ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KREDIT INVESTASI PADA BANK
UMUM DI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh : Titik Setyowati 0811010002/FE/JE
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang
peneliti susun dengan judul “ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KREDIT INVESTASI PADA BANK UMUM DI SURABAYA ” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali
menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Bapak
Drs. Ec. Arief Bachtiar, MSi, selaku dosen pembimbing utama telah banyak
meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan,
dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan
rasa hormatdan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
3. Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta dan teman-teman yang telah
memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta
spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah
dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa
perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Bank Indonesia cabang Kota
Surabaya, dan Badan Pusat Statistik cabang Kota Surabaya, yang telah
memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk
mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat,
serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu
sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Surabaya, Pebruari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
ABSTRAKSI...xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...6
1.3. Tujuan Penelitian...…...7
1.4. Manfaat Penelitian...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HasilPenelitian Terdahulu...9
2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu...14
2.2. Landasan Teori...15
2.2.1. Kredit...….15
2.2.1.1. Pengertian Kredit...15
2.2.1.2. FungsiKredit.…...16
2.2.1.3. Tujuan Kredit.…...17
2.2.1.5. Kebijakan Perkreditan...22
2.2.1.6. Penilaian Kredit...23
2.2.1.7. Jenis-Jenis kredit.…...24
2.2.1.8. Syarat Kredit.…...28
2.2.2. Kredit Investasi...29
2.2.2.1. Pengertian Kredit Investasi...29
2.2.2.2. Tujuan Kredit Investasi...30
2.2.3. Bank..……...33
2.2.3.1. Pengertian Bank...33
2.2.3.2. Jenis-Jenis Bank...34
2.2.3.3. Pengertian Bank Umum...35
2.2.3.4. Usaha-Usaha Bank Umum...36
2.2.3.5. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan...37
2.2.4. Tingkat Inflasi...39
2.2.4.1. Pengertian Inflasi...39
2.2.4.2. Jenis-Jenis Inflasi ...40
2.2.4.3. Dampak Inflasi...43
2.2.4.4. Teori-Teori Inflasi...44
2.2.4.5. Cara Mengatasi Inflasi...46
2.2.4.6. Hubungan Tingkat Inflasi Dengan Kredit Investasi...49
2.2.5. Jumlah Dana Bank...50
2.2.5.2. Hubungan Jumlah Dana Bank Dengan
Kredit Investasi...52
2.2.6. Tingkat Suku Bunga...53
2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga...53
2.2.6.2. Pengertian Suku Bunga Menurut Kaum Klasik...56
2.2.6.3. Tingkat Suku Bunga Menurut Teori Keynes...56
2.2.6.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga...57
2.2.6.5. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Kredit Investasi...62
2.2.8. Jumlah Industri...63
2.2.8.1. Pengertian Industri...63
2.2.8.2. Klasifikasi Industri...…...64
2.2.8.3. Hubungan Jumlah Industri Dengan Kredit Investasi...67
2.3. Kerangka Pikir...68
2.4. Hipotesis...72
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...73
3.2. Teknik Penentuan Data...74
3.3.1. Jenis Data...75
3.3.2. Sumber Data...75
3.4. Teknik Pengumpulan Data...75
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis...76
3.5.1. Teknik Analisis...76
3.5.2. Uji Hipotesis...77
3.6. Uji Asumsi Klasik...81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian…………...86
4.1.1. Keadaan Umum Provinsi Jawa Timur...86
4.1.2. Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur...87
4.1.3. Keadaan Penduduk Provinsi Jawa Timur….…...89
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...90
4.2.1. Perkembangan Kredit Investasi Di Surabaya...91
4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi ………....…...92
4.2.3. Perkembangan Jumlah Dana Bank...93
4.2.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit ……..…...94
4.2.5. Perkembangan Jumlah Industri...………...…...95
4.3 Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Sesuai Dengan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate)…………..………...964.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ………..….……...101
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ………...……...…...103
4.3.4. Pembahasan...109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...113
5.2. Saran...114
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation...41
Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation...42
Gambar 3 : Kerangka Pikir Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Kredit Investasi Pada Bank Umum di Surabaya...71
Gambar 4 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis
Secara Simultan...79
Gambar 5 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis
Secara Parsial...80
Gambar 6 : Kurva Durbin-Watson...83
Gambar 7 : Kurva Statistik Durbin-Watson Kredit Investasi...97
Gambar 8 : Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis
Secara Simultan atau Keseluruhan...103
Gambar 9 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor
Tingkat Inflasi (X1) Terhadap Kredit Investasi
(Y)...105
Gambar 10 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor
Jumlah Dana Bank (X2) Terhadap Kredit Investasi (Y)... 106
Gambar 11 :
...107 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Tingkat
Gambar 12 : Kurva Distribus a Parsial Jumlah
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Tabel Autokorelasi Durbin-Watson...84
Tabel 2 : Penyaluran Kredit Pada Investasi
Tahun 2001 – 2010 ...91
Tabel 3 : Perkembangan Inflasi Di Surabaya
Tahun 2001 – 2010...93
Tabel 4 : Perkembangan Jumlah Dana Bank Di Surabaya
Tahun 2001 – 2010...94
Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit Di Surabaya
Tahun 2001 – 2010...95
Tabel 6 : Perkembangan Jumlah Industri Di Surabaya
Tahun 2001 – 2010...95
Tabel 7 : Tes Multikolinier ...98
Tabel 8 : Tabel Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi
Rank Spearman
Korelasi...99
....… ………...…..102
Tabel 10 : Hasil Analisis Variabel Tingkat Inflasi (X1),
Jumlah Dana Bank (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), i Hasil Analisis Secar
Industri (X5) Terhadap Kredit Investasi (Y)...108
DAFTAR L MPIRAN
ampiran 1 : Data Input Provinsi Jawa Timur
ampiran 2
Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)
Lampiran 3 : Regresi Linier Berganda (Coefficients, Collinearity
Diagnostics)
Lampiran 4 : Berganda (Residuals Statistics,
onparametric Correlations)
ampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai F
ampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai t
ampiran 7 : Tabel Pengujian Nilai Durban-Watson
A
L
L : Hasil Analisis Regresi Linier Berganda (Descriptive Statistics,
Hasil Analisis
Hasil Analisis Regresi Linier
N
L
L
ANALISIS KREDIT INVESTASI PADA BANK UMUM DI SURABAYA
Oleh :
emudian menyalu
ial Science) versi 13.0. A
tersebut yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel Permintaan Kredit Investasi Di Surabaya (Y) adalah variabel Jumlah Dana Bank (X2).
