• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 35782bd4d7 BAB IIbab. 2 arahan (skw)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 35782bd4d7 BAB IIbab. 2 arahan (skw)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-1

BAB. II

ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG

CIPTA KARYA

2.1. Perencanaan Bidang Cipta Karya

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan

amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan

pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan,

pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu

amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif

presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat

internasional. Konsep perencanaan ini disajikan dalam gambar 2.1.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan

iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan,

pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat

juga permasalahan dan potensi pada masing- masing daerah, sehingga dukungan

seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat

(2)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-2 Sumber : Direktorat Bina Program,2014

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

2.2. Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional

karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,

mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh

sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat

kebijakan pembangunan nasional.

2.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam

jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi

Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan

Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai

(3)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-3

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan

penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor

terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan

jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan

kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan

(demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan

sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset

management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan

kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3)

penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan

profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam

pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan

berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih

difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana,

sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin

ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

tahapan RPJMN, yaitu:

 RPJMN ke 2 (2010-2014) : Daya saing perekonomian ditingkatkan

melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih

meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam

pengembangan perumahan dan permukiman.

 RPJMN ke 3 (2015-2019) : Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh

(4)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-4 perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dana kuntabel.

Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman

kumuh.

 RPJMN ke 4 (2020-2024) : terpenuhinya kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud

kota tanpa permukiman kumuh.

2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian

selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan,

air dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.

Beberapa arahan dalam pembangunan bidang infrastruktur adalah sebagai berikut

:

 Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar

masyarakat (100% akses kepada sumber-sumber air minum)

 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka

panjang dan berkelanjutan, efisien dan akuntable (kota tanpa permukiman

kumuh).

 Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang.

 Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi.

 Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi

sumber daya air dan pengembangan sumber daya air.

 Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung

pembangunan pertanian.

2.2.3. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan

ekonomi 7-9% per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui

Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap

(5)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-5 prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya

diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI

Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi dikawasan tersebut. Kawasan

Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan

ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih

faktor konektivitas dan SDMIPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk

mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau

sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang

sama.

2.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia

Sesuai dengan agenda RPJMN 2015-2019, pertumbuhan ekonomi perlu

diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu,

telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan

diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas

jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua

kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada

tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu :

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi, dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan

(6)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-6

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga

dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)

masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di

tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting

dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat (P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program

Pro Rakyat.

2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan

yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk

menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang

memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Disamping zona

ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi

pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung

infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan

ekonomi di KEK.

2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,

Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan

berkeadilan yang meliputi Program prorakyat, Keadilan untuk semua, dan

Program Pencapaian MDGs. Ditjen CiptaKarya memiliki peranan penting dalam

pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan

(7)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-7 pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses

pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman

kumuh.

2.3. Peraturan Perundangan Bidang Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi

peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU

No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Persampahan.

2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai

tugas :

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman

dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,

perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan

permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan, kebijakan,strategi, serta program di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

(8)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-8 f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan

nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum

perumahan dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya

yaitu :

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi

peraturanperundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi

(9)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-9

g. Memfasilitasi kerjasama pada tingkat kabupaten/kota antara

pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan

kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Disamping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan

perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak

kewajiban dan peran masyarakat.

UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak

huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,

dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan,

pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas

permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan

bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses

perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,

pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan

gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah,

status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan

persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan

bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan

(10)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-10 pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut :

a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan

lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan

gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan

lingkungannya. Disamping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan

pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar

budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan

dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta

pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat

dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya

yang dikandungnya.

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia

merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

2.3.3. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga

dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan

sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan

dengan pembatasan timbunan sampah, pendauranulang sampah, dan

pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi

:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

(11)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-11

b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ketempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu,

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan

sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah,

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau

residu hasil pengolahan sebelumnya kembali ke lingkungan secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di

tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup

tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka

dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary

landfill.

2.3.4. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta

dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun

2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai

bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi

dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah

horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing

dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang

dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan,

penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas,

pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban,

(12)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-12

2.4. Amanat Internasional

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan

perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat

internasional yangperlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan

program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, serta

Agenda Pembangunan Pasca 2015.

