• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Preventif............................................................................................... 3 6

BAB III EVALUASI IMPLEMENTASI

B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PERATURAN DAERAH NO. 1

1. Upaya Preventif............................................................................................... 3 6

Upaya preventif adalah usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan,bimbingan, latihan,danpendidikan,pemberianbantuansosial, pengawasan serta pembinaan lanjut kepada berbagai pihak yang ada hubungannyadenganpergelandangan danpengemisan.

Berdasarkan ketentuan Pasal8Peraturan DaerahNo.1Tahun 2014 tentangPenanganan GelandangandanPengemisdilakukan dengan cara:

a. pelatihan keterampilan, magang danperluasankesempatan kerja; b. peningkatan derajat kesehatan;

c. fasilitasitempat tinggal; d. peningkatan pendidikan;

e. penyuluhandan edukasi masyarakat;

f. pemberian informasi melaluibalihodi tempatumum; g. bimbingansosial;dan

h. bantuansosial.

Pelaksanaan pelatihan keterampilan, magang, dan perluasan kesempatankerjadilaksanakanolehSatuanKerja PerangkatDaerah (SKPD) yangmempunyai tugas danfungsi dibidangketenagakerjaan.SKPD yang dimaksud adalah Dinas Ketenagakerjaan baik di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Peningkatan derajat kesehatan dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyaitugasdanfungsidibidangkesehatana. SKPDyang dimaksud adalahDinasKesehatanbaikditingkatProvinsidan Kabupaten/Kota.

Fasilitasi tempattinggaldilaksanakan olehSKPDyangmempunyai tugas dan fungsi di bidang Sosial dan/atau pemukiman, sarana dan prasaranawilayah. SKPD yangdimaksud adalahDinas Sosial danDinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat baik ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Peningkatan pendidikan dilaksanakan olehSKPD yang mempunyai tugasdanfungsidi bidangpendidikan. SKPDyangdimaksud adalahDinas PendidikanbaikdiProvinsi dan Kabupaten/Kota

Penyuluhan danEdukasi Masyarakat,pemberian informasimelalui baliho di tempat-tempat umum, bimbingan sosial, bantuan sosial dilaksanakanolehSKPDyangmempunyaitugasdanfungsidibidang sosial. SKPD yang dimaksud adalah Dinas Sosial baik di Provinsi dan K a b u p a t e n / K o t a.

B e r d a s a r k a n h a s i l F o c u s G r o u p D i s c u s s i o n ( F G D )2 4 y a n g d i l a k u k a n terhadapSKPD/OPD, langkahpreventifbelumefektifdilakukan olehsemua SKPD/OPD. Hal ini disebabkan oleh SKPD/OPD terkendala untuk mengetahui masyarakat yang berpotensi menjadi Gelandangan atau Pengemis.Selainitu,masih banyakaparaturdaerahyangbelummemahami apayangdimaksud upayapreventif.Sebagaimana yangtelah dijelaskan di atas,upayapreventifadalahupayapencegahan,dalamhalinimencegah agar masyarakat yang berpotensi menggelandang atau pun mengemis tidak menggelandang atau mengemis.

SKPD/OPD dibidang kesehatantelah melakukan upayapreventifini, akantetapi setelahditelaahlebihlanjut,bahwaupaya tersebutdilaksanakan karenamemang sudahmenjaditugas, pokok,dan fungsidariSKPD/OPD yang terkait. Upaya preventif ini juga terkendala dari tidak adanya pembiayaanyangmemadaipelaksanaanperda.

Permasalahan yanglain dihadapiadalah kebanyakan gelandangan danpengemisyangada dantertangkap tidakberdomisilidi DaerahIstimewa Yogyakarta,sehingga upaya preventif tidakdapatdilakukan. Akan tetapi, apabilagelandangan atau pengemisyang tertangkaptersebutberdomisili di DaerahIstimewaYogyakarta makapada hakikatnyaini adalahkegagalan sistempenanganan gelandangandan pengemis. Mengapademikian? Karena Perda iniadalah Perda Provinsimakasudahsewajarnyaberlaku disemua kabupaten/kotadiDaerah IstimewaYogyakarta. Lagikaawamnya sebagai berikut, misalnya gelandanganatau pengemisyang berasaldari Kabupaten

24FocusGroupDiscussion,30Mei2018,bertempatdiRuangSidangAnggaranDewanPerwakilanRakyat,Daerah IstimewaYogyakarta.