: Tingkat Inflasi, Jumlah Dana Bank, Tingkat Suku Bunga Kredit, dan Jumlah Industri.
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Titik Setyowati
ABSTRAKSI
Kebijakan moneter yang dilaksanakan melalui perbankan yang terorganisir seperti Bank Sentral, Bank Umum, dan lain-lain bisa digunakan untuk menggairahkan pembentukan dana masyarakat untuk membiayai kegiatan ekonomi sesuai dengan kualitas dan tahap-tahap pembangunan. Kebijakan moneter dimaksud untuk mendorong pembentukan dana masyarakat, k
rkan kembali dana tersebut melalui perbankan dalam bentuk penyediaan uang dan kredit atau sering diistilahkan alokasi dana ke dalam investasi.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya dan Kantor Bank Indonesia (BI) cabang Kota Surabaya yang diambil selama kurun waktu 10 tahun mulai dari tahun 2001-2010. Untuk analisis data menggunakan alat bantu
komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Soc
nalisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji F dan uji t statistik.
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Tingkat Inflasi (X1), Jumlah Dana Bank (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), dan Jumlah Industri (X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Permintaan Kredit Investasi Di Surabaya (Y). Sedangkan pengujian secara parsial variabel Tingkat Inflasi (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Kredit Investasi Di Surabaya (Y). Variabel Jumlah Dana Bank (X2) berpengaruh secara nyata terhadap Kredit Investasi Di Surabaya (Y).
Variabel Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap Kredit Investasi Di Surabaya (Y). Variabel Jumlah Industri (X4) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Kredit Investasi Di Surabaya (Y). Dari ke empat variabel
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memasuki pertengahan tahun 2009, tampaknya perekonomian
nasional yang dalam sepuluh tahun terakhir dilanda krisis ekonomi belum
memperlihatkan tanda – tanda menjanjikan menuju pemulihan. Indonesia
selama 30 tahun dengan tingkat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi
mencapai 7,5 % (1996) yang selalu dipuji oleh negara luar, ternyata telah
mengalami kehancuran hanya dalam kurun waktu beberapa bulan.
Pertumbuhan ekonomi negeri hampir terjadi diseluruh sektor ekonomi.
Sektor industri yang sebagian besar di monopoli oleh konglomerat dan
sebelum krisis mempunyai peran dalam menyumbangkan nilai tambah
pada perekonomian nasional, ternyata menunjukkan pertumbuhan
negative. Berdasarkan hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), laju
pertumbuhan ekonomi tahun 1998 menunjukkan angka 13,68 % yang
bermakna terjadi penurunan produksi sebesar 13,68 % dibanding tahun
1997. (Anonim, 1998 : 25).
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan tidak
terlepas dari pembangunan nasional yang dilakukan oleh masing-masing
daerah. Pembangunan nasional diharapkan antar daerah, dalam hal ini
dilakukan melalui pembangunan yang serasi dan terpadu dalam mencapai
suatu tujuan. Salah satu sarana yang berkaitan dengan perkembangan dan
Penunjang pemberian modal pinjaman yang salah satunya dilakukan
melalui penyaluran kredit oleh lembanga perbankan. Peran penting
perbankan disebabkan oleh fungsi utama dari bank karena bank sebagai
penerima dan penghimpun dana baik bagi perorangan, badan-badan
pemerintah maupun badan usaha swasta, selanjutnya berfungsi sebagai
penyalur dana melalui kegiatan perkreditan kepada pihak-pihak yang
memerlukan baik dari pihak dunia usaha maupun individu secara tepat,
yang berazaskan demokrasi ekonomi yang mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan dan
hasil-hasil, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
taraf hidup rakyat banyak
Bantuan kredit modal kerja pada sektor industri diharapkan dapat
meningkatkan hasil produksi serta meningkatkan pendapatan sehingga
dapat menyediakan kesempatan kerja baru, penambahan mesin-mesin
produksi untuk meningkatkan suatu usaha yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarga, baik keluarga pemilik modal itu
sendiri atau yang hanya sebagai buruh dan secara tidak langsung dapat
membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan memulihkan
perekonomian yang mengalami penurunan. (Kasmir, 2002 : 98).
Pada tahun 1995 pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang
No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Dikeluarkannya undang-undang ini
dengan pertimbangan bahwa dalam pembangunan nasional usaha kecil
yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis dalam
mewujudkan struktur yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi
ekonomi. Selanjutnya adalah usaha untuk memberikan perhatian bahwa
untuk membina dan mengembangkan sektor industri. Upaya tersebut
berusaha untuk menjadikan dunia usaha nasional mampu menjadi
kekuatan nasional yang tangguh. Disamping itu juga diperlukan struktur
dunia usaha nasional yang andal dan kukuh antara lain ditunjukkan dengan
semakin menguatnya peranan usaha kecil dan usaha besar yang tangguh
dan saling menyangga antara usaha kecil dan usaha besar.
Dalam proses pemberdayaan sektor industri terdapat dua pendekatan
yaitu penciptaan iklim usaha dan melalui pembinaan serta pengembangan.
Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah berupa penetapan
perundang-undangan dan kebijaksanaan di berbagai aspek kehidupan
ekonomi agar usaha kecil dapat memperoleh kepastian, kesempatan yang
sama,dan dukungan usaha seluas-luasnya, sehingga menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri. Iklim usaha di tumbuhkan pamerintah melalui
penetapan peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan yang meliputi
berbagai aspek: pendanaan, prasarana, informasi, kemitraan, parizinan
usaha dan perlindungan. Pembinaan dan pengembangan adalah upaya
yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui
pemberian bimbingan dan bantuan untuk memperkuat, menumbuhkan dan
dan mandiri. Pembinaandan pengembangan di lakukan dalam bidang
produksi pengolahan, pemasaran sumberdaya manusia dan teknologi.
