• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urusan Ketenagakerjaan

Dalam dokumen RPJMD BAB 2 Gambaran Umum (Halaman 55-63)

A. Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Urusan Pendidikan

7) Urusan Ketenagakerjaan

Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2009 – 2012 mengalami tren turun naik, turun pada tahun 2010 kemudian naik pada tahun 2011 dan turun lagi pada tahun 2012. Secara akumulasi, selama 5 tahun terakhir jumlah angkatan kerja mengalami penurunan sebanyak 91.373 orang atau turun sebesar 13,18%. Penduduk yang bekerja di Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2009 – 2012 mengalami tren turun naik. Secara keseluruhan terjadi penurunan sebanyak 88.738 orang, yaitu dari sebanyak 650.361 orang pada tahun 2009 menjadi sebanyak 561.623 orang pada tahun 2012 atau turun sebanyak 13,64%.

Jumlah penganggur di Kabupaten Jombang selama tahun 2009 – 2012 mengalami tren turun naik. Secara akumulatif jumlah pengangguran selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan sebanyak 2.635 orang, yaitu dari sebanyak 42.926 orang pada tahun 2009 menjadi sebanyak 40.291 orang pada tahun 2012 atau turun sebesar 6,14%.

Grafik 2.20

Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten Jombang Tahun 2009 - 2012

Sumber : Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, diolah

Tingkat pengangguran terbuka selama tahun 2009 – 2011 mengalami tren menurun yang sangat signifikan, yaitu dari sebesar 6,19% pada tahun 2009, kemudian menurun menjadi 5,27% pada tahun 2010, dan menurun menjadi 4,24% pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah pengangguran yang signifikan, sehingga mengakibatkan peningkatan TPT menjadi sebesar 6,69%.

Jika dilihat bahwa jumlah pengangguran terbesar pada tahun 2012 didominasi oleh penduduk golongan umur 15 – 19 tahun (sebesar 9.984 orang atau 24,78%) dan golongan umur 20 – 24 tahun (sebesar 12.520 orang atau 31,07%) maka peningkatan TPT pada tahun 2012 ini diduga disebabkan oleh anak-anak usia sekolah SMA dan lulusan SMA yang tidak sekolah lagi dan mencari pekerjaan.

Pada tahun 2012 jumlah pencari kerja yang terdaftar mencapai 5.648, sementara lowongan pekerjaan yang tersedia mencapai 5.306 orang, akan tetapi pencari kerja yang berhasil ditempatkan hanya mencapai 2.147 orang, maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas tenaga kerja belum mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja yang ada.

Grafik 2.21

Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Sumber : Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, diolah 8) Ketahanan Pangan

a) Kecukupan protein per kapita

Protein adalah suatu senyawa organik yang digunakan oleh tubuh sebagai zat pembangun atau pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh seperti pengatur serta mempertahankan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu, kecukupan protein cukup berpengaruh terhadap tingkat kualitas kesehatan masyarakat.Selain itu, protein juga sebagai cadangan energi jika karbohidrat dan lemak sudah habis. Karena adanya fungsi inilah maka penentuan kecukupan protein dilakukan pada saat kecukupan energi terpenuhi.

Ketersediaan energi dan protein penduduk Kabupaten Jombang selama tahun 2009 – 2013 telah melampaui angka kecukupan energi dan protein yang ditetapkan pada Standar Pelayanan Minimal ketahanan pangan yaitu angka kecukupan energi sebesar 2200 kalori/kapita/hr dan protein sebesar 57 gr/kapita/hr (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004). Perkembangan Ketersediaan dan Angka Kecukupan Protein (AKP) sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 2.22

Perkembangan Ketersediaan dan Angka Kecukupan Protein Tahun 2009-2013 6.19 5.27 4.24 6.69 5.6 1 2 3 4 5 6 7 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber data : Kantor Ketahanan Pangan

Pemenuhan kecukupan protein hewani tiga tahun terakhir masih kurang dari SPM Ketahanan Pangan sebesar 57 gram/kapita/hari walaupun jika dilihat dari ketersediaan protein sudah jauh melampaui SPM AKP. Hal ini antara lain disebabkan mahalnya harga bahan pangan asal ternak khususnya daging sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar penduduk. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah.

Perkembangan ketersediaan Energi dan Angka Kecukupan Energi (AKE) selama lima tahun terakhir sebagaimana grafik berikut:

Grafik 2.24

Perkembangan Ketersediaan dan Angka Kecukupan Energi Tahun 2009-2013 140.92 275.08 101.47 115.1 101.46 58.77 210.82 45.47 46.1 44.2 0 50 100 150 200 250 300 2009 2010 2011 2012 2013 SPM AKP Ketersediaa n Protein AKP Hewani SPM AKP 57 gr/kap/hr

Sumber data: Kantor Ketahanan Pangan

Baik ketersediaan energi maupun Angka Kecukupan Energi (AKE) masyarakat di Kabupaten Jombang selama 5 (lima) tahun terakhir sudah jauh melampaui SPM AKE sebesar 2.200 kalori/kapita/hari. Ke depan perlu lebih digiatkan lagi aplikasi program diversifikasi pangan dan pola pangan yang bergizi, beragam, berimbang dan aman.

b) Pencapaian skor pola pangan harapan (PPH)

Penyelenggaraan urusan pangan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 pengganti Undang- Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996. Dalam Undang-Undang Pangan ini ditekankan pemenuhan kebutuhan pangan di tingkat perorangan, dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat.

