• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Ilmu Munâsabah Al-Qur’an Dalam Penafsiran

BAB VIII ILMU ASBABUN NUZUL

F. Urgensi Ilmu Munâsabah Al-Qur’an Dalam Penafsiran

 143 Di antara hal pokok mengenai munasabah, pertama, bahwa hubungan antara kata atau ayat kadang nyata, karena keduanya saling berkaitan. Ketiadaan salah satunya menghilangkan kesempurnaan.

Kedua, antara kata dengan kata atau ayat dengan ayat kadang tidak terlihat adanya hubungan, seakan-akan setiap ayat itu bebas dari ayat lain. Ini tampak dalam dua model. Pertama, hubungan itu ditandai huruf athaf (kata penghubung) seperti dalam ayat;

ُجُر ۡعَي ا َم َو ِء ٓ

ا َم َّسل ا َن ِم ُلِزنَي اَمَو اَهۡنِم ُجُرۡرَي اَمَو ِضۡرَ ۡلۡ ا يِف ُجِلَي اَم ُمَلۡعَي ُرو ُف َغ ل ا ُمي ِحَّرل ا َوُه َو ٓۚاَهيِف ۡ ٢

Artinya: Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun. (QS. Saba/34: 2)

Dalam firman Allah yang lain:

ةَري ِث َ ك ا ٓۚٗ ٗفا َعۡضَا ٓۥُهَل ۥُهَف ِعََٰضُيَف اٗنَسَح اًضۡرَق َ َّللَّ ا ُضِرۡقُي ي ِذَّل ا اَذ نَّم َو ُط ُ صۡبَي َو ُض ِب ۡقَي ُ َّللَّ ا َو َنو ُع َجۡرُت ِهۡي َ

لِإ ٢٤٥

Artinya: Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. 2: 245)

Huruf athaf pada ayat pertama (wawu) menunjukkan keserasian yang mencerminkan perbandingan. Sedangkan pada ayat kedua menunjukkan keserasian yang mencerminkan kesatuan. 278

144 

terkandung dalam sumpah-sumpah Allah Swt. yang tertuang dalam ayat-ayat sumpah-Nya. Demikian pula halnya dengan Ilmu Munâsabah AlQur’an, ia memiliki urgensitas sangat signifikan dalam proses pemahaman dan pendalaman maksud dan pesan dalam setiap ayat dan surat yang Allah Swt. turunkan kepada umat manusia melalui nabi-Nya yang mulia.279

Badruddin Muhammad az-Zarkasyi dalam “Al-Burhan”

menuliskan bahwa manfaat Ilmu Munâsabah Al Qur’an antara lain adalah menjadikan sebagian pembicaraan berkaitan dengan sebagian yang lain, sehingga hubungannya menjadi kuat, susunannya kokoh dan berkesesuaian bagianbagiannya, laksana sebuah bangunan yang sangat kokoh.280 Dengan demikian, ilmu ini mengandung fungsi penyatuan (al-wihdah) Al Qur’an yang meskipun terurai dalam banyak surat dan ayat-ayat, namun masing-masing ayat dan surat memiliki nilai-nilai kesesuaian dan kesatuan. Tak ubahnya bagaikan susunan mata rantai yang menyatu dalam sebuah ikatan yang kokoh dan tidak terpisahkan.

Ibn ‘Arabi mengungkapkan bahwa Ilmu Munasabah bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antar ayat-ayat satu dengan yang lain sehingga semuanya menjadi seperti satu kata yang maknanya serasi dan susunannya teratur dan ini adalah ilmu yang sangat besar manfaatnya.281 Pandangan Ibn ‘Arabi ini menunjukkan urgensitas munasabah baik dari sisi penampakan kemukjizatan Al Qur’an, maupun fungsinya sebagai alat dalam penggalian pesan-pesan Al Qur’an itu sendiri.

Proses operasionalisasi Ilmu Munasabah Al Qur’an tidak mengharuskan seorang mufassir dipastikan mencari dan menemukan hubungan kesesuaian bagi tiap-tiap ayat dan surat. Hal tersebut dimaklumi mengingat Al Qur’an al-Karim tidak turun sekaligus dan sudah tersusun seperti apa adanya, namun ia diturunkan secara bertahap sesuai dengan pristiwa-pristiwa yang terjadi. Seorang mufassir terkadang dapat menemukan hubungan antara ayat-ayat dan kerkadang pula tidak menemukan sama-sekali. Oleh karena itu, ia tidak harus memaksakan diri untuk menemukan kesesuaian atau hubungan

279 John Supriyanto, Munasabah al-Qur’an: Studi Korelatif Antar Surat Bacaan Shalat-Shalat Nabi, Intizar, Vol. 19, No. 1, 2013, h. 56

280 Al-Imam Badr ad-Dîn Muhammad ibn ‘Abdillâh Al-Zarkasyi, Al-Burhân fî ‘Ulûm al-Qur’ân…Ibid., hal. 132.

281 Manna’ A Al-Qaththan, “Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân”…Ibid., hal. 139

 145 tersebut, sebab jika ia memaksakan diri, maka apa yang ia kemukakan itu hanyalah dibuat-buat dan tentunya hal tersebut tidak seharusnya terjadi. Syaikh ‘Abd al-‘Izz ibn Salam (w. 660 H.) mengemukakan bahwa munasabah adalah ilmu yang baik, namun dalam menetapkan keterkaitan antar kata-kata secara baik itu itu diisyaratkan hanya dalam hal awal dengan akhirnya yang memang terdapat kesatuan dan keterkaitan.

Sedangkan dalam hal yang mempunyai beberapa sebab berlainan tidak diisyaratkan adanya hubungan antara yang satu dengan yang lain. Selanjutnya Al-‘Izz menyatakan bahwa orang yang menghubung-hubungkan hal demikian berarti ia telah memaksakan diri dalam hal yang sebenarnya tidak dapat dihubunghubungkan kecuali dengan cara yang sangat lemah yang tidak dapat diterapkan pada kata-kata yang baik, apalagi yang lebih baik. Hal tersebut mengingat AlQur’an diturunkan dalam waktu lebih dari duapuluh tahun, berhubungan dengan dengan berbagai hukum dan sebab-sebab yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidaklah mudah menghubungkan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Sebagian mufassir telah menaruh perhatian yang besar untuk menjelaskan korelasi antara kalimat dengan kalimat, ayat dengan ayat atau surat dengan surat dan mereka telah menyimpulkan segi-segi kesesuaian yang cermat. Hal itu disebabkan karena sebuah kalimat terkadang merupakan penguat terhadap kalimat sebelumnya sebagai penjelasan, tafsiran atau sebagai komentar akhir dari sebuah pembahasan tema ayat.

Adapun kegunaan mempelajari Ilmu Munasabah dapat dijelaskan sebagai berikut:282

a. Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tematema al Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang lainnya.

b. Mengetahui atau persambungan/hubungan antara bagian al Qur’an, baik antara kalimat atau antarayat maupun antarsurat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.

282 Qathathan, op. Cit., hlm. 97. Abdul Djalal, Ulumul Quran, Dunia Ilmu, Surabaya, 2000, hlm. 164-165.

146 

c. Dapat diketahui mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa al qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta persesuaian ayat atau surat yang satu dari yang lain.

d. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al Qur’an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.283

283 Najibah Nida Nurjanah, Urgensi Munasabah Ayat dalam Penafsiran al-Qur’an, Jurnal al-Fath, Vol. 14, No. 1, (Januari-Juni) 2020, h. 128

 147

BAB X

ILMU MUHKAM DAN MUTASHABIH