• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.3.4. Usaha-Usaha Bank Umum

Usaha-usaha bank umum, meliputi :

a. Menghimpun dana dalam masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya.

b. Memberikan kredit

c. Menertibkan surat pengakuan hutang

d. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

e. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. f. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagai

dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.

g. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan usaha wali amanat.

h. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

i. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan. (Harijanto, 2005 : 25-26).

2.2.3.5. Umum Berdasarkan Kepemilikan

Bank umum di Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi: a. Bank Umum Milik Negara (BUMN)

Bank ini biasa disebut bank milik pemerintah karena seluruhnya sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Status badan hukumnya adalah Perusahaan Perseroan atau biasa disebut Persero. Contoh bank- bank milik pemerintah dewasa ini antara lain :

- Bank Negara Indonesia 1946 (BNI) - Bank Rakyat Indonesia (BRI) - Bank Tabungan Negara (BTN) - Bank Mandiri

b. Bank Pemerintah Daerah

Bank ini biasa disebut Bank Pembangunan Daerah (BPD) bank- bank tersebut didirikan dengan Undang-Undang tersendiri yaitu Undang-Undang No.13 tahun 1962. Dengan diundangkannya UU No.7 tahun 1882 maka BPD tersebut harus berubah status hukumnya menjadi perusahaan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah masing-masing daerah. Sampai saat ini Provinsi telah memiliki BPD masing-masing. Contoh BPD yang ada dewasa ini antara lain :

- BPD Jawa Barat - BPD Jawa Tengah - BPD Jawa Timur c. Bank Swasta Nasional

Bank Swasta Nasional dalam kegiatan operasionalnya terbagi menjadi dua, yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum bukan Devisa. Bentuk hukum Bank Umum Swasta Nasional yang telah beroperasi pada saat ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Contoh Bank Swasta Nasional antara lain :

- Bank Central Asia (BCA) - Bank Niaga

- Bank Lippo - Bank Mega d. Bank Asing

Sesuai dengan PP.No. 3 tahun 1968 pemerintah menginjinkan 10 bank asing membuka cabangnya di Indonesia. Paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988 memberi kelonggaran pada kantor-kantor cabang bank asing yang telah beroperasi diperkenankan membuka kantor dan melakukan usahanya sebagai kantor cabang pembantu dan di 8 kota yaitu : Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, Ujung pandang dan Batam. Bank-bank asing yang selama ini diijinkan beroperasi di Indonesia antara lain sebagai berikut : - City Bank

- ABN AMRO Bank - Standart Chartered Bank

- Bank of Tokyo e. Bank Campuran

Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu bank atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Contoh bank campuran :

- Bank Finconencia - Bank Merincorp - Intern Pacific Bank

- Mitsubishi Buana Bank. (Harijanto, 1999 : 22-24).

2.2.4. Tingkat Inflasi

2.2.4.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agregat) meningkat secara terus-menerus dan mempengaruhi individu, dunia usaha dan pemerintah. (Puspopranoto, 2004 : 38).

Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang dan jasa secara terus- menerus pada suatu periode tertentu. (Nopirin, 2000 : 25).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk kenaikkan secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga-harga yang lain. (Boediono, 2001 : 161).

Beberapa pengertian yang patut digaris bawahi dalam definisi inflasi tersebut adalah mencakup tiga aspek yaitu :

1. Adanya kecenderungan (tendency) harga-harga untuk meningkat,

yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik dubandingkan dengan sebelumnya.

2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus (sustained),

yang berarti peningkatan harga tersebut bukan hanya terjadi pada suatu waktu tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara terus- menerus dalam jangka waktu yang lama.

3. Mencakup pengertian tingkat harga umum (general level prices),

yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja. (Anonim, 2000 : 11).

2.2.4.2 Jenis-Jenis Inflasi

Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, berdasarkan tingkat keparahannya. Kedua, berdasarkan penyebabnya, yang sangat berkaitan erat dengan arus uang dan barang. Ketiga, berdasarkan asalnya.

a. Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibedakan atas beberapa macam, yaitu :

 Inflasi ringan (dibawah 10% setahun).  Inflasi sedang (antara 10-30% setahun).  Inflasi berat (antara 30-100% setahun).

 Hiperinflasi (diatas 100% setahun). b. Berdasarkan Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran perusahaan).

Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation

Harga D2 S P2 D1 P1 D2 D 1 Q1 Q2 Output Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro,

Penerbit BPFE UGM,Yogyakarta, Halaman 156.

Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai pada P1 dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada

perpotongan antara kurva permintaan D1 dan kurva penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D2 pergeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan.

Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil

(dari Q1 ke Q2) dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah yang disebut demand pull inflation (inflasi tarikan permintaan)

yang disebabkan penggeseran kurva permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan inflasi.

2. Inflasi Dorongan Penawaran (Cost Push Inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikkan biaya produksi biasanya ditandai dengan kenaikkan harga barang serta turunnya produksi (misalnya kenaikkan harga barang baku yang didatangkan dari luar negeri, kenaikkan harga harga BBM).

Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation

Harga S2 P2 S1 P1 D Q1 Q2 Output

Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro,

Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 157. Pada gambar diatas bahwa bila ongkos produksi naik (misalnya kenaikan sarana produksi naik dari luar negeri atau karena harga bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S1 ke S2, harga tentu saja naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya.

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan yang gagal dan sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negri (Imported Inflation)

Inflasi yang berasal dari luar negri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga yaitu inflasi diluar negri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita.

Dokumen terkait