• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

G. VALIDASI DATA

Validasi data pada penelitian ini berpedoman pada pendapat Hopkins (Wiriaatmaja, 2009:168-171), yaitu ‟Member Check, Triangulasi, Eksplansi Saingan (kasus negatif), Audit Trail, Key Respondent Review, Saturasi dan Expert Opinion’. Berdasarkan dari bentruk-bentuk validasi diatas, peneliti hanya mengambil empat dari beberapa validasi data yang dikemukakan oleh Wiriaatmadja, yaitu sebagai berikut:

1. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama melakukan observasi atau wawancara tentang proses penelitian pembelajaran IPS tentang masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar dengan menggunakan model kooperatif tipe scramble. Dimana pada saat penelitian berlangsung, setiap data yang diperoleh dicatat dan disimpan lalu dicek kebenarannya agar hasil penelitian yang diperoleh akurat. Misalnya dengan berdiskusi mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung dengan hasil yang diperoleh, bisa dengan mendiskusikan bersama observer mengenai kekurangan guru kemudian meminta saran serta perbaikan sehingga dapat diperbaiki pada tindakan selanjutnya. Contohnya ketika ada siswa yang hasil nilai pada siklus I kurang dan sangat berbeda dengan teman lainnya kemudian peneliti melakukan member check kepada guru kelas IV keseharian dari siswa tersebut sehingga jika data yang diperoleh sama bisa dipastikan kebenarannya.

2. Triangulasi, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan cara membandingkan setiap data hasil yang diperolehnya dengan hasil yang diperoleh oleh mitra peneliti. Kegiatan triangulasi ini dilakukan reflektif kolaboratif antara guru dan peneliti. Contohnya ketika

55

pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum mencapai target yang ditentukan, peneliti berdiskusi dengan observer untuk mengetahui kekurangan, yaitu kinerja guru pada tahap pembelajaran, kemudian mengoreksi hasil pada tahap pembelajaran scramble ternyata guru memang belum mampu menguasai kondisi kelas, selain itu bertanya kepada siswa tahapan yang menurut mereka sulit ternyata pada tahap diskusi tahapan scramble maka hasil kinerja guru memang dapat dibuktikan kebenarannya bahwa pada tahapan pembelajaran scramble perlu adanya perbaikan.

3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data yang dipakai peneliti serta kesimpulan yang diambil oleh peneliti dengan cara mendiskusikannya bersama teman sejawat peneliti. Dengan mendiskusikan secara terbuka mengenai data awal hasil pembelajaran tentang materi masalah-masalah sosial dilingkungan sekitar, data hasil tindakan siklus dan analisis refleksi dari tindakan setiap siklus. Setelah melaksanakan tindakan di siklus I peneliti meminta masukan dalam memperbaiki hasil tindakan siklus I kepada rekan sejawat, kemudian mengundangnya pada pelaksanaan siklus II untuk menilai langsung kekurangan dari kinerja guru dan melakukan diskusi setelah pelaksanaan. 4. Expert Opinion, yakni meminta masukan, saran atau arahan dalam

pengumpulan data saat penelitian untuk meningkatkan kepercayaan terhadap penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini peneliti mengkonfirmasikandata hasil tindakan yang dilakukan mengenai tahapan pembelajaran scramble yang masih kurang pada siklus I dan mendiskusikan perbaikan dengan dosen pembimbing I yaitu Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd. dan Dosen Pembimbing II yaitu Drs. H. Ali Sudin, M.Pd untuk diperbaiki di siklus II.

dilaksanakan selama tiga siklus mengacu pada pembahasan tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada masalah-masalah sosial di kelas IV dengan penerapan model cooperative learning tipe scramble.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, supaya penerapan model cooperative learning tipe scramble. dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, peneliti menentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam melakukan perbaikan. Membuat pencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan penggunaan model cooperative learning tipe scramble, mempersiapkan materi pembelajara, mempersiapkan media pembelajaran, membuat lembar kerja siswa sebagai pedoman bagi siswa dalam melaksanakan diskusi, mempersiapkan instrumen pengumpulan data seperti kinerja guru dan aktivitas siswa, menyusun pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta tes tertulis. Pada tahap perencanan dalam mempersiapkan materi pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Berdasarkan dari data pada perencanaan persiapan mengajar pada siklus I memperoleh 10 skor atau 66,6%, pada siklus II mencapai 12 skor atau 80%, dan pada siklus III mencapai 15 skor atau 100%. 2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dengan menggunakan penerapan model cooperative learning tipe scramble ini terdiri dari tiga siklus. Dalam tahap pelaksanaan hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada kegiatan awal kegiatan inti dan kegiatan akhir, pada kegiatan awal guru mengkondisikan siswa dengan kondusif seperti melakukan mengabsen kehadiran siswa,dan melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Adapun tahapan-tahapan penerapan model cooperative learning tipe scramble pada proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut.