Keswadayaan biasanya dihubungkan sering dengan modal / biaya,
material dan tenaga kerja. Sebagai pengusaha sabaiknnya mempunyai
ketiga hal tadi agar mampu menjadi pengusaha yang mandiri. Masalah
yang dihadapi dalam proses kegiatan akan dapat dipecahkan oleh mereka
sendiri yang sudah barang tentu melalui proses belajar dan pengalaman.
Keterlibatan anggota keluarga di dalam peningkatan usaha sangat
diperlukan terutama didalam permodalan, produksi, maupun permasaran.
Kedua pemberdayaan usaha kecil tersebut diharapkan dapat efektif dalam
pelaksanaan. Pemerintah telah berusaha dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk semakin menjadikan usaha kecil menjadi tangguh dan
mandiri.
Pengusaha sangat memerlukan sumber dana yang cukup besar guna
menumbuhkan dan meningkatkan produksi pengusaha dalam menghadapi
globalisasi. Sumber dana tersebut diperoleh dari bank yang dihimpun, hal
ini sesuai dengan yang bersumber dari bank itu sendiri, dari masyarakat
luas dan dari lembaga yang lainnya. (Kasmir, 2002 : 62).
Untuk dapat meningkatkan kemampuan bank dalam menghimpun
dana yang terutama dari masyarakat luas, bank membuka kantor cabang
guna memberikan kemudahan dalam menghimpun dana dan menyalurkan
tepat waktu mempunyai pengaruh cukup berarti dalam mendorong kearah
perbaikan pendapatan nasional.
Sejalan dengan itu pemerintah memberikan prioritas pemberian kredit
kepada pengusaha kecil. Bank memberikan kredit yang selektif dimana
memperhatikan tingkat suku bunga. Dengan tingkat suku bunga yang
rendah akan dapat meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan pada
pengusaha.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa
Timur dari tahun ke tahun kredit investasi pada bank umum di Surabaya
mengalami peningkatan. Kredit investasi pada Bank Umum di kota
Surabaya pada tahun 2004 sebesar Rp.6.192.063. Pada tahun 2005 kredit
investasi pada Bank Umum di kota Surabaya mengalami peningkatan
sebesar Rp.7.054.994. Pada tahun 2006 kredit investasi pada Bank Umum
di kota Surabaya mengalami peningkatan sebesar Rp.8.293.432. Pada
tahun 2007 kredit investasi di kota Surabaya mengalami peningkatan
sebesar Rp.10.783.068. Pada tahun 2008 kredit investasi pada Bank
Umum di kota Surabaya mengalami peningkatan sebesar Rp.13.998.485.
Meningkatnya investasi yang terus menerus hal ini dikarenakan kota
Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia mempunyai
daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya di
Jawa Timur. Untuk itulah diperlukan peran perbankan khususnya bank
umum di Surabaya untuk dapat menghimpun dananya seefektif mungkin
debitur yang ingin memulikan kembali perekonomian. Hal ini berdampak
positif pada tingkat investasi meningkat pada suatu kota khususnya
Surabaya karena perluasan investasi yaitu melalui pendirian, penambahan
mesin-mesin produksi dapat meningkatkan penyediaan kesempatan kerja
dan meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. (Anonim, 2006 : 22). Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengamati masalah kredit investasi di Surabaya dan mengkaji lebih dalam
lagi tentang “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kredit
Investasi Pada Bank Umum di Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Apakah Tingkat Inflasi, Jumlah Dana Bank, Tingkat Suku Bunga
Kredit, dan Jumlah Industri berpengaruh terhadap Kredit Investasi
di Surabaya ?
b. Diantara variabel Tingkat Inflasi, Jumlah Dana Bank, Tingkat
Suku Bunga Kredit, dan Jumlah Industri manakah yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Kredit Investasi di
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di
kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apakah variabel Tingkat Inflasi, Jumlah Dana
Bank, Tingkat Suku Bunga Kredit, dan Jumlah Industri berpengaruh
terhadap Kredit Investasi di Surabaya?
b. Untuk mengetahui diantara variabel Tingkat Inflasi, Jumlah Dana
Bank, Tingkat Suku Bunga Kredit, dan Jumlah Industri manakah yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap Kredit Investasi di
Surabaya ?
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil
manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Pengembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu
yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai
koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana pengetahuan
untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”
b. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau
masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan ekonomi
khususnya dalam bidang perbankan guna untuk menarik minat
masyarakat untuk meningkatkan kredit investasi .
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah yang
baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan
analisis beberapa faktor yang mempengaruhi kredit investasi pada bank umum di
Surabaya, antara lain :
a. Adi (2004 : 69), dengan judul penelitian ”Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Penyaluran Kredit Investasi Pada Bank Umum Di
Jawa Timur”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel bebas
yang terdiri dari dana yang dihimpun (X1), tingkat suku bunga (X2),
dan jumlah kantor bank (X3) berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi pada bank umum di
Jawa Timur (Y) dengan F hitung = 4,31 > F tabel = 3,59. Sedangkan
dari analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri
dari dana yang dihimpun (X1) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi pada bank
umum di Jawa Timur (Y) dimana t hitung (X1) = 1,180 < t tabel =
2,701. Variabel tingkat suku bunga (X2) berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi pada bank
umum di Jawa Timur (Y) dimana t hitung (X2) = 3,105 > t tabel =
secara nyata terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit
investasi pada bank umum di Jawa Timur (Y) dimana t hitung (X3) =
3,170 > t tabel = 2,701.
b. Nugroho (2004 : 61), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Investasi Di Jawa
Timur”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel bebas yang
terdiri dari inflasi (X1), PDRB (X2), tingkat suku bunga kredit (X3)
jumlah dana masyarakat (X4), dan dana investasi (X5) berpengaruh
secara nyata terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit
investasi (Y) dengan F hitung = 4,708 > F tabel = 3,48. Sedangkan dari
analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari
inflasi (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat
yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X1) = 1,224 < t
tabel = 2,262. Variabel PDRB (X2) berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung
(X2) = 3,105 > t tabel = 2,701. Variabel tingkat suku bunga kredit
(X3) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X3) = 0,038 < t tabel =
2,262. Variabel jumlah dana masyarakat (X4) berpengaruh secara
nyata terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y)
dimana t hitung (X4) = 2,319 > t tabel = 2,262. Sedangkan variabel
hitung
(X5) = 4,076 > t tabel = 2,262.
c. Kusnarto dan Hendrati (2001 : 39), dengan judul jurnal penelitian
“Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Di Jawa Timur”. Dari
analisa uji F disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari dana
bank umum (X1), suku bunga kredit (X2), dan jumlah investor (X3)
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu kredit investasi
(Y) dengan F hitung = 100,190 > F tabel = 14,76. Sedangkan dari analisa
uji t, menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari dana bank
umum (X1) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
alokasi kredit (Y) dimana t hitung (X1) = 4,4547 > t tabel = 2,4469.