GunungKidul dan tertangkapdiKota Yogyakarta, hal inimenunjukkan bahwa penanganan gelandangan atau pengemis secara preventif di Kabupaten Gunung Kidul tidaklah berhasil. Seharusnya dari hulu (Kabupaten Gunung Kidul)apabila melaksanakan Perdaini dengan baik maka tidak akan ada gelandangan atau pengemis tertangkap di Kota Yogyakarta (hilirnya)

Beberapa cara sebagaimana disebutkan dalam Perda ini, tidak berjalansebagaimanamestinya.Hal ini dikarenakanbanyak gelandangan dan pengemis tertangkap terlebih dahulu kemudian pemerintah baru melaksanakan cara yang dimaksud, yangnotabene tidak dapat disebut sebagailangkahpreventif.

Untuk mendapatkan gambaran tentang

penyelenggaraan/implementasiPerdano1Tahun2014tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis, akan dilihat dari enam variabel yang mempengaruhikinerja implementasi sebagaimana telah diuraikandi Bab II, yaitu variabel yaitu karakteristik masalah, kejelasan kebijakan dan konsistensiaturan,besarnyaanggaran,keterpautanantarimplementor yang menangani,komitmenimplementor, dandukungan/partisipasi publik. a. Karakteristikmasalah

BerdasarkanFGD yangdilakukan bersama stakeholders terkait penanganangelandangandanpengemis maupunhasil penelitianyang dilakukan NovitaNurSyahroniyangberjudul ImplementasiKebijakan Penanganan Gelandangan dan Pengemis Di Kabupaten Bantul serta penelitian BambangyangberjudulKinerjaDinasSosial, TenagaKerja dan Transmigrasidalam Penanganan GelandangandanPengemis di Kota Yogyakarta, dariberbagai permasalahan yangdihadapi, permasalahan utamayang palingmendasarsebenarnya berasaldarigepeng itu sendiri yaitu mengubahpola piker/mindsetgepeng yangmembutuhwaktu yang cukuplama dantidak mudahkarenamereka sudahterbiasa hidupdi jalanan, merasa hidupnyaenak karenamendapat uangdenganmudah daripada harus hidup dipantiyangharus bekerja. Bahkan eks gepeng yangtelahmendapatpembinaandanpemberdayaandilepasuntukhidup

secara mandiri,kembali lagikejalanandenganalasanfaktor ekonomiyaitu untukmenambah pendapatan.

Berbagaiupayapreventif telahdilakukandenganberbagaicara antaralainpembagian leafletpenanganangelandangandan pengemis kepada masyarakatdijalan –jalan utama, kegiatan sapaan, berupa penyuluhan pemberian motivasi kepada gelandangan dan pengemis untuktidak melakukan pekerjaaan meminta – mintadan dapatkembali ke daerah asalnya. Seluruh kabupaten/kotajuga telah melakukan kegiatan razia/penertiban atau disebut juga penjangkauan untuk menjaring danmenangkappara gelandangandan pengemisyangmasih kerapdijumpai dijalanatau titik– titiktertentu.Oleh karenaituuntuk menghilangkan gepeng sangat sulit, walau diakui oleh diakui oleh implementor peserta FGD, sejak ada PerdaNo 1 Tahun 2014, jumlah gelandangan, pengemis, maupun pengamensudah jauhberkurang,tetapi tidak hilang. Untuk menghindari pasal “sanksi” yang ada di Perda tersebut,paragepengtidaklagiberkeliaranbebastetapi lebihmemilihkeluar pada jam-jamtertentu, terkadang beroperasidimalam haridiluarjam dinas. Apalagi gepeng jaman sekarang sudah semakinpintar dengan adanya alatkomunikasi, mereka dapat dengancepat memberitahukan kepada teman sesama gepeng jika mengetahui adanya penertiban. Gepeng yang berpindah tempat beroperasi di dalam perkampungan pendudukyangmasihsulituntukdijangkau olehpetugas.Hanyaapabila ada laporan dari masyarakat,baru akan dijemput. Itusaja biasanya masyarakat kebanyakanmelaporkanjikaadagelandanganpsikotik atau yang gangguan jiwa di sekitar lingkungan mereka karena dirasa menganggu. Untuk pengemis sendiri belum adakepedulianmasyarakat yang melaporkan.

