• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis utilitas yang digunakan dalam menunjang proses produksi dan perusahaan adalah pengadaan air/water treatment, pengadaan uap/steam, sistem pendinginan, pangadaan udara bertekanan/compressed air, dan instalasi pengolahan limbah/waste water treatment. Semuanya harus selalu siap dan berada dalam kondisi beroperasi penuh setiap hari agar aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan baik.

1. Water Treatment

Pengadaan air bersumber dari sebuah sumur bor (deep well) yang dibuat oleh PDAM. Air dari sumur dialirkan melalui pipa ke dalam tiga buah holding tank dengan kapasitas masing-masing sebesar 25.000 liter. Sebelum digunakan untuk berbagai keperluan, air akan diberi perlakuan terlebih dahulu agar layak untuk digunakan. Air yang ditampung sementara di dalam holding tank kemudian dialirkan menuju sand filter (pasir silika) dengan kecepatan 30 m3/jam untuk disaring dengan ukuran 10 mikron. Setelah itu, lini perlakuan terbagi menjadi dua, yaitu air berklorin (chlorinated water) serta air proses dan soft water.

Air berklorin dengan injeksi klorin berupa larutan kaporit 2 % melalui chlorine dosing pump dengan kecepatan 10 L/jam. Air selanjutnya dialirkan ke dalam dua buah chlorine water tank dengan kapasitas masing- masing 15.000 liter dan 20.000 liter untuk disimpan sementara hingga dicapai residual klorin sebesar 2 ppm. Air berklorin dihasilkan setiap harinya dengan kapasitas 45 m3/jam. Air ini digunakan untuk keperluan toilet, CIP, dan pembersihan-pembersihan lainnya.

Soft water dan air proses dihasilkan dengan sebelumnya disaring lagi setelah melalui sand filter. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan sepasang cartridge filter berukuran 5 mikron dengan kecepatan 11 m3/jam. Setelah itu, air diberikan softener berupa resin Cation IR 120 Na. Apabila resin telah jenuh, maka akan dinetralkan kembali menggunakan larutan garam NaCl. Setelah proses softening, sebagian air akan dikeluarkan dan ditampung dalam tanki dengan kapasitas 5.000 liter. Air yang dihasilkan setelah proses softening disebut sebagai soft water dan digunakan untuk keperluan peralatan seperti boiler, chiller, atau cooling tower.

Sebagian air lainnya akan disaring lagi menggunakan cartridge filter dengan ukuran yang sama seperti penyaringan sebelumnya. Selanjutnya air disterilisasi dengan menggunakan dua buah lampu uv dengan kecepatan aliran masing-masing 15 m3/jam dan disimpan sementara sebelum didistribusikan. Air yang dihasilkan disebut sebagai air proses (processed water) serta digunakan untuk keperluan air minum dan pencampuran

bahan. Soft water dan air proses dihasilkan setiap harinya dengan kapasitas 20 m3/jam.

2. Pengadaan Uap (Steam)

Uap banyak digunakan dalam berbagai keperluan yang berkaitan dengan proses produksi seperti sterilisasi dan pengeringan. Kebutuhan uap untuk sterilisasi mencapai 700 kg/m3. Steam dihasilkan dari dua buah boiler dengan kapasitas masing-masing 5 ton. Uap yang dihasilkan oleh boiler berasal dari soft water dan air kondensat. Soft water dialirkan melalui feed water pump, sedangkan air kondensat dialirkan dari condensate tank. Air kondensat adalah air dari steam yang telah digunakan dalam proses pengolahan dan telah mengalami kondensasi.

Sebelum dipompa ke dalam boiler, air kondensat mengalami tahap deaerasi untuk menghilangkan oksigen terlarut. Steam dihasilkan melalui pemanasan soft water dan air kondensat di dalam boiler dengan tekanan sebesar 8,5-9 bar. Selanjutnya steam didistribusikan melalui header dan pipa-pipa untuk berbagai keperluan proses seperti CIP, sterilisasi, termisasi, dan lain-lain. Untuk keperluan sterilisasi di VTIS, steam disaring terlebih dahulu dengan filter 300 mikron dan melalui tahapan cullinary agar tidak ada partikel yang ikut terbawa steam dalam proses sterilisasi.

3. Cooling System

Sistem pendinginan dihasilkan dari dua buah cooling tower, yaitu cooling tower LBC 175 dan LBC 300. Cooling tower LBC 175 digunakan untuk mendinginkan produk dalam proses, seperti setelah disterilisasi, sedangkan cooling tower LBC 300 digunakan untuk mesin pendingin (chiller). Sistem pendinginan dilakukan dengan menggunakan lima buah kompresor dengan catu daya masing-masing sebesar 380 V AC untuk lini non-steril dan lini steril. Tiga buah kompresor dioperasikan untuk lini non- steril. Biasanya suplai sudah terpenuhi oleh satu buah kompresor dan sisanya sebagai back up.

Lini steril dioperasikan dengan menggunakan dua buah kompresor yang dipompa dengan tekanan maksimum 7,5 bar. Dalam mesin pendingin

(chiller), yang didinginkan adalah refrigerant. Refrigerant yang digunakan adalah freon karena freon berupa senyawa non toksik, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar/meledak. Sistem pendinginan digunakan untuk berbagai keperluan seperti AC, kulkas, cold storage, dan penyediaan ice water di dalam proses pengolahan. Ice water adalah air dengan suhu 0 0C yang digunakan untuk pendinginan di dalam proses produksi. Agar ice water tidak membeku maka ditambahkan propilen glikol 25 %. Propilen glikol menyebabkan titik beku air turun menjadi -9 0C.