Variabel suku bunga kredit (X2) tidak berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat yaitu alokasi kredit (Y) dimana t hitung (X2) =
2,4228 < t tabel = 2,4469. Sedangkan variabel jumlah investor (X3)
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu alokasi kredit
(Y) dimana t hitung (X3) = 3,5505 > t tabel = 2,4469.
d. Muchtolifah (2001 : 6), dengan judul jurnal penelitian “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Alokasi Kredit Pada Bank Umum Dalam Wilayah
Kerja Di Bank Indonesia”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa
variabel bebas yang terdiri dari suku bunga kredit (X1), dana
masyarakat (X2), dan kredit likuiditas Bank Indonesia (X3) berpengaruh
secara nyata terhadap variabel terikat yaitu alokasi kredit (Y) dengan F
1) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu alokasi
kredit (Y) dimana t hitung (X1) = -2,474 > t tabel = -2,447. Variabel dana
masyarakat (X2) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat
yaitu alokasi kredit (Y) dimana t hitung (X2) = 4,548 > t tabel = 2,447.
Sedangkan variabel jumlah kantor bank (X3) berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat yaitu alokasi kredit (Y) dimana t hitung (X3) =
3,033 > t tabel = 2,447.
e. Herdiningsih (2005 : 59), dengan judul penelitian “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Investasi Pada Bank
Umum Di Jawa Timur”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa variabel
bebas yang terdiri dari tingkat suku bunga kredit investasi (X1), jumlah
dana yang dihimpun (X2), dan jumlah kantor bank (X3) berpengaruh
secara nyata terhadap variabel terikat yaitu kredit investasi (Y) dengan
F hitung = 18,466 > F tabel = 3,59. Sedangkan dari analisa uji t,
menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari tingkat suku bunga
kredit (X1) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X1) = 2,319 < t tabel =
2,201. Variabel jumlah dana bank (X2) berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dimana t
hitung (X2) = 2,374 > t tabel = 2,201. Sedangkan variabel jumlah kantor
hitung (X3) = 2,471 > t tabel =
2,201.
f. Herawati (2006 : 58), dengan judul penelitian “Analisis Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Investasi Pada Bank
Umum Nasional Di Jawa Timur”. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa
variabel bebas yang terdiri dari inflasi (X1), jumlah dana bank (X2),
tingkat suku bunga kredit (X3), dan jumlah kantor bank (X4)
berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu penyaluran
kredit investasi (Y) dengan F hitung = 11,980 > F tabel = 3,48. Sedangkan
dari analisa uji t, menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari
inflasi (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat
yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X1) = 0,496 < t tabel
= 2,228. Variabel jumlah dana bank (X2) berpengaruh secara nyata
terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dimana t
hitung (X2) = 5,386 > t tabel = 2,228. Variabel tingkat suku bunga kredit
(X3) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X3) = -2,545 > t tabel =
-2,228. Sedangkan variabel jumlah kantor bank (X4) berpengaruh secara
nyata terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y)
dimana t hitung (X4) = 2,887 > t tabel = 2,228.
g. Safitri (2006 : 59), dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang
Menyalurkan Kredit Investasi Pada Bank Swasta Nasional Di
1), Pendapatan Perkapita (X2),
dan jumlah kantor bank (X3) berpengaruh secara nyata terhadap
variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dengan F hitung =
14,088 > F tabel = 4,76. Sedangkan dari analisa uji t, menunjukkan
bahwa variabel bebas yang terdiri dari tingkat suku bunga kredit (X1)
tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat yaitu
penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X1) = 1,02 < t tabel =
1,943. Variabel Pendapatan Perkapita (X2) tidak berpengaruh secara
nyata terhadap variabel terikat yaitu penyaluran kredit investasi (Y)
dimana t hitung (X2) = 0,127 < t tabel = 1,943. Sedangkan variabel jumlah
kantor bank (X3) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat
yaitu penyaluran kredit investasi (Y) dimana t hitung (X3) = 3,533 > t tabel
= 1,943.
2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda
dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak
pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan jumlah variabel yang
digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang
telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali
ini dengan judul “Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kredit
digunakan dalam penelitian ini adalah Kredit Investasi di Jawa Timur (Y),
sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat
Inflasi (X1), Jumlah Dana Bank (X2), Suku Bunga Kredit (X3), Jumlah Industri
(X4).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kredit
2.2.1.1. Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya.
Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit
yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, Sehingga
mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai
dengan jangka waktunya. (Kasmir, 2003 : 101).
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun
1998 adalah peyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank
dengan pihak lain yang mawajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir, 2003 : 102).
Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk
melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan
datang, karena penyerahan barang-barang sekarang. (Suyatno, dkk, 1999 :
Kredit artinya penyediaan uang atau barang atau jasa kepada pihak lain,
tanpa imbalan secara langsung, tetapi dengan kepercayaan bahwa pihak
penerima uang atau barang tersebut akan mengembalikan utangnya sesudah
jangka waktu tertentu. (Harijanto, 1996 : 8).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dangan itu,
berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain.
Prestasi (misalnya uang atau barang) itu akan dikembalikan setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau pemberian bunga.
2.2.1.2. Fungsi Kredit
a. Kredit dapat meningkatkan manfaat dari sumber dana atau modal.
