• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PASANGAN SUAMI ISTRI DENGAN USIA

C. Usulan Program

usia perkawinan 5-15 tahun (keluarga madya) semakin mampu mewujudkan janji perkawinan mereka.

4. Jenis Penelitian

Penelitian ex post facto yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti dan mengkaji suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut (Sugiyono, 1999: 7). Dengan melihat pengertian tersebut, maka dapat dikatakan penelitian mengenai perwujudan janji perkainan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan penelitian ex post facto karena penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perwujudan janji perkawinan yang sudah terjadi selama ini.

5. Metode Penelitian

Metode penelitian terhadap pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun ini merupakan sebuah penelitian yang tetap mementingkan angka sehingga dapat dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif sederhana. Menurut sifatnya,

penelitian ini merupakan sebuah penelitian terapan atau terpakai karena dimaksudkan untuk menyediakan informasi agar bisa digunakan. Menurut tempat kajian, penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan yang menggunakan fakta dalam kehidupan nyata untuk diteliti. Menurut tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan kepada sampel dan hasilnya akan digeneralisasi kepada populasi yakni seluruh pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Menurut sifat analisisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang hanya melibatkan satu variabel saja. Menurut kehadiran variabel, penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen sebab variabel yang hendak diteliti (perwujudan janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun) sudah ada dan bukan sengaja dihadirkan (Purwanto, 2008: 163-182).

6. Instrumen Penelitian

Sebuah penelitian membutuhkan data yang valid untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid pula. Data valid yang dicari dalam penelitian ini membutuhkan sebuah instrumen penelitian untuk mendapatkannya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai suatu objek (Arikunto, 2006: 151). Kuesioner ini merupakan kuesioner langsung yang dikirim kepada responden secara langsung dan merupakan jenis kuesioner item multiple choice karena menyediakan lebih dari dua pilihan jawaban (Sutrisna Hadi, 2004: 178). Kuesioner ini juga merupakan

kuesioner tertutup. Kuesioner disebut sebagai kuesioner tertutup jika peneliti memberikan pertanyaan dengan batasan pilihan-pilihan tertutup sehingga responden diminta memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan karakteristiknya (Riduwan, 2013: 72). Tujuannya agar jawaban tidak terlalu melebar. Kuesioner juga diperkuat dengan beberapa pertanyaan uraian.

7. Responden Penelitian

Responden penelitian dalam penelitian ini adalah pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Seluruh pasutri 5-15 tahun ini disebut sebagai populasi. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Nazir sebagaimana dikutip Purwanto (2008: 241) bahwa “populasi sebagai kumpulan individu dengan kualitas dan ciri yang telah ditetapkan”. Kualitas dan ciri yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Jumlah Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja HKTY lebih dari 100 pasangan sehingga penelitian dilakukan atas sampel yang mewakili populasi (teknik sampling). Sample diambil secara acak/random dengan memberi peluang yang sama pada pasutri untuk dijadikan sampel. Purwanto (2008: 246) mengatakan “Randomisasi menghasilkan sampel yang mempunyai keserupaan dengan populasi karena sampel yang ditarik secara acak mengambil sampel dari berbagai karakter anggota populasi”. Pengambilan sampel dengan teknik random memperkecil kesalahan karena ketika sampel ditarik secara acak maka memperbesar kemungkinan sampel tersebut lebih beragam dan dapat mewakili populasi. Oleh alasan tersebutlah, teknik pengumpulan data ini dipilih.

8. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian menunjuk pada tempat yang hendak digunakan untuk meneliti, sedangkan waktu penelitian menunjuk pada waktu penelitian yang hendak diadakan untuk meneliti pasutri tersebut. Penelitian ini akan diadakan di Paroki HKTY Ganjuran dan akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014.

9. Variabel

Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2008: 84; bdk. Azwar, 2005: 62). Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini sehubungan dengan perwujudan janji perkawinan pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran.

