• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJMD BAB 2 Gambaran Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJMD BAB 2 Gambaran Umum"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

A. Karakteristik Lokasi Wilayah

1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Jombang adalah 1.159,50 km², atau menempati sekitar 2,5% luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Secara administratif, Kabupaten Jombang terdiri dari 21 kecamatan, yang meliputi 302 desa dan 4 kelurahan, serta 1.258 dusun/lingkungan. Dalam skenario pengembangan sistem perwilayahan Jawa Timur, Kabupaten Jombang termasuk Wilayah Pengembangan Germakerto-susila Plus, yang secara struktur maupun pola ruang lebih banyak diarahkan untuk mendukung percepatan pembangunan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan utama di Jawa Timur. Disamping itu, untuk pengembangan sistem perdesaan diarahkan pada penguatan hubungan desa-kota melalui pemantapan sistem agropolitan. Peta wilayah administrasi Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.1.

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Jombang

(2)

Batas wilayah administrasi Kabupaten Jombang adalah:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro b. Sebelah Timur : Kabupaten Mojokerto

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang d. Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk

Luasan wilayah kecamatan dan jumlah desa/dusun pada masing-masing kecamatan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.1.

Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Batas Administrasi

No. Kecamatan Luas (Km²) Jumlah Desa/ Kelurahan

Jumlah Dusun

1 Bandarkedungmulyo 32,50 11 42

2 Perak 29,05 13 36

3 Gudo 34,39 18 75

4 Diwek 47,70 20 100

5 Ngoro 49,86 13 82

6 Mojowarno 78,62 19 68

7 Bareng 94,27 13 50

8 Wonosalam 121,63 9 48

9 Mojoagung 60,18 18 60

10 Sumobito 47,64 21 76

11 Jogoroto 28,28 11 46

12 Peterongan 29,47 14 56

13 Jombang 36,40 20 72

14 Megaluh 28,41 13 41

15 Tembelang 32,94 15 65

16 Kesamben 51,72 14 61

17 Kudu 77,75 11 47

18 Ngusikan 34,98 11 39

19 Ploso 25,96 13 50

20 Kabuh 97,35 16 87

21 Plandaan 120,40 13 57

Jumlah 1.159,50 306 1.258

Sumber data: Bappeda, Tahun 2013

(3)

B. Letak dan Kondisi Geografis 1) Posisi Geografis

Secara geografis, Kabupaten Jombang memiliki letak yang sangat strategis, karena berada pada perlintasan jalur arteri primer Surabaya-Madiun-Yogyakarta dan jalan provinsi Malang-Jombang-Babat, serta dilintasi ruas jalan tol Surabaya-Mojokerto-Kertosono yang kini sedang dalam tahap pembangunan. Ibukota Kabupaten Jombang berjarak 79 km dari Surabaya, Ibukota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang

terletak antara 7°20’48,60”-7°46’41,26” Lintang Selatan serta antara

112°03’46,57”-112°27’21,26” Bujur Timur.

2) Kondisi Kawasan Kabupaten Jombang

Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 3 kawasan utama yaitu:

a) Kawasan Utara, berada di sebelah utara Sungai Brantas, merupakan bagian dari pegunungan kapur yang mempunyai fisiologi mendatar dan berbukit-bukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu, dan Ngusikan.

b) Kawasan Tengah, berada di sebelah selatan Sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok untuk tanaman padi dan palawija karena memiliki sistem irigasi yang cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandarkedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben.

c) Kawasan Selatan, berada di sebelah tenggara Kabupaten Jombang, merupakan tanah pegunungan yang cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, dan Wonosalam.

3) Topografi

Berdasarkan pola relief topografi, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu:

(4)

b) Bagian Tengah, merupakan morfologi dataran aluvial. Satuan ini menempati sebagaian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang dicirikan oleh topografi datar dengan elevasi 21-100 meter dpal dan kemiringan lereng 0-2%, dimana terdapat aliran sungai besar yang permanen (perenial) seperti Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya. Kawasan ini telah berkembang sebagai pemukiman dan perkotaan yang pesat, terbentuk tanah-tanah yang tebal dan subur, serta terdapat lahan pertanian beririgasi teknis. Pada satuan ini elevasi berkisar antara 21 hingga 100 meter dpal;

c) Bagian Utara, merupakan perbukitan struktural lipatan, meliputi sebagian Kecamatan Kabuh, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan Plandaan. Satuan morfologi ini dicirikan oleh adanya pola kontur yang kasar, dengan kemiringan lereng 16-40%. Pola kontur tidak teratur, karena pengaruh proses erosi dan banyaknya puncak-puncak bukit rendah, seperti G. Selolanang (261 m), G. Guwo (231 m), G. Wadon (220 m), G. Resek (164 m), dan G. Pucangan (168 m).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari dataran rendah, yakni 95% wilayahnya memiliki ketinggian kurang dari 500 meter, sementara 4,38% memiliki ketinggian 500-700 meter, dan 0,62% memiliki ketinggian >700 meter. Sedangkan secara morfometri, Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelas kemiringan lereng, yaitu:

a) Kelas kemiringan 0–2%, meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang, kecuali Kecamatan Wonosalam, Kudu dan Ngusikan; b) Kelas kemiringan 2–5%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan

Mojowarno, Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Jombang, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan;

c) Kelas kemiringan 15–40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Kudu, Ngusikan, Kabuh dan Plandaan;

d) Kelas kemiringan >40%, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Plandaan.

(5)

Gambar 2.2.

Peta Penyebaran Ketinggian di Kabupaten Jombang

Sumber: Bappeda, Tahun 2012

4) Geologi

a) Struktur dan Karakteristik

Geologi wilayah Kabupaten Jombang secara umum tersusun atas batuan dan endapan berumur kuarter. Struktur geologi yang kompleks terdapat di kawasan utara Sungai Brantas, sedangkan kawasan selatan Sungai Brantas lebih didominasi oleh hasil aktivitas vulkanisme.

Stratigrafi daerah Kabupaten Jombang bagian utara merupakan bagian dari stratigrafi Mandala Kendeng yang umumnya terdiri dari endapan turbidit klastik, karbonat dan vulkaniklastik yang merupakan endapan laut dalam, kemudian endapan laut menjadi semakin dangkal, sehingga terbentuk endapan non laut.

(6)

Satuan Aluvium mendominasi sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Jombang, Megaluh, Kesamben, Diwek, Peterongan, Tembelang, Sumobito, Gudo, Jogoroto, Perak dan Bandarkedungmulyo. Litologi satuan ini berupa endapan aluvial dan endapan sungai berupa material lepas dominan berukuran lempung sampai kerikil. Penyebaran geologi di Kabupaten Jombang tersaji dalam gambar berikut:

Gambar 2.3.

Peta Penyebaran Geologi di Kabupaten Jombang

Sumber: Bappeda, Tahun 2012

b) Potensi

Jenis struktur geologi yang paling luas adalah 56.042,8 Ha, yaitu alluvium. Tanah tersebut bercirikan warnanya kelabu dan bersifat subur. Tanah aluvium cocok bagi tanaman padi, palawija, tembakau, tebu, kelapa dan buah-buahan. Dengan demikian, sebagian besar wilayah kabupaten jombang sangat berpotensi untuk lahan pertanian dan perkebunan.

(7)

alluvial kelabu, dan asosiasi litosol dan mediteran merah. Adapun sebaran jenis tanah yang mendominasi di wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut:

1. Asosiasi mediteran coklat dan grumosol kelabu tersebar di wilayah Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojowarno, Bareng, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang dan Ngoro;

2. Kompleks andosol coklat, andosol coklat kekuningan, dan litosol tersebar di wilayah kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Sumobito, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, Kesamben, Kudu, Ngusikan, Ploso, Kabuh dan Plandaan;

3. Tanah grumosol kelabu tua di wilayah Kecamatan Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu dan Ngusikan;

4. Alluvial kelabu terletak di Mojowarno, Bareng dan Mojoagung;

5. Asosiasi latosol dan mediteran merah tersebar di Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Jombang, Megaluh, Kudu, Ngusikan dan Plandaan.

