• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.7 Proses Produks

2.7.3 Uraian Proses

Proses produksi dump truckpada PT. Mahakarya Jaya Sinergi terdiri dari 7 stasiun kerja yang dijelaskan pada uraian berikut ini:

1. Stasiun pemotongan

Pada stasiun ini, langkah awal yang dilakukan adalah membawa bahan baku dari gudang bahan baku ke mesin shearing. Pada mesin shearing dilakukan pemotongan plat sesuai ukuran dan jumlah yang diinginkan.

2. Stasiun pembentukan

Pada stasiun pembentukan, yang dilakukan adalah pembentukan lengkungan pada plat yang telah dipotong dengan menggunakan mesin bending.

3. Stasiun Subframe Assy

4. Stasiun pengelasan

Pada stasiun ini, yang dilakukan adalah pemasangan crossmember pada

subframe assy truck dengan cara dilas kemudian dilakukannya pembuatan lubang engsel pada beberapa potongan plat. Setelah pemasangan

crossmember dan pembuatan lubang engsel maka selanjutnya dilakukan pengelasan pada hasil potongan dan pembentukan plat menjadi bak dan kemudian bak yang telah selesai dilas dipasang ke subframe assy truck dan dilas kembali.

5. Stasiun Hidrolik

Pada stasiun ini dilakukannnya pemasangan hidrolik pada truckagar bak truck

dapat berfungsi naik dan turun. Langkah yang dilakukan untuk pemasangan hidrolik adalah pemasangan pompa, PTO, kopling, dan selang-selang, pengisian oli, pemasangan kayu, bohel, dan stabilizer.

6. Stasiun Pengecatan

Pada stasiun pengecatan, terlebih dahulu badan bak truck dibersihkan dan kemudian dilakukan pengecatan cat dasar. Setelah cat dasar mengering, kemudian dilakukan pendempulan dan pengecatan akhir sesuai warna yang diinginkan oleh customer.

7. Stasiun Aksesoris

Pada stasiun aksesoris dipasang aksesoris mobil berupa ram, toolbox, bracket lampu, tempat ban serap, logo MKJ, ban serap dan karet lumpur.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Kegiatan produksi berhubungan erat dengan keseimbangan lintasan perakitan. Sejumlah elemen kerja perakitan tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa stasiun kerja. Dalam menyelesaikan kegiatan elemen kerja tersebut, waktu yang tersedia ditentukan oleh kecepatan lintasan perakitan. Setiap stasiun kerja yang ada sebisa mungkin harus memiliki waktu siklus yang sama agar tidak terjadi waktu menganggur antar stasiun. Tujuan dari keseimbangan lintasan produksi adalah untuk meminimisasi waktu menganggur antar stasiun kerja sehingga efisiensi pada setiap stasiun kerja tinggi.

Ketidakseimbangan lintasan perakitan dalam kegiatan produksi di lantai pabrik dapat dilihat dari menganggurnya beberapa stasiun kerja, sedangkan di stasiun kerja lainnya tetap bekerja secara penuh. Hal ini disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan oleh suatu stasiun untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari kecepatan lintasan yang telah ditentukan. Kecepatan lintasan tersebut ditentukan dari tingkat kapasitas, permintaan, serta waktu operasi terpanjang (Kusuma, 2007)

PT Mahakarya Jaya Sinergi merupakan sebuah perusahaan dengan sistem produksi make to orderyang bergerak di bidang karoseri kendaraan.Perusahaan tersebut memproduksi berbagai jenis karoseri. Salah satu produk yang dihasilkan adalah produk dump truck yang merupakan alat transportasi untuk pemindahan

barang yang dilengkapi dengan hidrolik untuk mempermudah proses bongkar muat barang.