Masalah lain tidak semua gepeng berasal dari DIY, sebagian besarberasal dariluarDIY.KasiRehabilitasiTuna SosialdanPencegahan NAPZADinasSosial P3AKabupatenBantul,IbuArfin kalause-DIYitu kitasudahsepakat,kitatidakboleh dariBantul buangke Kulon Progo, Kulon ProgobuangkeSleman,danseterusnyaitutidakboleh,karena kita nanti semuanyatetapkeprovinsi, dari padabuang mendinglangsung

dimasukkan ke camp assessmentpasti diterima.Tapikalauyangbuang masyarakatyamau gimanalagi(Novita, 2017)

b. 2).Kejelasankebijakandankonsistensiaturan

Berdasarkanhasil FGDbersamastakeholders pelaksana Perda yang dilaksanakan di DPRD DIY dan hasil penelitian tentang Implementasi Perda No 1 Tahun 2014, penangangan Gepeng di kabupaten/kota semuamengacupada PerdaNo1Tahun2014. Kebijakan penanganangelandangan dan pengemisyang tertuang didalam PerdaDI No.1Tahun2014 ini,olehpara implementor dianggapsudah memiliki aturanyangjelas, dasarsudahjelas.Hanya sajaketentuan pidanayang diaturdidalamperdatersebutbelumdapatditerapkan,selamainibelum pernah menyidangkan pengemis,pengamen itu dipersidangkan karena sara danprasarananya belum ada”.Pernyataan daripeserta FGD juga didukung hasil penelitianNovitabahwa KasiRehabilitasiTuna Sosialdan PencegahanNAPZADinasSosialP3AKabupatenBantulyangmenyatakan pernah ada rencanaada timsidang ditempatyang dikoordinir olehDinas Sosial, ada mobil sidang, tetapi rencanatersebut belumpernah terealisir. Begitujugasanksi bagi masyarakatyangdidapati memberi, ketentuan pidana yang mengatur tentang larangan memberi dalam bentuk apapun juga belum dapat dilaksanakan. Mengingat bahwa kebanyakan masyarakat yang memberi, dikarenakan rasa empatidan didasari dengan niat untuk bersedekah. Selainbelum terpenuhinya sarana danprasaran untukkegiatan persidangan,jugadisebabkan oleh pemerintah untuk saat ini lebih mengoptimalkan pembinaan dan pemberdayaan gepeng itu sendiri. Belum terpenuhinya sarana dan prasarana tersebut disebabkanoleh keterbatasan anggaran yang ada. Berkurangnya jumlah gepeng yang ada juga ditunjukkan dengan penurunan intensitas aktivitas gepeng di jalanan. Hal tersebut merupakan salah satu dampak yang muncul dengan adanya Perda gepeng. Apalagi jika sanksi yang ada dapat diterapkan pasti akan menimbulkan dampaklain, baikterhadapgepeng maupungmasyarakat