5) Hidrologi

Hidrogeologi wilayah Kabupaten Jombang sangat dipengaruhi oleh sebaran litologi, topografi dan struktur geologi. Pembagian wilayah hidrogeologi secara umum tercermin dari kondisi satuan-satuan morfologinya. Kondisi topografi yang khas, dimana daerah Jombang secara umum merupakan lembah antar bukit (intermountain basin) yang dapat digunakan sebagai dasar perkiraan, bahwa aliran air bawah tanah akan mengalir dari perbukitan vulkan ke arah utara dan dari perbukitan struktural ke arah selatan. Berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologinya, Kabupaten Jombang termasuk dalam wilayah Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto. Sub Cekungan Air Bawah Tanah Mojokerto merupakan bagian dari Cekungan Air Bawah Tanah Brantas yang sebarannya berada di wilayah Sungai Brantas dengan luas sekitar 6.186 Km².

(8)

Tabel 2.2.

Luas DAS dan Sub DAS di Kabupaten Jombang

DAS Sub DAS Luas

Ha %

Brantas Beng 7.923 6,8

Konto 14.402 12,4

Marmoyo 23.166 20,0

Ngotok-Ringkanal 43.352 37,4

Gunting 26.204 22,6

Bengawan Solo Solo Hilir 21 0,0

Lamongan 882 0,8

Jumlah 115.950 100,0

Sumber: BPDAS Brantas Tahun 2013

Kabupaten Jombang memiliki potensi sumber daya air untuk keperluan irigasi, yaitu sungai sepanjang 394,30 Km, saluran induk sepanjang 62,90 Km, saluran sekunder sepanjang 434,44 Km, saluran suplesi sepanjang 4,33 Km, serta saluran pembuang sepanjang 187,08 Km. Di samping itu, untuk memenuhi ketersediaan air, terdapat 20 embung dan 84 bendung.

6) Klimatologi

Keadaan iklim pada suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor hujan. Wilayah Kabupaten Jombang dipengaruhi oleh iklim tropis dengan angka curah hujan rata-rata berkisar 1.800 mm/tahun dan temperatur antara 20 C - 32 C.

Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten Jombang termasuk memiliki tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.800 mm. Berdasarkan peluang curah hujan tahunan, wilayah Kabupaten Jombang tergolong beriklim sedang sampai basah. Di bagian tenggara dan timur, curah hujan sedikit lebih besar. Wilayah Kabupaten Jombang merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, serta dilalui juga oleh dua aliran sungai besar yang merupakan sub DAS Brantas, yaitu Sungai Konto dan Sungai Gunting.

7) Penggunaan Lahan

(9)

Berdasarkan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Jombang, kawasan lindung di Kabupaten Jombang meliputi kawasan hutan lindung (2.864,70 Ha), sempadan sungai (6.514,42 Ha), kawasan sekitar waduk (32,26 Ha), kawasan sekitar mata air (34,60 Ha), serta hutan kota (1.307,97 Ha).

Adapun kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. Kawasan budidaya ini meliputi kawasan pertanian lahan basah (33.149,58 Ha), kawasan pertanian lahan kering (4.770,17 Ha), kawasan perkebunan (5.431,62 Ha), kawasan hutan produksi (20.580,80 Ha), kawasan permukiman (27.445,0 Ha), serta kawasan peruntukan industri (1.235,77 Ha).

C. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Jombang diarahkan pada penguatan 5 (lima) sektor unggulan, yaitu: pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan, serta pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh yang meliputi: Mojowarno, Mojoagung, Bandarkedungmulyo, Perak, Tembelang, dan Ploso.

1) Pertanian

Pada kawasan budidaya pertanian, penggunaan lahan di Kabupaten Jombang secara umum terdiri atas 2 bagian besar, yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. Berdasarkan data pengolahan data yang bersumber dari dokumen RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029, bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk kegiatan budidaya pertanian dengan kisaran mencapai 43,21% dari luas wilayah Kabupaten Jombang. Berdasarkan data luas lahan sawah yang ada dan jenis pengairannya, maka dapat dikelompokkan bahwa 92,04% sawah berpengairan teknis, 2,70% sawah berpengairan ½ teknis, 4,08% sawah berpengairan tadah hujan, 1,19% sawah berpengairan non teknis.

Jumlah perwilayahan komoditas unggulan pada tahun 2013 telah mencapai pada 9 lokasi kecamatan sesuai dengan jenis komoditas unggulan masing-masing. Jumlah kemitraan agrobisnis yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2013 mencapai 188 unit.

(10)

Lahan Pertanian Abadi, Pemerintah Kabupaten Jombang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029 membentuk kawasan strategis yang diwujudkan dalam Kawasan Agropolitan Kabupaten Jombang. Kawasan tersebut selain sebagai sentra produksi pertanian juga diarahkan untuk mengamankan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan. Tahapan identifikasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) sudah dilaksanakan dan direncanakan alokasi lahan seluas 33.149,58 Ha sebagai lahan pertanian abadi, dengan luasan minimal yang harus dipertahankan seluas 31.569,36 Ha.

2) Perkebunan

Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Jombang dikembangkan berdasarkan potensi yang ada di wilayah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya disebut Kimbun. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi dalam dua kelompok, yakni perkebunan tanaman tahunan seperti cengkeh, kopi, coklat, karet, dan perkebunan tanaman semusim, antara lain berupa tebu, panili, dan tembakau.

Pengembangan perkebunan rakyat di Kabupaten Jombang masih di dominasi oleh komoditas tebu yang pada tahun 2013 ini produksinya sebesar 978.023,80 ton. Selain komoditas tebu, masih terdapat beberapa potensi perkebunan yang berada di Kabupaten Jombang, antara lain tembakau yang produksinya di tahun 2013 ini sebesar 47.402,47 ton, kakao dimana bentuk produksinya dalam bentuk biji kering dan mampu berproduksi hingga 141,3 ton.

3) Kehutanan

(11)

terdapat hutan rakyat yang pengelolaan dan pemeliharaannya berada di lahan milik masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang tahun 2012, bahwa kawasan hutan produksi di wilayah administrasi Kabupaten Jombang seluas 18.754,9 Ha, yang terbagi atas KPH Jombang seluas 14.900,7 Ha dan KPH Mojokerto seluas 3.854,2 Ha, Hutan lindung seluas 873,1 Ha. Sedangkan kawasan konservasi yang berbentuk hutan wisata seluas 11,4 Ha dan Taman Nasional (Tahura) seluas 2.864,70 Ha.

Perkembangan produksi hasil hutan, khususnya yang berasal dari hutan rakyat pada tahun 2013 mencapai 2.209 m³. Produksi hasil hutan rakyat yang berbentuk kayu mengalami perkembangan yang fluktuatif.

Dalam upaya konservasi hutan dan lahan, kegiatan pembangunan bidang kehutanan dilaksanakan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang berupa kegiatan penanaman vegetatif serta pembangunan sipil teknis. Pada tahun 2012, realisasi kegiatan vegetatif sudah terlaksana dengan capaian seluas 2.465,82 Ha dan kegiatan sipil teknis yang dilaksanakan berupa pembangunan dam penahan, dam pengendali, biopori, gully plug dan penyelamat tebing. 4) Peternakan dan Perikanan

Penyebaran pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kabupaten Jombang, yaitu:

1) Pengembangan ternak besar jenis sapi potong di Kecamatan Kudu, Kabuh, Bareng dan Plandaan. Sedangkan jenis sapi perah di Kecamatan Wonosalam, Ngoro, Diwek dan Mojoagung;

2) Ternak kecil (kambing dan domba) diarahkan di sisi utara Kabupaten Jombang, yang meliputi Kecamatan Kesamben, Tembelang, Kudu, Plandaan, dan Ngusikan. Sedangkan di wilayah Selatan dikembangkan di Kecamatan Wonosalam;

3) Unggas (ayam petelur, ayam potong, itik) diarahkan tidak terlalu berdekatan dengan permukiman, yakni di Kecamatan Plandaan, Kudu, Ngusikan dan Kabuh.