Perusahaan memiliki 7 stasiun kerja dimana masing-masing stasiun kerja memiliki waktu siklus yang berbeda-beda dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Waktu Setiap Stasiun Produksi Dump Truck

Stasiun Keterangan Waktu (menit)

I Pemotongan Plat 32

II Pembentukkan Plat 333

III Subframe Assy 456

IV Pengelasan 1253

V Pengecatan 1108

VI Hidrolik 824

VII Finishing 34

Sumber : PT.Mahakarya Jaya Sinergi

Adapun data stasiun kerja dan kapasitas yang ada pada pembuatan dump truck pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2. Kapasitas Masing-masing Work Center pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi

Work

Center Keterangan Kapasitas

I Pemotongan Plat 15 unit/ hari

II Pembentukkan Plat 36 unit/ bulan

III Subframe Assy 26 unit/ bulan

IV Pengelasan 9 unit/ bulan

V Pengecatan 11 unit/ bulan

VI Hidrolik 20 unit / bulan

VII Finishing 45 unit / bulan

Sumber: Pengamatan pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi

Pada Tabel 1.2 diatas,terlihatadanya perbedaan kapasitas pada setiap

material pada work center berikutnya yang memiliki kapasitas lebih kecil. Pada tabel diatas terlihat bahwa ada penumpukan pada work center IV sebanyak 17 unit/hari. Pada work center V tidak terjadi penumpukan dikarenakan input pada

work center IV lebih besar sehingga tidak mengalami penumpukan.

1 2 3 4 5 6 7

Gambar 1.1. Penumpukkan WIP pada Lantai Produksi

Adapun permintaan produk dump truck pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3. Permintaan Produk Dump Truck pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi Januari 2015 – Desember 2015

Bulan Permintaan Januari 8 unit Februari 9 unit Maret 10 unit April 10 unit Mei 8 unit Juni 8 unit Juli 9 unit Agustus 9 unit September 9 unit Oktober 9 unit November 8 unit Desember 10 unit

Dengan adanya permasalahan penumpukkan pada lantai produksi, maka harus diperhatikan aliran produksi yang menjadi salah satu penyebab terjadinya penumpukkan di layout pada aliran produksi. Berikut layout lantai produksi PT. Mahakarya Jaya Sinergi.

Sumber: Pengamatan pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi

Gambar 1.2. LayoutPT. Mahakarya Jaya Sinergi

Pada penelitian perbandingan metode yang dilakukan Lidia Natalia (2013)pada perusahan perakitan transformator, didapat bahwa metode Moodie Young memberikan rancangan keseimbangan usulan yang lebih baik dengan menghasilkan nilai balance delaylebih sedikit serta efisiensi lintasan produksi yang lebih tinggi dari lintasan aktual.Metode COMSOAL juga menghasilkan rancangan usulan dengan nilai balance delay dan efisiensi yang lebih baik dari lintasan aktual.

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Rahman (2013) pada perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi alat-alat berat. Salah satu produknya adalah road roller atau mesin gilas. Aliran material di perusahaan tersebut diindikasi kurang efisien berdasarkan besarnya jarak perpindahan material selama proses produksi berlangsung dan cycle time yang

dirasakan juga terlalu lama. Pola penetapan tata letak yang diaplikasikan pada perusahaan tersebut adalah porcess layout. Hal itu dinilai kurang tepat karena variasi produk pada perusahaan cenderung tidak terlalu banyak. Oleh karena itu dilakukanlah evaluasi dan relayout untuk menata kembali tata letak fasilitas produksi yang lebih efektif dan efisisien. Dengan menggunakan metode penyeimbangan lintasan didapat penurunan balance delay dari 52,09% menjadi 14,84% sehingga dapat mengurangi terjadinya bottle neck. Hasil perancangan layout baru berdasarkan acuan dari penyeimbangan lintasan juga didapat lebih realistis memperhatikan kondisi nyata area luas ruangan yang tersedia serta memperhatikan hubungan kedekatan antar fasilitas.

Dengan demikian, diperlukan penyeimbangan lintasan yang bertujuan untuk mengurangi bottleneck dengan cara mengetahui berapa jumlah work center

yang optimum.Metode line balancing yang akan digunakan adalah metode

Moodie Young yang bertujuan untuk melakukan penyeimbangan lintasan juga akan mengubah susunan work center. Penyusunan work center akibat dari perubahan jumlah stasiun juga akan mengubah lantai produksi. Metode Systematic Layout Planning (SLP) digunakan dalam melakukan penyusunan layout produksi.

Dokumen terkait