yangmember

Besarnya alokasi sumberdaya/anggaran pelaksanaan kegiatan penanganangelandangandanpengemis dimilikiolehDinasSosial P3A setiapkab/kota. Anggaranyangada hanyaterbatas untuk mendukung jalannyakegiatansosialisasi, razia,penjangkauandanpenangananpasca razia, hingga pemberian modal bagi gepeng yang telah mandiri. Penganggarantersebutsesuaidengantupoksi yangdimilikiDinas Sosial P3A sendiri didalampenanganan gepengsedangkanuntuk penegakan perdaitu sendiriadalahtugasdariSatPolPP.Akan tetapiSatPolPPtidak memiliki anggarantersendiriuntukkegiatan penanganandalamhalini adalah pemberlakuansanksi secarahukum. Ketika razia pun SatPolPP masih bergantun kepadaDinasSosialP3Adalamhalanggaran, karena memang antara Dinas Sosial P3A dengan SatPolPP selalu bergerak bersama-sama.DiawaldikeluarkannyaPerdaNo.1Tahun2014tersebut, pemerintah DIYlangsung mengucurkandanauntuk kegiatanrazia dan penjangkauan. Disisilain, anggaranyangada belumdapat dikatakan digunakan secara optimal. Hal tersebut dikarenakan program yang diberikan kepadapara gepengtersebut belumbisaterserapdenganbaik.

Belum optimalnya misalnya seperti untuk pelatihan-pelatihan

keterampilan kita kasihlatihannyamaksimal 2 hari, tapikarena yang namanyaPMKSitu kanbedadenganorangnormal.PMKSitumaudatang, dikumpulkan, dibina, dikasih pelatihan itu saja sudahbersyukur udah adaniatbaik,itubelumtaumasukdi otakapatidak.Nahnanti meskipun sudahdilatih sampairumahjugabelumtentu mereka menerapkan. c. Besarnyaanggaran

B e s a r n y a a l o k a s i s u m b e r d a y a/ a n g g a r a n p e l a k s a n a a n k e g i a t a n penanganangelandangandanpengemis dimilikiolehDinasSosial P3A setiap kab/kota.Anggaran yangada hanya terbatas untukmendukung jalannyakegiatansosialisasi, razia,penjangkauandanpenangananpasca razia, hingga pemberian modal bagi gepeng yang telah mandiri. Penganggarantersebutsesuaidengantupoksi yangdimilikiDinas Sosial P3A sendiri didalampenanganan gepengsedangkanuntuk penegakan Perdaitusendiriadalah tugasdariSatPolPP.AkantetapiSatPolPPtidak memiliki anggaran tersendiriuntuk kegiatan penanganandalamhal ini

adalah pemberlakuansanksi secarahukum. Ketika razia punSatPolPP masihbergantungkepada DinasSosialP3Adalamhalanggaran, karena memang antara Dinas Sosial P3A dengan SatPolPP selalu bergerak bersama-sama.Di awaldikeluarkannyaPerda No. 1Tahun2014tersebut, pemerintah DIYlangsung mengucurkandanauntuk kegiatanrazia dan penjangkauan. Disisilain, anggaranyangada belumdapat dikatakan digunakan secara optimal. Hal tersebut dikarenakan program yang diberikan kepadapara gepengtersebut belumbisaterserapdenganbaik.

Belum optimalnya misalnya seperti untuk pelatihan-pelatihan

keterampilankarenayang namanyaPMKSitukanbedadengan orang normal.PMKSitumaudatang,dikumpulkan,dibina,dikasihpelatihan itu sajasudah bersyukursudah ada niatbaik.

d. Keterpautanantar implementor

Setiap pelaksanaan sebuah kebijakan tidak akan terlepasdari implementor kebijakan itu sendiri. Dalam menjalankan kegiatan penertiban yakni razia dan juga penjangkauan, Dinas Sosial P3A kabupaten/kotabersama-samadenganSatPolPPdankePolres. Darihasil penertiban yangdilakukanoleh DinasSosial P3Abersama denganPolres danSatPolPP,nantinya akandibawaketempatpenampungan sementara (campassessment) milikDinasSosialDIY untukpendataan awal. Di dalampenampunganitu akandipilah-pilahsesuaidengankondisisetiap gepeng.SedangkanUpayarehabilitasigepengmenjadikewenangan dari pemerintah provinsi DIY Pemerintah kabupaten tidak boleh, karena sudahadapembagiankewenangan”.

