• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urusan Pemerintahan Pilihan a. Kelautan dan Perikanan

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 79-87)

Rata-rata lama sekolah

C. Aspek Pelayanan Umum

3. Urusan Pemerintahan Pilihan a. Kelautan dan Perikanan

Produksi perikanan dalam kurun waktu tahun 2010-2015 menunjukkan angka yang fluktuatif, produksi tertinggi pada tahun 2014 sebesar 57,98 ton. Tingkat konsumsi ikan masyarakat Surakarta masih cukup rendah yaitu di angka 3,8 kg/tahun. Tingkat konsumsi ini lebih rendah dari konsumsi ikan Jawa Tengah yang 16 kg/kapita/tahun padahal target Kementerian Kelautan dan Perikanan lebih tinggi lagi, mencapai 31,64 kilogram per orang per tahun.

Rendahnya tingkat konsumsi ikan di Solo hanya karena soal selera. Sebagai penduduk yang tinggal jauh dari laut, kemungkinan tidak begitu suka makan makanan hasil laut, untuk harga tidak jadi masalah, karena harga ikan laut masih sangat terjangkau oleh masyarakat, apalagi dengan diadakannya bazar ikan murah. Perkembangan kinerja urusan perikanan dapat dilihat pada Tabel 2.60 berikut:

Tabel 2.60

Capaian Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2015

No Indikator Satuan 2010 2011 Capaian 2012 2013 2014 2015

1 Produksi perikanan budidaya ton 9,05 15,67 18,03 27,77 57,98 36,2 2 Tingkat konsumsi ikan penduduk kg/ tahun 1,4 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3 Jumlah pameran/ promosi produk perikanan kali 2 2 4 4 3 2

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surakarta, 2016

Berdasarkan capaian kinerja pada uraian sebelumnya, pengembangan budidaya perikanan, sesuai dengan RTRW Kota Surakarta perlu dikembangkan di kawasan perikanan budidaya yaitu di Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari dan Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres. Sementara itu pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dikembangkan di Balekambang di depo Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Manahan Kecamatan Banjarsari.

b. Pariwisata

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan salah satu kota yang terkenal dengan batik dan keratonnya di Jawa Tengah. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang kaya akan

potensi sumber daya pariwisatanya. Destinasi pariwisata yang ditawarkan di Kota Surakarta juga sangat beragam, diantaranya wisata religi, wisata alam, wisata geologi, taman rekreasi dan beberapa desa wisata. Sosok keraton yang menjadi simbol budaya Jawa, sampai saat ini masih kokoh eksistensinya baik secara fisik, komunitas maupun ritualnya. Selain wisata budaya, terdapat pula beberapa tempat dan even-even kebudayaan lain yang menarik untuk dinikmati.

Beberapa objek wisata di Kota Surakarta terdiri dari spesifikasi wisata budaya, wisata pendidikan, wisata sejarah, wisata belanja, dan wisata kuliner. Wisata budaya yang dapat dikunjungi di Kota Surakarta Wayang Orang Sriwedari, Ketoprak, Kirab Pusaka 1 Suro, Grebeg Sudiro, Grebeg Mulud, dan Solo Batik Carnival. Semua wisata budaya yang dapat dijumpai di Kota Surakarta tersebut dipelihara dan dijaga oleh masyarakat sebagai warisan budaya yang dimiliki Kota Surakarta (Arsip Disbudpar Kota Surakarta: Inventaris Data Wisata Budaya Kota Surakarta tahun 2011).

Sektor pariwisata di Kota Surakarta mempunyai potensi pertumbuhan yang sangat besar yang pengembangannya perlu direalisasikan agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Capaian kinerja urusan pariwisata di Kota Surakarta bisa dilihat dari 3 program, yaitu program pengembangan pemasaran pariwisata,

program pengembangan destinasi pariwisata, program

pengembangan kemitraan pariwisata. Pemasaran pariwisata Kota Surakarta yang dilakukan dengan besar-besaran bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Jika dilihat dari capaian kinerja urusan pariwisata di Kota Surakarta, meningkatnya jumlah kunjungan wisata berada di tahun 2010 hingga tahun 2015, yaitu meningkat dari 816.546 orang pada Tahun 2010 menjadi 3.265.117 orang pada Tahun 2014. Namun, jumlah kunjungan wisata pada Tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 4.142.785 orang. Jumlah kunjungan wisata tersebut terdiri dari 36.546 wisatawan mancanegara dan 4.106.239 wisatawan domestik. Adapun cakupan kinerja urusan pariwisata Kota Surakarta bisa dilihat pada Tabel 2.61 berikut ini:

