• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Pertanggungjawaban Mutu Instrumen Penelitian

1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan

fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003).

a.Sebelum Adaptasi

Bem Sex Role Inventory (dalam Bem, 1974) terdiri dari dua skala utama, yaitu skala maskulinitas dan skala femininitas yang masing-masing berisi 20 karakteristik atau ciri kepribadian. Karakteristik - karakteristik tersebut semuanya telah dinilai secara signifikan lebih diinginkan dalam masyarakat Amerika untuk jenis kelamin yang satu dibandingkan jenis kelamin yang lain dan semuanya memiliki nilai yang positif. Skala ketiga dalam BSRI yaitu skala Social Desirability yang berisi 20 karakteristik atau ciri kepribadian, yang berfungsi memberikan konteks netral bagi skala maskulinitas dan femininitas, setengah karakternya memiliki nilai positif dan setengahnya memiliki nilai negatif.

Pengujian validitas butir - butir dalam BSRI dilakukan tahun 1972 menggunakan validitas konstruk, yaitu dimana Bem meminta bantuan kepada 100 orang mahasiswa lulusan Universitas Stanford untuk melakukan rating terhadap 400 ciri kepribadian dari daftar yang telah ia susun. Rating dilakukan dengan menggunakan skala 7 angka dalam menilai kepantasan (dalam masyarakat Amerika) dari 400 ciri kepribadian tersebut. Misalnya: “ Di masyarakat Amerika, seberapa pantas seorang pria bersikap jujur?” atau “ Di masyarakat Amerika, seberapa pantas seorang wanita bersikap tulus?”. Setiap individu penilai diminta untuk menilai kepantasan dari 400 ciri kepribadian “untuk seorang pria” atau “untuk seorang wanita”. Tidak ada penilai yang diminta untuk menilai keduanya.

Kriteria aitem yang diseleksi masuk ke dalam skala maskulinitas dan skala femininitas adalah jika suatu ciri kepribadian itu dinilai lebih pantas (dalam masyarakat Amerika) untuk jenis kelamin yang satu, bukan untuk jenis kelamin yang lain. Kriteria suatu ciri kepribadian ditetapkan sebagai maskulin adalah jika ciri itu dinilai secara independen oleh pria dan wanita sebagai yang secara signifikan lebih pantas untuk pria daripada untuk wanita (p < .05). Demikian pula, suatu ciri kepribadian dinyatakan sebagai feminin adalah jika ciri itu dinilai secara independen oleh pria dan wanita sebagai yang secara signifikan lebih pantas untuk wanita daripada untuk pria (p < .05). Selain itu suatu ciri kepribadian dinyatakan netral terhadap jenis kelamin dan memenuhi syarat untuk social desirability scale: 1) jika ciri kepribadian itu dinilai secara independen oleh pria dan wanita sebagai yang tidak pantas untuk jenis kelamin yang satu dibandingkan untuk jenis kelamin yang lain (t < 1.2, p > .2), 2) jika penilai pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan di dalam penilaiannya mengenai kepantasan ciri - ciri kepribadian itu (t

< 1.2, p > .2). Skala social desirability berfungsi memberikan konteks yang netral bagi skala maskulinitas dan femininitas dan skala ini digunakan selama penyusunan Bem Sex Role Inventory untuk memastikan bahwa daftar ciri - ciri kepribadian yang dipakai selama proses penyeleksian tidak sekedar menggunakan ciri - ciri yang diinginkan secara sosial. Kemudian Bem melakukan proses analisis aitem dan terseleksilah 60 butir ciri kepribadian yang benar - benar terpilih untuk BSRI.

Selanjutnya Bem menghitung mean social desirabilitiy untuk butir maskulin, feminin, dan netral dari 100 orang penilai. Dari jenis kelamin laki-laki

dan perempuan rata - rata skor yang diinginkan untuk butir – butir maskulin dan feminin adalah secara signifikan lebih tinggi untuk jenis kelamin yang “ semestinya” dibandingkan untuk jenis kelamin “yang tidak semestinya”, sedangkan untuk butir netral terlihat secara signifikan tidak lebih tinggi untuk jenis kelamin yang satu dibanding untuk jenis kelamin yang lain. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Penilaian Mean Social Desirability Dari Butir – butir Maskulin, Feminin Dan

Netral

Item Male Judges Female Judges Masculine item Feminine item Neutral item Masculine item Feminine item Neutral item For a man For a woman Difference t 5.59 2.90 2.69 14.41٭ 3.63 5.61 1.98 12.13٭ 4.00 4.08 .08 .17 5.83 3.46 2.37 10.22٭ 3.74 5.55 1.81 8.28٭ 3.94 3.98 .04 .09 ٭p < .001.

