dan tidak termasuk BOS untuk buku

Dari tabel di atas nampak bahwa sejak triwulan akhir tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, pemerintah telah mengeluarkan dana BOS yang dampaknya diharapkan bisa membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin ini tidak kurang dari Rp. 497.548.704.800,-, disamping juga membantu meringankan beban pendidikan bagi anak lainnya yang berada pada jenjang pendidikan dasar.

Paling tidak, demikian diungkapkan oleh salah seorang Kepala Sekolah Dasar Sayang Semper Kecamatan Cianjur, Ibu Neneng, bahwa besarnya jumlah dana BOS tersebut telah banyak membantu beban banyak sekolah pinggiran yang sebelumnya sering dihadapkan kepada besarnya beban opersional sekolah karena tidak sedikit anak dari keluarga miskin yang tidak mampu membayar iuran sekolah. Jika dulu pihak sekolah sering

dihadapkan kepada banyak kesulitan karena banyak anak dari keluarga miskin yang tidak bisa membayar iuran sekolah, kini masalahnya teratasi karena ada bantuan BOS.

b. Pemberian Bantuan Melalui Program Lainnya

Di luar Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah menjadi kebijakan pemerintah pusat dalam rangka mempercepat pencapaian target Wajar Dikdas 9 tahun pada umumnya, dan membantu meringankan beban pendidikan bagi anak dari keluarga miskin pada khususnya, untuk maksud dan sasaran yang sama, Kabupaten Cianjur juga, sebagaimana juga kabupaten lainnya, memiliki program yang disebut dengan BAGUS, yakni Bantuan Gubernur untuk Siswa Miskin yang bersumber dari APBD Tingkat I jawa Barat yang disalurkan melalui Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Bedanya, jika bantuan dari program BOS diperuntukan untuk membantu beban biaya operasional Sekolah pada jenjang SD/MI sampai SMP/MTs, maka program BAGUS ditujukan untuk membantu secara langsung meringankan beban biaya personal anak tidak mampu alias miskin. Itu pun hanya diperuntukan bagi anak dari keluarga miskin yang berada pada jenjang pendidikan tingkat SMP/MTs, termasuk anak yang belajar di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Persisnya, demikian dikemukakan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) Penyaluran dan Pemanfaatan Dana Bagus (2008), bahwa sasaran program yang pada tahun sebelumnya (2007) yang terkenal dengan sebutan Kartu Bebas Biaya Sekolah (KBBS) itu memiliki sasaran sebagai berikut (1) anak lulusan SD/MI sederajat yang putus sekolah atau tidak melanjutkan

sekolah, (2) anak yang drop out di kelas 1,2,3 pada jenjang pendidikan SMP/MTs/PKBM, (3) siswa kelas 2 dan 3 SMP/MTs/PKBM (Paket B) yang rawan DO berasal dari keluarga miskin yang pada tahun 2006 atau 2007 telah memperoleh BAGUS dan masih berada di sekolah.

Singkatnya, jika penerima dan yang mengatur penggunaan BOS adalah Kepala Sekolah, maka penerima program KBBS dan BAGUS adalah siswa secara langsung dengan besaran jumlah biaya yang diterima persiswa adalah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) pertahun untuk KBBS yang berjalan pada tahun 2005, dan Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) persiswa pertahun untuk program BAGUS.

Adapun penggunaannya diarahkan kepada 8 komponen biaya pendidikan yang selama ini sering menjadi beban pendidikan anak dari keluarga miskin, yakni (1) pakaian seragam sekolah anak, (2) pakaian khusus seragam sekolah, (3) pakaian pramuka, (4) pakaian olah raga, (5) sepatu, (6) tas sekolah, (7) alat tulis, dan (8) pembelian buku tulis. Sementara bagi anak yang menjadi warga belajar pada program Paket B setara SMP, penggunaannya diarahkan kepada upaya untuk membiayai lima komponen biaya pendidikan, yakni (1) pembelian alat tulis, (2) penyelenggaraan tes belajar, (3) buku pelajaran, (4) bahan keterampilan belajar, dan (5) biaya transportasi. Singkatnya, demikian diungkapkan Kasubdin Dikdas pada Dinas P dan K Kabupaten Cianjur, Agus S Maelani, bantuan program bernama BAGUS ini diberikan untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan bagi anak dari keluarga miskin yang tidak terbiayai oleh bantuan yang bersumber dari program BOS.