Hal ini dapat diungkapkan bila sumber dana yang berasal dari
masyarakat yang disalurkan kepada bank berupa simpanan yang
terdiri dari tabungan, sertifikat deposito, deposito berjangka dan giro
yang selanjutnya akumulasi dari dana-dana tersebut akan disalurkan
oleh bank dalam bentuk kredit kepada dunia usaha maka sumber
dana tersebut dapat meningkatkan manfaat bagi dunia usaha.
b. Kredit dapat meningkatkan jumlah peredaran uang. Artinya kredit
yang disalurkan oleh bank melalui rekening koran pada dunia usaha
akan menciptakan uang giral yang dapat diambil melalui cek atau
c. Kredit merupakan sarana didalam stabilitas ekonomi, yang artinya
bahwa penggunaan kredit harus didasarkan pada hal-hal yang
produktif yang dapat menyerap tenaga kerja yang bermuara pada
peningkatan taraf hidup rakyat untuk kemakmuran. Oleh karena itu
penggunaan kredit haruslah tepat pada sektor-sektor yang
mempunyai prioritas tinggi.
d. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Hal ini terbukti
dari banyak bank-bank dari negara maju yang beroperasional di
negara-negara berkembang dan membantu dalam hal modal melalui
perkreditan. Selain itu dalam hubungan ekonomi internasional
kelompok negara maju selaku donor dapat memberi kredit kepada
negara yang sedang berkembang guna meningkatkan kemajuan
perekonomian negara tersebut. Dalam hal ini sebagai contoh adalah
Indonesia dalam hal kredit mendapat bantuan dari CGI (Consultative
Group On Indonesia). (Harijanto, 1999 : 90).
2.2.1.3. Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang
hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan
pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi masing-masing bank
Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit adalah sebagai
berikut:
a. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh
keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga
yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya adminitrasi
kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini sangat
penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntugan
juga bisa memperbesar usaha bank.
b. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dengan dana tersebut maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik
bank ataupun nasabah sama-sama diuntungkan.
c. Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai
bidang, antara lain sebagai berikut :
1. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari
bank.
2. Membantu kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit
3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa
sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat
meningkatkan produksi barang dan jasa yang beredar di
masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat akan memiliki
banyak pilihan.
4. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk
yang sebelumnya di impor dan apabila sudah dapat di produksi
sendiri didalam negeri fasilitas kredit yang ada jelas akan
menghemat devisa negara.
5. Meningkatkan devisa negara, apabila produk yang dibiayai
untuk keperluan ekspor. (Kasmir, 2003 : 105-106).
2.2.1.4. Unsur-Unsur Kredit
Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain
didalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu.
Sehingga jika kita berbicara tentang kredit maka termasuk membicarakan
unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Adapun unsur-unsur ynag terkandung didalam pemberian suatu fasilitas
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi
kredit bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterima kembali di
masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan
diberikan oleh bank sebagia dasar utama yang melandasi mengapa
suatau kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit
dikucurkan maka harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih
dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern
maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi
pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan
dan etika baik nasabah terhadap bank.
b. Kesepakatan
Disamping unsur precaya didalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima
kredit. Kesepakatan ini dituangkan Dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing. Kesepakatan ini dituangkan dalam akad kredit dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak sebelum kredit tersebut
dikucurkan.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
(dibawah 1 tahun), jangka menengah (1-3 tahun), atau jangka
panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu
pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah
pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang
sesuai kebutuhan.
d. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit
akan memungkinkan munculnya suatu resiko tidak tertagihnya atau
macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu
kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.
Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja
maupun resiko yang tidak disengaja. Misalnya karena bencana alam
atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainya
sehinga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang
diperolehnya.
e. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa adalah merupakan keuntugan atau
pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis
kovensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping
balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada
nasabah biaya adminitrasi kredit yang juga merupakaan keuntungan
bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya
2.2.1.5. Kebijakan Perkreditan
Peranan kredit bagi debitur maupaun bank sangat penting dan
kerjasama tersebut harus memberikan keuntungan bagi keduanya. Agar kedua
belah pihak memperoleh manfaat sebesar- besarnya dan dapat tumbuh
berkembang dengan baik, Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia
mengeluarkan berbagai aturan yang dimaksudkan agar penyaluran kredit
bank dilakukan secara sehat. Regulasi atau peraturan yang di tunjukan untuk
perbankan sebagian besar diterapkan di bidang perkreditan. Peraturan atau
regulasi tersebut, antara lain :
a. Peraturan atau regulasi berkaitan dengan penyaluran kredit, antara
lain kewajiban bagi bank umum untuk menyalurkan kredit ke usaha
kecil (KUK), mewajibkan setiap bank membuat rencana bisnis
(business plan) jangka tiga tahunan (setiap tahun yang dijalani
berakhir harus diganti dengan satu tahun di depan, sehingga
perencanaan tersebut selalu menggambarkan business plan dalam
tiga tahunan), dan sebagainya.
b. Peraturan atau regulasi berkaitan dengan pengelolaan kredit, antara
lain regulasi tentang tata cara penyaluran kredit yang sehat
misalnya yang diatur dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1992
tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No.10 tahun 1998 dan SK Direksi Bank Indonesia No.
27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang kewajiban
c. Peraturan atau regulasi berkaitan dengan penyediaan modal untuk
menyerap risiko kredit, antara lain ketentuan penyediaan modal
minimum (CAR) sebesar 8% yang akan terus ditingkatkan menjadi
12-17% sesuai rekomendasi BIS (Bank for International
settlement), dan sebagainya.
d. Peraturan atau regulasi berkaitan dengan pembatasan penyaluran
kredit, antara lain pembatasan maksimum kredit yang diberikan
(BMPK), Pembatasan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
bank, pembatasan kepada debitur besar, dan sebagainya.
e. Peraturan atau regulasi lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
risiko kredit yang saat ini masih berupa draft antara lain
Undang-Undang Perkreditan, Pedoman Penerapan Manajemen Risiko di
Perbankan Indonesia yang berisi tentang kewajiban setiap bank
untuk mempunyai pedoman yang dapat dipergunakan untuk
mengukur, menilai dan menetapkan besarnya risiko kredit yang
dapat diterima bank, serta menetapkan unit kerja yang secara terus
menerus memonitor perkembangan risiko kredit tersebut, dan
sebagainya. (Suhardjono, 2005 : 17-18).