Prinsip kerja sistem pendingin ini adalah sebagai berikut : kompresor akan mengkompresi refrigerant hingga menjadi gas dengan tekanan dan suhu tinggi. Refrigerant berwujud gas ini akan dialirkan ke kondensor. Kondensor akan mengkondensasi refrigerant pada kondisi suhu dan tekanan tinggi. Refrigerant mulai berubah wujud menjadi cair. Selanjutnya refrigerant yang masih berwujud cair dan gas dialirkan ke expansion valve. Di expansion valve, refrigerant dikondisikan pada tekanan dan suhu rendah sehingga berubah wujud menjadi cair. Selanjutnya, refrigerant akan mengalir ke evaporator. Di evaporator, refrigerant dipaksa menguap dengan mengambil kalor dari lingkungan. Pertukaran kalor dari lingkungan ke sistem menyebabkan suhu lingkungan menjadi rendah dan suhu refrigerant tinggi. Karena suhu yang tinggi, refrigerant kembali berubah wujud menjadi gas dan dialirkan kembali menuju kompresor. 4. Udara Bertekanan

Penyediaan udara bertekanan dilakukan menggunakan kompresor tipe piston dan screw. Sama halnya dengan sistem pendingin, udara bertekanan juga memiliki lini steril dan non-steril. Disebut lini non-steril karena terdapat oli/pelumas yang bercampur dengan udara. Kandungan oli yang bercampur tersebut tidak boleh melebihi 0,01 ppm. Udara bertekanan dari lini non-steril digunakan untuk alat-alat pneumatik seperti katup/valve. Udara dari lini steril memiliki mekanisme pengaturan agar oli tidak bercampur dengan udara. Hal ini diperlukan karena udara dari lini steril digunakan untuk blow produk dari aseptic tank menuju mesin filling dan untuk pengeringan paper pada mesin A1 fino.

Prinsip kerja kompresor tersebut adalah dengan menyedot udara dari luar masuk ke dalam kompresor dengan tekanan 7-7,5 bar. Udara yang masuk akan disaring terlebih dahulu untuk meminimumkan kotoran-kotoran berpartikel besar yang kemungkinan ikut terbawa bersama udara. Setelah itu udara akan dikeringkan dan disaring lagi untuk mereduksi kandungan oli/pelumas yang ikut bercampur, terutama untuk lini non-steril. Selanjutnya udara akan didistribusikan sesuai dengan keperluan.

5. Listrik dan Generator

Sumber listrik diperoleh dari PLN dan generator/genset. Listrik yang dihasilkan dari PLN memiliki kapasitas sebesar 865 kVA (efektif 450 kVA) dengan frekuensi 50 Hz. Listrik dari PLN disimpan di dalam gardu induk, kemudian dialirkan melalui travo untuk diturunkan tegangan listriknya baru kemudian didistribusikan untuk berbagai keperluan umum seperti lampu, komputer, kulkas, dan lain-lain. Listrik dari PLN tidak digunakan untuk keperluan proses karena dapat mengganggu proses seandainya terjadi down/mati listrik.

Listrik untuk kebutuhan proses dijalankan dengan menggunakan tiga buah genset dengan kapasitas masing-masing 500 kVA (dua buah) dan 750 kVA. Akan tetapi, dalam kebutuhan proses produksi, tegangan yang digunakan juga efektif 450 kVA. Jumlah tegangan efektif dapat dihasilkan dari dua buah genset, sedangkan genset sisanya stand by untuk mengantisipasi terjadinya down/mati listrik dari PLN. Genset yang akan digunakan untuk menyuplai listrik harus disinkronisasi terlebih dahulu antara satu dan yang lainnya jika akan digunakan secara bersamaan. Setelah tegangan listrik stabil, listrik baru dapat didistribusikan untuk keperluan proses produksi.

6. Waste Water Treatment

Limbah cair dihasilkan dari proses produksi, terutama yang berasal dari proses CIP. Limbah cair yang dihasilkan dialirkan menuju lagoon sebagai tempat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Limbah cair mula-mula akan mengalami proses screening/penyaringan kemudian dialirkan menuju inlet somp. Setelah itu akan dilakukan proses flokulasi

dengan penambahan tawas 18 % di dalam equalization tank. Hal ini menyebabkan lemak yang terkandung akan mengalami koagulasi agar mudah dipisahkan setelah melewati fat trap. Selanjutnya air ditambahkan HCl dan NaOH agar diperoleh nilai pH antara 6,5-8,5. Jika pH kurang dari 6,0 maka ditambahkan NaOH 1 % w/v, sedangkan jika pH melebihi 9,0 ditambahkan HCl 2 % w/v.

Setelah keluar dari equalization tank, air dialirkan menuju SBR (Sequencing Batch Reactor). SBR menggunakan proses aerobik dengan mekanisme lumpur aktif (active sludge) dan penambahan bakteri aerob BOD 5. Lumpur aktif dihasilkan dengan kecepatan 2 m3/jam. Setelah tanki SBR terisi 80 %, terjadi proses aerasi selama 16 jam dan penambahan TSP/urea sebagai nutrisi bagi bakteri. Aerasi dilakukan dengan mengalirkan 7,69 kg O2/jam. TSP yang ditambahkan sebanyak 3,5 kg/hari,

sedangkan urea sebanyak 2,3 kg/hari. Namun jika laju aliran mencapai maksimum, nutrisi ditambahkan sebanyak 10 kg/m3. Selanjutnya dilakukan proses sedimentasi selama 2-3 jam sehingga dihasilkan air dengan kondisi 50 % jernih. Air yang dihasilkan dari IPAL digunakan untuk flushing kandang sapi di peternakan (Dairy Farm).

Dokumen terkait