e. Komitmenimplementor

Untuk dapat mencapai tujuan dari suatu kebijakan tentunya dibutuhan komitmen yangtinggi dari aparat pelaksanauntuk dapat menjalankanfungsi dantugasnyasesuaidengantupoksi dari masing-masing instansiterkait. Komitmenimplementorterlihat darikesungguhan menjalankan kewajibandan tanggungjawab sehinggatujuandari kebijakan tersebutdapat tercapai.Untukkegiatan penangananpasca razia dan penjangkauanmerupakan bagiandari tugasDinasSosialP3A Kabupaten /Kota. Polresjugatidakjauhberbedadengan tugasyangdimiliki SatPolPP

yaknihanyaikutsertapadasaat penertibansaja. Selebihnyaadalah tugas dan kewenangan dari Dinas Sosial untuk melakukan pembinaan. SatPolPPfungsinya menjaga ketertiban danketentraman, terutama pada ketertibannya. Selainbekerjasamadengan SatPolPPdanPolres, Dinas SosialP3AKabupaten Bantulmemiliki sebuahtimkhusus yangdiberi namaTimReaksiCepat (TRC).Timiniterdiridari17orangTKSK(Tenaga Kerja SosialKecamatan) yangmenjadikepanjangantangan dariDinas SosialP3Adisetiapkecamatan diBantul.,yang bisaevakuasi sewaktu-waktu.” Perandari timiniyakni apabiladi kecamatan yangbersangkutan ditemuipermasalahandarurat yangberhubungan denganPMKS, maka tim iniakansegera melaporkan kejadian tersebutkepadaDinasSosial P3Aagardapat segeradievakuasi. Adajugayang dinamakandengan Naban(Tenagabantuan)yangmerupakantimkeamananmilikSatPolPP yang bertugasuntuk memantausituasidan kondisi disekitaran lokasi wisatapantai diBantul.Nabanini jugamemilikifungsi yanghampir sama denganTRC yang dimiliki DinasSosial P3Ayaknimeberikan informasi apabila ditemukanPMKS disekitarlokasipantai.

f. Dukungan/partisipasi publik/masyarakat

Kebijakan yangbaik adalahkebijakan yangturut menyertakan masyarakat dalam pelaksanaannya. Memberikan kesempatan kepada masyarakatuntuk ikutsertaberpartisipasi di dalamnya.Pelaksanaan kebijakanpenanganangepenginitidakakanberjalandenganbaik tanpa adanya keterlibatandarimasyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat bisa dilakukan denganberbagaicara.Berdasarkan implementordariBantul, DinasSosialP3AKabupatenBantulyangmelibatkanmasyarakat secara langsungdenganmembentuk timreaksicepatyangterdiridari17orang dariTKSK(TenagaKerja SosialKecamatan)dari17kecamatandiBantul. Kepedulian masyarakatterhadap keberadaan gepengsudah mulaiada, tdengan melaporkan kepada Dinas. Biasanya yang dilaporkan oleh masyarakatadalahgepeng psikotikatauyangmengalamigangguan jiwa yang memang menggangukenyamanan masyarakat. Masyarakat sudah mulaiterbukadengan adanya kebijakan penanganangelandangan dan

pengemis di lingkungannya, dengan mengusulkan untuk diadakan kegiatansosialisasidanpembinaan bagi PMKSdilingkungannya.

Berikutfaktorpenghambatimplementasiupaya preventif

1) Sikap mental/mindset para gelandangan dan pengemis yang belumbisadirubahagartidakhidup dijalananlagi;

2) Keberadaangelandangan danpengemis yangselalu berpindah-pindahmobilitasnya;

3) Keterbatasan tenaga perawat di UPT Panti Karya (tempat penampungan,namasdh berubah)

4) Keterbatasan ruangan untuk menampung gelandangan dan pengemisdiUPT PantiKarya

5) Belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakansanksi hukumyangada

6) Kurangnyaperan masyarakatdankeluarga dalammenangani kelayanterutama ekspsikotiksetelahkeluar dariUPT Panti Karya.