(12)

perkembangan perikanan budidaya, khususnya kolam, sebagian besar berada di Kecamatan Diwek dan Kecamatan Ngoro. Dalam upaya pengembangan perikanan budidaya, pembentukan kawasan perikanan diarahkan di wilayah Kecamatan Perak dan Bandarkedungmulyo.

5) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh

Kawasan strategis cepat tumbuh merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan melebihi dari daerah-daerah yang lain, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Kawasan strategis menjadi fokus pengembangan wilayah dalam RTRW Kabupaten Jombang Tahun 2009-2029. Berdasarkan RTRW Tahun 2009-2009, beberapa kecamatan yang masuk dalam pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh, diantaranya Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ploso, Kecamatan Bandarkedungmulyo dan Kecamatan Mojowaro. Daerah-daerah tersebut dalam rencana pengembangannya secara fungsi pemanfaatan maupun penggunaan lahannya diarahkan untuk memberikan pelayanan kepada wilayah yang ada disekitarnya dengan segala aspek potensi yang telah dimiiki. Rencana pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di dalam RTRW, yaitu:

1. Kawasan Ekonomi Khusus Mojowarno

a) Merupakan wilayah pengembangan kegiatan agrobisnis kabupaten. Agrobisnis tersebut mencakup sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan agrowisata.

b) Didukung dengan pengembangan fasilitas pergudangan, perbankan, pusat penelitian dan pelatihan pengembangan SDA khususnya disektor agrobisnis, dan pasar agribisnis Kabupaten Jombang.

2. Kawasan Ekonomi Terpadu Mojoagung

Merupakan kawasan untuk kegiatan ekonomi perdagangan, berupa pasar induk yang terpadu dengan keberadaanterminal penumpang, terminal cargo dan rest area.

3. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Bandarkedungmulyo dan Perak

(13)

Pengembangan kegiatan industri menengah dan manufaktur akan didukung dengan kegiatan perdagangan, hotel dan restoran yang dikembangkan di Perkotaan Perak dan Bandarkedungmulyo.

4. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Tembelang

Keberadaan exit tol yang berada di wilayah Kecamatan Tembelang akan memberikan dukungan terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tembelang dan tarikan pada beberapa wilayah kecamatan disekitarnya. Kawasan strategis cepat tumbuh Tembelang merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Pengembangan Kecamatan Tembelang pada masa mendatang dapat berfungsi sebagai pintu masuk Kabupaten Jombang yang merupakan pusat koleksi dan distribusi barang. Dengan pengembangan Perkotaan Tembelang sebagai kawasan strategis cepat tumbuh, maka Perkotaan Tembelang dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat pengembangan wilayah perkotaan Jombang yang fungsi utamanya adalah pusat kegiatan perumahan, perdagangan dan pemerintahan.

5. Kawasan Strategis dan Cepat Tumbuh Ploso

Peran dan fungsi utama perkotaan Ploso merupakan kawasan pertumbuhan baru di bagian utara Kabupaten Jombang. Oleh karena itu Kecamatan Ploso direncanakan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK). Perkotaan Ploso merupakan wilayah pengembangan kegiatan industri skala besar di Kabupaten Jombang dan pusat distribusi hasil perkebunan dan kehutanan.

(14)

D. Wilayah Rawan Bencana 1) Banjir

Kawasan rawan bencana banjir berikut adalah wilayah yang secara historis merupakan wilayah banjir atau genangan yang ada di Kabupaten Jombang:

1. Kecamatan Plandaan, meliputi Desa Plandaan, Tondowulan, Sumberjo, Jipurapah, Pojoklitih, Bangsri, Gebangbunder dan Kampungbaru;

2. Kecamatan Ngusikan, meliputi Desa Kedungbogo, Ketapangkuning, dan Keboan yang berasal dari luapan sungai Marmoyo;

3. Kecamatan Kudu, meliputi Desa Katemas, Sidokaton, Bakalanrayung, Made, Kepuhrejo, Sumberteguh dan Kudubanjar yang berasal dari luapan sungai. Marmoyo dan menimbulkan tanah longsor;

4. Kecamatan Ploso, meliputi Desa Ploso, Rejoagung, Jatigedong, Gedongombo, Losari, Pagertanjung, Bawangan, dan Tanggungkramat akibat luapan sungai Marmoyo dan sungai Brantas;

5. Kecamatan Kesamben, meliputi desa Pojokrejo, Jombok, Carangrejo, Watudakon, Kedungmlati, Podoroto, Jombatan, Kedungbetik, dan Pojokkulon;

6. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Kalikejambon, Kedunglosari, Kedungotok, Mojokrapak, Pesantren, Tembelang, Sentul dan Gabusbanaran serta pernah terjadi angin puyuh/puting beliung; 7. Kecamatan Megaluh, meliputi Desa Balongsari, Sumbersari, Ngogri

dan Sidomulyo;

8. Kecamatan Peterongan, meliputi Desa Ngrandulor, Bongkot, Tengaran, Sumberagung, Dukuhklopo, Kebontemu, Morosunggingan, Tugusumberjo, dan Peterongan;

9. Kecamatan Jombang, meliputi Desa Jombang, Sumberjo, Banjardowo, Plosogeneng, Pulolor dan Dapurkejambon;

10.Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Karangdagangan, Tinggar, Banjarsari, Gondangmanis, dan Barongsawahan;

(15)

12.Kecamatan Mojoagung, meliputi Desa Kademangan, Mancilan, Miagan, Betek, Karobelah, Mojotrisno, Janti, Gambiran Dan Kedunglumpang,

13.Kecamatan Gudo, meliputi Desa Gudo, Pucangro, Bugasur Kedaleman, Plumbon Gambang, Godong dan Krembangan;

14.Kecamatan Jogoroto, meliputi Desa Jogoroto, Ngumpul, Jarakkulon, Sawiji dan Mayangan;

15.Kecamatan Mojowarno, meliputi Desa Karanglo, Gondek, Mojojejer, Selorejo, Catakgayam dan Grobogan.

16.Kecamatan Diwek di Desa Keras. 2) Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana yang berupa gerakan tanah/tanah longsor/erosi berada di wilayah Kecamatan Bareng, Wonosalam, Mojoagung, Ngusikan dan Kecamatan Plandaan. Beberapa bagian wilayah di kecamatan tersebut mempunyai kelerengan diatas 40% dengan luas sekitar 7.753,6 Ha.

3) Puting Beliung

Wilayah di Kabupaten Jombang yang secara historis merupakan wilayah yang pernah terkena bahaya angin puting beliung adalah: 1. Kecamatan Bandarkedungmulyo, meliputi Desa Mojokambang

(Dusun Mojotengah, Kemendung, Krembung, Wonorejo)

2. Kecamatan Perak, meliputi Desa Plosogenuk (Dusun Sukorejo), Desa Kalangsemanding dan Desa Glagahan.

3. Kecamatan Ngoro, meliputi Desa Genukwatu (Dusun Genukwatu dan Godong), Desa Sugihwaras (Dusun Cermenan ), Desa Gajah (Dusun Gandan), Desa Ngoro (Dusun Pandean dan Ngoro Kidul), Desa Kauman (Dusun Kauman dan Genggeng), Desa Rejoagung (Dusun Genggeng.