Selanjutnya Bem juga menghitung penilaian rata - rata social desirability

kelompok pria dan wanita untuk butir - butir maskulin dan feminin pada jenis kelaminnya sendiri. Hasil yang didapat adalah bahwa tidak hanya karakter “yang sesuai jenis kelamin” lebih diinginkan pada kedua kelompok pria dan wanita daripada karakter “yang tidak sesuai jenis kelamin”, tetapi fenomenologi dari subjek pria dan wanita adalah hampir simetrik secara sempurna, yang berarti pria dan wanita mendekati seimbang dalam persepsi mereka tentang ciri - ciri yang sesuai jenis kelamin, ciri - ciri yang tidak sesuai jenis kelamin, dan perbedaan antara keduanya seperti terlihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5

Penilaian Mean Social Desirability Dari Butir – butir Maskulin Dan Feminin

Terhadap Jenis Kelamin Subjek

Item Male judges for a man Female judges for a women Masculine Feminine Difference t 5.59 3.64 1.96 11.94* 3.46 5.55 2.09 8.88* *p < 001.

Pembuktian validitas secara empiris dari Bem Sex Role Inventory juga dilakukan dengan pengujian validitas konkuren, yaitu dengan dikorelasikannya BSRI dengan skala maskulinitas dan femininitas pada California Psychological Inventory (CPI) dan Guilford Zimmerman Temperament Survey yang mana kedua - duanya sering digunakan dalam penelitian - penelitian mengenai peran jenis. Hasil yang didapat adalah ternyata skala Guliford Zimmerman sama sekali tidak berkorelasi dengan salah satupun dari ketiga skala dalam BSRI. Sedangkan CPI berkorelasi menengah dengan ketiga skala tersebut. Tidaklah jelas mengapa BSRI mesti lebih berkorelasi dengan CPI dibanding dengan skala Guilford Zimmerman, namun fakta bahwa tidak satu pun dari korelasi itu yang sangat tinggi menunjukkan bahwa BSRI mengukur suatu aspek dari peran jenis kelamin yang tidak secara langsung digunakan oleh salah satu dari kedua skala tersebut.

b. Setelah Adaptasi

Validitas Bem Sex Role Inventory ini lebih pada proses adaptasi skala dari bahasa aslinya ke bahasa Indonesia agar dapat dimengerti dengan baik oleh

subyek penelitian. Proses adaptasi dilakukan menggunakan backtranslation technique (Campbell et al; dalam Brislin, 1970). Proses ini adalah menerjemahkan kembali aitem - aitem SD-scale dari bahasa aslinya ke dalam bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Silvia Rehulina Ginting, S. Pd. Hasil terjemahan itu kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi, akan tetapi karena beberapa aitem, khususnya aitem no. 2 “Yielding”, no. 36 “Conceited”, no. 48 “Flatterable” dan no. 50 “Childlike”, terdapat keragu - raguan dalam penerjemahan oleh ahli maka dosen pembimbing skripsi menyarankan untuk melanjutkan penelusuran dengan memakai Oxford Dictionary (2004) dan English - Indonesian Dictionary (2000).

• Aitem 2. Yielding: adj (of a person) willing to do what others want (OD) : kki. 1. Menyerah atau mengalah (EID)

• Aitem 36. Conceit: noun (U) too high an opinion of yourself → conceited: adj. (OD)

: ks. Congkak, sombong, angkuh (EID)

• Aitem 48. Flatterable (flatter):

v [T] 1. Praise somebody too much or insincerely (OD)

2. Make somebody seem more attractive than they really are

(IDM) be / feel flattered be pleased because somebody has made you feel special: merasa senang atau puas karena seseorang telah membuatmu merasa istimewa.

• Aitem 50. Childlike: adj simple, innocent → Bersahaja, polos, tidak berdosa (OD)

: ks. Kekanak-kanakan (EID)

Setelah peneliti melakukan penelusuran seperti di atas, kemudian hal itu dikonfirmasikan kembali pada ahli bahasa dan dianjurkan untuk memakai kata - kata menggunakan konotasi positif. Jadi untuk aitem no. 2 Yielding → Mengalah, no. 36 Conceited → Angkuh, no. 48 Flatterable → Senang disanjung, dan no. 50 Childlike → Polos. Peneliti kemudian meminta bantuan seorang penerjemah yang memiliki kemampuan yang baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia (lisan maupun tulisan) untuk menerjemahkan terjemahan itu kembali ke dalam bahasa aslinya. Proses ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian arti kata aitem dalam bahasa Indonesia dan bahasa aslinya. Setelah itu peneliti mengkonsultasikan kembali terjemahan skala BSRI itu kepada dosen pembimbing skripsi untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian.