Tabel 2.61

Capaian Kinerja Urusan Pariwisata Kota Surakarta Tahun 2010-2015

No Indikator Satuan 2010 2011 Capaian 2012 2013 2014 2015

1. Kunjungan wisatawan mancanegara orang 40.002 49.791 38.261 36.777 44.936 36.546 2. Kunjungan wisatawan domestik orang 1.905.630 2.489.497 3.030.840 3.338.203 4.187.207 4.106.239 3. Persentase objek wisata yang dipromosikan % 100 100 100 100 100 100 3. Jumlah objek

wisata unggulan objek 9 9 9 9 9 9

4. Jenis kelas dan jumlah restoran

Restoran unit 19 21 24 30 39 30

No Indikator Satuan 2010 2011 Capaian 2012 2013 2014 2015 5. Jenis kelas dan

jumlah penginapan/hotel Bintang -5 unit 2 2 2 2 2 3 Bintang - 4 unit 4 4 4 4 4 7 Bintang -3 unit 6 6 7 6 6 14 Bintang -2 unit 6 6 6 6 6 8 Bintang - 1 unit 5 5 7 7 7 10 Melati-3 unit 21 21 21 21 *) *) Melati-2 unit 36 36 36 36 *) *) Melati-1 unit 53 53 53 53 *) *)

Non Bintang unit 117 117 117 117 118 103

Home Stay unit 14 14 14 14 14 14

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Surakarta, 2016

*) Mulai tahun 2014 Hotel melati diubah menjadi hotel nonbintang berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009

c. Pertanian

Pertanian hanya memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap perekonomian di Kota Surakarta, yaitu hanya 0,06% pada tahun 2010, dan menurun menjadi 0,048% pada tahun 2015. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan kota yang begitu pesat, sehingga kurang memungkinkan lagi untuk pengembangan pertanian. Produksi tanaman padi dalam kurun waktu tahun 2010-2015 menunjukkan angka yang fuktuatif, produksi tertinggi pada tahun 2015 sebesar 1.453 ton dengan tingkat produktivitas sebesar 73,18 kwintal/ha. Penerapan teknologi pertanian/perkebunan masih menjadi kendala, dapat dilihat dari persentase kelompok tani yang telah menerapkan teknologi pertanian/perkebunan baru mencapai 80% pada tahun 2015.

Pencapaian kinerja urusan Pertanian di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 2.62 berikut:

Tabel 2.62

Capaian Kinerja Urusan Pertanian Tahun 2010-2015

No Indikator Satuan Capaian

2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Tingkat pendapatan petani panen Rp/ 5.532.790 5.927.580 6.205.910 5.790.120 4.363.435 3.962.435 2 Cakupan bina kelompok petani % 10 10 10 10 10 10 3 Persentase kelompok tani menerapkan teknologi pertanian/perkebunan % 10 12 15 20 22 80

4 Produksi padi ton 1344,5 637,8 1030,4 1287,5 922,37 1.378*

5 Produktivitas padi per

hektar kw/ha 53 47,18 72,82 63,83 53,94 66,89* 6 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB % 0,06 0,06 0,06 0,05 0,05 0,048 7 Angka prevalensi penyakit hewan % 1 1 1 1 1 1 8 Angka prevalensi penyakit zoonosis % 1 1 1 1 1 1 9 Produksi hasil peternakan kg 9.360 2.562 2.885 2.996 2.935 3.834

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surakarta, 2016 *) Angka Sementara

Hasil peternakan di Kota Surakarta meliputi daging kambing, daging domba, daging sapi, daging babi, daging ayam kampung, daging ayam ras, daging itik, telur, dan susu. Beberapa hasil peternakan produksinya cenderung meningkat, meliputi: semua jenis telur, daging ayam ras, daging domba, dan daging babi. Berkaitan dengan kesehatan hewan ternak, angka prevalensi penyakit hewan sebesar 1%, dan angka prevalensi penyakit zoonosis sebesar 1%.

d. Perdagangan

Perekonomian Kota Surakarta banyak didorong dan didukung oleh sektor perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya sumbangan dari sub sektor perdagangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sumbangan sub sektor perdagangan terhadap PDRB dari tahun ke tahun selalu menunjukkan tren yang meningkat, baik dari sisi nominalnya maupun dari sisi persentasenya. Sumbangan sub sektor perdagangan pada tahun 2015 memberikan kontribusi sebesar 22,58% terhadap PDRB atas dasar harga berlaku, sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan mampu mencapai 23,68%. Secara rinci perkembangan kontribusi sub sektor perdagangan terhadap PDRB baik ADHB maupun ADHK dari tahun 2010-2015 dapat dilihat dalam Tabel 2.63 di bawah ini.