Di bawah ini adalah data mengenai banyaknya sekolah (SMP/Mts), besarnya biaya dan banyaknya jumlah anak dari keluarga miskin di Kabupaten Cianjur yang telah dan sedang menikmati pemberian bantuan program KBBS serta BAGUS, sebutlah pula beasiswa miskin, sebagai berikut :

Tabel 4. 21 : Perkembangan Bantuan Bagi Anak Miskin yang dialokasikanUntuk Kabupaten Cianjur

!!" !!# !!$ !!% & ' & ( ) ' ' *() *() + ' + %,-!! , !,# " ,--" ,!!!,!!! ,"!!,!!! ,"!!,!!! ,"$#,!!! ,%,-!!,!!!,!!!./ , ,$ $,!!!,!!!./ , ", !$,"!!,!!!./ , , %,"#!,!!!./

Sumber : Dokumentasi pada Subdin Dikdas Kantor P dan K Kab. Cianjur

Dari tebel diatas terungkap bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, terdapat tiga bentuk program bantuan yang digulirkan pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam rangka membantu meringankan beban pembiayaan pendidikan bagi anak dari keluarga miskin.

Yang pertama, tahun 2005, adalah program yang disebut dengan Kartu Bebas Biaya Sekolah (KBBS) yang digulirkan pemerintah provinsi

Jawa Barat untuk membantu 8.900 anak sekolah. Yang kedua, adalah program yang dikenal dengan sebutan Bantuan Gubernur Untuk Sekolah (BAGUS) yang sekaligus merupakan pengganti dari program KBBS dengan jumlah biaya sebanyak 1,7 milyar untuk membantu sebanyak 3.434 siswa miskin selama tahun 2006, dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 5,3 milyar untuk membantu tidak kurang dari 10.1000 siswa miskin, atau Rp. 500.000,- persiswa dalam setahunnya. Sementara yang ketiga, adalah program yang disebut dengan Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang bersumber dari pemerintah pusat sekaligus juga sebagai pengganti dari program BAGUS yang berakhir pada tahun 2007 dengan besaran biaya sebanyak 1,4 milyar untuk membantu hampir 5.000 siswa miskin dengan masing-masing siswa memperoleh bantuan sebesar Rp. 576.000,- pertahunnya.

Tentang bagaimana implementasinya dilapangan, berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa siswa penerima manfaat dana Bagus, termasuk wawancara dengan pengelolanya pada tingkat sekolah. Yang pasti, hampir semua sekolah penerima bantuan dana Bagus, tidak serta merta memberikan bantuan tersebut dalam bentuk pemberian bantuan uang secara langsung kepada murid, melainkan semuanya dikelola oleh sekolah sesuai dengan komponen peruntukan sebagaimana tercantum dalam Juknis.

Alasannya, demikian diungkapkan oleh para pihak sekolah penerima dana BAGUS, pemberian uang tunai secara langsung kepada anak justeru dikhawatirkan tidak mengenai sasaran karena sulit dalam pengendaliannya. Lamun dipasihkeun artosna, saminggu oge seep (kalau diberikan uangnya,

seminggu juga habis), kata Bapak Toto, guru olah raga sekaligus bagian kesiswaan SMPN 4 Cianjur yang diberi tugas mengelola dana BAGUS disekolahnya. Sebaliknya, dengan pengaturan oleh sekolah diharapkan setiap anak bisa menikmati dan menggunakan bantuan dana dimaksud sesuai dengan yang diharapkan.

Alasan lainnya, pihak sekolah terpaksa harus memutar otak karena alokasi dan kuota jumlah siswa miskin yang menerima bantuan dana BAGUS disekolahnya ternya jauh lebih kecil dibanding jumlah total anak msikin yang diajukan. Parsisnya, kata Toto, dari 251 siswa miskin yang diajukan pada tahun 2008, ternyata hanya 160 yang mendapatkan bantuan. Karenanya, pihak sekolah terpaksa harus mengatur kembali pembagiannya sesuai dengan jumlah anak miskin yang ada disekolahnya. Dan itulah pula yang menyebabkan siswa tidak bisa memperoleh paket sesuai dengan yang semestinya, Rp. 500.000,- persiswa dalam setahunnya.