2.2.1.6. Penilaian Kredit
Penilaian ini sering juga disebut dengan analis kredit yang
dilaksanakan oleh pejabat bank untuk seorang nasabah yang akan
mengajukan permohonan kredit. Proses penilaian kredit dipengaruhi
a. Jumlah kredit yang diminta oleh nasabah
b. Penggunaan kredit oleh nasabah
c. Perangkat teknologi bank
d. Dokumen hubungan histories antara nasabah dengan bank
Proses penilaian ini berkaitan dengan analisis nasabah dikemudian
hari supaya tidak menimbulkan kesulitan artinya pada waktu kredit jatuh
tempo nasabah dapat memenuhi kewajibannya dengan baik atau dengan kata
lain nasabah tidak default artinya kegagalan nasabah dalam membayar
kembali kredit yang diterima. (Harijanto, 1999 : 96).
2.2.1.7. Jenis-Jenis kredit
Beragam jenis usaha menyebabkan pula kebutuhan akan dana.
Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi
beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan oleh
nasabah.
Didalam prakteknya kredit yang diberikan bank umum dan bank
perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum
jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:
a. Dilihat dari segi kegunaannya
1. Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang
biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
rehabilitasi. Sebagai contoh misalnya untuk membangun
pabrik atau membeli mesin-mesin.
2. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam kegiatan
operasinalnya. Sebagai contoh misalnya untuk membeli bahan
baku, membayar gaji pegawai, atau biaya lainya yang
berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit
1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa. Sebagai contoh kredit untuk membangun pabrik yang
nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan
menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan
menghasilkan barang tambang dan kredit industri akan
menghasilkan barang-barang Industri.
2. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Dalam kredit
ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan
karena memang digunakan atau dipakai oleh seseorang atau
kredit untuk mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan
kredit konsumtif lainnya.
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang akan diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktifitas perdagangannya seperti
untuk membeli barang dagangan tersebut. Kredit ini sering
diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang
akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini
misalnya kredit ekspor-impor.
c. Dilihat dari segi jangka waktu
1. Kredit Jangka Pendek
Kredit yang mememiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun
atau paling lama 1 tahun biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja. Sebagai contoh kredit perternakan ayam.
2. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1-3 tahun dan biasanya
kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai
contohnya kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau
perternakan kambing.
3. Kredit Jangka Panjang
Kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit
jangka panjang waktu pengembaliannya adalah diatas 3-5
seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan
untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
a) Kredit Dengan Jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud ataupun barang
yang tidak berwujud. Artinya setiap yang dikeluarkan akan
dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit
tertentu jaminannya harus melebihi jumlah kredit yang
diajukan oleh si calon debitur.
b) Kredit Tanpa Jaminan
Kredit yang diberikan tanpa adanya jaminan barang atau
usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon
debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
5. Dilihat dari sektor usaha
a) Kredit Pertanian
Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka
pendek atau jangka panjang.
b) Kredit Perternakan
Kredit yang diberikan untuk sektor perternakan baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek
misalnya perternakan ayam dan jangka panjang untuk
c) Kredit Industri
Kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik
Industri kecil, Industri menengah, maupun industri besar.
d) Kredit Pertambangan
Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha
tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang,
seperti tambang emas, minyak ataupun timah.
e) .Kredit Pendidikan
Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk
mahasiswa.
f) Kredit Profesi
Kredit yang diberikan kepada kalangan para professional
seperti dosen, dokter, atau pengacara.
g) Kredit Perumahan
Kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu
panjang. (Kasmir, 2003 : 109-112).
2.2.1.8. Syarat Kredit
Sesuai dengan asal kata kredit yang berarti kepercayaan maka kredit
dapat berlangsung bila ada kepercayaan terhadap penerima kredit.
badan usaha. Kelayakan seseorang atau badan usaha penerima kredit
dipengaruhi oleh 5 C yaitu:
1. Character atau tabiat serta kemauan pemohon untuk memenuhi
kewajiban. Perlu diteliti tentang kebiasaan kepribadian, cara hidup
dan keadaan keluarga serta moral.
2. Capacity yaitu kemampuan, kepandaian dan ketrampilan
menggunakan kredit yang diterima sehingga memperoleh
kemajuan, keuntungan serta mampu melunasi kewajiban atau
utangnya.
3. Capital yaitu modal seseorang atau badan usaha penerima kredit.
Tidak semua modal harus bersumber dari kredit.
4. Collateral, yaitu kepastian berupa jaminan yang dapat diberikan
oleh penerima kredit. Anggunan atau jaminan sebagai alat
pengaman dari ketidakpastian pada waktu yang akan datang pada
saat kredit harus dilunasi.
5. Condition of economies yaitu dalam rencana pelepasan kredit harus
mampu melihat ke depan, yaitu bagaimana keadaan perekonomian
masa yang akan datang.
2.2.2. Kredit Investasi
2.2.2.1. Pengertian Kredit Investasi
Dalam pelaksanaan pembangunan ,bank pemerintah memegang peranan
penting dalam pemberian kredit investasi. kredit investasi merupakan fasilitas
membiayai capital goods, seperti pendirian pabrik, renovasi pabrik, pembelian
mesin baru, dan lain-lain. (Iswardhono, 1999 : 87).
Kredit investasi ialah kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan
usaha atau membangun proyek / pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk
suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah
untuk kegiatan utama suatu perusahaan. (Kasmir, 2000 : 76).
Kredit investasi adalah untuk keperluan perluasan usaha membangun
proyek atau pabrik baru untuk keperluan rehabilitas. (Khasmir, 1998 : 99).
Dapat disimpulkan bahwa kredit investasi ialah kredit yang diberikan
oleh bank kepada suatu perusahaan untuk keperluan usaha, renovasi, rehabilitas,
dan pembangunan proyek maupun pabrik baru.
2.2.2.2. Tujuan Kredit Investasi
Tujuan kredit investasi adalah memberikan kelonggaran dan
kemudahan kepada nasabah untuk lebih leluasa dalam mengolah usahanya
dan meningkatkan tingkat produksi dan penjualannya.
Dana pembiayaan kredit investasi secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Dana anggaran pemerintah yang disalurkan melalui perbankan
2. Dana bank sentral.
3. Dana dari bank pemerintah.
4. Dana dari pengusaha.
5. Dana dari luar negeri, baik yang berupa kredit luar negeri
Sejak diterbitkan oleh pemerintah paket kebijakan keuangan,
moneter, dan perbankan 27 Oktober 1988, dana pembiayaan kredit investasi
seluruhnya berasal dari bank pemerintah dan swasta. dana tersebut sebagian
besar dari giro, tabungan, deposito perbankan lainnya, dan bank sentral.