Tabel 2.63

Besarnya Kontribusi Sub Sektor Perdagangan Terhadap PDRB (ADHB) Kota Surakarta Tahun 2010-2015

No Uraian PDRB ADHB (Miliar Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015 1 PDRB Sub Sektor Perdagangan 5.839.528,28 6.167.070,06 6.839.466,39 7.307.631,60 7.893.738,82 2 Total PDRB 23.909.011,13 26.425.273,02 29.092.454,16 32.038.668,79 34.962.340,12 3 Sumbangan PDRB Sub Sektor Perdagangan Terhadap PDRB (%) 24,42 23,34 23,51 22,81 22,58

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2016

Kemajuan sektor perdagangan sebagai salah satu penggerak utama roda perekonomian di Kota Surakarta ditunjang dengan keberadaan sarana prasarana yang memadai. Penataan pasar-pasar tradisional menjadi salah satu strategi yang diambil dalam rangka meningkatkan potensi di sektor perdagangan. Sampai tahun 2015 di Kota Surakarta terdapat 44 pasar tradisional, pasar-pasar tersebut secara bertahap sudah mulai ditata kebersihan, ketertiban dan kenyamanannya untuk meningkatkan daya saing dengan pasar-pasar modern yang ada. Data tahun 2015 menunjukan sudah 63,64% pasar di Kota Surakarta telah memenuhi syarat kesehatan, bersih dan nyaman. Di antara pasar-pasar tesebut beberapa diantaranya merupakan pasar yang bersejarah dan menjadi ikon bagi Kota Surakarta. Pasar-pasar yang mampu menjadi ikon dan

kebanggaan Kota Surakarta diantaranya yaitu Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Klithikan, dan Pasar Notoharjo. Meskipun sektor perdagangan sudah cukup baik tetapi masih ada capaian urusan perdagangan yang perlu ditingkatkan.

Selain pengembangan dan penataan pasar, hal lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan perdagangan adalah penataan pedagang kaki lima (PKL). Jumlah PKL di Kota Surakarta berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta pada tahun 2015 mencapai 855 orang yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada. Kecamatan dengan jumlah PKL paling banyak adalah Banjarsari dengan jumlah PKL sebanyak 280 orang atau sebesar 32,75% dari total PKL yang ada di Kota Surakarta. Untuk mengelola keberadaan PKL tersebut telah dilakukan penataan lokasi untuk PKL tersebut. Sampai tahun 2015 lokasi PKL yang telah tertata mencapai 82,14%.

Guna mendukung pengembangan pasar agar semakin tertata, nyaman dan ramah terhadap konsumen, salah satu hal yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengadakan pengawasan dan pembinaan terhadap pasar.

Tabel 2.64

Capaian Kinerja Perdagangan Lainnya di Kota Surakarta Tahun 2010-2015

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Pasar Tradisional (Unit) 43 43 43 43 44 44

2 Jumlah PKL (Orang) 3.104 2.905 2.840 2.768 1.340 855

3 Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal 100 100 100 100 100 100 4 Persentase lokasi PKL yang tertata (%) 57,14 61,22 65,31 69,39 80,36 82,14 5 Persentase pasar yang memenuhi persyaratan (%) 39,53 44,19 46,51 53,49 56,82 63,64 6 Tingkat terlindunginya konsumen (%) tad tad tad 42,86 24,18 43,52 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, 2016

Di Kota Surakarta sejak tahun 2011 telah terbentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Tugas pokok BPSK sesuai dengan undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Adapun fungsi dari BPSK adalah untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. Berdasarkan data yang ada, tingkat penyelesaian sengketa konsumen yang mampu ditangani oleh BPSK Kota Surakarta pada tahun 2014 mencapai 76,67% dari total kasus. Angka tersebut menurun dari capaian tahun sebelumnya yang mampu mencapai 81,25%. Pada tahun 2015 tidak ada laporan kasus karena tidak ada anggaran operasional BPSK.

Usaha perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Kota Surakarta juga telah mampu menembus pasar global. Beberapa produk seperti batik dan barang-barang kerajinan lainnya cukup mampu bersaing di dunia internasional. Hal yang perlu

mendapatkan perhatian dari sektor perdagangan luar negeri adalah semakin menurunnya nilai ekspor produk dari Kota Surakarta. Pada tahun 2015 nilai ekspor sebesar US$ 30.706.644,73; angka tersebut menurun cukup signifikan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yang mencapai US$ 53.826.324,55.

e. Perindustrian

Industri berdasarkan data dari statistik dibedakan menjadi 4 kelompok yang didasari oleh jumlah tenaga kerja yang diserap. Pertama adalah industri rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah pekerja antara 1-4 orang. Kedua adalah industri kecil, yaitu jumlah pekerja antara 5-19 orang. Ketiga adalah industri sedang dengan tenaga kerja antara 20-99 orang dan yang keempat adalah industri besar, yaitu industri yang mampu menyerap tenaga kerja 100 orang tenaga kerja atau lebih.