2. Seleksi Aitem

Parameter yang paling penting dalam seleksi aitem skala psikologi yang mengukur atribut tertentu adalah daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan pula indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang

dikenal dengan istilah konsistensi aitem total. Prinsip kerja yang dijadikan dasar dalam seleksi aitem adalah dengan memilih aitem - aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala. Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix).

Koefisien korelasi aitem total (rix) yang mendekati angka 0 atau yang memiliki tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik. Pengujian konsistensi aitem dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara skor aitem dengan skor total tes. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala (mendekati 1, 0), berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasinya yang dimaksud ternyata berharga negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan.

Kriteria pemilihan aitem menggunakan taraf signifikansi 5%. Aitem dinyatakan lolos seleksi apabila memiliki nilai positif dan signifikan pada taraf 0, 05. Nilai r tabel yang digunakan sebagai kriteria pemilihan aitem dalam penelitian ini menggunakan nilai r tabel pada Nurgiyantoro, dkk (2002). Penghitungan koefisien korelasi aitem total dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 15.

Uji coba penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 20 Agustus 2008 dengan jumlah keseluruhan subyek yang menjadi responden adalah 100 orang mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta kampus III Paingan. Subyek memiliki kriteria usia 18 sampai 22 tahun, berjenis kelamin laki - laki dan perempuan dan berstatus sebagai mahasiswa aktif.

Sebelum try out berlangsung, peneliti meminta ijin pelaksanaan penelitian dari Dosen pembimbing skripsi. Kemudian peneliti mulai menyebarkan skala kepada mahasiswa dan mahasiswi di fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah butir - butir pernyataan yang telah tersusun dapat dipahami oleh subyek penelitian dan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengisian skala. Alat ukur ini perlu melewati tahap uji coba karena diadaptasi melalui proses penerjemahan dan juga karena perlu penyesuaian dengan budaya yang ada di Yogyakarta.

Peneliti melakukan pengambilan data (penyebaran skala) kepada mahasiswa dan mahasiswi fakultas Psikologi, yang saat itu kebanyakan sedang berada di lorong fakultas Psikologi maupun sedang berada di kelas menunggu masuk jam kuliah. Sebelum melakukan pengambilan data peneliti terlebih dahulu mengingatkan subyek agar memperhatikan petunjuk pengerjaan dan agar memeriksa ulang pekerjaan mereka agar tidak ada lembar jawaban yang kosong. Rata - rata lamanya tes ini berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit.

Dari 104 skala BSRI yang telah disebarkan, 3 skala tidak diisi secara lengkap sehingga tidak memenuhi kriteria dari penelitian ini, 1 skala tidak

dikembalikan, sehingga hanya 100 skala yang dapat dianalisis karena skala tersebut diisi secara lengkap oleh subjek penelitian. Uji coba dalam penelitian ini menggunakan uji coba berjalan atau try out terpakai, dimana subyek uji coba juga sekaligus merupakan subyek penelitian itu sendiri.

Hasil dari uji coba terhadap 60 butir ciri kepribadian Bem Sex Role Inventory diperoleh kisaran koefisien korelasi aitem total (rix) yang menunjukkan bahwa tidak semua butir – butir dalam skala tersebut lolos seleksi. Distribusi nilai koefisien korelasi aitem total (rix) pada tahap uji coba disajikan secara lengkap pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Distribusi Koefisien Korelasi Aitem Total (rix) Try Out Penelitian Nomer

Aitem Koefisien Korelasi Aitem Total (rix) Try Out Penelitian

1 0,509* 21 0,360* 41 0,536* 2 0,337* 22 0,531* 42 0,337* 3 0,428* 23 0,389* 43 0,530* 4 0,560* 24 0,066 44 0,633* 5 0,169 25 0,730* 45 0,450* 6 0,201* 26 0,595* 46 0,492* 7 0,486* 27 0,396* 47 0,315* 8 0,275* 28 0,437* 48 0,282* 9 0,326* 29 0,589* 49 0,669* 10 0,410* 30 0,301* 50 0,343* 11 0,592* 31 0,505* 51 0,239* 12 0,200* 32 0,485* 52 0,252* 13 0,617* 33 0,490* 53 0,357* 14 0,335* 34 0,443* 54 0,231* 15 0,449* 35 0,515* 55 0,504* 16 0,435* 36 0,159 56 0,496* 17 0,352* 37 0,501* 57 0,411* 18 0,297* 38 0,416* 58 0,457* 19 0,497* 39 0,458* 59 0,631*