No. Variabel Aspek yang Terungkap Item

Jumlah Soal 1 2 3 4 5 1. Perwujudan janji perkawinan

Kebebasan dalam memilih pasangan dan rasa cinta terhadap pasangan

1, 2 2

Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit

3, 4, 5 3

Kesatuan antara suami-istri 6 1

Perwujudan cinta dan cara menghormati pasangan

7, 8, 9 3

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5- 15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran

Kebiasaan pasutri di rumah 12, 13,14,

15

4

Kebiasaan pasutri di lingkungan 16 1 Kebiasaan pasutri di paroki 17, 18 2

3. Keutuhan Perkawinan

Hubungan antar keluarga 19 1

Perhatian untuk mengutamakan keluarga

20 1

JUMLAH 20

C. Hasil Penelitian

Perkawinan merupakan sebuah proses yang panjang dan berliku. Pada setiap jalan yang dilalui pasutri dalam membina perkawinan pasti banyak tantangan. Jika pasangan suami-istri tidak bisa bekerjasama dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut maka badai yang menerjang biduk perkawinan akan sungguh mengguncang kestabilan perkawinan. Hasil Penelitian di Paroki HKTY Ganjuran dengan 75 pasang responden keluarga muda atau 150 orang dengan usia perkawinan 5-15 tahun ternyata menunjukkan hasil yang mengejutkan dan tentunya harus mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak. Hasil penelitian dijabarkan dalam diagram lingkaran agar lebih mudah dilihat dan lebih mudah dimengerti. Hasil tersebut adalah sebagai berikut:

1. Janji Perkawinan

a. Apakah orang tua Anda ikut campur tangan saat Anda memilih pasangan?

b. Apakah Anda menerima kelebihan dan kekurangan pasangan Anda dengan sepenuh hati?

c. Apakah Anda mendengarkan keluh kesah pasangan Anda dengan sepenuh hati? 6% 55,30% 14% 24,70% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 43,30% 30% 26,70% 0% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 34% 26% 39,30% 0,70% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

d. Apakah Anda akan tetap setia mendampingi pasangan Anda ketika pasangan Anda di PHK?

e. Apakah setiap kali pasangan Anda sakit, Anda selalu merawatnya?

f. Apakah Anda selalu senang hati berhubungan sexsual dengan suami/istri? 44,70% 26% 28% 1,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah 42,70% 14,70% 41,30% 1,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah 46,70% 49,30% 4% 0% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

g. Apakah Anda memberikan ucapan ulang tahun perkawinan pada pasangan Anda?

h. Apakah Anda mengadakan refleksi bersama dengan pasangan?

i. Apakah Anda meminta pertimbangan pasangan ketika hendak mengambil keputusan? 26,70% 13,30% 22% 38% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 36% 18,70% 44% 1,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 38% 25,30% 29,30% 7,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

j. Apakah Anda mengajarkan cara berdoa kepada Anak Anda?

k. Apakah Anda mendorong anak Anda untuk ikut Sekolah Minggu ataupun pendampingan iman anak/remaja lainnya?

Perwujudan janji perkawinan yang digambarkan oleh diagram di atas menunjukkan bahwa dalam pemilihan pasangan, orang tua dinyatakan selalu ikut campur sebesar 6%, kadang-kadang ikut campur sebesar 55.3%, jarang ikut campur sebesar 14%. Tidak pernah ikut campur sebesar 24.7%. Dalam menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, 43.3% pasangan selalu menerima kekurangan serta kelebihan pasangan, 30% mengaku hanya kadang-kadang menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, 26.7% jarang menerima kelebihan dan kekurangan pasangan sedangkan 0% atau tak satupun yang tidak mau

