• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM KREDIT

D. Upaya Penyelesaian Kredit Macet dalam Kredit Usaha

Secara umum jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dahulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu, maka tindakan membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali, maka

tindakan terkhir bagi bank adalah dengan menyita jaminan yang telah

dijaminkan oleh nasabah.142

Menurut Ibu Erika, oleh karena Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit dengan jaminan oleh Pemerintah, apabila terjadi kredit macet maka BTN Cabang Pemuda Medan dapat mengajukan claim kepada PT Askrindo dan Perum Jamkrindo sebagai pihak penjamin dari pemerintah untuk penjaminan sebesar 70% dari plafon, sedangkan 30% nya ditutup oleh BTN Cabang Pemuda Medan. Meskipun demikian, penjaminan yang dilakukan oleh PT Askrindo dan Perum Jamkrindo tersebut hanya bersifat sementara. Pihak asuransi kredit akan terus meminta pengembalian dana yang di-cover, oleh karena itu bank tetap akan melakukan penagihan dan

tindakan lainnya untuk mengganti biaya tersebut.143

Mengenai penyelamatan kredit bermasalah pada umumnya dapat dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. Pembentukan sebuah perusahaan asuransi atau lembaga penjamin simpanan telah diamanatkan dalam pasal 37B Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Agar suatu permodalan asuransi mencukupi, maka harus dibantu oleh modal dari pemerintah atau dengan kata lain perusahaan asuransi tersebut haruslah perusahaan asuransi milik negara. Oleh karena itu, setiap debitur tidak begitu saja hilang kewajibannya untuk melunasi KUR BTN yang diterima dari Bank BTN Cabang Pemuda Medan.

142 Kasmir, Op. Cit., Halaman 98

143Hasil Wawancara dengan Ibu Erika Rizki Prawitasari selaku karyawan di bidang

26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Dalam surat edaran tersebut yang dimaksud dengan penyelamatan kredit bermasalah melalui rescheduling, reconditioning, dan restructuring adalah sebagai berikut:144

1. Melalui rescheduling (penjadwalan kembali)

Merupakan suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace period), termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.

2. Melalui reconditioning (persyaratan kembali)

Yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, dan/atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.

3. Melalui restructuring (penataan kembali)

Yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan/atau reconditioning.

Selain penyelesaian melalui tindakan administratif, terhadap kredit yang sudah pada tahap kualitas macet maka penanganannya lebih banyak ditekankan melalui beberapa upaya yang lebih bersifat pemakaian

kelembagaan hukum, diantaranya:145

1. Melalui Panitia Urusan Piutang Negara dan Badan Urusan

Piutang Negara.

2. Melalui badan peradilan.

3. Melalui arbitrase atau Badan Administratif Penyelesaian

Sengketa.

Ad.1 Penyelesaian kredit bermasalah melalui PUPN/BUPN

Kredit bermasalah terutamanya golongan kredit macet pada bank milik negara merupakan salah satu bentuk yang dikategorikan sebagai piutang negara karena bank milik negara merupakan salah satu badan yang secara langsung atau tidak langsung dikuasai negara. Dengan demikian sesuai dengan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 49 Tahun

1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara, penyelesaian kredit bank milik negara dapat diusahakan melalui Panitia Urusan Piutang Negara, panitia ini merupakan suatu panitia interdepartemental, yang anggotanya terdiri atas wakil dari Departemen Keuangan; Departemen Hankam; Kejaksaan agung; dan dari Bank Indonesia. Sedangkan struktur organisasinya terdiri atas PUPN pusat, wilayah,

dan cabang.146

Apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang kemudian mempunyai kekuatan hukum tetap untuk dilaksanakan, tetapi debitur tetap tidak melunasi utangnya, pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dan dengan pimpinan Ad.2 Penyelesaian kredit bermasalah melalui badan peradilan

Apabila dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya, setiap kreditur dapat mengajukan gugatan untuk memperoleh keputusan pengadilan. Peradilan yang dapat menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah, yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan. Penyelesaian gugatan perdata biasa telah sering dilakukan sejak dahulu. Namun untuk penyelesaian melalui gugatan kepailitan, baru dikembangkan kembali setelah dibentuknya peradilan khusus yang disebut peradilan niaga.

ketua pengadilan negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama, menurut ketentuan HIR Pasal 195, dan selanjutnya. Atas perintah ketua pengadilan tersebut dilakukanlah penyitaan harta kekayaan debitur, untuk kemudian dilelang dengan perantaraan kantor lelang. Dari hasil pelelangan itu kreditur memperoleh

pelunasan utangnya.147

Menurut Sidharta P. Soerjadi, pada umumnya pada bagian akhir perjanjian kredit dapat dicantumkan suatu klausula yang menentukan bahwa apabila timbul sengketa sebagai akibat perjanjian tersebut, para pihak akan memilih penyelesaian melalui arbitrase (perwasitan). Selanjutnya diterangkan bahwa penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini didasarkan pada ketentuan Pasal 615 R.v (Reglement op de Rechtsvordering) yang menetapkan bahwa:

Ad.3 Penyelesaian kredit bermasalah melalui arbitrase

148

Cara penyelesaian melalui arbitrase ini dilakukan melalui lembaga arbitrase, yaitu suatu badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu. Penggunaan lembaga arbitrase dalam penyelesaian

“Setiap orang dapat mengadakan persetujuan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang akan/dapat terjadi melalui arbitrase.”