4. Kecamatan Tembelang, meliputi Desa Gabusbanaran, Desa Sentul dan Desa Pesantren.

4) Gempa Bumi

(16)

E. Demografi

Kondisi demografi Kabupaten Jombang berdasarkan perkembangan jumlah penduduk yang tercatat sepanjang tahun 2009-2012 menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 226.165 jiwa. Kenaikan penduduk tertinggi terjadi pada periode tahun 2011-2012 yang sebanyak 104.444 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,62% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Jombang rata-rata berada pada kisaran 4-5%. Perkembangan jumlah penduduk secara detail disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.3.

Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Jombang

No Tahun Jumlah Laki-laki

Jumlah

Perempuan Jumlah Penduduk

1 2009 611.765 601.342 1.213.107

2 2010 636.773 625.962 1.262.735

3 2011 671.563 659.804 1.331.367

4 2012 722.832 709.979 1.432.811

5 2013 726.118 713.154 1.419.137

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Tahun 2013 *. Tribulan I 2013

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

A. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1) Pertumbuhan PDRB

(17)

Peningkatan PDRB terbesar berada ada periode tahun 2012-2013, yaitu sebesar 519,859,730,000 untuk ADHB dan sebesar 2,724,469.65 untuk ADHK. Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.1.

Perkembangan PDRB ADHK dan ADHB Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara

** Angka sangat sementara

Capaian PDRB ADHB secara lebih rinci didukung oleh 9 sektor lapangan usaha,yaitu: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,serta jasa-jasa lainnya. Capaian PDRB Kabupaten merupakan agregat dari kontribusi sektor-sektor lapangan usaha. Sumbangan atau kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha berdasarkan PDRB ADHB tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.4.

Kontribusi PDRB ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

(18)

No. Sektor / Sub Sektor 2009 2010 2011 2012* 2013**

6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

34,29 35,92 36,91 37,54 38,41

7. Pengangkutan dan

Komunikasi

3,76 3,82 3,79 3,77 3,81

8. Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan

3,69 3,85 3,95 4,11 4,22

9. Jasa-Jasa 11,21 10,81 10,55 10,29 10,04

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013

Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB ADHB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan persentase kontribusi 34,29 pada tahun 2009, 35,92 pada tahun 2010, 36,91 pada tahun 2011, 37,54 pada tahun 2012 dan 38,41 pada tahun 2013. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi paling rendah adalah listrik, gas dan air bersih dengan persentase kontribusi sebesar 1,03 pada tahun 2009, 0,97 pada tahun 2010, 0,94 pada tahun 2011, 0,91 pada tahun 2012 dan 0,88 pada tahun 2013.

Dalam perkembangan kontribusi sektor lapangan usaha dalam PDRB ADHB terlihat bahwa sektor pertanian kontribusinya mengalami penurunan. Secara besaran/nilai capaian dari sektor pertanian pada periode tahun 2009 sampai tahun 2013 menunjukkan peningkatan, namun secara kontribusi mengalami penurunan. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian peningkatannya lebih lambat dibanding sektor lapangan usaha lainnya, sehingga kontribusinya juga mengalami penurunan. Namun demikian, pada tahun 2013 pertumbuhan sektor pertanian menguat, demikian juga tiga sektor besar lainnya (Industri Pengolahan, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Jasa-Jasa).

(19)

2) Perkembangan PDRB Perkapita

Indikator PDRB perkapita dapat digunakan untuk melihat kondisi kesejahteraan masyarakat suatu daerah. PDRB Perkapita adalah indikator makro yang secara agregat dihitung dari PDRB (ADHB) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Hal ini penting untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan masyarakat dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi. PDRB Perkapita pada umumnya selain dipengaruhi oleh faktor produksi juga sangat dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang berlaku dipasar. Dengan demikian, maka pengaruh inflasi menjadi cukup dominan dalam pembentukan pendapatan regional suatu daerah.

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Jombang pada tahun 2011 dan 2012 tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.5.

PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012

No. Uraian Tahun 2011*)

(Rp. 000)

Tahun 2012**)

(Rp. 000)

1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB)

16.007.787.360 18.045.848.60 0

2. Penduduk Pertengahan Tahun 1.209.501 1.217.560

3. PDRB Per Kapita 13.235,034 14.821,321

4. Rata-Rata PDRB Perkapita per

bulan

1.102,920 1.235,110

5. Pertumbuhan (%) 13,18 11,98

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013, diolah *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Sedangkan perkembangan pendapatan per kapita dengan pendekatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Jombang selama 5 tahun terakhir tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.2.

Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Kabupaten Jombang Tahun 2008-2012

9497,677 10411,474

11693,937 13235,034

14821,321

(20)

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 diolah *) 2011 adalah angka sementara

**) 2012 adalah angka sangat sementara

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa selama lima tahun terakhir ini, PDRB Perkapita ADHB mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada tahun 2008, PDRB Perkapita ADHB sebesar Rp.9.497.677,- meningkat menjadi Rp.10.411.474,- pada tahun 2009, tahun 2010 menjadi Rp.11.693.937,- dan meningkat menjadi Rp.13.235.034,- pada tahun 2011. Tahun 2012, pendapatan per kapita telah mencapai Rp.14.821.321 atau meningkat sebesar 11,98%.

3) Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang secara umum. Laju inflasi yang tidak terkendali dapat memicu penurunan daya beli masyarakat, terutama oleh masyarakat miskin yang tidak memiliki tabungan. Selain itu, tingginya laju inflasi juga memberikan dampak semakin melebarnya tingkat distribusi pendapatan di masyarakat. Inflasi yang tinggi juga berpotensi menghambat investasi produktif. Hal ini karena tingginya tingkat ketidakpastian (mendorong investasi jangka pendek) dan tingginya bunga. Secara makro, dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat.

Laju inflasi harus dikendalikan agar tercipta kondisi perekonomian yang stabil dan mendorong pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dalam kurum waktu 2009-2013 secara terperinci adalah sebesar 5,21% pada tahun 2009, sebesar 5,83% pada tahun 2010, sebesar 6,15% pada tahun 2011, sebesar 5,92% pada tahun 2012 (angka sementara) dan sebesar 7, 31% pada tahun 2013 (angka sangat sementara). Secara rinci disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kabupaten Jombang, Tahun 2013 * Angka sementara

** Angka sangat sementara 5.21 5.83

6.15 5.92 6.81

0 2 4 6 8

(21)

Beberapa sektor yang menyebabkan menguatnya inflasi pada tahun 2012, diantaranya:

1. Naiknya kontribusi sektor pertanian, industri pengolahan, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB;

2. Turunnya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa-jasa.

Sedangkan pada tahun 2013, inflasi mengalami lonjakan cukup signifikan yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM, depresiasi nilai rupiah, kenaikan suku bunga bank, kenaikan tarif dasar listrik, serta momentum tahunan, seperti hari raya, pergantian musim, yang memicu lonjakan permintaan akan barang dan jasa sehingga harga mengalami kenaikan.

Lonjakan yang cukup signifikan membutuhkan regulasi kebijakan moneter yang cukup kuat dan efektif. Penguatan harga komoditas pokok yang dipengaruhi supply dari luar negeri sangat dipengaruhi keberhasilan dalam penguatan nilai rupiah. Selain itu, kemampuan dasar untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar merupakan upaya prioritas dalam rangka pengendalian dan stabilisasi inflasi.

B. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Urusan Pendidikan

a) Angka Melek Huruf

(22)

Grafik 2.4.

Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Pertumbuhan AMH pada periode tahun 2009-2011 menunjukkan peningkatan linier dan mengalami lonjakan pada tahun 2012. Perkembangan yang signifikan pada tahun 2012 merupakan suatu indikasi bahwa program dalam upaya peningkatan angka melek huruf yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya, berjalan cukup efektif. Capaian AMH kabupaten merupakan agregat capaian AMH kecamatan. Perkembangan capaian AMH sampai dengan tahun 2012 untuk masing-masing kecamatan tersaji pade grafik berikut:

Grafik 2.5

Angka Melek Huruf per Kecamatan Tahun 2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf tertinggi secara berurutan terdapat di Kecamatan Gudo, Jombang dan Peterongan, sedangkan untuk yang terendah mulai dari Kecamatan

92 92.5 93 93.5 94 94.5

2009 2010 2011 2012 2013

92.86 92.89 92.92

93.79

(23)

Kabuh, Ngusikan dan Megaluh. Bila dilihat angka melek huruf kabupaten yang sebesar 93,79, maka terdapat jarak yang cukup besar dengan angka yang ada di kecamatan terendah, yakni Kabuh. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah cepat dan tepat untuk memacu peningkatan angka melek huruf khususnya di kecamatan-kecamatan yang angkanya masih di bawah 90,00.

b) Angka Rata-rata Lama Sekolah

Komponen lainnya dari indeks pendidikan adalah rata-rata lama sekolah atau mean years of schooling (MYS). Rata-rata lama sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT).

Angka rata-rata lama sekolah (MYS) di Kabupaten Jombang dalam tiga tahun terakhir ada peningkatan. Pada tahun 2010 angka rata-rata lama sekolah adalah sebesar 7,40 tahun, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 7,40 tahun berarti tidak ada kenaikan. Selanjutnya pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 7,47 atau mengalami peningkatan sebesar 0,95 % dari tahun 2010, dan menjadi 7,67 pada tahun 2013.

Peningkatan angka rata-rata lama sekolah di tahun 2013 menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Namun demikian peningkatan ini perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas, baik sarana prasarana maupun mutu pendidikan di Kabupaten Jombang. Perkembangan angka-angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.6.

Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2013

No. Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013

1 Perak 8,73 8,73 7,77 8,96

2 Gudo 8,85 8,85 8,93 8,93

3 Ngoro 6,36 6,36 7,22 7,32

4 Bareng 6,58 6,68 6,53 6,72

5 Wonosalam 5,47 5,47 5,61 6,18

6 Mojoagung 7,32 7,32 6,67 7,41

(24)

No. Kecamatan Tahun

2010 2011 2012 2013

8 Diwek 7,70 7,70 7,23 7,98

9 Jombang 10,26 10,26 10,35 10,32

10 Peterongan 8,09 8,09 8,81 9,21

11 Sumobito 7,17 7,17 7,82 8,24

12 Kesamben 6,31 6,31 7,47 7,20

13 Tembelang 6,47 6,47 6,64 6,52

14 Ploso 6,71 6,71 6,07 6,71

15 Plandaan 6,02 6,02 6,82 6,03

16 Kabuh 4,65 5,56 5,52 6,92

17 Kudu 5,56 5,56 6,41 6,12

18 Bandarkedungmulyo 6,76 6,76 6,77 7,21

19 Jogoroto 7,75 7,75 8,16 7,96

20 Megaluh 7,15 7,15 5,61 7,42

21 Ngusikan 6,61 6,61 6,37 6,66

Kabupaten Jombang 7,40 7,40 7,47 7,67

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

Dari tabel di atas dapat diketahui perkembangan angka rata-rata lama sekolah untuk masing-masing kecamatan selama periode 3 (tiga) tahun terakhir. Dari 21 kecamatan di Kabupaten Jombang, perkembangan angka rata-rata lama sekolah pada semua keamatan mengalami peningkatan. Sedangkan kecamatan yang mengalami fluktuasi capaian adalah Kecamatan Perak, Bareng, Mojoagung, Mojowarno, Diwek, Jombang, Kesamben, Tembelang, Ploso, Plandaan, Kabuh, Kudu, Jogoroto, Megaluh dan Ngusikan.

Pencapaian rata-rata lama sekolah yang belum begitu besar diantaranya disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD maupun yang tidak sekolah. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM ini. Program pendidikan dasar 9 tahun masih perlu dipacu disamping terus digalakkan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C.

c) Angka Partisipasi Kasar (APK)

(25)

SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.

APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK Kabupaten Jombang dalam kurun waktu tahun 2009-2012 tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung stabil dan untuk tingkat SD dan SMP, sedangkan untuk tingkat SMA secara konsisten mengalami peningkatan. Perkembangan APK tahun 2009-2012 tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.7.

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) KabupatenJombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

124.810 125.712 126.653 127.556

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120.460

1.3. APK SD/MI 103,78 104,97 105,89 105,89

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn bersekolah di SMP/MTS

66.028 65.231 64.220 67.445

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APK SMP/MTs 102,56 102,12 101,33 103,25

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn bersekolah di SMA/SMK/MA

54.155 54.662 56.595 60.588

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APK SMA/MA/SMK 93,05 94,74 98,95 99,25

Sumber: Dinas Pendidikan,Tahun 2013

(26)

akan pentingnya arti pendidikan. Jika ditinjau per kecamatan, APK per kecamatan di Kabupaten Jombang tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.8.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Jombang Tahun 2012 Menurut Kecamatan

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013

d) Angka Pendidikan yang Ditamatkan

(27)

e) Angka Partisipasi Murni

Indikator pendidikan lainnya yang sangat mempengaruhi tingkat pencapaian indeks pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.

APM Kabupaten Jombang pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami peningkatan, di tingkat SD (usia 7-12 tahun) pada 2009 sebesar 92,39, baru kemudian pada tahun 2010 naik menjadi 94,16, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 95,37, sedangkan di tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 95,57.

Sedangkan untuk tingkat SMP (usia 13-15 tahun) pada tahun 2009 sebesar 78,74 meskipun di tahun 2008 sebesar 83,95, sehingga mengalami penurunan. Akan tetapi di tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 80,75, dan pada tahun 2011 turun menjadi 78,03, sedangkan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 85,04.

Untuk tingkat SMA (usia 16-18 tahun) menunjukkan tren yang menggembirakan karena secara terus menerus mengalami peningkatan. Tahun 2009 sebesar 68,18 sedangkan pada tahun 2010, naik lagi menjadi sebesar 69,85, dan meningkat lagi menjadi 73,27 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 75,27.

Peningkatan APM pada tingkat SMA ini mencerminkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan disamping juga peran aktif pemerintah dalam menyediakan fasilitas sekolah yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya. Perkembangan APM tahun 2009 sampai dengan 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.9.

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

111.113 112.761 114.078 115.124

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

(28)

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1.3. APM SD/MI 92,39 94,16 95,37 95,57

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn bersekolah di SMP/MTs

50.688 51.581 49.456 55.551

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APM SMP/MTs 78,74 80,75 78,03 85,04

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn bersekolah di SMA/SMK/MA

39.677 40.301 41.909 45.947

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APM SMA/MA/SMK 68,18 69,85 73,27 75,27

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2013

Jika ditinjau per kecamatan, perkembangan APM di KabupatenJombang pada tahun 2012 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.10.

Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jombang

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

(29)

No. Kecamatan SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.

Perkembangan angka harapan hidup selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 0,75 tahun, dari sebesar 71,18 tahun pada 2010 menjadi 71,29 tahun pada 2011 kemudian meningkat lagi menjadi 71,93 tahun pada 2012. Capaian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,01 pada tahun 2013, sehingga menjadi 71,92. Peningkatan tersebut bisa merupakan dampak dari peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Perkembangan angka harapan hidup tahun 2010-2012 seperti digambarkan pada grafik sebagai berikut:

Grafik 2.7.

Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

(30)

Sedangkan AHH terendah terdapat di Kecamatan Wonosalam sebesar 64,88 diikuti Megaluh sebesar 67,31 dan Ngusikan sebesar 67,67. Hal ini bisa menjadi sebuah indikasi bahwa akses menuju layanan kesehatan yang lebih mudah terjangkau berdampak terhadap Angka Harapan Hidup. Kecamatan Jombang, Kecamatan Gudo, Kecamatan Peterongan dan Kecamatan Mojoagung, yang secara kewilayahan termasuk di kawasan perkotaan, tentunya akses hingga sarana kesehatan lebih terjangkau daripada kecamatan-kecamatan yang memiliki Angka Harapan Hidup lebih rendah. Untuk lebih lengkapnya berikut ditampilkan data AHH di setiap Kecamatan di Kabupaten Jombang:

Grafik 2.8.