32,70% 50,70% 16% 0,60% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 35,30% 27,30% 30% 7,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

menerima kelebihan atau kekurangan pasangan. Dalam memutuskan sesuatu, 34% mengaku selalu meminta pertimbangan pasangan, sebesar 26% mengaku hanya kadang-kadang saja, persentase tertinggi ditunjukkan pada jawaban jarang dengan persentase sebesar 39.3 persen, sedangkan jawaban tidak pernah hanya sebesar 0.7%. Saat ditayakan kondisi ketika pasangan mengalami situasi di PHK, jawaban selalu mendampingi menunjukkan angka tertingginya yakni sebesar 44.7%, kadang-kadang 26%, jarang 28%, sedangkan tidak pernah 1.3%. Ketika pasangan sedang sakit, 42.7% jawaban menunjukkan pasangan selalu merawat, 14.7% menjawab hanya kadang-kadang, 41.3% menjawab jarang, sedangkan 1.3% menjawab tidak pernah. Persentase hubungan seksual/hubungan suami-istri menunjukkan 46.7% pasangan selalu senang hati ketika berhubungan seksual, 49.3% menununjukkan kadang-kadang, 4% menunjukkan jarang sedangkan 0% atau tidak ada yang menjawab tidak pernah merasa senang. Ulang tahun perkawinan adalah saat yang spesial dan selalu ditunggu oleh pasangan. Hal sederhana yang biasanya dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang adalah saling mengucapkan selamat. Hasil penelitian menunjukkan 26.7% pasangan selalu mengucapkan ucapan selamat ulang tahun perkawinan pada pasangan, 13.3% hanya kadang-kadang, 22% jarang, sedangkan sisanya 38% mengatakan tidak pernah mengucapkan ucapan selamat ulang tahun perkawinan pada pasangan. Refleksi bersama adalah salah satu hal yang penting dalam sebuah perkawinan. Hasil penelitian menunjukkan 36% selalu melakukan refleksi bersama, 18.7% menyatakan hanya kadang-kadang, 44% mengatakan jarang dan 1.3% mengatakan tidak pernah. Dalam mengambil keputusan, 38% menyatakan selalu

meminta pertimbangan pasangan, 25.3% menyatakan kadang-kadang, 29.3% mengatakan jarang sedangkan sisanya 7.3% menyatakan tidak pernah meminta pertimbangan pasangan. Anak merupakan tanggungjawab orang tua, terutama dalam hal mendidiknya secara Katolik. Hasil penelitian menunjukkan 32.7% orang tua menyatakan selalu mengajari anaknya berdoa, angka tertinggi yakni 50.7% menyatakan kadang-kadang, 16% menyatakan jarang dan sisanya 0.6% menyatakan tidak pernah mengajari anaknya berdoa. Cara lainnya untuk mendidik anak secara Katolik adalah mendorong anak untuk ikut sekolah minggu. Sekolah minggu membatu orang tua dalam hal pendidikan iman anak. Walaupun demikian, hal perlu diingat adalah pendidikan iman anak merupakan tanggung jawab orang tua sepenuhnya. Hasil penelitian menunjukkan orang tua yang selalu mendorong anaknya mengikuti sekolah minggu sebesar 35.3%, kadang-kadang 27.3%, jarang 30% sedangkan tidak pernah sebesar 7.3%.

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

a. Apakah ada kebiasaan doa bersama dalam keluarga Anda setiap harinya?

14% 25,30% 55,30% 5,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

b. Apakah Anda memberikan ciuman kening pada pasangan Anda setiap kali hendak pergi tidur?

c. Apakah Anda selalu memberitahu pasangan saat Anda pulang terlambat?

d. Apakah ada kebiasaan makan bersama dalam keluarga Anda? 9,30% 12,70% 28,70% 49,30% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 30,70% 19,30% 40% 10% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 18,70% 26% 43,30% 12% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

e. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam kegiatan lingkungan?

f. Apakah Anda dan pasangan aktif dalam kegiatan di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran?

g. Apakah Anda dan pasangan mengikuti Perayaan Ekaristi Mingguan bersama? 16% 24,70% 49,30% 10% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 6,70% 17,30% 29,30% 46,70% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah 34% 33,30% 32% 0,70% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