Bagi debitur permintaan kredit pada umumnya digunakan untuk
membuat bahan baku sendiri yang semula diimpor atau dipasok perusahaan
lain, penggantian aktiva tetap yang telah habis umur teknis dan
ekonomisnya, meningkatkan kapasitas produksi / perluasan, dan sebagainya.
Sedangkan alasan debitur mengambil kredit investasi yaitu untuk
meningkatkan efisien biaya, aktiva tetap yang lama sering mengalami
kerusakan dan membutuhkan biaya pemeliharaan yang cukup tinggi, adanya
peningkatan permintaan / penjualan dan sebagainya.
Dalam pemberian kredit investasi hal-hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
a. Resiko kredit yang ditanggung bank akan semakin besar mengingat
jangka waktu pengembalian kredit juga makin lama. oleh karena itu
peranan sharing dana calon debitur (own share) sangat penting.
semakin besar own share debitur yang lebih besar atas keberhasilan
proyek akan mendorong tanggung jawab debitur yang lebih besar
atas keberhasilan proyek yang akan dikerjakan. karena apabila
proyek berisiko gagal maka own share debitur pada proyek juga
akan menjadi tidak produktif. disamping itu juga perlu diperhatikan
b. Perhitungan cash flow debitur harus akurat arena perhitungan ini
akan dipergunakan untuk menentukan jadwal pembayaran kembali
pokok kredit yang dapat dilakukan secara bulanan, triwulan, atau
semestaran. kesalahan dalam menghitung cash flow akan berakibat
kredit menjadi bermasalah.
c. Disamping itu juga perhatikan kesesuaian antara rencana
penggunaan atau penarikan kredit dengan rencana pelaksanaan
investasi dan jangka waktu kredit.
d. Agar diperhatikan juga adanya kebutuhan tambahan modal kerja
akibat adanya investasi baru tersebut untuk mengantisipasi
terbengkalainya proyek karena kekurangan modal kerja.
e. Apabila selama masa kontruksi proyek belum menghasilkan dana
cash flow debitur belum mampu untuk membayar bunga berjalan,
maka dalam perhitungan kebutuhan kredit investasi perlu juga
dianalisa kemungkinan pemberian fasilitas penangguhan
pembayaran bunga selama masa kontruksi.
f. Pembinaan dan pengawasan terhadap penggunaan dan kemajuan
proyek harus tetap dilakukan setelah kredit realisasi, agar secara
terus menerus dapat memantau pelaksanaan dan perkembangan
proyek dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya serta melakukan
2.2.3. Bank
2.2.3.1. Pengertian Bank
Istilah bank berasal dari bahasa Italia, Banca yang berarti meja yang
dipergunakan oleh para penukar uang di pasar. Pada dasarnya Bank adalah
merupakan tempat penitipan atau penyimpanan uang, pemberi atau penyalur
kredit dan juga perantara didalam lalu lintas pembayaran. (Iswardono, 1991 :
50).
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 14 tahun 1967 Bank adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Harijanto, 1999 : 12).
Bank didefinisikan oleh Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang
perubahan diatas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang sebagai badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Susilo, dkk,
2000 : 49).
Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan dengan uang
yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat
penukaran baru berupa uang giral. (Dendawijaya, 2003 : 25).
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan diatas maka yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2.2.3.2. Jenis-Jenis Bank
Dalam kegiatan perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Perbankan. Dan
jika ditinjau dari segi fungsinya, maka Bank dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Bank sentral
Bank yang mengatur berbagai kegiatan perbankan dan dunia
keuangan di suatu negara. Di setiap negara terdapat satu bank
sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi
bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia.
b. Bank umum
Bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan
melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu perorangan maupun
lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama Bank
Komersial dan dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu Bank Umum
Devisa dan Bank Umum Non Devisa.
c. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan
pedesaan Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank
kemudian melebur jadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
(Kasmir, 2003 : 7-8).
2.2.3.3. Pengertian Bank Umum
Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. (Harijanto, 2008 : 18). Bank umum adalah lembaga
keuangan yang menerima deposito atau simpanan dari masyarakat yang
dibayarkan atas permintaan dan pemberian kredit serta jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang. (Iswardono, 2005 : 61).
Bank umum adalah bank yang dalam usahanya bertindak sebagai
pengumpul dana dalam bentuk simpanan baik giro maupun deposito serta
didalam usaha penyaluran dananya bertindak sebagai penyalur kredit usaha
pendek. (Iswardono, 2001: 54).
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pengertian Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa yang ada. (Kasmir, 2003 : 61).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
Bank Umum badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkanya kembali kepada masyarakat dalam
dikenal dengan nama Bank Komersial dan dikelompokkan kedalam 2 jenis
yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum Non Devisa.
2.2.3.4. Usaha-Usaha Bank Umum
Usaha-usaha bank umum, meliputi :
a. Menghimpun dana dalam masyarakat dalam bentuk simpanan yang
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan
atau bentuk lainnya.
b. Memberikan kredit
c. Menertibkan surat pengakuan hutang
d. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
e. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
f. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagai
dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank,
dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan
secepatnya.
g. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan usaha
wali amanat.
h. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
i. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank,
sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan
Peraturan Perundang-undangan. (Harijanto, 2005 : 25-26).