Sedangkan menurut data yang ada di Kota Surakarta dalam Angka yang dirilis oleh BPS Kota Surakarta kategori industri yang ada, yaitu industri besar, menengah, dan kecil (formal dan nonformal). Industri kecil nonformal di wilayah Kota Surakarta memiliki jumlah paling banyak di antara kategori-kategori lainnya. Sedangkan kategori industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor industri kecil formal.

Menurut Disperindag Kota Surakarta jenis industri yang ada dibedakan menjadi industri besar, industri menengah, industri kecil dan industri non formal.

Tabel 2.65

Jumlah Industri dan Tenaga Kerja yang Terserap di Kota Surakarta Tahun 2010-2015

No Industri Jenis

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja 1 Besar 55 8.893 59 9.216 60 9.248 63 11.184 67 13.735 68 13.735 2 Menengah 106 7.957 126 8.697 134 8.794 150 10.335 151 11.550 158 11.550 3 Kecil 1.437 26.656 1.512 27.866 1.532 27.988 1.561 28.557 1.582 29.437 1.608 29.628 4 Non Formal 4.509 13.032 4.677 13.488 4.777 13.588 5.360 14.947 6.010 16.441 6.010 16.441 Total 6.107 56.538 6.374 59.267 6.503 59.618 7.134 65.023 7.810 71.163 7.844 71.354

Berdasarkan data BPS, sektor perindustrian dalam komposisi perekonomian di kota memberikan kontribusi sebesar 8,47% dari total PDRB pada tahun 2015. Sedangkan jika dilihat dari total PDRB sektor industri, sebagian besar masih didominasi kontribusi dari industri makanan, minuman dan tembakau. Selanjutnya, sektor industri tekstil, barang kulit dan alas kaki.

Pengembangan perindustrian diarahkan dalam kategori kecil dan menengah. Jumlah perusahaan industri mikro, kecil, dan menengah (IMKM) di Kota Surakarta dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Dalam rangka meningkatkan keberadaan produk dari sektor industri mikro, kecil dan menengah ini dan agar diterima oleh masyarakat, pemerintah setiap tahun melakukan kegiatan pameran promosi produksi, baik yang sifatnya melaksanakan kegiatan sendiri maupun yang berupa pengiriman ke event-event yang diselenggarakan oleh pihak lain. Hanya saja kemampuan daerah untuk memfasilitasi pelaku IMKM dalam kegiatan tersebut masih terbatas. Rata-rata per tahun jumlah IMKM yang mendapat fasilitasi untuk mengikuti pameran promosi produk baru sekitar 1,7% dari total industri yang ada. Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut harapannya adalah akan mampu meningkatkan omset penjualan produk IMKM di Kota Surakarta. Persentase peningkatan omset penjualan produk IMKM kondisinya dari tahun 2010-2012 angkanya fluktuatif. Rata-rata peningkatan omset dari IMKM per tahun sebesar 20%.

Selain mengikutsertakan dalam kegiatan promosi dan pameran, hal lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam menguatkan pelaku IMKM adalah dengan mengadakan pembinaan yang dilaksanakan secara rutin.

Tabel 2.66

Capaian Kinerja Bidang Perindustrian Lainnya di Kota Surakarta Tahun 2010-2015

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Cakupan pelaku usaha yang difasilitasi peningkatan SDM dan pemasaran (%) 1,88 3,75 5,85 8,35 10,23 12,23 2 Pertumbuhan industri (%) 3,19 4,19 1,98 8,84 8,66 3,53

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, 2016

f. Transmigrasi

Kebijakan utama urusan transmigrasi diarahkan untuk fasilitasi kepada calon transmigran dalam penempatannya ke daerah tujuan transmigrasi. Kinerja urusan transmigrasi dapat dilihat dari jumlah transmigran yang diberangkatkan. Dalam kurun waktu lima tahun jumlah transmigran yang diberangkatkan relatif sedikit, tertinggi tahun 2012 sebanyak 15 KK, capaian tahun 2015 hanya 10 KK.

Pencapaian kinerja urusan Transmigrasi dengan mendasarkan indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasikan pada tabel berikut:

Tabel 2.67

Pencapaian Kinerja Urusan Transmigrasi di Kota Surakarta Tahun 2010-2015

No. INDIKATOR 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah transmigran

yang diberangkatkan 10 KK 9 KK 15 KK 10 KK 5 KK 10 KK

Sumber: Dinas Sosial, Ketenagakerjan dan Transmigrsi Kota Surakarta, 2016

4. Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 79-87)