Dari diagram di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam kebiasaan doa bersama, pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran menurut penelitian menyatakan 14% selalu melakukan doa bersama, 25.3% menyatakan kadang-kadang, 55.3% menyatakan jarang sedangkan 5.3% mengatakan tidak pernah melakukan doa bersama. Hubungan yang baik antara suami-istri juga dapat diwujudkan melalui ciuman kening yang biasanya dilakukan menjelang tidur malam. Hasil penelitian mengenai dilakukannya ciuman kening pada pasangan ini yakni 9.3% menyatakan selalu mencium kening pasangan sebelum tidur malam, 12.7% menyatakan kadang-kadang, 28.7% menyatakan jarang sedngkan sisanya 49.3% menyatakan tidak pernah. Dalam sebuah perkawinan, sangat baik jika terjadi komunikasi yang baik antara suami-istri termasuk ketika pulang terlambat. Hasil penelitian menunjukkan 30.7% responden menyatakan selalu memberi tahu pasangan saat pulang terlambat, 19.3% menyatakan kadang-kadang, 40% menyatakan jarang dan sisanya 10% menyatakan tidak pernah memberi tahu pasangan saat pulang terlambat. Hubungan yang baik antara suami-istri serta anak juga dapat diusahakan saat momen makan bersama yang bisa diusahakan paling tidak sekali sehari. Dari hasil penelitian mengenai adanya waktu makan bersama di dalam keluarga menunjukkan 18.7% menyatakan selalu melakukan makan bersama keluarga, 26% menyatakan hanya kadang-kadang, 43.3% menyatakan jarang, sedangkan 12% menyatakan tidak pernah makan bersama. Dalam hubungannya dengan keterlibatan dalam lingkungan, hasil penelitian menunjukkan 16% selalu aktif, 24.7% hanya kadang-kadang, 49.3% jarang aktif, sedangkan sisanya 10%

menyatakan tidak pernah terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan. Selain aktif dalam kegiatan lingkungan, alangkah baiknya jika para pasangan suami-istri ini aktif dalam kegiatan paroki. Menurut hasil penelitian, 6.7% pasangan suami-istri ini selalu aktif dalam kegiatan di paroki, 17.3% menyatakan hanya kadang-kadang aktif, 29.3% menyatakan jarang aktif di paroki, persentase terbesar 46.7% menyatakan sama sekali tidak pernah telibat aktif di paroki. Keterlibatan lain bisa dilakukan dengan cara mengikuti Perayaan Ekaristi, Perayaan Ekaristi merupakan kegiatan berkumpul sebagai satu saudara sehingga suami dengan istri yang memiliki hubungan terdekat sangat baik jika berangkat bersama-sama untuk bersatu dengan Tuhan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 34% menyatakan selalu berangkat ke Perayaan Ekaristi bersama-sama, sedangkan sebanyak 33.3% responden menyatakan hanya kadang-kadang, 32% responden menyatakan jarang, sedangkan 0.7% responden menyatakan tidak pernah berangkat ke Perayaan Ekaristi secara bersama-sama.

3. Keutuhan Perkawinan

a. Apakah Anda menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak-anak Anda? 41,30% 22,70% 35,30% 0,70% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

b. Apakah Anda lebih mengutamakan keluarga dibandingkan dengan pekerjaan Anda?

Dari diagram di atas, dapat diketahui bagaimana kondisi keutuhan keluarga yang terjadi pada pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran. Keutuhan ini dapat dilihat dari pasutri dengan anak-anaknya dalam menjalin komunikasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 41.3% menyatakan selalu menjalin komunikasi dengan pasangan maupun anak-anaknya, 22.7% menyatakan hanya kadang-kadang, 35.3% mengatakan jarang menjalin komunikasi, sedangkan 0.7% menyatakan tidak pernah menjalin komunikasi dengan pasangan maupun anak-anaknya. Keluarga adalah segala-galanya, sebab segala hal yang dilakukan seperti bekerja merupakan bagian pendukung dari kehidupan keluarga sehingga keluarga memang harus selalu diutamakan. Dari hasil penelitian mengenai sikap pasutri dalam mengutamakan keluarga dapat diketahui bahwa 46.7% menyatakan selalu mengutamakan keluarga, 33.3% menyatakan hanya kadang-kadang, 12% menyatakan jarang, sedangkan sisanya 8% menyatakan tidak pernah.