Angka Harapan Hidup per Kecamatan di Kabupaten Jombang Tahun 2012

Sumber: Bappeda, Tahun 2013

b) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu.

Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Jombang menunjukkan angka yang kurang stabil setiap tahunnya. Dari data yang tersedia pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan dari tahun 2009 yaitu sebesar 10,2. Kekhawatiran mulai muncul ketika memasuki tahun 2011 terjadi peningkatan kematian bayi yang

(31)

signifikan di Kabupaten Jombang. Peningkatan tersebut di tunjukkan dengan data yang tersedia yang mencapai angka 14,5 pada tahun 2011. Peningkatan drastis tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Jombang pada umumnya dan Dinas Kesehatan pada khususnya. Dengan berbagai langkah strategis akhirnya pada tahun 2012 angka kematian bayi akhirnya dapat diturunkan kembali pada angka 12,11. Namun capaian pada tahun 2013 mengalami tekanan menjadi 14,25.

Upaya menekan angka kematian bayi ditempuh melalui peningkatan pelayanan terhadap kesehatan bayi. Upaya tersebut dilaksanakan dengan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan berat badan secara rutin, dan pemberian makanan tambahan di Posyandu. Keberhasilan dalam penurunan angka kematian bayi seharusnya terus dijaga agar angka kematian bayi dapat terus ditekan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut grafik angka kematian bayi kabupaten Jombang dibandingkan dengan pencapaian Provinsi Jawa Timur:

Grafik 2.9.

Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2013

c) Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup

Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Jombang dari tahun

Jombang 10.3 10.2 14.5 12.11 14.25 Jawa Timur 31.41 29.99 29.24 26.95

(32)

102,99. Hal itu terjadi karena sebagian besar penyebab kematian berasal dari penyakit penyerta, misalnya jantung, gagal ginjal, sesak dan lain-lain, hanya sebagian kecil akibat langsung dari proses kehamilan dan persalinan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan AKI, diantaranya melalui peningkatan monitoring selama kehamilan (ANC) yang lebih optimal dan melakukan konsultasi sedini mungkin setiap kelainan yang ditemukan di luar kasus Obgyn kepada dokter spesialis terkait, serta minimal satu kali konsultasi ke dokter umum selama kehamilan. Lebih lengkapnya berikut data angka kematian ibu Kabupaten Jombang di bandingkan dengan Provinsi jawa Timur.

Grafik 2.10

Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Jombang dibanding Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2012

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013

d) Status Gizi Masyarakat

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat status gizi masyarakat. Perkembangan prosentasebalita gizi buruk di Kabupaten Jombang selama tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang menurun, yakni pada tahun 2010 sebesar 0,04%, tahun 2011 sebesar 0,04%, tahun 2012 sebesar 0,03%, dan tahun 2013 sebesar 0,02%. Perkembangan persentase balita gizi buruk sebagaimana tersaji pada grafik berikut:

Grafik 2.11

(33)

Tahun 2010-2012

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013

e) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Warga Miskin

Sesuai dengan semangat otonomi daerah dimana berusaha mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Begitu juga dalam urusan kesehatan, pemerintah daerah berupaya mempermudah dan meningkatkan akses pelayanan dan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat, tidak terkecuali warga miskin. Pemerintah Pusat maupun pemerintah provinsi berupaya memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, begitu juga halnya yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Jombang. Berikut data kepesertaan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat di Kabupaten Jombang:

Tabel2.11

Perkembangan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Warga Miskin Kabupaten Jombang Tahun 2009-2013

Kategori

Jumlah Kepesertaan

2009 2010 2011 2012 2013

(Tribulan I)

Jamkesmas 255.130 255.130 255.130 255.130 517.348

Jamkesda 57.332 57.332 57.332 57.332 57.332

SPM - 4.064 8.329 9.600 2.081

Total 312.462 316.526 320.791 322.062 576.761

Sumber: Dinas Kesehatan, Tahun 2013

C. Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1) Urusan Seni Budaya

a) Jumlah Grup Kesenian

Untuk menopang pelestarian seni dan budaya daerah diperlukan adanya upaya untuk menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat. Kelompok seni dan budaya yang berperan

0 0.01 0.02 0.03 0.04

2010

2011

2012

0.04

0.04

(34)

sebagai penyelenggara kesenian memberikan dukungan dalam pelestarian seni dan budaya.

Perkembangan jumlah kelompok kesenian pada kurun 4 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008 jumlah grup kesenian ada di Kabupaten Jombang sebanyak 458 kelompok, pada tahun 2009 menurun menjadi sebanyak 457 kelompok, tahun 2010 sebanyak 440 kelompok, tahun 2011 sebanyak 391 kelompok, tahun 2012 sebanyak 490 kelompok, dan tahun 2013 meningkat menjadi 503 kelompok. Perkembangan kelompok seni dan budaya secara rinci dapat disampaikan bahwa pada tahun 2009 menurun sejumlah 1 kelompok, menurun 17 kelompok pada tahun 2010, menurun drastis sejumlah 49 kelompok pada tahun 2011, naik drastis di tahun 2012 sebanyak 99 kelompok, dan naik sebanyak 13 kelompok pada tahun 2013.

b) Jumlah Gedung Kesenian

Jumlah gedung kesenian saat ini di Kabupaten Jombang masih belum tersedia, sehingga perlu adanya pengadaan gedung kesenian untuk menjaga dan melestarikan kesenian daerah. Keberadaan gedung kesenian diharapkan dapat menjadi media segenap lapisan masyarakat dalam mengaktualisasi kebudayaan daerah dan sekaligus menjadi sarana dalam pengenalan maupun pelestarian seni dan budaya daerah.

Berdasarkan data peningkatan jumlah grup kesenian di Kabupaten Jombang, seharusnya kedepan mampu mendukung peningkatan dan eksistensi grup kesenian dengan memfasilitasi sarana dan prasarana pendukung, salah satunya adalah penyediaan gedung kesenian. Dengan tersedianya gedung kesenian diharapkan pelestarian kesenian dan kebudayaan lokal dapat berkembang dengan baik.

c) Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya

Sampai dengan tahun 2012, penyelenggaraan festival seni dan budaya dilaksanakan di 4 tempat, yaitu GOR Kabupaten Jombang, stadion, alun-alun, dan pendopo kabupaten. Dengan dukungan tempat penyelenggaraan tersebut diharapkan akan semakin meningkatkan jumlah kegiatan seni dan budaya yang dilaksanakan. Untuk menopang pelestarian seni dan budaya perlu upaya menjaga eksistensi kelompok seni dan budaya yang ada di masyarakat.

(35)

Kabupaten Jombang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki banyak peninggalan arkeologi (purbakala). Hal ini dikarenakan Kabupaten Jombang pada masa lalu memiliki peranan yang penting sebagai daerah pemukiman, pusat keagamaan, pusat pemerintahan dan pusat perekonomian dari masa ke masa.

Letak Kabupaten Jombang yang berada di daerah aliran Sungai Brantas dan ujung timur Pegunungan Kendeng membawa Kabupaten Jombang sebagai tempat hunian manusia purba masa prasejarah. Pada masa selanjutnya, peninggalan-peninggalan penguasa seperti Mpu Sindok dan Airlangga ada di Jombang. Pada masa Majapahit Kabupaten Jombang merupakan bagian dari ibukota Majapahit, sebagai salah satu pintu masuk ibukota Majapahit.