Mardi Sucipto, salah satu siswa kelas 2 penerima dana BAGUS di SMPN 5 Cianjur, misalnya, mengaku kalau dari sekolahnya pernah menerima paket bantuan berupa buku tulis, seragam sekolah, baju pramuka, kaos olah raga dan sepatu, kendati pun tidak mengetahui nilai harga dari bantuan yang diterimanya, termasuk tidak mengetahui kalau bantuan dimaksud berasal dari dana bantuan yang bersumber dari BAGUS.

Hal itu dikuatkan oleh pengakuan orang tuanya, Bapak Bedi yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak. Syukur we aya keneh nu mantuan, sok sanajan teu nyukupkeun ( syukur masih ada yang membantu, walau pun tidak mencukupi), tegasnya ketika ditanya tentang pemberian

bantuan tersebut. Disebut tidak mencukupi, karena setiap harinya anak masih harus mengeluarkan biaya transportasi, bahkan masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli keperluan sekolah yang lainnya, keluh orang tuanya yang ternyata memiliki 7 orang anak tersebut.

Apa yang dialami Mardi Sucipto, berbeda dengan yang dialami Nurinda, siswi kelas 2 SMPN 4 Cianjur. Anak dari seorang tukang Mie Ayam ini mengaku telah menerima paket seperti yang diterima Mardi Sucipto yang siswa SMPN 5 Cianjur itu. Bedanya, dari sekolahnya ia juga menerima bantuan uang tunai sebesar Rp. 90.000,- untuk keperluan transportasi. Hal ini dibenarkan oleh pihak sekolah yang mengatakan bahwa setiap siswa memang memperoleh satu paket buku tulis, pakaian dan sebagainya senilai Rp.410.000,-, dan sisanya sebesar Rp.90.000,- diberikan tunai kepada setiap siswa untuk membantu transportasi.

Celakanya, Nurinda yang merupakan anak kedua dari 4 bersaudara tersebut mengeluhkan kalau baju seragam yang diterima dari sekolahnya ternyata tidak bisa dipakai karena kekecilan. Teu kaanggo, tuh masih nagjugrug di bumi (tidak terpakai, sampai saat ini masih utuh ada di rumah), keluh ibunya, Ibu Nuraeni, yang suhari-harinya bekerja hanya membantu suaminya sebagai pedagang Mie Ayam. Ia juga mengeluhkan beratnya beban biaya transportasi, termasuk uang jajan anaknya ke sekolah yang bisa mencapai Rp.10.000,- setiap harinya, atau sekitar Rp. 250.000,- setiap bulannya. Itu pun belum termasuk keperluan biaya sekolah yang lainnya, sebut seperti pemberian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang masih sering dibebankan kepada siswa, tegas orang tuanya.

Masalah yang sama juga dikeluhkan orang tua anak dari Nining, salah seorang siswa penerima dana BAGUS yang masih duduk dibangku kelas 3 SMPN 3 Karangtengah. Meskipun anaknya sama memperoleh bantuan paket baju seragam, sepatu dan alat tulis, namun tanpa ada bantuan biaya transport sebagaimana diterima anak miskin di SMPN 4 Cianjur, namun ia yang bekerja hanya sebagai buruh tersebut merasa begitu terbebani dengan pungutan sekolah untuk pembelian lembar kerja siswa (LKS) yang biayanya mencapai Rp. 7.500,- per mata pelajaran. Ia juga mengeluhkan besarnya biaya transport sekolah anak yang setiap hari harus dikeluarkan.

Singkatnya, meskipun bantuan dana yang bersumber dari dana BAGUS senilai Rp 500.000,- persiswa itu sedikit banyak telah membantu meringankan beban biaya pendidikan bagi anak dari keluarga miskin, namun jika dikaitkan dengan kebutuhan riel mereka, jumlahnya ternyata masih jauh lebih kecil dibanding dengan yang mereka butuhkan.

Masalah lainnya, jumlah kuota anak miskin yang memperoleh bantuan ternayata juga jauh dari jumlah anak miskin yang diajukan sekolah. Dan celakanya, kondisi itu juga diperparah oleh pihak sekolah yang kebanyakan masih menarik biaya dari siswa, termasuk siswa dari keluarga miskin, sebut seperti untuk pembelian LKS, kendati pemerintah juga sudah menyiapkan dana BOS. Dan itulah pula yang menurut peneliti menjadi salah satu kendala dalam akselerasi penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Cianjur selama ini.

Dalam dokumen d adp 039732 chapter3 (Halaman 81-91)