46,70% 33,30% 12% 8% Hasil Penelitian Selalu Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

D. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hasil penelitian di Paroki HKTY Ganjuran dengan 75 pasang responden keluarga muda dengan usia perkawinan 5-15 tahun menunjukkan sebuah fakta yang menarik yang baik untuk didalami lebih lanjut sehingga pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan dan data yang nyata. Data yang diperoleh ini juga dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan program. Hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Perwujudan Janji Perkawinan

a. Kebebasan dalam memilih pasangan dan rasa cinta terhadap pasangan

Berdasarkan dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa responden yang terdiri dari pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran dalam memilih pasangan, orang tua yang kadang-kadang turut campur sebanyak 55.3% sedangkan 6% menyatakan orang tua selalu turut campur ketika menentukan pasangan hidup. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam perkawinan yang sekarang dibangun sedikit banyak dipengaruhi oleh hal tersebut. Menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan merupakan hal yang mutlak dalam sebuah janji perkawinan. Dari hasil penelitian diketahui persentase tertinggi yakni 43.3% responden menyatakan selalu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Hal ini bisa dipandang sebagai hal yang positif namun dapat pula dipandang sebagai hal yang masih kurang mengingat persentase tersebut tidak mencapai angka 50%.

b. Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupu sakit

Setia dalam janji perkawinan tidak hanya berhenti pada tidak ada PIL atau WIL namun juga mencakup setia dalam mendengarkan keluh kesah pasangan. Menurut hasil penelitian, persentase tertinggi 38.3% ditunjukkan oleh jawaban jarang. Jawaban selalu hanya mencapai 34%. Hasil tersebut sangat memprihatinkan mengingat kesetiaan yang seutuhnya seharusnya tercipta dalam kehidupan perkawinan. Setia terhadap pasangan juga dapat ditunjukkan ketika pasangan terkena PHK. Ketika pasangan terkena PHK dan belum ada kepastian masa depan, maka kesetiaan diuji. Hasil penelitian menunjukkan 44.7% menyatakan selalu setia mendampingi pasangan. Walaupun jawaban selalu menunjukkan persentase paling tinggi dibanding dengan yang lain, namun tetap tidak bisa dinilai baik sebab jauh dari angka sempurna. Bahkan persentase ini masih kurang dari 50%. Kesetiaan pasangan juga dapat ditunjukkan ketika pasangan sedang mengalami sakit. Hasil penelitian menunjukkan ketika pasangan sakit 42.7% responden menyatakan selalu merawat pasangan, namun jawaban kadang-kadang juga menunjukkan persentase yang hampir sama yakni 41.3%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kesetiaan yang menyeluruh belum diwujudkan dengan sebaik-baiknya.

c. Kesatuan antara suami-istri

Banyak yang mengatakan bahwa hubungan sexsual merupakan obat yang ampuh dari berbagai masalah yang dihadapi oleh suami atau istri. Hubungan sexsual merupakan kondisi paling intim yang dilakukan oleh suami-istri dan

biasanya dapat meredakan segala situasi kurang baik yang dialami. Hasil penelitian menunjukkan 49.3% pasangan mengatakan hanya kadang-kadang merasa senang hati berhubungan seksual, sedangkan jawaban selalu senang hati hanya mencapai 46.7%. Hal ini membuktikan bahwa hubungan sexsual tidak lagi dirasakan sebagai sebuah keintiman yang istimewa. Jawaban tertinggi ditunjukkan dengan jawaban kadang-kadang dengan persentase 49.3%. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat hubungan seksual merupakan anugerah perkawinan.

d. Perwujudan cinta dan cara menghormati pasangan

Perkawinan Katolik juga mengambarkan kesetaraan antara suami-istri. Kesetaraan ini dapat diungkapkan dalam berbagai macam cara seperti mengucapkan selamat saat ulang tahun perkawinan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa 38% responden menyatakan tidak penah mengucapkan selamat saat ulang tahun perkawinan, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai 26.7% yang masih sangat jauh dari 100%. Lingkungan tempat tinggal para pasutri ini kemungkinan besar berpengaruh pada pola pikir mereka. Paroki HKTY Ganjuran berada di tempat dan situasi hidup yang masih sangat dipengaruhi pola pikir masyarakat pedesaan. Cara lain yang bisa diusahakan untuk mewujudkan cinta dan menghormati pasangan adalah refleksi yang dilakukan secara bersama-sama, refleksi merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan sekaligus mendekatkan diri pada Tuhan. Refleksi yang dilakukan secara bersama-sama dengan pasangan merupakan cara yang baik untuk saling menghormati pasangan sebab refleksi yang dilakukan secara bersama-sama akan

