• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II - DOCRPIJM a63a4e27da BAB IIBAB 2 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab II - DOCRPIJM a63a4e27da BAB IIBAB 2 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

Bab II

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

1

(2)

Konsep Perencanaan Bidang Cipta

Karya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

2

(3)

2.1 Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

3

(4)

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

4

(5)

Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

5

(6)

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

6

(7)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

7

(8)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

8

(9)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

9

(10)

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Infratsruktur Bidang Cipta Karya

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

10

(11)

2.2 Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

11

(12)

2.2.1 RPJP Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

12

(13)

penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

13

(14)

pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

14

(15)

dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

15

(16)

prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

16

(17)

RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

17

(18)

Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

18

(19)

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

19

(20)

rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

20

(21)

a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

21

(22)

terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.

c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.

d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

22

(23)

2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

23

(24)

mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan,

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

24

(25)

dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

25

(26)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

26

(27)

2.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Penguarangan Kemiskinan Indonesia

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

27

(28)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

28

(29)

masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b.Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

29

(30)

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

30

(31)

pemberdayaan masyarakat (PNPM- Perkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

2.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

31

(32)

Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

32

(33)

ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

2.2.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

33

(34)

berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

34

(35)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

35

(36)

2.3 Peraturan Perundangan Bidang PU/Cipta Karya

2.3.1 UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

36

(37)

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

37

(38)

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

38

(39)

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

39

(40)

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu:

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

40

(41)

a. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

41

(42)

d. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

e. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

42

(43)

g. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota

i. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan j. permukiman pada tingkat kabupaten/kota

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

43

(44)

pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat.

UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

44

(45)

pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

2.3.2 UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

45

(46)

pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung,

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

46

(47)

arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut: a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan

lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

47

(48)

lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

48

(49)

bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

2.3.3 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

49

(50)

UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.

Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

50

(51)

negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

51

(52)

2.3.4 UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

52

(53)

penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

53

(54)

b.pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu,

c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d.pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah,

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

54

(55)

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

55

(56)

2.3.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

56

(57)

maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

57

(58)

dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

58

(59)

2.4 Amanat Internasional

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

59

(60)

2.4.1 Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

60

(61)

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

2.4.2 Konferensi Rio +20

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

61

(62)

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

62

(63)

pembangunan berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii)

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

63

(64)

kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

64

(65)

secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).

2.4.3 Milineum Development Goals

Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

65

(66)

pembangunan millennium (Millenium Development Goals). Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

66

(67)

Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

67

(68)

layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%. Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

68

(69)

Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

69

(70)

2.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015

Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

70

(71)

tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

71

(72)

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca 2015, sebagai berikut:

a. Mengakhiri kemiskinan

b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender

c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup d. Menjamin kehidupan yang sehat

e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

72

(73)

f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi g. Menjamin energi yang berkelanjutan

g. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan berkeadilan

h. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan

i. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai

R

E

N

C

A

N

A

P

R

O

G

R

A

M

I

N

V

E

S

T

A

S

I I

N

F

R

A

S

T

R

U

K

T

U

R

J

A

N

G

K

A

M

E

N

E

N

G

A

H

R

T

A

H

U

N

2015-2019

73

Gambar

Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan  pembangunan  infrastruktur  BidangPENYUSUNAN RPI2-JM TAHUN 2015 – 2019
Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Infratsruktur Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan perkembangan kognitif (akal) menurut Al-Ghazali dan Jean Piaget terdapat pada metodologi sebagai basis pemikiran keduanya. metode penelitianyang digunakan

Jadi yang dimaksud dengan judul “Komersialisasi Pernikahan Sirri dalam Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Studi Kasus Praktik Perkawinan Sirri Di Desa Pekoren

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil survei tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Tekanan Panas

Penelitian ini dimulai dengan melakukan analisa sistem berjalan pada bagian kepegawaian untuk mengetahui kebutuhan informasi yang diperlukan, dan melakukan perancangan basis

Perbedaan dari Transek 1-4 dengan Transek 5 dapat dilihat bahwa nilai hambur balik dari dasar perairan yang memiliki vegetasi lamun nilai hambur baliknya

Melihat dari data lapangan di atas, dapat di analisis bahwa implementasi active debate untuk mengembangkan akselerasi intelegensi peserta didik pada pelajaran fiqih

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik

melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja pada setiap langkah penekanan menghasilkan beberapa jenis pengerjaan dan setiap