20 0,264* 40 0,483* 60 0,160

Koefisien korelasi aitem total tertinggi menunjukkan angka sebesar 0, 730 dan terendah sebesar 0, 066. Angka dengan tanda (*) adalah aitem yang memenuhi kriteria korelasi aitem total dan dinyatakan lolos seleksi. Taraf signifikansi untuk uji coba diatas adalah r (0, 05: 100) = 0,195. Dari sekitar 60 aitem ciri kepribadian yang digunakan hanya 56 aitem yang dianggap memiliki koefisien korelasi aitem total yang memuaskan sisanya 4 aitem dinyatakan gugur. Nomor butir ciri kepribadian yang telah sahih dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7

Butir - butir Skala Bem Yang Sahih Setelah Uji Coba

Nomor Aitem Jumlah

Skala Maskulin Skala Feminin Skala Netral 1, 4, 7,10,13,16,19, 22, 25,28,31,34,37, 40,43,46,49, 52,55, 58. 2,8,11,14,17,20,23, 26,29,32,35,38,41, 44,47,50,53,56,59. 3, 6, 9,12,15,18, 21, 27, 30,33,39,42, 45, 48, 51,54,57. 56 3. Reliabilitas

Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan - perbedaan kecil diantara hasil beberapa pengukuran. Bila perbedaan

itu sangat besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan sebagai tidak reliabel (Azwar, 2007).

a. Sebelum Adaptasi.

Sebagai sebuah instrumen pengukuran Bem Sex Role Inventory telah terbukti memiliki reliabilitas yang baik dan dapat dipercaya. Hal ini terbukti dari pengujian reliabilitas yang dilakukan oleh Bem pada pengukuran skala BSRI tahun 1973. Bem menggunakan teknik koefisien alpha yang dikomputasi secara terpisah untuk skor - skor maskulin, feminin dan netral dari tiap subyek pada dua sampel normatif, yaitu mahasiswa Universitas Stanford dan Universitas Foothill. Hasil yang ditunjukkan adalah bahwa ketiga skor itu sangat reliabel, dengan koefisien α berkisar antara α = 0.70 sampai α = 0.86 dan reliabilitas perbedaan skor androgini berkisar antara α = 0.85 dan α = 0.86 untuk kedua sampel normatif. Bem melakukan pengukuran BSRI yang kedua pada sampel mahasiswa Stanford dengan jarak 4 minggu dari yang tes yang pertama. Bem kemudian mengkorelasikan hasil tes pertama dan kedua, hasilnya adalah bahwa keempat skor (maskulin, feminin, androgini, dan netral) yang didapat sangat reliabel berkisar antara r = 0.89 sampai r = 0. 93 (Bem, 1974).

b. Setelah Adaptasi.

Pengukuran reliabilitas butir – butir dalam Bem Sex Role Inventory setelah adaptasi yaitu dengan menggunakan Alpha (α) dari Cronbach. Koefisien reliabilitas alpha Cronbach merupakan teknik pengukuran reliabilitas yang

memakai pendekatan konsistensi internal. Pendekatan konsistensi internal dalam estimasi reliabilitas dimaksudkan untuk menghindari masalah - masalah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan oleh pendekatan bentuk paralel. Dalam pendekatan konsistensi internal prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada sekelompok individu sebagai subyek (single trial administration). Oleh karena itu pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi yang tinggi. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang angka 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya sebaliknya koefisien reliabilitasnya semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2003).

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan perhitungan reliabilitas koefisien alpha Cronbach (α) dengan menggunakan program SPSS versi 15. Pengujian reliabilitas alpha (α) terhadap 60 butir ciri kepribadian dilakukan terpisah untuk masing - masing skala. Koefisien reliabilitas α yang didapatkan untuk skala maskulin adalah sebesar 0, 885. Koefisien reliabilitas α

yang didapatkan untuk skala feminin adalah 0,840 dan koefisien reliabilitas α

yang didapatkan untuk skala netral adalah 0, 734.

Dari hasil pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini diperoleh koefisien reliabilitas yang dianggap cukup memuaskan (skala maskulin α = 0,885, skala feminin α = 0,840, skala netral α = 0,734) yang mana ketiganya mendekati angka 1, 00. Berarti dapat disimpulkan bahwa sebagai alat ukur Bem Sex Role Inventory

keterpercayaan hasil ukur yang baik dan cukup memadai untuk tujuan dari penelitian ini.

Dokumen terkait