menjadikan pasangan selalu berpikir positif dan tidak akan saling menyalahkan ketika terjadi masalah, sebab kesalahan yang dilakukan akan disadari sendiri dengan kesadaran yang penuh tanpa unsur paksaan sehingga di dapat digunakan sebagai landasan pembetulan sikap hidup dalam perkawinan. Menurut hasil penelitian dalam melakukan refleksi, dapat diketahui bahwa persentase terbesar ada pada jawaban jarang yang mencapai 44%, untuk jawaban selalu hanya 36% yang berarti kesadaran untuk melakukan refleksi bersama masih sangat kurang. Menghormati pasangan dan menempatkan pasangan dalam posisi yang sama juga dapat terwujud ketika pasangan selalu menanyakan pendapat pasangan untuk mengambil keputusan terutama yang menyangkut kehidupan perkawinan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa 38% responden menyatakan selalu meminta pendapat pasangan ketika hendak mengambil keputusan, namun angka yang hampir sama juga ditunjukkan oleh jawaban jarang yang mencapai 29.3%. Hal ini perlu mendapat perhatian lagi sebab kesamaan kedudukan antara suami dan istri merupakan hal yang seharusnya diwujudkan secara penuh.

e. Menjadi orang tua yang baik

Mendidik anak secara Katolik merupakan salah satu dari 3 janji perkawinan pokok yang sering diabaikan oleh pasangan dengan alasan sibuk bekerja dan yang lebih parahnya lagi adalah pasutri ini melimpahkan tugas utamanya tersebut kepada orang lain bahkan pihak lain yang belum tentu tepat. Dari hasil penelitian dapat diketahui 50.7% responden menjawab hanya kadang-

kadang mendidik anak-anaknya untuk berdoa, yang lebih parahnya jawaban tidak pernah mengajari anaknya berdoa juga muncul walau persentasenya 0.6%. Cara lainnya untuk dapat mendidik anak yakni dengan mendorongnya untuk ikut sekolah minggu. Dengan mengikuti sekolah minggu anak akan semakin mengenal Allah dan imannya akan Yesus semakin tumbuh dengan baik. Selain itu sekolah minggu merupakan tempat bagi anak-anak untuk berjumpa dengan teman-teman yang berkeyakinan sama sehingga mereka dikuatkan sebagai minoritas. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jawaban selalu mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu merupakan persentase tertinggi, meskipun begitu hanya sebesar 35.3% dan tidak sampai 50% sedangkan yang sangat mengkhawatirkan adalah munculnya jawaban tidak pernah mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu. Persentase orang tua yang sama sekali tidak pernah mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu sebesar 7.3%.

2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

a. Kebiasaan pasutri di rumah

Kebiasaan pasangan suami-istri di rumah juga dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menggambarkan sejauh mana mereka mewujudkan janji perkawiannya. Sebuah hal yang dilakukan secara terus menerus atau rutin memang lebih sulit dilakukan daripada sesuatu yang dilakukan sesekali saja. Contoh konkritnya adalah kebiasaan doa bersama. Kebiasaan doa ini merupakan wujud dari kesatuan suami-istri dengan Sang Pencipta-Nya. Dari hasil penelitian

dapat diketahui bahwa persentase terbesar yakni 55.3% responden menyatakan tidak pernah melakukan doa bersama, sedangkan yang menjawab selalu hanya sebesar 14%. Hasil ini perlu mendapat perhatian khusus dan tindak lanjut yang serius agar jawaban selalu dari responden yang hanya 14% dapat meningkat. Cinta yang mesra dari pasangan suami-istri juga dapat diwujudkan dan ditunjukkan melalui hal yang sederhana misalnya saja mencium kening pasangan

Dokumen terkait