147 Ibid., Halaman 566 148 Ibid., Halaman 568

sengketa perdagangan termasuk dalam menyelesaikan sengketa perkreditan didasarkan pada beberapa keuntungan tertentu yang tidak diperoleh dari penyelesaian selain arbitrase. Salah satu dari keuntungan tersebut, yaitu penyelesaiannya relatif tidak memerlukan waktu yang lama dan dengan sifatnya yang tertutup (ketentuan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999) maka diharapkan nama baik para pihak terjaga. Pada penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan beberapa kelebihan dari penyelesaian sengketa melalui arbitrase, yaitu para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil; para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalahnya serta proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase; serta putusan arbitrase merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara (prosedur) sederhana saja ataupun langsung dapat dilaksanakan. Namun penyelesaian melalui arbitrase ini pun ada kelemahannya, yaitu tidak adanya kemungkinan untuk minta sita jaminan konservatoir, seperti halnya

pada gugatan perdata biasa.149

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erika selaku karyawan bidang analisis kredit pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan, upaya yang dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada Kredit Usaha

Rakyat ini adalah berupa:150

1. Penagihan langsung kepada debitur

Langkah pertama yang diambil adalah dengan melakukan penagihan dengan menemui debitur secara langsung. Setelah itu akan dibicarakan secara kekeluargaan, apabila debitur mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan maka sesuai kebijakan yang dimiliki oleh BTN Cabang Pemuda Medan debitur akan mendapat solusi kelonggaran pembayaran angsuran untuk bulan-bulan tertentu dengan catatan bahwa seluruh pinjaman utang harus dilunasi sampai batas jatuh tempo.

2. Melakukan claim asuransi

Dalam hal debitur tetap tidak menanggapi peringatan tertulis tersebut maka Bank BTN Cabang Pemuda Medan mengajukan klaim terhadap PT Askrindo dan Perum Jamkrindo. Jaminan ini hanya bersifat sementara karena perusahaan penjamin tersebut akan kembali melakukan penagihan kepada bank penyalur KUR. Maka penagihan pengembalian pinjaman tetap dilaksanakan bank terhadap debitur karena sumber dana KUR BTN adalah sepenuhnya dana Bank BTN yang berasal dari

150 Hasil Wawancara dengan Ibu Erika Rizki Prawitasari selaku karyawan di bidang

simpanan masyarakat yang dihimpun berupa giro, tabungan, dan deposito.

3. Lelang agunan

Apabila telah diupayakan penagihan dan claim asuransi namun debitur tetap tidak dapat menyelesaikan pengembalian kredit karena macet, maka tindakan yang dapat diakukan bank adalah menyita agunan yang disediakan debitur dan melakukan lelang agunan untuk meng-cover kredit yang belum dilunasi yang pelaksanaannya akan dilakukan pada bagian pelelangan.

Sebagai usaha yang penuh risiko, sebelum memberikan kredit, seyogianya bank melakukan analisis kredit yang saksama, teliti, dan cermat dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat, sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena itu, setiap pemberian kredit tentunya telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai

dengan asas perkreditan yang sehat.151

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Secara umum syarat dalam perolehan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan ini adalah nasabah atau debitur harus perorangan, badan usaha, dan kelompok usaha yang termasuk kategori usaha mikro, kecil, menengah, koperasi, dan lembaga linkage, mempunyai kegiatan usaha dan tidak sedang menerima kredit pembiayaan modal kerja dan/atau kredit investasi, terkecuali kredit konsumtif. Selanjutnya untuk Prosedur pemberian KUR dimulai dari tahap permohonan kredit, tahap analisis kredit dan tahap putusan kredit. Berkaitan dengan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersebut maka peran bank dalam menganalisis calon nasabah debiturnya sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian kredit dan prinsip kehati-hatian (prudential banking) sangat diperlukan karena berkaitan dengan dana bank yang merupakan simpanan masyarakat yang dihimpun dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet dalam Kredit Usaha

Rakyat (KUR) pada Bank BTN Cabang Pemuda Medan adalah disebabkan karena kredit yang diberikan tidak sesuai dengan peruntukan, faktor kekeliruan bank dalam memberikan kredit, usaha

bukan atas nama sendiri, dan agunan yang tidak dapat dilelang, baik itu karena agunan berupa barang tidak bergerak tidak terikat hak tanggungan, maupun kondisi barang bergerak yang diagunkan tidak tampak fisiknya meskipun pihak bank memegang surat.

3. Upaya dalam menyelesaikan kredit macet dalam Kredit Usaha Rakyat

(KUR) yang dilakukan oleh Bank BTN Cabang Pemuda Medan adalah dengan melakukan penagihan kredit secara langsung, claim asuransi, dan melaksanakan lelang agunan.

Dokumen terkait