a. Kinerja Guru

Pada tahap kinerja guru meliputi guru melakukan Guru menyampaikan materi tentang lingkungan sekitar, Guru memberikan pertanyaan mengenai permasalahan sosial dari pengalaman yang diperolehnya, Guru meunjukan gambar-gambar yang berhubungan dengan permasalahan sosial, Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang pembentukan kelompok dilakukan dengan cara siswa mengambil sedotan yang didalamnya terdapat kertas dengan warna-warna yang berbeda. Bagi siswa yang mendapat warna sama itu berarti mereka adalah satu kelompok, Siswa yang sudah menemukan teman kelompoknya lalu berkumpul, Guru menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh setiap kelompok, Setelah itu guru menyuruh masing-masing perwakilan kelompok untuk kedepan membawa kartu soal dan kartu jawaban yang diacak, Semua kelompok yang sudah menerima kartu soal, lalu disuruh guru untuk mengerjakannya, Siswa berkelompok dan saling membantu mengerjakan soal-soal yang ada pada kartu soal, Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal, Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan memasangkannya pada kartu jawaban, Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dan mencari jawaban yang sesuai, Guru lalu bersama-sama membahasnya, Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru.

Fokus tahapan pelaksanaan ini yaitu kinerja siklus I mencapai 69% termasuk kategori sebagian besar penyebabnya adalah siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung karena guru kurang memotivasi setiap siswa sehingga hasil belajarnya kurang dari KKM yang ditentukan , pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 92% dan pada siklus III mengalami peningkatan mencapai 100% termasuk kategori seluruhnya guru mampu menguasai pembelajaran.

b. Aktivitas Siswa

Pada tahap pelaksanaan aktivitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan ini terjadi karena adanya tindakan perbaikan berupa menunjuk siswa tertentu agar mau aktif menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan guru memberikan reward untuk setiap siswa yang bisa menjawab, selain itu juga guru

sehingga mengalami kegaduhan di kelas. Pada siklus II mencapai 16 siswa atau 84% termasuk kategori hampir seluruhnya siswa mampu menguasai hasil kerja aktivitas siswa dan pada siklus III mencapai 94%.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe scramble pada materi masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar kelas IV SDN Cikole Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang selalu mengalami peningkatan ditiap siklusnya. Untuk nilai tes hasil belajar persentase kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 42,8%, tindakan siklus II sebesar 52,6 %, dan tindakan siklus III sebesar 94,7 %. Target penelitian yang ditentukan adalah 90% siswa tuntas. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa telah memenuhi target yang ditentukan. Siswa juga telah mampu mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Sesuai dengan indikatornya yaitu mengidentifikasi permasalahan sosial di daerah setempat, membedakan masalah sosial dengan masalah pribadi, menuliskan cara menanggulangi masalah sosial sampah di lingkungan sekitar dan menuliskan contoh masalah pribadi.

Dengan demikian berdasarkan gambaran yang dipaparkan di atas, telah membuktikan hipotesis yang diajukan bahwa “jika pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar dengan model cooperative learning tipe scramble, maka hasil belajar siswa akan meningkat”.

B. SARAN

Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan mengenai penerapan model cooperative learning tipe scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar di kelas IV SDN Cikole Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk Guru

Berdasarkan pada keberhasilan penerapan model cooperative learning tipe scramble pendekatan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar mata pelajaran IPS, maka diharapkan agar model pembelajaran ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada materi dan mata pelajaran yang lain. Kemudian agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara afektif dan mencapai tujuan secara optimal, guru hendaknya berusaha untuk melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, serta guru harus memfasilitasi pengalaman siswa dan mendampingi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Untuk Siswa

Dalam penelitian ini terbukti dengan penerapan model cooperative learning tipe scramble dapat meningkatkan hasil belajat siswa. Maka diharapkan kemampuan siswa tidak hanya nampak pada pembelajaran ini, tetapi dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang perlu dikembangkan dan diaplikasikan oleh siswa pada pembelajaran selain pada masalah-masalah sosial di lingkungan sekitar mata pelajaran IPS dan dalam kehidupan sehari-hari adalah ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, bukan hanya sekedar mendengarkan tapi harus lebih respon dengan apa yang ditanyakan guru. Jangan takut untuk mengungkapkan yang ingin ditanyakan apalagi suatu hal yang belum diketahui dan ingin diketahui. Dan sekolah bukan satu-satunya tempat untuk belajar tetapi di lingkungan keluarga ataupun masyarakat harus tetap belajar. 3. Untuk Lembaga

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lembaga hendaknya lebih membuka diri terhadap berbagai inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya yaitu dengan model cooperative learning tipe scramble yang telah terbukti keberhasilannya dalam penelitian ini. model cooperative learning tipe scramble hendaknya dikembangkan pada materi dan mata pelajaran lainnya.

Dokumen terkait