• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.2. Usaha Mikro Kecil dan Pengembangan Usaha

Badan Pusat Statistik mendefenisikan Usaha Mikro sebagai usaha yang memiliki tenaga kerja lebih dari 4 orang. Sedangkan Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang – Undang No. 9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling

banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal diatas Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). World Bank

mendefenisikan Usaha Kecil atau Small Enterprise, dengan kriteria : Jumlah karyawan kurang dari 30 orang; Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta; Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta.

Namun demikian pengertian terbaru mengenai Usaha Kecil menurut Undang – Undang Nomor 20 tahun 2008 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Beberapa karakteristik UMK secara umum, yaitu : 1. Manajemen pengelolaan masih sederhana 2. Rendahnya akses terhadap lembaga kredit 3. Belum memiliki status badan hukum

5. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu – waktu dapat berganti

6. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu – waktu dapat pindah tempat

7. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha

8. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai

9. Tingkat pendidikan rata – rata relatif sangat rendah

10. Umumnya belum memiliki akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non bank

11. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP

World Bank, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu : a. Medium Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan maksimal 300 orang,

2. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta, dan 3. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta.

b. Small Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang,

2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan 3. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta.

1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang, dan 2. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

Tabel 2.1

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Organisasi Jenis Usaha Kriteria

Biro Pusat Statistik (BPS)

Usaha Kecil Pekerja < 5 – 9 orang Usaha Menengah Pekerja 20 – 99 orang

Bank

Indonesia

(BI)

Usaha Mikro (SK Dir BI No 31/21/KEP/DIR Tanggal 5 Mei 1998)

a. Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin b. Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana c. Lapangan usaha

mudah untuk exit dan

entry

Usaha Menengah (SK Dir BI No 30/45/Dir/UK Tanggal 5 Januari 1997)

a. Aset < Rp 5 milyar untuk industri

b. Aset < Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan

c. Omzet tahunan < Rp 3 milyar

Bank Dunia

Usaha Kecil a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang b. Pendapatan setahun <

$ 3 juta

c. Jumlah aset $ 3 juta Usaha Menengah a. Jumlah karyawan

maksimal 300 orang b. Pendapatan setahun

hingga sejumlah $ 15 juta

c. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta Kementrian Koperasi dan UKM (Undang-Undang No. 20 tahun 2008)

Usaha Kecil a. Kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta b. Hasil penjualan

tahunan (omset/tahun) lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 Milyar Usaha Menengah Kekayaan bersih (tidak

termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 Milyar

Sumber : Bank Indonesia; http:// infoukm.wordpress.com, 2008.

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro memiliki karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : 1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana

yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang

2. Tidak sensitif terhadap suku bunga

3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter

4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro kecil menyangkut banyak persoalan, contohnya ketimpangan struktural dalam alokasi dan penguasaan sumber daya, ketidaktegasan negara pada upaya pengembangan ekonomi rakyat dalam kebijakan dan pengembangan strategi industrialisasi, struktur pasar yang bersifat oligopolies, kinerja yang relatif terbatas pada hal yang klasikal (SDM, modal dan akses terhadap lembaga keuangan, teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi), terjadinya distorsi dan inkonsistensi kebijakan yang menyangkut upaya pengembangan (Hubeis 2009:1)

2.2.2 Pengembangan Usaha

Menurut Anoraga (2000:66), pengembangan usaha dalam tanggung jawab dari setiap pengusaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi dan kreativitas. Jika hal ini dilakukan oleh setiap wirausaha, maka besarlah harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah bahkan menjadi sebuah usaha besar.

Menurut Hubeis, pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UMKM) tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a) Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan sumber daya lokal

b) Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing

c) Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor)

d) Berbasis bahan baku lokal e) Subtitusi impor

2.2.3 Teknik Pengembangan Usaha

Menurut Suryana (2013:156), pengembangan usaha dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pengembangan Skala Ekonomis

Peningkatan skala ekonomis dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, sistem distribusi dan tempat usaha. Peningkatan skala ekonomis dilakukan apabila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka panjang yang berarti

mencapai skala ekonomis, jika peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang, maka tidak baik untuk dilakukan. 2. Perluasan Cakupan Usaha

Perluasan cakupan usaha dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi serta dengan teknologi yang berbeda.

Lingkup usaha ekonomis dapat didefenisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama – sama lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi masing – masing produk apabila diproduksi terpisah

Dokumen terkait