Upaya pelestarian yang telah dilakukan oleh Kabupaten Jombang sebagai langkah awal dalam perlindungan secara fisik adalah dengan melakukan inventarisasi dan registrasi benda budaya yang ada bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur pada tahun 2010. Hasil inventarisasi dan registrasi benda budaya tercatat terdapat 21 buah benda budaya tidak bergerak dan 159 benda budaya bergerak, tersebar di 15 kecamatan, yaitu Kecamatan Jombang, Kecamatan Diwek, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Mojoagung, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Ngusikan, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Mojowarno, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Perak, Kecamatan Bareng, Kecamatan Sumobito, Kecamatan Ploso dan Kecamatan Kesamben.

(36)

kelat bahu perunggu, kepala arca logam, kowi terakota, lampu perunggu, lemari buku kayu, lonceng besi, lumping batu, mangkuk porselin, mata tombak besi, meja kenap kayu dan meja mimbar kayu, piring porselin, tangkai cermin logam, tombak besi, topeng, topeng perunggu, tugu (batu dan menturo), tutup cupu porselin, umpak batu, yoni batu dan tempat lampu (blencong).

2) Urusan Kepemudaan dan Olah Raga

a) Jumlah Pemuda Berprestasi Pada Berbagai Bidang di Tingkat Nasional

Jumlah pemuda berprestasi pada berbagai bidang di tingkat nasional dari Kabupaten Jombang sepanjang tahun 2009-2013 tribulan I sebanyak 120 orang, yaitu pada tahun 2009 sebanyak 5 orang, 2010 sebanyak 10 orang, 2011 sebanyak 40 orang, 2012 sebanyak 65 orang, dan tahun 2013 sebanyak 101 orang. Untuk lebih meningkatkan prestasi pemuda di masa datang diperlukan upaya pembinaan yang lebih terfokus pada bidang unggulan yang teridentifikasi berpotensi meraih prestasi di tingkat nasional.

Perkembangan jumlah pemuda berprestasi pada berbagai bidang di tingkat nasional selama periode 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam grafik berikut:

Grafik 2.12

Jumlah Pemuda Berprestasi pada Berbagai Bidang di Tingkat Nasional Tahun 2009-2012

Sumber: Disporabudpar, Tahun 2013

b) Jumlah Cabang Olahraga yang Berprestasi di Tingkat

Provinsi/Nasional

Indikator ini mengukur tingkat keberhasilan pembinaan olahraga di Kabupaten Jombang dengan menghitung jumlah cabang olahraga yang berprestasi di tingkat provinsi/nasional. Perkembangan prestasi

0 20 40 60 80

2009 2010 2011 2012

5 10

40

(37)

cabang olahraga yang dibina oleh Pemerintah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut :

Grafik 2.13

Jumlah Cabang Olahraga Berprestasi Tingkat Provinsi/Nasional Tahun 2009-2013

Sumber: Disporabudpar, Tahun 2013

b) Lapangan Olahraga

Sampai dengan tahun 2012, jumlah lapangan olahraga sebanyak 932 buah terdiri dari lapangan volley sebanyak 388 buah, lapangan sepak bola sebanyak 349 buah, lapangan basket sebanyak 91 buah, lapangan bulutangkis sebanyak 79 buah dan kolam renang sebanyak 25 buah.

Dengan ketersediaan jumlah lapangan olahraga yang ada tersebut, maka yang perlu untuk ditingkatkan adalah peningkatan kualitas lapangan olah raga sesuai standar nasional, serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Dengan tersedianya lapangan olahraga yang memenuhi standar, maka diharapkan mampu mendukung peningkatan potensi dan prestasi olahraga di Kabupaten Jombang.

2.3 Aspek Pelayanan Umum

A. Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Urusan Pendidikan

a) Angka Partisipasi Sekolah

APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Perkembangan APS di Kabupaten Jombang dapat dilihat dalam dua tabel sebagai berikut:

0 2 4 6 8 10 12

2009 2010 2011 2012 2013

4 5 4

6

(38)

Tabel 2.12

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) KabupatenJombangTahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah siswa usia 7-12 thn bersekolah di SD/MI

123.252 123.144 121.239 122.192

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120.460

1.3. APS SD/MI 102,49 102,83 101,36 101,44

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah siswa usia 13-15 thn bersekolah di SMP/MTS

64.953 66.196 63.920 66.139

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65.322

2.3. APS SMP/MTs 100,89 103,63 100,86 101,22

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa usia 16-18 thn bersekolah di SMA/SMK/MA

42.344 43.490 46.686 50.516

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61.046

3.3 APS SMA/MA/SMK 72,76 75,38 81,62 82,75

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan angka partisipasi sekolah pendidikan dasar untuk SD/MI cenderung fluktuasi. Memperhatikan perkembangan mulai tahun 2009 yang sebesar 102,49, tahun 2010 sebesar 102,83 dan menjadi 101,36 tahun 2011, akan tetapi di tahun 2012 ada kenaikan meski tidak signifikan menjadi 101,44. Untuk tingkat SMP/MTs juga mengalami perkembangan yang fluktuasi, yakni dari sebesar 100,89 pada tahun 2009, turun menjadi sebesar 103,63 pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 100,86, tapi kemudian mengalami kenaikan menjadi 101,22 pada tahun 2012. Selanjutnya perkembangan angka partisipasi sekolah tingkat SMA/MA/SMK setiap tahun mengalami kenaikan yang signifikan menjadi 82,75 di tahun 2012.

Sedangkan perkembangan APS menurut kecamatan di Kabupaten Jombang pada tahun 2012 tersaji dalam tabel berikut:

(39)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kecamatan di Kabupaten JombangTahun 2012

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

Jika dilihat per kecamatan, APS cenderung tinggi untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan, dan sebaliknya untuk wilayah kecamatan yang pinggiran cenderung rendah. Hal ini bisa dipahami dengan banyaknya fasilitas pendidikan di wilayah perkotaan baik secara jumlah maupun mutu.

(40)

Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK per jumlah penduduk usia pendidikanSD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan SD/Mi, SMP/Mts dan SMA/MA.SMK. Untuk mengetahui rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah tersaji pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.14

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 834 832 822 824

1.2. Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun

120.260 119.760 119.610 120,460

1.3. Rasio 144,20 143,94 145,51 146,00

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 240 243 237 241

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun

64.377 63.877 63.377 65,322

2.3. Rasio 268,24 262,87 267,41 271

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah gedung sekolah 176 181 178 181

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 tahun

58.197 57.697 57.197 61,046

3.3 Rasio 330,66 318,77 321,33 337

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

(41)

sebesar 1:306. Sedangkan untuk tingkat SMA rasio ketersediaan sekolah sebesar 1:337

Memperhatikan perkembangan ketersediaan sekolah per kecamatan, rasio ketersediaan sekolah cenderung kecil untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan, sebaliknya untuk kecamatan di wilayah pinggiran cenderung besar. Hal ini menunjukkan masih terpusatnya sarana pendidikan di wilayah perkotaan, terutama dalam hal kuantitasnya. Rasio ketersediaan sekolah menurut kecamatan sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.15

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jombang

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

c) Rasio Guru/Murid

(42)

mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk mengetahui rasio guru terhadap murid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.16

Rasio Guru dan Murid Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2009-2012

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1. Jumlah Guru 8.941 9.101 9.018 9,179

1.2. Jumlah Murid 124.709 125.718 126.653 127.556

1.3. Rasio 13,95 13,81 14,04 14,00

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah Guru 5.714 5.742 5.645 5724

2.2. Jumlah Murid 65.555 65.245 64.220 67.445

2.3. Rasio 11,47 11,36 11,38 12,00

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah Guru 5.271 5.333 5.371 5.369

3.2 Jumlah Murid 53.435 54.664 56.595 60.588

3.3 Rasio 10,14 10,25 10,54 11,00

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat kecenderungan rasio jumlah guru dan murid menunjukkan tren yang stabil dalam periode 4 tahun terakhir, baik untuk tingkat SD maupun SMP. Hal ini menunjukkan tetap terjaganya perbandingan jumlah ideal antara guru dan murid di Kabupaten Jombang, sehingga mutu pengajaran tetap terjaga. Rasio jumlah guru dan murid tidak terpengaruh oleh kondisi wilayah kecamatan di perkotaan ataupun di pinggiran, karena bisa jadi yang di pinggiran lebih rendah rasionya.

(43)

guru dan murid tingkat SD/Mi, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK menurut kecamatan tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.17

Rasio Guru dan Murid Semua Jenjang Pendidikan Tahun 2012 Menurut Kecamatan di Kabupaten Jombang

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2012

d) Fasilitas Pendidikan

Dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan terbaik kepada masyarakat diperlukan sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Jombang bersama seluruh

stakeholder yang ada berupaya menjamin ketersediaan bangunan sekolah dalam kondisi baik.

(44)

dari 63% meningkat menjadi 81,98%. Demikian pula untuk SMP/MTs menunjukan tren yang meningkat, dari 76,61% pada tahun 2009 naik menjadi 97,68% pada tahun 2012. Adapun untuk SMA/SMK/MA cenderung stabil yakni dari 91,95% pada tahun 2009 turun sedikit menjadi 90,21% pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 naik lagi menjadi 91,25% dan di tahun 2012 tetap 91,25%. Perkembangan jumlah bangunan sekolah kondisi baik tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 tersaji pada grafik berikut:

Grafik 2.14

Perkembangan Bangunan Sekolah Kondisi Baik di Kabupaten Jombang Tahun 2010-2012

Sumber: Dinas Pendidikan, Tahun 2010-2012

Terjadinya kenaikan signifikan atas prosentase bangunan sekolah kondisi baik pada SD/MI pada tahun 2012 lebih dipengaruhi oleh terealisasinya rehabilitasi gedung SD dan SMP yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

2) Urusan Pekerjaan Umum

a) Sanitasi

Salah satu aspek yang penting dalam menjaga kualitas lingkungan adalah dengan menjaga kondisi sanitasi masyarakat. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Jombang rumah tangga dengan akses sanitasi layak, yang ditinjau dari kepemilikan jamban sehat sehat, mengalami peningkatan dari 60,28% pada tahun 2009, menjadi 84,19% pada tahun 2012.

Jika ditinjau dari tingkat timbulan sampah pada tahun 2012 mencapai 116,71 ton/hari, sedangkan sampah yang terangkut mencapai 67,69 ton/hari atau sebesar 58%. Memperhatikan hal tersebut dari total timbulan sampah per hari selain yang terangkut

SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA

2010 63.00 82.58 90.21

2011 57.47 83.99 91.25

2012 81.98 97.68 91.25

(45)

untuk sampah yang diolah per harinya sebesar 14,23% atau 16,61 ton/hari, dari total sampah yang diolah tersebut yang diolah untuk dijadikan kompos sebesar 10,96% atau 12,79 ton/hari dan untuk di daur ulang sebesar 3,84% atau 3,82 ton/hari. Selain itu dari total timbulan sampah per harinya, masih terdapat yang tidak terangkut maupun diolah yaitu sebesar 27,77% atau 32,41 ton/hari. Meninjau dari tingkat pelayanan persampahan mencapai 83,22%, hal ini mengandung makna bahwa dari total wilayah yang harus dilayani yaitu seluas 3.479 Ha baru dapat direalisasikan di wilayah perkotaan saja yaitu seluas 2.895 Ha. Sedangkan untuk jumlah penduduk yang harus terlayani sampai dengan tahun 2012 mencapai 58%, atau dari total jumlah penduduk di wilayah perkotaan sebesar 96.704 jiwa baru bisa melayani penduduk sebesar 56.088 jiwa.

Terkait dengan penanganan sanitasi lingkungan khususnya drainase lingkungan untuk wilayah perkotaan Jombang, bahwa dengan semakin meningkatnya perkembangan kawasan pemukiman mengakibatkan sering terjadinya genangan di beberapa lokasi dengan luasan mencapai 7.111 m² pada tahun 2013.

b) Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari masyarakat di Kabupaten Jombang memperoleh air dari berbagai sumber baik dengan menggunakan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan. Sarana air bersih perpipaan diperoleh dari PDAM dan non PDAM yang dikelola masyarakat. Sistem air minum non perpipaan menggunakan sumur gali, penangkap air hujan serta dari mobil tangki. Penggunaan penangkap air hujan sebagai sumber air bersih terutama dilakukan oleh masyarakat yang kesulitan mendapatkan sumber air minum, dimana alternatif sumber air lainnya baik sistem perpipaan maupun sistem lain tidak memungkinkan. Di Kabupaten

Jombang penduduk dengan akses air minum ”Aman” sebesar 73,845%

penduduk. Prosentase penggunaan sumber air minum penduduk

kategori ”Aman” masing-masing jenis sumber di Kabupaten Jombang. Tabel 2.18.

Prosentase Penduduk Dengan Akses Air Minum “Aman”

No Sumber air Prosentase

1 PDAM 7,84%

(46)

3 SPT 26,95%

4 Lainnya 0,00%

5 HIPPAM 2,23%

Total 73,845%

Sumber : Hasil Analisa

Menurut hasil proyeksi menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Jombang secara berturut-turut adalah 1.261.051 jiwa (tahun 2013), 1.365.215 jiwa (tahun 2017), 1.477.984 jiwa (tahun 2022) dan 1.600.067 (tahun 2027). Penduduk sejumlah tersebut harus semuanya (100%) terlayani oleh air minum yang aman.

Di wilayah-wilayah khususnya perkotaan atau kecamatan dengan jumlah penduduk besar harus mendapat prioritas yang lebih besar dalam pemenuhan air minum, dilihat dari data proyeksi jumlah penduduk menunjukkan bahwa Kecamatan Jombang memiliki jumlah penduduk paling besar yaitu 143.926 jiwa (tahun 2013), 155.815 jiwa (tahun 2017), 168.685 jiwa (tahun 2022) dan 182.619 (tahun 2027). Kedua adalah Kecamatan Diwek, secara berturut-turut yaitu 105.893 jiwa (tahun 2013), 114.640 jiwa (tahun 2017), 124.110 jiwa (tahun 2022) dan 134.361 (tahun 2027). Di Kabupaten Jombang secara garis besar, terdapat 2 jenis kebutuhan air yaitu untuk memenuhi kebutuhan domestik (rumah tangga) dan kebutuhan non domestik (memenuhi kebutuhan non rumah tangga), kebutuhan air bersih untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) merupakan kebutuhan penduduk untuk masak, mandi, cuci dan kakus. Besarnya pemakaian untuk keperluan ini bervariasi untuk setiap wilayah. Standart yang

biasa digunakan sebagai dasar perkiraan adalah “Kategori Kota dan

Standar kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga” yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya. Selain dari standar tersebut, kebutuhan air bersih juga dapat diambil berdasar pemakaian konsumen yang tercatat dalam rekening bulanan PDAM.

Gambar

Grafik 2.8.
Grafik 2.9.
Grafik 2.10
Grafik 2.12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta. dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan

Menurut Anonimus (1990), dalam Standar Kriteria Desain Sistem Penyediaan Air Bersih menyatakan bahwa kebutuhan rata-rata distribusi air bersih perharinya adalah

Dengan melihat rencana pengembangan Tata Ruang di WP Selatan, maka kecenderungan permintaan dalam memenuhi kebutuhan Air Bersih tidak mengalami peningkatan yang

Harga standar adalah jumlah biaya yang harus dikeluarkan atau dibayarkan untuk setiap bahan baku yang digunakan untuk memproduksi satu barang. Biaya standar ini

Dengan mempertimbangkan bahwa Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan oleh Ditjen Cipta Karya ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur perdesaan

perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung.. KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA II - 6 infrastruktur permukiman pada

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut. serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU

Sungai Aek Siancing mempunyai potensi besar dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat kelurahan negeri lama karena pada sungai Aek Siancing ini selain memiliki air