Sedangkanfaktorpendukungimplementasi upayapreventif sebagai berikut:

1) Kerjasama yang baik antara implementor yaitu SatPolPP, Polres, Dinsos,RumahSakit,danPanti

2) Angaranditahun 2017inilebihbanyak dibandingkan2tahun lalu. Jika 2tahun terakhirini anggaranbersumber dariPemerintah DIY, untuk tahun ini anggaranberasal dariPemerintah Kabupaten Bantul sendiri.

2. Upaya Koersif

Upaya Koersifadalah tindakanpemaksaan dalamproses rehabilitasi sosial. Upaya koersif dilakukan dengan cara penertiban, penjangkauan, pembinaandiRumah Perlindungan Sosial(RPS),danpelimpahan.Penertiban dilakukan terhadapsetiap orangyangtinggal ditempatumum, mengalami gangguanjiwa yang berada di tempat umum, meminta-mintadi tempat umum, permukimam, peribadatan, dan/atau meminta-minta dengan menggunakan alat. Tindakan penertiban dilaksanakan oleh SKPD yang memiliki tugas dan fungsi di bidang penyelenggaraan ketentraman dan

ketertibanumum. Penjangkauan dilaksanakan secara terpadu oleh SKPD yangmemilikitugasdanfungsidi bidangsosial danlembagakesejahteraan sosial.PembinaandiRPSdan pelimpahan dilaksanakanolehSKPD yang memilikitugasdanfungsi diBidang Sosial.

Upayakoersifyangpalingseringdilakukan olehPemerintah,terutama SKPDyangdiberikan Tupoksiuntukmelakukanpenertibandan pembinaan. Pemerintahsudahseringmelakukan penertibangelandangan danpengemis di tempat-tempatumum.Sebagaimanahasilpenelitianyang dilakukanoleh Ellena Dwi Purwanti (2017) Pemerintah pada tahun 2016 telah melaksanakan penertibansebanyak 6 kali dalam setahun atau2 bulan sekali. Hasil dari penertiban tersebut, terjaring sebanyak 321 orang pengemis.

Pengemisyangterjaring untukselanjutnya dilakukanpembinaan di RumahPerlindungan Sosial.Disinigelandangan ataupunpengemisdiobati dandirawatkemudian diberikanpelatihanuntuk peningkatankapasitasdari gelandanganatau pun pengemis.Tindakaninilah yangterkadang disalah artikan oleh mereka sehingga terkadang tidak jerah dan kembali menggelandangdan mengemis.

Kendalalainyangdihadapidalamtindakankoersifiniadalahtidaknya alattransportasi untukmembawa gelandanganatau pengemiskeRPS. Hal initerjadi kerenaRPS hanyaada di IbuKotaProvinsi. Undang-Undang PemerintahanDaerahyang barumembagi urusan pemerintahanpusatdan daerah dibidang sosialkhususnya rehabilitasi sosial, pemerintahdaerah provinsihanya melaksanakan rehabilitasiselain dikarenakannarkotika atau penyalahgunaan NAPZA yang memerlukan rehabilitasi panti. Sedangkan untukdaerahkabupaten/kotamejalankanrehabilitasisosialselain karena narkotikaatau penyalahgunaanNAPZA yang tidak memerlukanrehabilitasi p a d a p a n t i d a n re h ab i l it a s i a n a k y a n g b e r h a d a p a n d e n g a n h u k u m .2 5A d a n y a pengaturandemikian menghambatbagi daerahyangtidakmempunyaiRPS d i t a m b a h l a g i d e n g a n t i d a k a d a n y a d u k u n g a n a l a t t r a n s p o r t a s i .2 6

25PeriksaLampiranUndang-UndangNo.23Tahun2014tentangPemerintahanDaerah.

26FocusGroupDiscussion,30Mei2018,bertempatdiRuangSidangAnggaranDewanPerwakilanRakyat,Daerah IstimewaYogyakarta.