2.4.1. Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II

sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi

tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan

sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara

dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk

Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat

tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan

dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

2.4.2. Konferensi Rio+20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT

Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20.

Konferensiter sebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi

arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional,

dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan

yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk

menuju pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio

Declaration 1992 dan Johannesburg Planof Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu : (I )Ekonomi Hijau dalam

konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii)

(13)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-13 global, serta (iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable

Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan

berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium

Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan

dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).

2.4.3. Agenda Pembangunan Pasca 2015

Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk

memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel

ini di ketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono,

Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron

dari Inggris,dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013,

panel tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership : Eradicate Povertyand Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan

pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan

pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global

pasca 2015, sebagai berikut :

a. Mengakhiri kemiskinan

b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender

c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumurhidup

d. Menjamin kehidupan yang sehat

e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik

f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi

g. Menjamin energi yang berkelanjutan

h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan

pertumbuhan berkeadilan

(14)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-14

j. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif

k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai

l. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong

P embiayaan jangka panjang.

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam

pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi.

Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah :

a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah,

dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,

b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal

ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi

di rumah tangga sebanyak x%,

c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater with drawals) dengan

pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian

sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan

sebanyak z%,

d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan

dan dari industri sebelum dilepaskan.

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga

menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar

pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki

prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel di mana seluruh pihak duduk

bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan

kerangka kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

2.5. Prioritas Penanganan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya

mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

(15)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-15 Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan

perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta

Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional.

Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster

penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut :

a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) didalam KSN dan kabupaten/kota didalam kawasan

metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah

memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) didalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan

metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah

memiliki Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain

daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi

rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D, ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan

masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di

perkotaan dan perdesaan.

e. Klaster E, ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi

baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

2.5.1. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan

kabupaten/kota yang merupakan PusatKegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat

Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam

(16)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-16 memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan

yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria diatas, sampai dengan

tanggal 30 Mei 2014 di identifikasi sebanyak 142 (seratus empat puluh dua)

kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas

Strategis Nasional Klaster A.

2.5.2. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah kabupaten/kota

yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan

metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang memiliki Perda

RTRW. Sampai dengan tanggal 30 Mei 2014, diidentifikasi sebanyak 111 (seratus

sebelas) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B.

2.5.3. Kabupaten/Kota Klaster C Dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal (SPM)

Klaster C merupakan kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanganan dalam

rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Cipta Karya, yaitu

kabupaten/kota di luar Klaster A dan Klaster B. Pemilihan prioritas

kabupaten/kota dalam pemenuhan SPM ditentukan berdasarkan karakteristik

masing-masing daerah, antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki

cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau

miskin. Selain memenuhi karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki

komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dan memiliki program yang responsif.

2.5.4. Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)

Klaster D khusus di alokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat

(17)

(kota singkawang) pt. trias erisko konsultan II-17 pemberdayaan masyarakat ini di peruntukkan dalam rangka pengentasan

kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

2.5.5. Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program Inovasi yang

Kreatif

Klaster E di peruntukkan untuk kabupaten/kota yang memiliki program yang

kreatif dan inovasi baru bagi pembangunan infrastruktur Bidang CiptaKarya dan

tercantum pada Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur

JangkaMenengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya. Pada Klaster E ini juga di fasilitasi

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran berbasis portofolio menghasilkan prestasi belajar matematika yang tidak lebih baik daripada

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, pada bagian pertama merupakan kuesioner mengenai data karakteristik demografi responden dan bagian kedua adalah

Rituals, Ritual Objects, and Their Superstitious Meanings among The Confucian Chinese-Indonesian Families In Semarang ” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

Telah Melimpahkankarunia serta berkat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kedisiplinan Kerja Promosi Jabatan Dan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa orientasi pusat kendali yang internal ( internal locus of control ), ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat yang

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini yang

Fenomena yang berkembang di Indonesia, yaitu mendapatkan pasangan dari internet dan hasil wawancara dengan partisipan terkait self disclosure menarik perhatian peneliti

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik