• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM aa636a5b41 BAB IIBAB II RPI2JM Moker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM aa636a5b41 BAB IIBAB II RPI2JM Moker"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Pemerintah Kota Mojokerto

BAB II

KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

2.1 . Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat

perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan

permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami

arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan

pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Gambar 2.1 di bawah ini memaparkan konsep perencanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur

Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial,

amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang

Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim,

kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan

gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan

potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada

(2)

Pemerintah Kota Mojokerto

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

2.2 . Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan

nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,

mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab

itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan

pembangunan nasional.

2.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan

dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka

waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada

tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam

penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam

pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu :

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan

penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya

(3)

Pemerintah Kota Mojokerto

melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan

pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup,

sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka

pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi

diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management)

dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air

minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air

minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan

sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi

masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan

berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan

kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada

perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran

swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan

terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan

RPJMN, yaitu :

 RPJMN ke 2 (2010-2014) : Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama

antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan

permukiman.

 RPJMN ke 3 (2015-2019) : Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan

perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi

itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

 RPJMN ke 4 (2020-2024) : terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa

permukiman kumuh.

2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 - 2019

(4)

Pemerintah Kota Mojokerto

mendorong partisipasi masyarakat dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat

tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 pasal 28H, pemerintah

memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta

memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti

air minum, air limbah, persampahan, dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur

permukiman pada periode 2015 - 2019, yaitu :

a. Tersedianya akses aman air minum sebesar 100 % di tahun 2019;

b. Menurunnya kawasan kumuh sebesar 0% di tahun 2019; dan

c. Terwujudnya akses 100% sanitasi layak di tahun 2019.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan

untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi

yang memadai, melalui:

a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,

c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air

limbah, dan pengelolaan persampahan,

e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,

f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS),

h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur,

i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

2.2.3. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan

ekonomi 7 - 9 % per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui

Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor

ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada

(5)

Pemerintah Kota Mojokerto

terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK.

Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan

evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor

konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

MP3EI dapat menjadi acuan bagi badan usaha dalam menanamkan modal di

Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Koordinasi

pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI. KP3EI mempunyai

tugas :

a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI;

b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI;

c. Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian

permasalahan dan hambatan pelaksanaan MP3EI.

MP3EI digagas untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi

melalui pengembangan 8 program utama, yang terdiri atas pertanian, pertambangan,

energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan

strategis. Kedelapan program tersebut dibagi lagi ke dalam 22 kegiatan ekonomi

(6)

Pemerintah Kota Mojokerto

Gambar 2.2. Kegiatan Ekonomi Utama

Sedangkan strategi pengembangan 22 kegiatan ekonomi tersebut adalah

mengintegrasikan tiga elemen utama, meliputi :

1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu:

Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan,

Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku

2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung

secara global (locally integrated, globally connected)

3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung

pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot

pada 8 program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan

ekonomi) dan berlangsung lintas wilayah di 6 koridor, terkoneksi, dan terintegrasi.

Pada gilirannya strategi tersebut diharapkan menunjang penguatan kapasitas SDM

(7)

Pemerintah Kota Mojokerto

Sumber : MP3KI Bappenas dan MP3EI Kemenkeu, 2011

Gambar 2.3. Tema Pembangunan Masing-Masing Koridor Ekonomi

2.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan

Indonesia (MP3KI)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu

diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah

ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk

mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan

penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat.

Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu

pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu :

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya

(8)

Pemerintah Kota Mojokerto

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat

miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan

regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan

penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat (PNPM Perkotaan/P2KP, Program Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan/PPIP, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat/Pamsimas, Sanimas dan sebagainya) serta Program Pro Rakyat.

MP3KI adalah affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang

terwujud tidak hanya Pro-growth, tetapi juga Pro-Poor, Pro-job dan Pro-environment;

termasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin.

Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan melalui

MP3KI dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan);

2. Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas;

3. Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas;

4. Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter);

5. Rendahnya kualitas SDM usia muda;

6. Rendahnya penyerapan kerja sektor industri;

7. Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah;

8. Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif;

9. Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit kronis dan

(9)

Pemerintah Kota Mojokerto

Gambar 2.4. Kerangka Desain MP3KI

Tahapan Pelaksanaan MP3KI

Periode 2013 - 2014 :

 Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun

2014;

 Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan;

 Pada kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta perbaikan

sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

 Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk

membangun keterkaitan dengan MP3EI;

 Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014.

Periode 2015 - 2019 :

 Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

 Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal

coverage;

 Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

 Penguatan sustainable livelihood.

Periode 2020 - 2025 :

 Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

(10)

Pemerintah Kota Mojokerto

Gambar 2.5. Skenario Tahapan Pelaksanaan MP3KI

(11)

Pemerintah Kota Mojokerto

2.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang

memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung

kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi

tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi

zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini

diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut

sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan

dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan

energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan

bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona,

antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi,

pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam

negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK

adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu

kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam

pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber

daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan

pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang

terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi.

Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan

pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di

KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing

agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal,

(12)

Pemerintah Kota Mojokerto

diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti

halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan

kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap

mengutamakan pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau

pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana ekonomi.

Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan

pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia

dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000

tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan

Bebas Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK, baik dalam jangka waktu maupun setelah

berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan. Dengan berlakunya Undang-Undang

ini, tidak terjadi lagi pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

2.2.6. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh

Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan

berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program

Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan

Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program

peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs,

(13)

Pemerintah Kota Mojokerto

 Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat;

 Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil.

2. Program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

 Program keadilan bagi anak;

 Program keadilan bagi perempuan;

 Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

 Program keadilan di bidang bantuan hokum;

 Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan;

 Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), memfokuskan pada:

 Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

 Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

 Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

 Program penurunan angka kematian anak;

 Program kesehatan ibu;

 Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

 Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

 Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.

Dari ketiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di bidang

Cipta Karya tertuang didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.

Adapun program-program pembangunan bidang Cipta Karya yang tertuang didalam

Rencana tindak upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.1. Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium

No. Program Tindakan Sasaran Keluaran

(14)

Pemerintah Kota Mojokerto

No. Program Tindakan Sasaran Keluaran

2. Pengaturan, pembinaan,

*) keluaran dapat disesuaikan berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan secara berkala

2.3 . Peraturan Perundangan Terkait Bidang PU/Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi

peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU

No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

2.3.1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas :

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota

di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada

kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan

kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,

lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

(15)

Pemerintah Kota Mojokerto

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan

strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan

dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan

kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya

yaitu :

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan

permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada

tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah

kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur

(16)

Pemerintah Kota Mojokerto

kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran

masyarakat.

UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak

layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,

dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk

itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan

pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu

pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan

bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan

teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan

pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif

dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan

administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan

gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi

persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan

tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung,

arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang

ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut :

a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan

lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan

gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan

lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan

pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan.

Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas

bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak

(17)

Pemerintah Kota Mojokerto

2.3.3. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan

sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah

sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan

penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan

timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi :

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan

jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber

sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah

terpadu,

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat

penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu

menuju ke tempat pemrosesan akhir,

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah,

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu

hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Undang - undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka

di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus menutup

tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka

dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

2.3.4. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta

dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011.

Dalam undang - undang tersebut rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung

bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian

yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan

merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara

terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama,

benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan,

(18)

Pemerintah Kota Mojokerto

2.4 . Amanat Internasional Bidang Cipta Karya

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan

perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat

internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program

bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium

Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

2.4.1. Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II

sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi

tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan

sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara - negara

dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk

Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat

tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar

terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

2.4.2. Konferensi Rio+20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT

Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi

tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional.

Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan

oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan

berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan

Johannesburg Plan of Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks

pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan

(19)

Pemerintah Kota Mojokerto

menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit,

termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014 - 2019,

dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005 - 2025).

2.4.3. Millenium Development Goals

Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi

Millenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran

pembangunan millennium (Millenium Development Goals). Konsisten dengan itu,

Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak

tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2010 - 2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen

penganggarannya.

Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam

pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga

tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi

dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat

ini (2013) adalah 61,83 %, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87 % yang

perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru

mencapai 58,60 %, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41 %. Selain itu,

Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu

mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di

permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia

menargetkan luas permukiman kumuh 6 %, padahal data terakhir (2009) proporsi

penduduk kumuh mencapai 12,57 %.

Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian

khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan

penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target

MDGs.

2.4.4. Agenda Pembangunan Pasca 2015

Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk

(20)

Pemerintah Kota Mojokerto

Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel

tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A

New Global Partnership : Eradicate Poverty and Transform Economies Through

Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan

pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan

pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global

pasca 2015, sebagai berikut :

a. Menghapus kemiskinan

b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender

c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup

d. Menjamin kehidupan yang sehat

e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik

f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi

g. Menjamin energi yang berkelanjutan

h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan

berkeadilan

i. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan

j. Menjamin tata pemerintahan yang baik dan kelembagaan efektif

k. Menjamin masyarakat yang stabil dan damai

l. Menciptakan suasana global saling mendukung dan mengkatalisasi pendanaan

jangka panjang

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta Karya berkepentingan dalam

pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi.

Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah:

a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, dan di

sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,

b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke

sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah

tangga sebanyak x %,

c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air

minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian sebanyak x %, industri

(21)

Pemerintah Kota Mojokerto

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut

juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar

pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki prinsip

inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk

bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka

Gambar

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 2.2. Kegiatan Ekonomi Utama
Gambar 2.3. Tema Pembangunan Masing-Masing Koridor Ekonomi
Gambar 2.4. Kerangka Desain MP3KI
+3

Referensi

Dokumen terkait

BiMU Bandar Lampung sudah sesuai dengan prosedur dan sudah sesuai dengan prinsip syariah yang jauh dari gharar dan syubhat yang dilarang oleh agama dan strategi

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran berbasis portofolio menghasilkan prestasi belajar matematika yang tidak lebih baik daripada

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, pada bagian pertama merupakan kuesioner mengenai data karakteristik demografi responden dan bagian kedua adalah

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Keterlibatan Pemakai, Kemampuan Pemakai, Ukuran Organisasi, dan Dukungan Manajemen Puncak Terhadap Kinerja

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Karanganom tahun pelajaran 2017/2018 dengan menerapkan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa orientasi pusat kendali yang internal ( internal locus of control ), ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat yang

Hasil uji hipotesis mayor menunjukkan nilai Korelasi berganda yaitu sebesar R = 0,578 dengan nilai uji F dari model regresi berganda sebesar F = 16,277 dengan p < 0,01. Hal

Activity Diagram Mengubah Data Order Type .... Activity Diagram Menghapus Data Order Type