Contoh lainupayaKoersigyangdilakukan olehPemerintah Kabupaten Bantul.PemerintahBantulsendiritelahlama melaksanakankegiatan razia maupunpenjangkauan. DalamhaliniDinasSosial P3Abekerjasamadengan SatPolPP dan juga Polres Kabupaten Bantul. Kegiatan razia dan penjangkauantersebut tidaklahsama. Razia tersebut dilakukan secara terjadwaldan memaksa untukselanjutnya dibawaketempat penampungan sementara.Penjangkauandilakukan sewaktu-waktu jika dirasa adasuatu halyangmemangperluditindaklanjuti,dan dilakukansecarakomunikatif melalui pendekatan.

Tidakada waktuyangpasti dalammelaksanakan razia,walaupun sudahdijadwalkan namunkegiatan tersebutdapat dilaksanakan sewaktu-waktu, jika ada aduan dari masyarakat akan keberadaan gepeng. Penjadwalankegiatanjuga dilakukan secaraacakagar tidakdapat diprediksi oleh gepengitu sendiri.Razia itu sendirisebenarnya tidakdiperbolehkan apabilaituadalah anakjalanan sebabmelanggar hak asasi mereka, untuk itulahpenjangkauan dilakukan.

Dinas Sosial P3A Kabupaten Bantul juga membentuk tim untuk m e m b a n t u k e g i a t an p e n j a n g k a u a n k h u s u s n y a a n a k jalan an y a k n i T i m

R e a k s i

Cepat (TRC). N a m u n karena saat

inisudah tidak tampak lagi jadiT R C tersebut

bergerakuntukmengambilketikaadapermasalahandimasyarakat.

Semenjak ada Perda DIY No.1 Tahun 2014, Dinas Sosial P3A KabupatenBantul tidaksendiri dalam melakukanpenanganan gepengpasca razia. Seluruh Dinas SosialKabupaten/Kota yang adadi DIY, melakukan penanganan pasca razia bersama-sama dengan Dinas Sosial DIY. Jadi sebagianbesarhasil penjangkauan dan raziatersebut diserahkankepada Dinas SosialDIY untuk didatadandilakukan penangananlanjutan.Dinas SosialP3AKabupatenBantuljugabekerja samadengan pantipenampungan milikswastadiBantulyakniPantiSosialHafaradalampenjangkauandan jugapembinaan.

Prosesassessment juga dapat dilakukanoleh Panti Hafara,apabila gepeng tersebut didapati berdomisili Bantul ataupun yang melakukan penjangkauanadalah Panti Hafara itu sendiri.Setelah dilakukanproses assessment, maka akandilakukan penangananlanjutanberupapelimpahan

atau rujukansesuai dengan kondisisetiapgepeng.Selanjutnya barulah merekamendapatkanpembinaan berupabimbingan motivasi, sosial,agama, danketerampilan. Untukgepengyangdidapati beridentitassebagaiwarga Bantul, maka pembinaan akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul.Dalamhal iniadalahPantiSosialHafara,selamamasihmampu dan kapasitastampungnyamencukupi.Apabilatidak,makaakantetap diterima namun kemudian akan dilimpahkan kepada lembaga lain yang dapat menanganisesuaidengankebutuhan dari gepengtersebut.

Pembinaan yangdilakukan paling cepat adalah1 bulantergantung darigepengitu sendiri.Apabilamereka tidakadakeinginanuntuk berubah, dalamwaktu2atau3hari akankembalilagikejalanan. Sebaliknya,jikaada yangmemang benar-benaringin berubahmereka akandengansendirinya datanguntukmendapatkanpembinaan. Dalamkegiatanpembinaan tersebut jugamelibatkanDinasSosial P3AKabupatenBantuldalampemberian materi bimbingan.

3. UpayaRehabilitasi

Upaya rehabilitas adalah usaha-usaha yang terorganisir meliputi usaha-usaha penyantunan,perawatan, pemberian latihandan pendidikan, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali baik ke daerah-daerah