2.2.3.5. Umum Berdasarkan Kepemilikan
Bank umum di Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi:
a. Bank Umum Milik Negara (BUMN)
Bank ini biasa disebut bank milik pemerintah karena seluruhnya
sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Status badan hukumnya adalah
Perusahaan Perseroan atau biasa disebut Persero. Contoh
bank-bank milik pemerintah dewasa ini antara lain :
- Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)
- Bank Rakyat Indonesia (BRI)
- Bank Tabungan Negara (BTN)
- Bank Mandiri
b. Bank Pemerintah Daerah
Bank ini biasa disebut Bank Pembangunan Daerah (BPD)
bank-bank tersebut didirikan dengan Undang-Undang tersendiri yaitu
Undang-Undang No.13 tahun 1962. Dengan diundangkannya UU
No.7 tahun 1882 maka BPD tersebut harus berubah status
hukumnya menjadi perusahaan daerah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan daerah masing-masing daerah. Sampai saat ini Provinsi
telah memiliki BPD masing-masing. Contoh BPD yang ada dewasa
ini antara lain :
- BPD Jawa Barat
- BPD Jawa Tengah
- BPD Jawa Timur
c. Bank Swasta Nasional
Bank Swasta Nasional dalam kegiatan operasionalnya terbagi
menjadi dua, yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum bukan
Devisa. Bentuk hukum Bank Umum Swasta Nasional yang telah
beroperasi pada saat ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Contoh
Bank Swasta Nasional antara lain :
- Bank Central Asia (BCA)
- Bank Niaga
- Bank Lippo
- Bank Mega
d. Bank Asing
Sesuai dengan PP.No. 3 tahun 1968 pemerintah menginjinkan 10
bank asing membuka cabangnya di Indonesia. Paket kebijaksanaan
27 Oktober 1988 memberi kelonggaran pada kantor-kantor cabang
bank asing yang telah beroperasi diperkenankan membuka kantor
dan melakukan usahanya sebagai kantor cabang pembantu dan di 8
kota yaitu : Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar,
Ujung pandang dan Batam. Bank-bank asing yang selama ini
diijinkan beroperasi di Indonesia antara lain sebagai berikut :
- City Bank
- ABN AMRO Bank
- Bank of Tokyo
e. Bank Campuran
Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu
bank atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia
yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu atau
lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Contoh bank campuran :
- Bank Finconencia
- Bank Merincorp
- Intern Pacific Bank
- Mitsubishi Buana Bank. (Harijanto, 1999 : 22-24).
2.2.4. Tingkat Inflasi
2.2.4.1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agregat) meningkat
secara terus-menerus dan mempengaruhi individu, dunia usaha dan
pemerintah. (Puspopranoto, 2004 : 38).
Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang dan jasa secara
terus-menerus pada suatu periode tertentu. (Nopirin, 2000 : 25).
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk kenaikkan secara
umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian
Beberapa pengertian yang patut digaris bawahi dalam definisi
inflasi tersebut adalah mencakup tiga aspek yaitu :
1. Adanya kecenderungan (tendency) harga-harga untuk meningkat,
yang berarti mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu
tertentu naik dubandingkan dengan sebelumnya.
2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus (sustained),
yang berarti peningkatan harga tersebut bukan hanya terjadi pada
suatu waktu tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara
terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.
3. Mencakup pengertian tingkat harga umum (general level prices),
yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada
satu atau beberapa komoditi saja. (Anonim, 2000 : 11).
2.2.4.2 Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, berdasarkan tingkat
keparahannya. Kedua, berdasarkan penyebabnya, yang sangat berkaitan erat
dengan arus uang dan barang. Ketiga, berdasarkan asalnya.
a. Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibedakan atas beberapa
macam, yaitu :
Hiperinflasi (diatas 100% setahun).
b. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan
berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga
umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran
perusahaan).
Gambar 1 : Kurva Demand Pull Inflation
Harga D2 S
P2 D1
P1 D2
D 1
Q1 Q2 Output
Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit BPFE UGM,Yogyakarta, Halaman 156.
Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai
pada P1 dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada
perpotongan antara kurva permintaan D1 dan kurva penawaran
S. Kurva permintaan bergeser keluar D2 pergeseran seperti itu
Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil
(dari Q1 ke Q2) dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah
yang disebut demand pull inflation (inflasi tarikan permintaan)
yang disebabkan penggeseran kurva permintaan menarik keatas
tingkat harga dan menyebabkan inflasi.
2. Inflasi Dorongan Penawaran (Cost Push Inflation)
Inflasi yang timbul karena kenaikkan biaya produksi biasanya
ditandai dengan kenaikkan harga barang serta turunnya
produksi (misalnya kenaikkan harga barang baku yang
didatangkan dari luar negeri, kenaikkan harga harga BBM).
Gambar 2 : Kurva Cost Push Inflation
Harga S2
P2 S1
P1
D
Q1 Q2 Output
Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro,
Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 157.
Pada gambar diatas bahwa bila ongkos produksi naik (misalnya
kenaikan sarana produksi naik dari luar negeri atau karena harga bahan
bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S1 ke S2,
harga tentu saja naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya.
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang
baru, panenan yang gagal dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negri (Imported Inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negri adalah inflasi yang timbul
karena kenaikan harga-harga yaitu inflasi diluar negri atau di
negara-negara langganan berdagang negara kita.
2.2.4.3. Dampak Inflasi
Akibat buruk dari inflasi dapat dibedakan menjadi dua aspek :
a. Akibat Buruk pada Perekonomian
Inflasi yang sangat tinggi dan tidak terkendali dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi negara, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
berikut :
1. Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif
kepercayaan pada nilai uang yang semakin turun
menyebabkan masyarakat pemilik modal menanamkan
uangnya pada investasi yang bersifat spekulatif, misal : tanah,
bangunan dan benda berharga.
2. Tingkat bunga meningkatkan dan akan menggurangi investasi,
untuk menghindari merosotnya nilai modal yang dipinjamkan
perbankan kepada debitur, maka institusi perbankan akan
meningkatkan bunga kreditnya sehingga akan mempengaruhi
3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan
ekonomi dimasa yang akan datang
4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran, inflasi
menyebabkan harga barang impor lebih murah dibandingkan
dengan barang produksi dalam negeri.
b. Akibat Buruk pada Individu dan Masyarakat
1. Memperburuk distribusi pendapatan
Dalam masa inflasi nilai harga tetap seperti rumah, tanah dan
bangunan akan meningkat pesat, sedangkan bagi masyarakat
yang tidak memiliki harta pendapatan riilnya akan semakin
merosot.
2. Pendapatan riil merosot bagi penduduk yang berpenghasilan
tetap, daya beli mereka akan menurun akibat kenaikan harga
barang yang selalu mendahului peningkatan pendapatan
masyarakat. (Sukirno, 2002:307).
2.2.4.4. Teori-Teori Inflasi
Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi,
masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu yang mencakup semua aspek penting
dari proses inflasi atau kenaikan harga. Teori-teori inflasi antara lain sebagai
berikut :