Dewasa ini situasi kualitas konsumsi pangan masyarakat masih dirasakan kurang beragam dan bergizi seimbang. Padahal konsumsi pangan dengan gizi cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan intelegensia manusia. Volume dan kualitas komsumsi pangan dan gizi di dalam rumah tangga juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pengetahuan dan budaya masyarakat. Indikator kualitas komsumsi pangan ditunjukan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang dipengaruhi oleh keragaman dan keseimbangan konsumsi antar kelompok makanan.

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya dan menggambarkan keragaman ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk. Semakin tinggi

4852.9814 4023.74 3280 3520.26 3280 5918.27 4907 4000 4293 4000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2009 2010 2011 2012 2013 SPM AKE AKE Ketersediaan Energi SPM AKE 2.200 kal/kap/hr

skor PPH semakin beragam pangan yang dikonsumsi dan semakin baik zat gizi yang diperoleh. PPH biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan yang ideal di suatu wilayah.

Menurut Susenas 2011, Tingkat Pola Pangan Harapan (PPH) di Indonesia pada periode tahun 2009-2011 mengalami fluktuasi mulai dari 75,7 pada tahun 2009 naik menjadi 77,5 pada tahun 2010, kemudian turun lagi pada tahun 2011 menjadi 77,3 dan tingkat PPH pada tahun 2012 bahkan cenderung mengalami penurunan lagi. Perkembangan capaian indikator diversifikasi pangan di Kabupaten Jombang yang ditunjukan dengan skor PPH selama tahun 2009 - 2012 menunjukan adanya penurunan rata-rata 3,16% per tahun. Realisasi pencapaian skor Pola Pangan Harapan tahun 2012 sebesar 81,7% lebih rendah dari standart pelayanan minimal 90%. Dari trend skor pola pangan harapan tersebut maka mutu dan keragaman pangan serta keseimbangan gizi sudah cukup baik, namun ada beberapa kelompok pangan yang belum mencapai target skor maksimal yaitu kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang- kacangan, gula, buah dan sayur. Selanjutnya upaya diversifikasi pangan non beras harus lebih diintensifkan dan terintegrasi dengan program-program lainnya. Perkembangan skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama tahun 2009 - 2012 sebagaimana grafik berikut:

Grafik 2.25

Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2009-2012

Sumber data: Kantor Ketahanan Pangan

2009 2010 2011 2012 Skor PPH 90.20% 90.40% 89.50% 81.70% 76.00% 78.00% 80.00% 82.00% 84.00% 86.00% 88.00% 90.00% 92.00% Ax is T it le SPM PPH 90%

Diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi.

c) Menurunnya jumlah daerah rawan pangan

Penanganan kerawanan pangan adalah penanganan kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologi bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Kerawanan pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya, rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein.

Di Kabupaten Jombang tidak terdapat daerah rawan pangan, namun masih ditemukan 8 Desa di 4 Kecamatan yang hampir rawan pangan yaitu Desa Mundusewu dan Desa Ngrimbi Kecamatan Bareng, Desa Jipurapah dan Desa Gebangbunder Kecamatan Plandaan, Desa Pandan Blole dan Desa Gedongombo Kecamatan Ploso serta Desa Munungkerep dan Desa Genengan Jasem Kecamatan Kabuh.

Kebijakan urusan Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Jombang dalam rangka meningkatkan pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:

a. Mempertahankan tingkat produksi beras dengan ketersediaan minimal yang cukup untuk mendukung kemandirian pangan; b. Meningkatkan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam

negeri, melalui peningkatan populasi hewan dan produksi pangan hewani dari produksi dalam negeri agar ketersediaan dan keamanan pangan hewani dapat lebih terjamin untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia;

c. Melakukan diversifikasi pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras, dengan konsumsi pangan alternatif berbahan lokal.

Diversifikasi pangan saat ini adalah kunci keberhasilan dalam mempertahankan ketahanan pangan. Program Diversifikasi Pangan ini

merupakan langkah jitu untuk meredam gejolak pangan dunia dan nasional ditengah ancaman perubahan iklim. Selain itu, diversifikasi pangan menjadi cara mengembangkan kearifan lokal melalui pengoptimalan sumber daya yang ada. Implementasi diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal memerlukan strategi dan komitmen yang kuat dari pemerintah, petani, pengusaha, dan masyarakat. Keberhasilan program ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang dikuat dari berbagai pemangku kepentingan. Dimana pemerintah memegang peranan penting dalam membuat kebijakan yang pro pertanian lokal.

9) Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

a) Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak

Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, selama kurun waktu 2009-2013 sebagaimana table berikut :

Tabel 2.20

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012 NO INDIKATOR SAT CAPAIAN 2009 2010 2011 2012 1. Jumlah kejadian Kasus 71 92 70 65 Sumber : BPPKB

Masih banyaknya kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan yang terjadi semakin meningkat. Selain itu juga menunjukkan bahwa lembaga P2TP2A yang dibentuk telah menjadi lembaga rujukan yang mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat.

Dalam dokumen RPJMD BAB 2 Gambaran Umum (Halaman 55-63)

Dokumen terkait